Anda di halaman 1dari 13

PENYARINGAN INFORMASI DALAM DAKWAH DAN TANGGUNG

JAWAB PEMBERI INFORMASI

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Tafsir Manajemen

Oleh:

M. Ibnu Fadhli S (04010420013)


Rizqotul Afiah (04010420016)

Dosen Pengampu:

Anwari Nuril Huda, S.Sos.I., M.A.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan mkalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat memenuhi tugas mata kuliah tafsir manajemen. Kami menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, pada penyusunan makalah ini, sangatlah sulit bagi
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1) Bapak Anwari Nuril Huda, S.Sos.I., M.A. Selaku dosen pengampu mata kuliah tafsir
manajemen yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan kami
dalam penyusunan makalah ini;
2) Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral; dan
3) Sahabat-sahabat yang banyak membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu.

Surabaya, 13 September 2021

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan ...................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
A. Penyaringan Informasi Dalam Dakwah: QS. Al-Hujurat: 6, Al-Nisa: 94................ 6
B. Tanggung Jawab Pemberi Informasi: QS. Al-Baqarah: 44, Al-Shaff: 2 dan 3 ......... 9
BAB IIIPENUTUP ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi adalah proses mendunia. Segala sesuatu yang berkaitan dengan
perkembangan zaman semakin meningkat. Baik dalam perkembangan keilmuan, pengetahuan
serta dukungan teknologi untuk mencapai proses perkembangan budaya manusia. Akibat
kemajuan teknologi informasi dahsyatnya arus informasi tidak dapat dibatasi oleh pembatas
yang dibangun untuk mencegah masuknya pengaruh dari luar. Meningkatnya teknologi
membuat kita sulit menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Hoax dan kepalsuan berita
meraja lela. Kebanyakan masyarakat terlena karena penyebaran yang begitu cepat.
Media sosial berperan aktif dalam kehidupan saat ini di era pandemic sebagai pemberi
informasi dari berbagai belahan dunia. Kita bisa mengakses dan mengetahui apa yang terjadi di
Inggris, Amerika, Afrika, dan berbagai wilayah lainnya dari media sosial. Namun, dengan begitu
sangat wajar apabila keunggulan teknologi informasi ini menghadirkan kekhawatiran di tengah
masyarakat. Dikhawatirkan akan ada oknum yang dengan sengaja memanfaatkan kesempatan
ini untuk membuat makar dengan cara menyampaikan berita bohong (hoax) yang bisa saja
nantinya akan melahirkan polemik di tengah masyarakat. Maka dengan begitu perlu di lakukan
penyaringan informasi sebelum kita bagikan informasi tersebut ke orang lain.
Fakta adalah segala hal yang bisa ditangkap oleh indra manusia berupa data dari keadaan
nyata yang telah terbukti kebenarannya. Bukan lagi hanya tentang opini. Segala sesuatu yang kita
bagikan harus dapat di pertanggung jawabkan kebenaranya agar tidak membuat orang lain
tersesat. tanggung jawab adalah kesadaran seseorang akan kewajiban untuk menanggung segala
akibat dari sesuatu yang telah diperbuatnya. Maka dari itu segala informasi yang kita bagikan
harus dapat di pertanggung jawabkan.
Dakwah Islam adalah sarana yang efektif dan penting dalam menyoroti pentingnya
keamanan baik bagi individu maupun masyarakat, dan bahwa itu adalah kebutuhan universal
yang sah untuk advokasi. Metode dakwah Islam bertujuan untuk membangun sistem individu
dan masyarakat yang melaluinya diaktualisasikan baik untuk Muslim maupun non-Muslim.
Seorang Muslim harus menjadi representasi yang baik dari dakwah Islam dan ukuran keamanan
untuk semua orang di sekitarnya. Keamanan menyeluruh hanya dapat dicapai ketika manusia
hidup berdampingan secara harmonis dengan dirinya sendiri dan makhluk lain di sekitarnya,

4
dan ini jelas ditunjukkan dengan mengikuti tuntunan dan dasar-dasar dakwah Islam dalam Al-
Qur'an dan Sunnah.1

B. Rumusan Masalah
1. Penyaringan Informasi dalam Dakwah: QS. Al-Hujurat: 6, al-Nisa: 94
2. Tanggung Jawab Pemberi Informasi: QS. Al-Baqarah: 44, Al-Shaf: 2 dan 3.

