Anda di halaman 1dari 13

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Dosen : Wahyu Utamidewi S.Ikom M.Ikom

Di susun Oleh :
Anisya Octaviani Dewi (1710631190039)

Azka Anom Pranamanik (1710631190041)

Cindy Silviana Putri D (1710631190045)

Dea Ramadhan Putri (1710631190047)

Diche Maulida (1710631190051)

Dwi Prasetyo (1710631190058)

Eki Syahrudin (1710631190060)


Farhan Wahyudin (1710631190067)

Kelas :
1 B Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Singaperbangsa Karawang
2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah yang mengenai “KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA”.
Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran yang juga disusun untuk memenuhi tugas salah
satu mata kuliah PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk memperbaiki kesalahan
dan kekurangan yang ada pada makalah ini, supaya kami bisa membuat makalah lebih baik lagi
dari ini. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan bermanfaat bagi pembaca
dan khususnya bagi penulis.

Karawang , 7 NOVEMBER 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa saling berhubungan satu sama lain. Untuk
itulah peran komunikasi dibutuhkan. Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah
berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Oleh sebab itu,
menurut dokter Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii, komunikasi sudah merupakan
bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernapas. Sepanjang manusia ingin hidup,
maka mereka memerlukan komunikasi. Tak bisa dipungkiri bahwa dunia yang kita tempati telah
berkembang menjadi demikian maju dan menjelma menjadi apa yang kemudian dikenal
sebagai “global Village” (desa dunia). Salah satu implikasinya adalah makin meningkatnya
kontak-kontak komunikasi dan hubungan antar berbagai bangsa dan negara untuk mencari dan
memperoleh informasi.
Namun dalam melakukan komunikasi tidak setiap orang terampil melakukannya dengan efektif.
Hal ini terlebih lagi bila orang yang terlibat dalam komunikasi itu berbeda budaya, kesalahan
dalam memahami pesan, perilaku atau peristiwa komunikasi tidak bisa dihindari. (Khotimah,
2000:47). Kesalahan ini dapat smenyebabkan terjadinya suasana yang tidak diharapkan bahkan
dapat menimbul pertikaian yang menjurus munculnya konflik sosial
.Budaya yang dimiliki seseorang sangat menentukan bagaimana cara kita berkomunikasi, artinya
cara seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain apakah dengan orang yang sama budaya
maupun dengan orang yang berbeda budaya, karakter budaya yang sudah tertanam sejak kecil
sulit untuk dihilangkan, karena budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi (Tubbs-Sylvia
Moss, 1996:237). Dengan demikian konstruksi budaya yang dimiliki oleh seseorang itu,
diperoleh sejak masih bayi sampai ke liang lahat, dan ini sangat mempengaruhi cara berpikir,
berperilaku orang yang bersangkutan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang yang
berbeda budaya. Bahkan benturan persepsi antar budaya sering kita alami sehari-hari, dan
bilamana akibatnya fatal kita cenderung menganggap orang yang berbeda budaya tersebut salah,
aneh tidak mengerti maksud kita. Hal ini terjadi karena, kita cenderung memandang perilaku
orang lain dalam konteks latar belakang kita sendiri dan karena bersifat subyektif.
Sejak akhir tahun 60-an sampai sekarang, dunia seakan-akan semakin menyempit, karena orang-
orang bertambah mudah untuk pergi ke tempat-tempat yang semula asing baginya. Di sana ia
bertemu, bergaul dan bekerja sama dengan orang-orang yang mungkin berbeda dalam hal cara
berkomunikasi, berpikir dan kebiasaanya. Perkembangan alat-alat perhubungan dan juga sarana
komunikasi, menjadi pemicu makin meningkatnya hubungan-hubungan antarbudaya sehingga
waktu, jarak dan ruang makin tak berarti.

Rumusan Masalah
1. Apa itu komunikasi antar budaya prinsip-prinsip komunikasi antar budaya serta saluran
komunikasi antar budaya?
2. Bagaimana fungsi komunikasi antar budaya?
3. Apakah budaya seseorang bisa tercermin dari cara mereka berkomunikasi?

Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu komunikasi antar budaya dan bagaimana prinsip-prinsip komunikasi
antar budaya serta saluran komunikasi antar budaya.
2. Untuk mengetahui apa fungsi komunikasi antar budaya.
3. Untuk mengetahui Apakah budaya seseorang bisa tercermin dari cara mereka berkomunikasi?
BAB II
PEMBAHASAN

1) PENGERTIAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA


Apa itu komunikasi antar budaya prinsip-prinsip komunikasi antar budaya serta saluran
komunikasi antar budaya?
 Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang- orang yang
memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari
semua perbedaan ini) (Mulyana, 2001:v). Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan
dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi (Tubbs, Moss:1996).
Komunikasi antar budaya memiliki akarnya dalam bahasa (khususnya sosiolinguistik),sosiologi,
antropologi budaya, dan psikologi. Dari keempat disiplin ilmu tersebut, psikologi menjadi
disiplin acuan utama komunikasi lintas budaya, khususnya psikologi lintas
budaya. Pertumbuhan komunikasi antar budaya dalam dunia bisnis memiliki tempat yang
utama, terutama perusahaan – perusahaan yang melakukan ekspansi pasar ke luar negaranya
notabene negara – negara yang ditujunya memiliki aneka ragam budaya.
Selain itu, makin banyak orang yang bepergian ke luar negeri dengan beragam kepentingan
mulai dari melakukan perjalanan bisnis, liburan, mengikuti pendidikan lanjutan, baik yang
sifatnya sementara maupun dengan tujuan untuk menetap selamanya. Satelit komunikasi telah
membawa dunia menjadi semakin dekat, kita dapat menyaksikan beragam peristiwa yang terjadi
dalam belahan dunia,baik melalui layar televisi, surat kabar, majalah, dan media on line. Melalui
teknologi komunikasi dan informasi, jarak geografis bukan halangan lagi kita untuk
melihat ragam peristiwa yang terjadi di belahan dunia. Berbicara mengenai komunikasi
antarbudaya, maka kita harus melihat dulu bebrapa defenisi yang diikutif oleh Ilya Sunarwinadi
( 1993: 7-8 ) berdasarkan pendapat para ahli antara lain :
a) Sitaram (1970) : Seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang
berbeda kebudayaan (intercultural communication the art of understanding and being
understood by audience of mother culture).
b) Samovar dan Porter (1972) : Komunikasi antarbudaya terjadi manakala bagaian yang
terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya
pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya
berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai (intracultural communication obtains
whenever the parties to acommunications act to bring with them different experiential
backgrounds that reflect along- standing deposit of group experience, knowledge,
values).
c) Rich (1974) : Komunikasi antarbudaya terjadi ketika orang-orang yang berbeda
kebudayaan (communication is intercultural when accuring between peoples of different
cultures).
d) Young Yun Kim ( 1984 ) : Komunikasi antarbudaya adalah suatu peristiwa yang
merujuk dimana orang-orang yang terlibat didalamnya baik secara langsung
maupun tidak langsung memiliki latar belakang budaya yang berbeda (intercultural
communication…refers the communication phenomenon in which participant, different
in cultural background, come into direct or indirect

