Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PRINSIP-PINSIP KOMUNIKASI ANTAR AGAMA DAN BUDAYA

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Antar Agama dan Budaya

Dosen Pengampu : Eneng Purwanti, M.A.

Disusun oleh Kelompok 2 :

Yunisa (191510027)

Susanti (191510030)

Sandi Rizki Almuharom (191510033)

FAKULTAS DAKWAH

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Tidak ada kata yang lebih utama dipanjatkan selain puja, puji dan syukur kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala Yang Maha Esa. Karena Alhamdulillah wa syukurillah dengan
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya. Penulis mampu untuk menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya dan siap untuk di kumpulkan kepada dosen pengampu sebagai syarat
tugas Perkuliahan.

Kemudian shalawat teriring salam tidak lupa selalu kita curahkan untuk junjungan nabi Kita
yakni Nabi Muhammad ‫ صلى هللا عليه وسلم‬yang telah menyampaikan petunjuk dari Allah SWT.,
untuk kita Semua sebagai umatnya yang merupakan sebuah petunjuk paling benar yakni
syari’at agama Islam yang sempurna dan satu-satunya karunia Allah SWT., paling besar bagi
seluruh alam Semesta.

Berikut ini penyusun mempersembahkan judul “prinsi – Prinsip Komunikasi Antar Agama
dan Budaya” yang insya allah dapat memberikan wawasan, umumnya kepada pembacanya
dan terkhusus bagi penyusun. Selanjutnya dengan kerendahan hati, penulis meminta kritik
dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya selanjutnya dapat penulis revisi kembali.
Karena penulis Sangat menyadari, bahwa makalah yang telah dibuat ini masih memiliki
banyak kekurangan.Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
dosen pengampu, Semoga dengan makalah yang penulis buat ini menjadi wujud nyata
kepatuhan penulis sebagai mahasiswi.

Demikianlah penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa syukur dan
Permohonan ma’af jika masih terdapat banyak kekurangan. Sehingga kritik dan saran sangat
Penulis harapkan dengan tujuan perbaikan yang lebih baik untuk makalah ini.

Serang, 03 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Pengertian Komunikasi Antar Agama dan Budaya....................................................................2
B. Prinsip Komunikasi Agama.......................................................................................................3
C. Prinsip – prinsip komunikasi antar budaya................................................................................5
BAB III.................................................................................................................................................9
PENUTUP............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia saling berhubungan satu sama lain. Untuk itulah
peran komunikasi yang dibutuhkan. Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak
pernah berkomunikasi dengan orang lain akan mengungkapkan dari masyarakatnya.
Maka dari itu Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkunganya dengan menghubungkan antarsesama manusia,
melalui pertukaran informasi untuk memperkuat sikap dan tingkah laku orang lain
serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku. Di sisi lain dalam memahami suatu
budaya dalam suatu wilayah perlu menggunakan pendekatan komunikasi
antarbudaya. Budaya adalah suatu cara yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
kelompok orang yang dari generasi hidup. Tujuan dari komunikasi antarbudaya yakni
agar orang yang berbeda budaya memahami dan mengetahui budaya tersebut. Ketika
orang-orang dari budaya-budaya yang berlainan komunikasi, keliru atas sandi
merupakan pengalaman yang lazim. Dari perspektif lain, menyesuaikan diri terhadap
suatu budaya asing sering kali mencakup pengalaman pengalaman yang harus
menyesuaikan diri dengan budaya baru. Di Indonesia yang dianggap menjadi negara
multikultural dan beraneka agama Seharusnya bisa meneruskan teladan Rasulullah
dalam membangun komunikasi antat Agama.Sampai sejauh ini komunikasi lintas
agama di Indonesia masih sering tercederai dan Mudah diletupkan untuk
bersinggungan satu agama dengan agama lainnya. Maka baik itu agama dan budaya
perlu memiliki sebuah prinsip untuk saling berkomunikasi supaya tidak adanya
kesalah pahaman dalam melakukan komunikasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi antar agama dan budaya?
2. Bagaimana prinsip komunikasi antar agama?
3. Bagaimana prinsip komunikasi antar budaya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang komunikasi antar agama dan budaya
2. Untuk mengetahui prinsip komunikasi antar agama
3. Untuk mengetahui prinsip komunikasi antar budaya

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi Antar Agama dan Budaya
Komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama
atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti
kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi
miliknya. beberapa definisi komunikasi, diantaranya, Komunikasi merupakan
pertukaran sebuah Pemikiran atau gagasan. Asumsi dalam definisi ini adalah bahwa
sebuah pemikiran atau gagasan berhasil ditukarkan.