C. Tujuan
1. Memahami makna penyaringan informasi dalam dakwah : QS. Al-Hujurat: 6, al-Nisa: 94
2. Memahami tanggung jawab pemberi informasi QS. Al-Baqarah: 44, Al-Shaf: 2 dan 3.

1
Khaiat (al), Mosthafa Hassan Mohamed. The Principles of Islamic Da’wah and I’ts Role in Achieving Security.
Malaysian Journal for Islamic Studies. Vol. 3. 2019.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyaringan informasi dalam dakwah : QS. Al-Hujurat: 6, al-Nisa: 94


QS. Al-Hujurat: 6
ْ ُ ‫ٰيٰٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٰٓوا ا ِْن ج َۤا َء ُك ْم َفاس ٌِۢق بِنَبَ ٍا َفتَبَيَّنُ ْٰٓوا اَن ت ُِص ْيبُ ْوا َق ْو ًم ٌۢا بِ َجهَالَ ٍة َفت‬
‫صبِ ُح ْوا ع َٰلى َما َفعَ ْلت ُ ْم ٰندِمِ يْن‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu
membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan
suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali
perbuatanmu itu.

Saat ini kebanyakan orang ketika menerima sebuah berita langsung menyebarkan berita
tersebut ke orang lain. Mereka cenderung langsung membagikan berita tersebut tanpa
memeriksa kebenaran beritanya. Sebagai masyarakat, kita harus cerdas. Terutama dalam
memilah berita. Saat ini perlu sekali mengecek dan menguji keakuratan berita, juga halnya
dengan penyampaian berita. Namun, baik peyampai berita ataupun penerimanya, keduanya
harus memahami etika yang berlaku. Padahal Al-Quran sebagai firman Allah yang di turunkan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril memerintahkan agar manusia
yang beriman untuk meneliti suatu berita yang baru didapat.

Istilahnya adalah tabayyun. Kata tabayyun di dalam ayat tersebut mempunyai bentuk amr
(kata kerja perintah), yang dengan tegas menuntut kesungguhan untuk meneliti kembali demi
mencari kejelasan informasi. Oleh karena itu, diperlukan adanya sikap kehati-hatian dan
perenungan terlebih dahulu ketika menerima sebuah informasi sebelum disampaikan kepada
khalayak. Tidak hanya meneliti terkait informasi yang diterima, etika yang terkandung di dalam
al-Qur'an juga mengisyaratkan pentingnya meneliti integritas dan kredibilitas sumber yang
memberi informasi.2

Menurut tafsir ringkas Kemenag RI, “ayat ini menguraikan bagaimana berlaku dengan
sesama manusia, termasuk kepada orang fasik. Diawali dengan tuntunan bagaimana
menghadapi orang fasik, Allah berfirman, Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang
fasik datang kepadamu membawa suatu berita yang penting, maka ja-nganlah kamu tergesa-gesa

2
Heri Romli Pasrah, “Kode Etikjurnalistik dan Kebebasan Pen daiam Perspektif Islam”, Jurnal Dakwah, Vol. IX
No. 2, Juli-Desember 2008, hlm. 129.

6
menerima berita itu, tetapi telitilah terlebih dahulu kebenarannya. Hal ini penting dilakukan agar
kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan atau kecerobohan kamu mengikuti
berita itu yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu yang terlanjur kamu lakukan. Ayat ini
memberikan tuntunan kepada kaum muslim agar berhati-hati dalam menerima berita terutama
jika bersumber dari orang yang fasik. Perlunya berhati-hati dalam menerima berita adalah untuk
menghindarkan penyesalan akibat tindakan yang diakibatkan oleh berita yang belum diteliti
kebenarannya.3

