Bisa dikatakan bahwa komunikasi merupakan hal yang terpenting atau viral bagi
manusia. Tanpa komunikasi maka manusia bisa dikatakan “tersesat” dalam belantara
kehidupan ini. “orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan
akan “tersesat‟, karena ia tidak bisa menaruh dirinya dalam lingkungan sosial” (Deddy
Mulyana, 2003:5). Komunikasi yang dianggap penting terlihat dari semakin berkembangnya
teknologi komunikasi. Masuknya era digitalisasi informasi ikut mengembangkan komunikasi
diantara pelakunya. Terlihat ketika dahulu komunikasi terjadi ketika seseorang bertemu
dengan orang lain, atau komunikasi jarak jauh tercipta ketika seseorang menulis pada secarik
kertas dan dikirimkan ke alamat si penerima. Akan tetapi dewasa ini orang tanpa perlu lagi
bertatap muka untuk bertemu dengan orang lain jika ingin berkomunikasi, hanya perlu alat
bantu seperti handphone maka komunikasi itu akan terjadi. Lebih berkembang lagi, dewasa
ini masuknya internet membuat komunikasi tidak lagi memiliki batasan waktu dan tempat.
Komunikasi dengan sangat mudahnya terjadi.
Bertambah mudahnya komunikasi secara mengglobal tentu juga berdampak bagaimana
peran komunikasi antar budaya di kalangan masyarakat. Pertukaran kebudayaan adalah hal
yang sangat mungkin terjadi, karena siapapun yang datang dari suatu negara atau daerah atau
bahkan sekedar berkomunikasi via jarak jauh menggunakan alat bantu pasti tidak akan
terlepas dari budaya antara kominikan dengan komunikator. Pertukaran budaya ini, mungkin
saja menimbulkan konflik. Konflik bisa diredam dengan lahirnya sebuah kesadaran bahwa
setiap orang harus bisa memahami budaya orang lain yang berbeda budaya dengan dirinya.
Proses komunikasi yang berlangsung antara orang-orang berbeda budaya tersebut biasanya
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: The Act (Perbuatan), The Scene (Adegan), The
Agent (Pelaku), The Agency (Perantara), dan The Purpose (Tujuan). Faktor-faktor tersebut di
atas juga menjadi salah satu penentu sebuah proses komunikasi itu berjalan efektif.
Berdasarkan hal itu pula, kita bisa menentukan strategi atau metode komunikasi yang
digunakan dalam sebuah proses komunikasi. Komunikasi yang efektif dapat terwujud bila
strategi dan metode komunikasi yang digunakan tepat. Strategi komunikasi yang efektfif
sangat penting diperhatikan dalam sebuah proses komunikasi. Komunikasi antar budaya
1
sebagai bentuk komunikasi antarpribadi dari komunikator dan komunikan yang berbeda
budaya. Efektivitas komunikasi antar pribadi itu sangat ditentukan oleh faktor-faktor:
keterbukaan, empati, perasaan positif, memberikan dukungan, dan memelihara
keseimbangan. Sedangkan prasangka sosial yang menentukan tiga faktor utama yaitu
stereotip, jarak sosial, dan sikap diskriminasi. Hubungan antara prasangka dengan
komunikasi sangat erat karena prasangka-prasangka diasumsikan sebagai dasar pembentukan
perilaku komunikasi.
2
BAB II PEMBAHASAN
Dari definisi tersebut terkandung dua pengertian, yaitu Proses dan Informasi. Proses
merupakan suatu rangkaian daripada langkah-langkah atau tahap-tahap yang harus dilalui
dalam usaha pencapaian suatu tujuan. Sedangkan yang dimaksud dengan informasi atau
keterangan ialah segenap rangkaian perkataan, kalimat, gambar, kode atau tanda tertulis
lainnya yang mengandung pengertian, buah pikiran atau pengetahuan apapun yang dapat
dipergunakan oleh setiap orang yang mempergunakannya untuk melakukan tindakan-
tindakan yang benar, baik dan tepat. Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa komunikasi adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau
perasaan yang tidak saja dilakukan secara lisan dan tertulis melainkan melalui bahasa tubuh,
gaya, tampilan pribadi atau hal lain disekelilingnya yang memperjelas makna.