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang bersifat satu arah dari
komunikator (penyampai pesan) kepada komunikan (penerima pesan) dengan
menggunakan media tertentu sehingga memunculkan efek. Pengertian yang lain
disampaikan oleh Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss; komunikasi merupakan proses
pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.1

Frank Dance mengatakan, komunikasi tidak bisa dimaknai dengan cara tunggal
karena banyaknya pemahaman tentang komunikasi. Diantaranya, ia mengartikan
komunikasi adalah proses yang menghubungkan semua bagian-bagian yang terputus.
Pengertian ini dikatakan sebagai pemahaman yang sangat umum.di sisi lain,
komunikasi dipahami sebagai sebuah system misalnya telepon atau telepon Seluler. 2

Komunikasi tidak hanya sebatas pada konseptualisasi satu arah, melainkan juga dapat
sebagai suatu proses interaksi (dua arah), atau transaksi. Salah satu prinsip
komunikasi adalah semakin mirip latar belakang sosial-budaya maka semakin
efektiflah komunikasi. Menurut E.T. Hall, budaya adalah komunikasi dan komunikasi
adalah budaya.3 Bahasa, gesture, dan pakaian atau aksesoris yang digunakan oleh
seseorang bisa menjadi refleksi dari budaya yang dimiliki orang tersebut. Disisi lain,
adanya komunikasi yang baik antar satu generasi dengan generasi lainnya akan
mempermudah melestarikan budaya suatu kelompok.

1
Prof. Deddy Mulyana, MA, Ph.D, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Rosda, Bandung,
2012 :76
2
Stephen W Littlejohn dan Karen A Foss, Theories of Humas Communication (Penerbit; PT Salemba,
Jakarta, 2009),
3
Larry A.Samovar, Richard E.Porter, dan Edwin R.McDaniel, Komunikasi Lintas Budaya :
Communication Between Cultures, Salemba Humanika, Jakarta, 2010 : 25.

2
Budaya memiliki arti yang luas, tidak hanya terbatas pada adatistiadat, tari-tarian
ataupun hasil kesenian lainnya. Budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang
meliputi pengetahuan, Kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat,
dan Kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Budaya merupakan hasil pemikiran manusia sebagai makhluk
sosial.

Sedangkan pengertian Agama adalah juga tidak bisa dipahami dengan cara tunggal,
karena disebabkan oleh persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kepentingan
mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Beberapa acuan yang berkaitan dengan
kata ―Agama‖ pada umumnya; berdasarkan Sansekerta yang menunjukkan adanya
keyakinan manusia berdasarkan Wahyu Illahi dari kata A-GAM-A, awalan A berarti
―tidak‖ dan GAM berarti ―pergi atau berjalan, sedangkan akhiran A bersifat
menguatkan yang kekal, dengan demikian “agama: berarti pedoman hidup yang
kekal.”

Berdasarkan kitab SADARIGAMA dari bahasa sansekerta IGAMA yang


mengandung Arti I atau Iswara, GA berarti Jasmani atau tubuh dan MA berarti
Amartha berarti ―hidup‖, Sehingga agama berarti Ilmu guna memahami tentang
hakikat hidup dan keberadaan Tuhan. 4

Komunikasi antar budaya dapat diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang terjadi
antar para peserta komunikasi yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda.
Pada dasarnya tidak ada manusia yang sama persis, masing-masing individu memiliki
identitas budaya yang berbeda-beda, termasuk cara pandang dan cara Pikirnya
terhadap suatu hal. Ketika dua orang memiliki perbedaan yang besar terhadap latar
balakang budayanya, maka hambatan yang muncul pada saat mereka melakukan
kegiatan komunikasi juga akan semakin banyak.

B. Prinsip Komunikasi Agama


Komunikasi dalam perspektif Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni
risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara (how), dalam hal ini tentang gaya bicara dan
penggunaan bahasa (retorika). Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam
komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah
(Islam), dan akhlak (ihsan).