Dalam Tafsir Al-Misbah karya M.Quraish Shihab ketika menafsirkan surat Al-Hujurat ayat
6 menjelaskan bahwa banyaknya orang yang menyampaikan dan menyebarkan suatu informasi
atau isu tidak memberi jaminan terkait kebenaran informasi tersebut. Banyak faktor yang harus
diperhatikan. Sama halnya ketika ulama melakukan penyeleksian informasi para perawi hadits-
hadits Nabi, salah satu yang diperbincangkan adalah penerimaan riwayat yang disampaikan oleh
sejumlah orang yang dinilai mustahil menurut kebiasaan mereka sepakat berdusta atau yang
disebut mutawatir. Jumlah yang banyak itu harus memenuhi syarat-syarat, boleh jadi orang
banyak itu tidak mengerti persoalan, boleh jadi juga mereka telah memiliki asumsi dasar yang
keliru, sebanyak apapun yang menyampaikan berita tidak menjamin kebenarannya. Kata ‫)فاصق‬
fasiq) menurut tafsir Al-Misbah diambil dari kata ‫ )فصق‬fasaqa) yang biasa digunakan untuk
melukiskan buah yang telah rusak atau terlalu matang sehingga terkelupas kulitnya. Seorang
yang durhaka adalah orang yang keluar dari koridor agama akibat melakukan dosa besar atau
sering kali melakukan dosa kecil.4

Sementara itu, menurut tafsir Al-Azhar ayat tersebut jelas sekali memberikan larangan yang
sekeras-kerasnya untuk cepat mempercayai berita yang dibawa oleh seorang fasik. Janganlah
berita itu langsung diiyakan atau ditidakkan, melainkan diseliki terlebih dahulu dengan seksama
sekalipun benar atau tidak.5

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu dalam islam secara menyeluruh, dan
janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata. Dari

3
https://www.tokopedia.com/s/quran/al-hujurat/ayat-6
4
Dina Nasicha, Makna Tabayyun Dalam Al-Qur’an (Studi Perbandingan Antara Tafsir AlMuyassar Dan Tafsir Al-
Misbah), Semarang, 2016, UIN Walisongo, hlm. 39.
5
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Singapura: Kerjaya Printing Industries, 2003), hlm. 6817.

7
artian diaatas dapat diambil hikmahnya agar memilih dengan hati-hati informasi agar tidak salah
dalam mendalami informasi dakwah.6

)‫الص ين (مسند البزار‬


ِ ‫ب‬ ِ ‫ ا ْطلُبُوا ا ْل ِع ْل َم َو لَ ْو‬:‫عن أنس بن مالك قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

Artinya: Dari Anas bin Malik, dia berkata Rasulullah saw bersabda: “Carilah ilmu walau
sampai ke negeri Cina”

Dari hadis diatas kita diajarkan untuk mencari ilmu kemana saja asal tidak melenceng dari islam,
sebagai pemuda-pemudi islam kita harus bisa memilih mana yang benar dan mana yang salah.
Meskipun kita jauh dalam mencari ilmu yang terpenting tidak meninggalkan agama islam sendiri.7

QS. al-Nisa: 94

‫ستَ ُمؤْ مِ نً ۚا تَ ْبتَغُ ْونَ ع ََرضَ ا ْلح َٰيو ِة‬ْ َ‫س ٰل َم ل‬


َّ ‫ّٰللا َفتَ َب َّينُ ْوا َو ََل تَقُ ْولُ ْوا ِل َم ْن ا َ ْل ٰق ٰٓى اِلَ ْي ُك ُم ال‬ َ ‫ٰ ٰٓيا َ ُّيهَا ا َّل ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْ ٰٓوا اِذَا ض ََر ْبت ُ ْم ف ِْي‬
ِ ‫س ِب ْي ِل ه‬
َ ‫علَ ْي ُك ْم َفتَبَيَّنُ ْو ۗا اِنَّ ه‬
‫ّٰللا كَانَ بِ َما تَ ْع َملُ ْونَ َخبِي ًْرا‬ ‫ّٰللا َمغَانِ ُم َكثِي َْرة ۗ ك َٰذ ِلكَ ُك ْنت ُ ْم مِ ْن َق ْب ُل َف َمنَّ ه‬
َ ُ‫ّٰللا‬ ِ ‫ال ُّد ْنيَا ۖ َف ِع ْن َد ه‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka
telitilah (carilah keterangan) dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang
mengucapkan ”salam” kepadamu, ”Kamu bukan seorang yang beriman,” (lalu kamu
membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan dunia, padahal di sisi
Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah
memberikan nikmat-Nya kepadamu, maka telitilah. Sungguh, Allah Mahateliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.
Menurut tafsir al wajiz, Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi berperang di
jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu tergesa-gesa supaya kamu tidak salah membunuh
saudara muslim. Dan jangan kamu katakan kepada orang yang telah bersyahadat dan
menyatakan keislamannya dengan perkataan: “Kamu bukan seorang mukmin” lalu kamu
membunuhnya, dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, atau mencari harta
rampasan perang. Itu semua adalah barang dunia yang akan lenyap, karena di sisi Allah ada harta
dan kebaikan yang tidak terkira dari pada apa yang kalian senangi, itu semua akan kalian
dapatkan selama tidak berbuat perbuatan yang terkutuk, atau jangan kalian bergerombol. Begitu