Secara etimologi (bahasa), budaya atau kebudayaan berasal dari bahsa sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). kebudayaan
3
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Berbudaya berarti
mempunyai budaya, mempunyai pikiran dan akal budi untuk memajukan diri. Kebudayaan
diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan manusia sebagai hasil pemikiran dan akal
budi. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut “culture” yang berasal dari kata latin,
colere, yang berarti mengolah atau mengerjakan, dan bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau petani. Kata culture juga merupakan kata lain dari Occult yang berarti benak atau
pikiran. The American Herritage Dictionary mengartikan cultur sebagai suatu keseluruhan
dari pola perilaku yang ditransmisikan melalui kehidupan sosial, seni, agama, kelembagaan,
dan semua hasil kerja serta pemikiran manusia dari satu kelompok manusia. Spencer
mendefinisikan budaya sebagai bagian dari cara manusia berpikir bertindak, merasakan, dan
apa yag kita percayai. Dalam istilah sederhana, budaya dimaknai sebagai cara hidup manusia
termasuk didalamnya meliputi sistem ide, nilai, kepercayaan, adat istiadat, bahasa, yang
diturunkan dari satu generasi kegenerasi yang lain dan yang menopang cara hidup tertentu.
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya
didefinisikan sebagai tatanan pengetauan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna,
hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi,
dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi kegenerasi melalui usaha
individu dan kelompok. Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan diatas maka dapat
diambil sebuah kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi antarbudaya adalah
proses penyampain pesan, informasi, gagasan atau perasaan antara orang-orang yang
berbeda latar belakang budayanya.
Sedangkan menurut para ahli, komunikasi antar budaya diartikan sebagai berikut: Stewart L.
Tubis mengatakan bahwa komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang
yang berbeda budaya. Pernyataan ini beranggapan bahwa perbedaan cara hidup yang
berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
4
komunikasi antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda demi
mencapainya suatu tujuan komunikasi yang sama serta terjalin interaksi yang lancar pada
hakekatnya.
Sedangkan menurut para ahli yang lain ada yang berpendapat seperti Sitaram (1970) yang
mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya merupakan seni untuk memahami dan saling
pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan. Berbeda halnya
dengan Srnover dan Porter (1972) yang berpendapat bahwa komunikasi antarbudaya terjadi
manakala bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut mempunyai latar
belakang budaya dan pengalaman yang berbeda. Latar belakang tersebut mencerminkan
nilai yang dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai.
Sebagai contoh: - Ini teh dalam bahasa sunda mempersilakan orang yang lebih tua,
sedangkan bahasa indonesia ini teh berarti ini adalah minuman teh.
5
Sebagai contoh: - ciri lukisan pada muka dan badan orang Papua atau orang Indian yang
ada saat akan berperang menandakan keberanian. Contoh lain di daerah dayak,
melubangkan telinga agar masuk anting semakin besar akan menandakan wanita itu
semakin cantik.
F. Hubungan-Hubungan
Budaya juga mengatur hubungan-hubungan manusia dan hubungan-hubungan organisasi
berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan, dan
kebijaksanaan.
6
H. Rasa Diri dan Ruang
Kenyamanan yang dimiliki seseorang atas dirinya bisa diekspresikan secara berbeda oleh
masing-masing budaya. Beberapa budaya sangat terstruktur dan formal, sementara
budaya lainnya lebih lentur dan informal. Beberapa budaya sangat tertutup dan
menentukan tempat seseorang secara persis, sementara budaya - budaya lain lebih terbuka
dan berubah.
Ketika membahas mengenai komunikasi antar budaya, sudah jelas akan membahas
mengenai keterlibatan unsur budaya dikedua belah pihak. Kebudayaan adalah cara hidup
yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke
generasi. Maka, hakikat dari komunikasi antar budaya yaitu terjadinya Transmisi budaya.