Dalam hal komunikasi antar budaya Fisher (dalam Mulyana dan Rakhmad, 2001:45) juga
mengemukakan bahwa selain memandang kedudukan komunikator dan komunikan maka
terhadap faktor lain yaitu pesan. Pesan ditujukan dalam perilaku komunikasi antar budaya bukan
sekedar pesan karena pengaruh folkways pribadi tetapi pengaruh folkways masyarakatnya. Pesan
itu sama dengan simbol budaya masyarakat yang melingkupi suatu pribadi tertentu ketika ia
berkomunikasi antarbudaya. Dengan demikian sikap, perilaku, tindakan seseorang dalam
komunikasi antar budaya bukan merupakan sikap, perilaku, tindakan pribadi melainkan simbol
dari masyarakatnya. Pesan dalam komunikasi antar budaya merupakan simbol-simbol yang di
dalamnya terkandung karakteristik komunikator yang terdengar atau terlihat dalam pengalaman
proses komunikasi antar pribadi di antara mereka yang berbeda etniknya.
Dalam konunikasi antarbudaya menurut Liliweri (2003:12) semakin besar derajat
perbedaan antarbudaya maka semakin besar pula kehilangan peluang untuk merumuskan suatu
tingkat kepastian sebuah komunikasi yang efektif, jadi harus ada jaminan terhadap akurasi
interpretasi pesan-pesan verbal maupun nonverbal. Hal ini disebabkan ketika kita berkomunikasi
dengan seseorang dari kebudayaan yang berbeda, maka kita memiliki pula perbedaan dalam
sejumlah hal, misalnya derajat pengetahuan, derajat kesulitan dalam peramalan, derajat
ambiguitas, kebingungan, suasana misterius yang tak dapat dijelaskan, tidak bermanfaat bahkan
tidak bersahabat.
Karena itulah menurut Schraman (dalam Mulyana dan Rakhmat, 2001:6-7), untuk mencapai
komunikasi antarbudaya yang benar-benar efektif ada beberapa hal yang harus kita perhatikan,
yaitu:
1) Menghormati anggota budaya lain sebagai manusia;
2) Menghormati budaya lain sebagaimana apa adanya dan bukan sebagaimana yang
dikehendaki
3) menghormati hak anggota budaya lain untuk bertindak berbeda dari cara bertindak; dan
4) komunikator lintas budaya yang kompeten harus belajar menyenangi hidup bersama orang
dari budaya lain.
Selanjutnya DeVito (1997:480-481), menggunakan istilah komunikasi antarbudaya secara
luas untuk mencakup semua bentuk komunikasi di antara orang-orang yang berasal dari
kelompok yang berbeda selain juga secara sempit yang mencakup bidang komunikasi antar
kultur yang berbeda, sebagai berikut:
1) Komunikasi antarbudaya – misalnya, antar orang Cina dan Portugis, atau antara orang
Perancis dan Norwegia.
2) Komunikasi antarras yang berbeda (kadang-kadang dinamaka komunikasi antarras), -
misalnya, antara orang kulit putih dangan orang kulit hitam.
3) Komunikasi antar kelompok etnis yang berbeda )kadang-kadang dinamakan komunikasi
antar etnis) – misalnya, antara orang Amerika keturunan Italia dengan orang Amerika
keturunan Jerman.
4) Komunikasi antar kelompok agama yang berbeda – misalnya, antara orang katolik Roma
dengan Epsikop, atau antara orang Islam dan orang Yahudi.
5) Komunikasi antara bangsa yang berbeda (kadang-kadang dinamakan komunikasi
internasional)- misalnya, antara Amerika Serikat dan Meksiko, atau antara Perancis dan
Italia.
6) Komunikasi antara subkultur yang berbeda dan kultur yang dominan-misalnya, antara
kaum homeseks dan kaum heteroseks, atau antara kaum manula dan kaum muda.
7) Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda – antara pria dan wanita.
Dari berbagai uraian itu, dapat memberi pemahaman bahwa orang-orang yang dipengaruhi
kultur dan subkultur yang berbeda akan berkomunikasi secara berbeda. Perbedaan kultur dan
subkultur menjadi sumber untuk memperkaya pengalaman komunikasi dan bukan sebagai
penghambat dalam interaksi. Untuk itu perlu memahami dan menghargai perbedean-perbedaan
tersebut.
Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam memahami komunikasi antarbudaya,
yaitu persepsi, komunikasi verbal, dan komunikasi nonverbal. Ketiga elemen ini merupakan
bangunan dasar yang menyebabkan kegagalan, sekaligus
keberhasilan komunikasi antar budaya.