4
http://umum.kompasiana.com/2009/06/10/pengertian-agama-secara-umum/

3
Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum
Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal,
interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan,
maupun dalam aktivitas lain.

Keenam prinsip komunikasi Islam yang disebutkan dalam Al-Quran adalah (1)
Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5)
Qaulan Layinan, dan (6) Qaulan Maysura.

1. Qaulan Sadida
Qaulan Sadidan berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi
substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa). Dari segi substansi,
komunikasi Islam harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran, faktual,
hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak merekayasa atau memanipulasi
fakta.“Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS. Al-Hajj:30).
2. Qaulan Baligha
Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya
menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti,
langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau
bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan
hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan
bahasa yang dimengerti oleh mereka.
“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka”
(H.R. Muslim).
3. Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan
sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan
Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan
(maslahat).
4. Qaulan Karima
Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan
mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam ayat tersebut
perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita
dilarang membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti
hati mereka.

4
Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan kedua
orangtua atau orang yang harus kita hormati. Dalam konteks jurnalistik dan
penyiaran, Qaulan Karima bermakna mengunakan kata-kata yang santun, tidak kasar,
tidak vulgar, dan menghindari “bad taste”, seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis.
5. Qaulan Layina
Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak
didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran,
bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina –kata-kata yang
lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44).
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara
lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan
(orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk
menerima pesan komunikasi kita.
Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata
kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi
6. Qaulan Maysura
Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah
dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata yang
menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan.

C. Prinsip – prinsip komunikasi antar budaya


Ada beberapa prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi dengan
orang berbeda latar belakang budaya, baik dalam aspek kebahasaan sebagai simbol
dan lambang komunikasi antarbudaya, maupun perbedaan cara-cara yang digunakan
oleh masing-masing kelompok budaya dalam berkomunikasi dengan orang lain dari
budaya yang berbeda.
Sebagai komponen utama untuk melambangkan komunikasi, bahasa merupakan
karakteristik yang membedakan manusia dengan binatang, satu etnis dengan etnis
lain, satu bangsa dengan bangsa lain dan sebagainya. Bahasa juga merupakan
representasi budaya atau suatau ‘peta kasar’ yang menggambarkan budaya, termasuk
pandangan dunia (world view), kepercayaan (belief), nilai (values), pengetahuan dan

5
pengalaman (knowledge and experience) yang dianut oleh suatu komunitas budaya
yang bersangkutan.
Sebagai representasi budaya, bahasa yang kita gunakan dalam berkomunikasi
senantiasa menggambarkan keadaan pemakai bahasa itu sendiri. Sebagai contoh, kita
dapat mengenal dengan mudah siapa sebennarnya orang yang akrab dengan istilah
sosialisasi dan sebagainya.

Untuk menggambarkan bahasa sebagai prinsip utama dalam komunikasi antarbudaya,


Devito menegaskan prinsip tersebut ke dalam enam aspek yaitu:

1. Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak
disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada tahun 1920 an dan sepanjang tahun
1930 an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif kita.
Dan karena bahasa di dunia sangat berbeda – beda dalam karakteristik Semantik dan
strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang
menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka dan
berpikir tentang dunia.5

Menurut Benjamin Lee Whorf & Edward Sapir, bahasa mempengaruhi pemikiran dan
perilaku, karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif seseorang. Karena
bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda dalam hal karakteristik semantik dan
strukturnya, maka orang yang menggunakan bahasa yang berbeda akan memandang
dan berpikir tentang dunia dalam cara yang berbeda.

Fishman, Hoijer, Miller, & McNeil, Bahasa yang kita gunakan membantu
menstrukturkan apa yang kita lihat dan bagaimana kita melihatnya. Akibatnya orang
yang menggunakan bahasa yang berbeda akan melihat dunia secara berbeda pula.
2. Bahasa Sebagai Cermin Budaya
Bahasa mencerminkan budaya.Makin besar perbedaan budaya, makin besar
perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal.
makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan
komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan.Kesulitan ini dapat mengakibatkan,
misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih

5
Rizak, Mochamad. "Peran pola komunikasi antarbudaya dalam mencegah konflik antar kelompok
agama." Islamic Communication Journal 3.1 (2018): 88-104.