6
Wawasan Al-Qur’an, Prof. DR. Quraish Shihab
7
Modul Hadis (http://ftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-HADITS.pdf) 17
September 2021, 13:51

8
jugalah keadaan kamu dahulu seperti orang-orang kafir, lalu Allah menganugerahkan petunjuk-
Nya atas kamu dalam keimanan, sehingga telah terukir dalam darah kalian kalimat Islam dan
syahadat, maka telitilah dan jangan tergesa-gesa dalam berperang. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.8
Nabi Muhammad (Sm) mengatakan bahwa pemimpin Jamaah (organisasi / komunitas /
bangsa) adalah pelayan mereka. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dalam bisnis melayani
dan membantu orang lain maju. Talib, Hisham Al (1991) mengidentifikasi beberapa
karakteristik penting dari kepemimpinan Islam, yang juga berlaku untuk para pemimpin
manajerial dalam suatu organisasi. Dalam hal diatas kita harus menyaring-nyaring informasi
yang kita terima apakah benar adanya atau malah menjerumuskan kita. Jadi kita perlu waspada.9

B. Tanggung Jawab Pemberi Informasi QS. Al-Baqarah: 44, Al-Shaff: 2 dan 3


QS. Al-Baqarah: 44
َ‫اب أ َ َف ََل ت َ ْع ِقلُون‬
َ َ ‫س ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم تَتْلُونَ ا ْل ِكت‬
َ ُ‫س ْونَ أ َ ْنف‬ َ َّ‫أَتَأْ ُم ُرونَ الن‬
َ ‫اس ِبا ْل ِب ِر َوت َ ْن‬
Artinya : “Mengapa kalian menganjurkan orang lain untuk berbakti, sedangkan kalian
melupakan diri sendiri, padahal kalian membaca kitab suci? Tidakkah kalian
berpikir?”

Dari surat Al-Baqarah ayat 44 menjelaskan tentang bagaimana tanggung jawabnya


seorang pemberi informasi. Bagi seorang muslim sangat penting saling mengingatkan dan
menyebarkan kebaikan, meskipun hanya sedikit yang kita bagikan itu sudah tepat dan
mengikuti ajaran islam. Tetapi dalam potongan ayat diatas menunjukkan bahwa apabila
menyampaikan atau mengingatkan informasi harus dulu sudah dilakukan oleh orang yang
menyampaikan. Seperti halnya apabila kita mengingatkan seseorang untuk sholat fardhu
atau sunnah kita wajib sudah melakukannya. Jangan menyuruh atau mengingatkan
seseorang tetapi kita belum melakukannya.
Pada ayat diatas juga menyampaikan tentang orang-orang Yahudi yang selalu
menasehati para kerabatnya untuk selalu menaati dan menghormati Nabi Muhammad
sedangkan mereka sendiri berbuat munafiq, mereka juga memerintahkan kerabatnya untuk
selalu bershodaqoh akan tetapi mereka juga mengingkarinya sendiri. Dari hal ini ada suatu

8
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah,
https://tafsirweb.com/1626-quran-surat-an-nisa-ayat-94
9
Ather, Syed Mohammad & Farid Ahammad Sobhani, Managerial Leadership: An Islamic Perspective, IIUC
STUDIES, Vol. 4, 2007.