2) Faktor Terjadinya Komunikasi Antar Budaya

komunikasi antarbudaya ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor di antaranya :

1. MOBILITAS : Perjalanan dari negara satu ke negara lain sudah bukan menjadi hal
yang khusus lagi, alias, kegiatan ini sudah menjadi kegiatan umum yang kerap kali
dilakukan oleh masyarakat. Hal itu terjadi karena adanya peluang-peluang bisnis yang
menggiurkan dan pendidikan yang menjamin. Sehingga terjadilah mobilitas yang luas
dan terjadilah berbagai budaya yang menyatu pada satu wilayah.
2. EKONOMI : Faktor ekonomi pun juga mempengaruhi adanya komunikasi
antarbudaya. Seperti pada contohnya, negara Indonesia yang memiliki ekonomi
berkembang akan mengalami ketergantungan dengan negara yang memiliki tingkat
perekonomian tinggi. Sehingga, terjadilah perpindahan pekerjaan dan terjadilah
penyatuan budaya dalam satu tempat
3. TEKNOLOGI : Teknologi akhir-akhir ini tumbuh semakin pesat. Sehingga teknologi
pun mampu membawa kultur luas masuk ke suatu wilayah yang dapat mempengaruhi
budaya bangsa. Oleh karena itu, teknologi pun mampu membuat komunikasi
antarbudaya ini menjadi lebih mudah dan praktis. Bahkan cepat atau lambat,
teknologi dapat memberikan dampak akan terjadinya pertukaran budaya secara besar-
besaran.
4. IMIGRASI : Sudah tidak aneh lagi, ketika kita berjalan di rumah sendiri, kita melihat
orang asing di sekeliling kita. Hal itu terjadi karena adanya kegiatan imigrasi untuk
suatu kepentingan. Sehingga, terjadilah penyatuan budaya atau biasa disebut dengan
akulturasi. Akulturasi tersebut menyebabkan terjadinya komunikasi antarbudaya
5. POLITIK : Kepentingan politik pun juga ikut andil memberikan dampak munculnya
komunikasi antarbudaya. Seperti halnya saat Raja Arab berkunjung ke Indonesia, atau
sebaliknya, saat Presiden Jokowi berkunjung ke Negara Australia. Kunjungan negara
inilah yang mendatangkan komunikasi antar budaya.:
3) Tujuan Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antarbudaya terjadi bertujuan untuk mengurangi tingkat ketidakpastian.


Seperti halnya ketika ada dua individu yang sedang berkomunikasi, namun kedua individu
tersebut menggunakan bahasa yang berbeda-beda karena kebudayaan yang berbeda.

Sehingga, komunikasi antarbudaya inilah yang akan berperan sebagai alat untuk
mengurangi tingkat keidakpastian logika maupun definisi dari topik yang sedang
dibicarakan. Bahkan, komunikasi antarbudaya pun juga bertujuan sebagai alat efektifitas
komunikasi. Agar informasi yang disampaikan itu dapat dimengerti secara efektif, maka
diperlukan adanya komunikasi antarbudaya ini.

4) Fungsi Komunikasi Antar Budaya :

a) Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi komunikasi antar budaya adalah fungsi-fungsi komunikasi antar budaya yang
ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
• Menyatakan Identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang
digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan
berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui
identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun
tingkat pendidikan seseorang.
• Menyatakan intergrasi social
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi,
antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur.
Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas
pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi
antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka
integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi.
• Menambah pengetahuan
Seringkali komunikasi antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari
kebudayaan masing-masing.
b) Fungsi Sosial
• Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara
komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam
setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk
menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak
dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang
terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang
berbeda.
• Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua
orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi
menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya
saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang
sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh berbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
• Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai
kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
• Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya
menonton tarian dari kebudayaan lain. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan
antarbudaya.
5) Prinsip-Prinsip komunikasi antar budaya
a) Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan
oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an,
dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-
bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya,
tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda
juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
b) Bahasa sebagai cermin budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi
baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara
budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan.
Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahankomunikasi, lebih banyak
kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan
makin banyak potong kompas (bypassing).
c) Mengurangi Ketidakpastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam
komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita
dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena
letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya
untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
d) kesadaran diri dan perbedaan antar budaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan
selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini
barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin
terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak
spontan, dan kurang percaya diri.
e) Interaksi awal dan perbedaan antar budaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang
tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun selalu terdapat
kemungkinan salah persepsi dansalah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar
dalam situasi komunikasi antarbudaya.
f) Memaksimalkan hasil interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya terdapat tindakan-tindakan yang berusaha memaksimalkan hasil
interaksi. Tiga konsekuensi mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi
antarbudaya. Pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan
memberikan hasil positif. Kedua, bila mendapatkan hasil yang positif, maka pelaku komunikasi
terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi. Bila memperoleh hasil negatif, maka pelaku
mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang
perilaku mana yang akan menghasilkan hasil positif. Pelaku akan mencoba memprediksi hasil
dari, misalnya, pilihan topik, posisi yang diambil, perilaku nonverbal yang ditunjukkan, dan
sebagainya. Pelaku komunikasi kemudian melakukan apa yang menurutnya akan memberikan
hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurutnya akan memberikan hasil negatif.