Transmisi budaya merupakan suatu upaya atau proses dalam menyampaikan sikap,
keyakinan, nilai-nilai, pengetahuan dan juga ketrampilan dari suatu generasi kepada generasi
selanjutnya, atau kepada mereka yang membuat sebuah kontak/komunikasi dengan budaya
orang lain sehingga budaya tersebut dapat tetap dipertahankan nilai-nilainya dan dapat
dianut oleh masyarakat luas.
7
Transmisi budaya memiliki 3 fokus pada sebuah misi luhur budaya yaitu:
Menanamkan (juga menggagas, mengkreasi, apabila publik belum memiliki bibit dan
potensi keunggulan);
Mengembangkan (dengan inovasi dan adaptasi, apabila masyarakat telah memiliki benih-
benih keunggulan yang kemudian diperluas dan ditingkatkan); dan
Memantapkan (juga melestarikan dan konservasi, apabila masyarakat telah
mengembangkan tradisi keunggulan secara padu dan bersama).
Transmisi kebudayaan memiliki 3 proses atau bentuk yang terjadi ketika satu budaya
bersentuhan dengan budaya atau menanamkan nilai-nilai budaya kepada generasi
selanjutnya, yaitu:
1. Enkulturasi
Enkulturasi mengacu pada proses dimana suatu budaya ditransmisikan dari satu generasi
ke generasi berikutnya atau proses pembelajaran kebudayaan (Soekanto, 1993). Budaya
ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen.
Budaya tersebut dipelajari, bukan diwarisi. Orang tua, kelompok, teman, sekolah,
lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dalam
proses ini
2. Akulturasi
8
Akulturasi mengacu pada proses dimana budaya seseorang dimodifikasi melalui kontak
atau pemaparan langsung dengan budaya lain. Misalnya, budaya pendatang yang
dipengaruhi oleh budaya tuan rumah. Secara berangsur-angsur; nilai, cara berperilaku,
serta kepercayaan dari budaya tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok
pendatang. Pada waktu yang sama, budaya tuan rumah pun ikut berubah.
3. Sosialisasi
Sosialisai adalah sebuah proses penanaman kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu
generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
9
produk/hasil dari proses sosialisasi tersebut, yang bersifat subjektif, pokok yang
mendasari, dan aspek-aspek psikologis dari budaya yang kemudian terinternalisasi seiring
dengan perkembangan (Matsumoto dan Juang, 2008).
10
BAB III STUDY KASUS
Pengaruh budaya pada masyarakat di Tambora ditinjau dari aspek agama, pada tahun 2008
semua informan menyatakan bahwa agama menjadi penghambat dalam berinteraksi
maupun berkomunikasi. Hal ini dikarenakan tambora memiliki 3 keagamaan yang dianut
oleh masyarakatnya, yaitu: Islam 70%, Hindu 25% dan Kristen 5%. Perbedaan dalam Field
of Experience dalam hidup yang sejenis membuat ketika berhubungan dengan mereka yang
berbeda agama menjadi canggung dan kaku. Selain unsur agama, logat dari masing-masing
kebudayaan menyebabkan timbulnya rasa semakin berbeda yang disebabkan mayoritas
masyarakat di sana adalah pendatang atau perpindahan penduduk dari bagian tertentu.
Perpindahan tersebut menyebabkan terbentuknya beberapa kampung sesuai dengan aliran
keagamaannya dan asal muasalnya, seperti kampung muslim, kampung bali, kampung
timor. Salah satu informan menyatakan bahwa ketika pertama kali pindah dan
berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari kampung lain hanya sekedar gerakan
tubuh tanpa berkata-kata dan tidak mengetahui siapa namanya. Alhasil munculah praduga
dan prasaka yang menakutkan timbul di antra masyarakat terhadap kepercayaan lain. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat De Vito (1997) berikut: “Perbedaan bahasa terlihat paling
besar pada awal interaksi, dan perbedaan bahasa tersebut membuat KAB efektif menjadi
tidak mungkin terjadi. Semakin besar perbedaan budaya semakin besar pula perbedaan
persepsi yang dapat menimbulkan semakin banyak kesalah pahaman dan semakin banyak
potong kompas”.