6
besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak
potong kompas (bypassing).
3. Mengurangi Ketidak-pastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, Makin besarlah ketidak-pastian dan Ambiguitas
dalam komunikasi. Banyak dari Komunikasi kita berusaha mengurangi Ketidak-
pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan
menjelaskan perilaku orang lain. Karena ketidakpastian dan ambiguitas yang lebih
besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidakpastian
dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
4. Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, Makin besar kesadaran diri (mindfulness) para
partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif.
Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada.ini mencegah
kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya,
ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang Percaya diri.
5. Interaksi awal dan perbedaan budaya
Interaksi awal yang tidak efektif dalam berkomunikasi karena perbedaan budaya
berangsur-angsur akan berkurang seiring bertambah akrabnya hubungan. Untuk itu,
cobalah hindari menilai orang lain secara tergesa-gesa E permanen, apalagi hanya
didasarkan pada informasi yang terbatas.6
6. Memaksimalkan Hasil hasil
Dalam komunikasi antarbudaya terdapat tindakan-tindakan yang berusaha
memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi mengisyaratkan implikasi yang
penting bagi komunikasi antarbudaya. Pertama, orang akan berintraksi dengan orang
lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Kedua, bila mendapatkan
hasil yang positif, maka pelaku komunikasi terus melibatkan diri dan meningkatkan
komunikasi. Bila memperoleh hasil negatif, maka pelaku mulai menarik diri dan
mengurangi komunikasi. Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang perilaku mana
yang akan menghasilkan hasil positif. Pelaku akan mencoba memprediksi hasil dari,
misalnya, pilihan topik, posisi yang diambil, perilaku nonverbal yang ditunjukkan,
dan sebagainya. Pelaku komunikasi kemudian melakukan apa yang menurutnya akan
memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurutnya akan
memberikan hasil negatif.
6
Agustin Wulandari, T. “Prinsip Komunikasi Antar Budaya. (2018).

7
8
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang bersifat satu arah dari komunikator
(penyampai pesan) kepada komunikan (penerima pesan) dengan menggunakan media tertentu
sehingga memunculkan efek. Pengertian yang lain disampaikan oleh Stewart L. Tubbs dan
Sylvia Moss; komunikasi merupakan proses pembentukan makna diantara dua orang atau
lebih. Ada Keenam prinsip komunikasi Islam yang disebutkan dalam Al-Quran adalah (1)
Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan
Layinan, dan (6) Qaulan Maysura.

Sebagai representasi budaya, bahasa yang kita gunakan dalam berkomunikasi senantiasa
menggambarkan keadaan pemakai bahasa itu sendiri. Sebagai contoh, kita dapat mengenal
dengan mudah siapa sebennarnya orang yang akrab dengan istilah sosialisasi dan sebagainya.
Untuk menggambarkan bahasa sebagai prinsip utama dalam komunikasi antarbudaya, Devito
menegaskan prinsip tersebut ke dalam enam aspek yaitu, relativitas bahasa, bahasa sebagai
cerminan budaya, mengurangi ketidak pastian, kesadaran diri dan perbedaan antara budaya,
Interaksi awal dan perbedaan budaya, dan Memaksimalkan Hasil hasil

B. SARAN

Penulis mengakui makalah ini jauh dari kesempurnaan, dan hal ini lebih disebabkan oleh
kekurangan referensi yang dimiliki oleh penulis, maka untuk itu penulis mengharapkan saran
yang membangun untuk perbaikan makalah ini pada masa yang akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agustin Wulandari, T. (2018).“Prinsip Komunikasi Antar Budaya.

Budaya : Communication Between Cultures, Salemba Humanika, Jakarta.

Deddy Mulyana, MA, Ph.D, (2012).Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Rosda, Bandung.

Larry A.Samovar, Richard E.Porter, dan Edwin R.McDaniel. (2010). Komunikasi Lintas
Prof.

Rizak, Mochamad. (2018).“Peran pola komunikasi antarbudaya dalam mencegah konflik


antar kelompok agama.” Islamic Communication Journal 3.1

Stephen W Littlejohn dan Karen A Foss, (2009). Theories of Humas Communication


Penerbit; PT Salemba, Jakarta.

http://umum.kompasiana.com/2009/06/10/pengertian-agama-secara-umum/

10

Anda mungkin juga menyukai