6) Saluran komunikasi antar budaya


a) Antarpribadi/ interpersonal/ person-person yaitu orang dengan orang secara langsung.
b) Media massa yaitu melalui radio, surat kabar, TV, Film, Majalah
Bersama-sama dengan dua dimensi sebelumnya, saluran komunikasi juga mempengaruhi proses
dan hasil keseluruhan dari KAB. Misalnya : orang Indonesia menonton melalui TV keadaan
kehidupan di Afrika akan memilih pengalaman yang berbeda dengan keadaan apabila ia sendiri
berada disana dan melihat dengan mata kepala sendiri. Umumnya pengalaman komunikasi
antar pribadi dianggap memberikan dampak yang lebih mendalam. Komunikasi melalui media
kurang dalam hal feedback langsung antar partisipan dan bersifat satu arah. Sebaliknya,
saluran antarpribadi tidak dapat menyaingi kekuatan saluran media dalam mencapai jumlah
besar manusia sekaligus melalui batas-batas kebudayaan. Tetapi dalam keduanya, proses-proses
komunikasi bersifat antarbudaya bila partisipan-partisipannya berbeda latar belakang
budayanya. Ketiga dimensi diatas dapat digunakan secara terpisah ataupun bersamaan, dalam
mengkalsifikasikan fenomena KAB khusus. Misalnya : kita dapat menggambarkan komunikasi
antara Presiden Indonesia dengan Dubes baru dari Nigeria sebagai komunikasi internasaional,
antarpribadi dalam konteks politik, komunikasi antara pengecara AS dari keturunan Cina
dengan kliennya orang AS keturunan Puerto Rico sebagai komunikasi antar etnik, antarpribadi
dan massa dalam konteks akulturasi migran. Maka apapun tingkat keanggotaan kelompok
konteks sosial dan saluran komunikasi, komunikasi dianggap antar budaya apabila para
komunikator yang menjalin kontak dan interaksi mempunyai latar belakang pengalaman
berbeda (Lusiana, 2002:5).
BAB III
KESIMPULAN
Setiap orang dari kita adalah unik, artinya sekalipun dibesarkan dalam lingkungan budaya yang
sama, belum tentu setiap orang dalam kelompok tersebut itu akan persis sama dalam berpikir dan
berperilaku, karena akan ada sub-sub kultur yang lebih spesifik yang sangat berpengaruh
terhadap perilakunya dalam berkomunikasi. Budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan
timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku
komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara,
mengembangkan atau mewariskan budaya (Mulyana, 2003:4). Apa yang kita bicarakan,
bagaimana kita membicarakannya, apa yang kita lihat, perhatikan, atau abaikan, bagaimana kita
berpikir, dan apa yang kita pikirkan dipengaruhi oleh budaya. Pada gilirannya, apa yang kita
bicarakan, bagaimana kita membicarakan, apa yang kita lihat turut membentuk, menentukan, dan
menghidupkan budaya kita. Sehingga Edward T. Hall (dalam Mulyana, 2003:4-5) menyatakan
bahwa budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya. Bahkan Porter dan Samovar
(dalam Mulyana dan Rakhmat, 2001:34) menyatakan bahwa budaya tak hidup tanpa komunikasi
dan komunikasi pun tak hidup tanpa budaya.

Anda mungkin juga menyukai