11
Sosiobudaya ini mematik suatu ketegangan diantara masyarakat di Tambora. Hal ini dipicu
ketika kampung bali mendirikan Pure di dekat sumber air yang mana, sumber air itu adalah
kepemilikan bersama dan digunakan oleh seluruh masyarakat di Tambora. Munculah
sebuah isu-isu di antara masyarakat kampung bali bahwa mereka akan diserang dan akan
ada pembongkaran pangsa pure oleh masyarakat lain. Pada tahun 2009-2014 terjadi sebuah
konflik antar budaya dan keagamaan yang berulang terjadi antar masyarakat di Tamboro. 5
tahun mereka hidup dalam ketegangan berkomunikasi dan hidup bermasyarakat. Pada
akhir 2014, masyarakat kampung bali memilih untuk membongkar pure secara mandiri
untuk menghindari ketegangan yang berlangsung.
Pada tahun 2015 awal, oleh pemimpin setempat dibangunlah Sekolah Kepemimpinan.
Sekolah ini dibangun guna memberikan pemahaman dan menjalin komunikasi antar
budaya yang berbeda di tanah Tambora. Hal ini bertujuan guan terjadinya Transmisi
budaya secara internal dan eksternal dibudaya lain.
Sebelum adanya sekolah kepemimpinan ini, masyarakat hanya berinteraksi kepada mereka
yang sesamanya. Tetapi ketika ada sekolah kepemimpinan ini, masyarakat diajak untuk
duduk bersama dan mempelajari keagamaan dan kebudayaan lainnya. Kegiatan-kegiatan
transmisi yang dilakukan yaitu:
1. Enkulturasi
Setiap keluarga wajib hadir di sekolah kepemimpinan dan satu anak tertua, mereka
diajarkan mengenai keagamaan masing-masing dan kebudayaannya, seperti budaya
sembhayang umat muslim, hindu dan kristen.
2. Akulturasi
Masyarakat diajak untuk melakukan kebudayaan agama lainnya seperti buka puasa
bersama, berarakan ke mati air bersama, mengucapkan selamat hari raya ke agama
lainnya.
3. Sosialisasi
Menghentikan seluruh aktifitas kemasyarakatan pada pukul 18.00, serta pada hari raya
nyepi dan jumat agung.
12
BAB IV KESIMPULAN
4. 1 KESIMPULAN
Jadi, komunikasi antar budaya adalah proses penyampain pesan, informasi, gagasan atau
perasaan antara orang-orang yang berbeda latar belakang budayanya. Komunikasi antar
budaya memiliki karakterstik yang mengikat diantaranya adalah komunikasi dan bahasa itu
sendiri, pakaian, penampilan, makanan, kebiasaan makan, waktu, penghargaa, hubungan-
hungan, nilai, norma,rasa diri, ruang, proses mentar, belajar, kepercayaan dan sikap.
Dalam berjalananya komunikasi antar budaya, komunikasi tersebut memiliki sebuah hakikat
di mana akan terciptanya sebuah transmisi yaitu pertukaran sebuah kebudayaan antara
mereka yang berkomunikasi.
Dalam sebuah study kasus komunikasi antar budaya di Tambora, mereka yang awalnya
tidak saling mengenal dan menciptakan sebuah prasangka dan praduga terhadap sesamanya
yang berbeda budaya dan agama, akhirnya bisa menjadi satu ketika suatu kesadaran dari
pemerintah daerah untuk membangun sekolah kepemimpinan guna menyamakan persepsi,
pemahaman serta toleransi antar umant berbuday dan keagamaan.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Matsumoto, David dan Linda Juang. 2008. Culture and Psychology. USA: Wadsworth
4. https://www.academia.edu/9738980/KOMUNIKASI_ANTAR_BUDAYA_Sebuah_Pengantar
5. https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-antar-budaya
6. Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat [Ed]. 2006. Komunikasi Antarbudaya: Panduan
7. Mulyana, Dedy. 2009. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya: Bandung
9. Sihabuddin, Ahmas. 2011. Komunikasi Antarbudaya satu perspektif multidimensi: Arti Budaya
14