9
hikmah yang mendalam, yaitu jika bersosialisasi dengan sesama harus adanya ikatan saling
percaya dan ada konsekuensi dari apa yang dilakukan.10
Di dalam islam umatnya di ajak atau dituntun untuk mempertanggung jawabkan
apa yang ia ucapkan dengan apa yang diperbuatkan. Memang pada dasarnya mengerjakan
kebajikan tidak semudah diucapkan. Menghindari larangan muslim juga pun banyak
hambatan.maka dari itu dengan ayat diatas kita diajarkan untuk bersabar dan berdoa.
Khitab pada ayat ini ditujukan kepada Bani Israil sebagaimana ayat-ayat
sebelumnya. Di sini Allah mengecam orang-orang yang bersikap bengkok dalam berbuat,
dan selalu mengarah pada kerusakan. Kemudian Allah SWT. memberi petunjuk kepada
mereka agar beranjak dari kesesatan yang membingunkan mereka. Sebab, kaum Yahudi
mengaku dirinya sebagai kaum beriman kepada kitab mereka sendiri dan mengamalkan
serta memelihara melalui kitab-kitab tersebut. Tetapi mereka tidaklah serius di dalam
mempelajarinya, Jika mereka serius di dalam mempelajari kitab mereka, pasti akan beriman
kepada kitab - kitab yang diturunkan kepada mereka. Itulah bacaan yang mendapat rida
Allah SWT. namun keadaanya justru terbalik. Para pendeta dan rahib lah yang dianggap
oleh mereka sebagai pemutus segala perkara melarang atau pun memerintah dan para rahib
itu sama sekali tidak pernah mengatakan segala seuatu kecuali sesuai dengan selera mereka.
Mereka pun tidak mengamalkan hukum-hukum yang terkandung di dalam kitab, jika
hukum itu bertentangan dengan kemauan nafsu mereka.11
Semua manusia dalam Islam bertanggung jawab atas tindakan mereka. Manajer
sumber daya manusia dan karyawan yang baik harus bertanggung jawab atas apa yang
mereka lakukan satu sama lain. Hal ini akan membuat manajer sumber daya manusia lebih
baik dalam mengelola karyawan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran bahwa:
“Hai orang-orang yang beriman! mengkhianati bukan kepercayaandari Allah dan
Rasul, atau menyalahgunakan sadar hal dipercayakan kepada Anda'(Al-Qur"an:8:27).12
QS. Al-Shaff: 2 dan 3

َ‫ٰۤياَيُّهَا الَّذ ِۡينَ ٰا َمنُ ۡوا ِل َم تَقُ ۡولُ ۡونَ َما ََل ت َ ۡفعَلُ ۡون‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu apa
yang tidak kamu kerjakan”. (Q.S. Ash-Shaff / 61:2)

10
Abil Qosim , Al Kassyaf an Haqoiqi al Tanzil wa Uyun al Aqowil, (Bairot-Libanon: Dar al Ma’rifat, Juz 1),
hlm.277
11
Terjemah Tafsir Al-Maragi, Ahmad Mustafa Al-Maragi, CV. Toha Putra Semarang, Semarang, 1992, hal. 181.
12
Alarimy, Aisha Salim Juma. Islamic and Western Approaches to Human Resource Management in
Organizations: A Practical Approach. International Journal of Information Technology and Business
Management. Vol. 39. No. 1, 2015.

10
ِ ‫َكبُ َر َم ْقت ًا ِع ْن َد ه‬
َ‫ّٰللا ا َ ْن تَقُ ْولُ ْوا َما ََل ت َ ْف َعلُ ْون‬
Artinya : “Itu sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan”. (Q.S. Ash-Shaff / 61:3)

Ayat di atas merupakan pengingkaran dari Allah terhadap orang yang sudah
berbuat janji tapi diingkari atau tidak ditepati. Seperti apa yang pernah dikatakan oleh
Rasulullah Saw telah bersabda,” Tanda – tanda orang munafik itu tiga : bila berjanji dia
ingkar, bila berkata dia dusta dan bila dipercaya dia khianat”.13
Pada saat ini yang kita ketahui banyak manusia yang sering menyuruh untuk ma’ruf
dan meninggalkan yang munkar, namun mereka juga sering tidak melakukan apa yang
mereka ucapkan atau perkataannya. Seperti yang menyuruh untuk memberantas korupsi
tetapi dia malah yang melakukan korupsi. Serta ada yang melarang mencuri yang bukan
miliknya atau haknya tetapi dia malah mencuri.
Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa surat as-shaff: 2 dan 3
menjelaskan tentang konsisten dengan perkataan dan perbuatan seseorang, bertanggung
jawab, jujur, disiplin, berani berjuang serta menghindari sifat munafik. Maka dari itu dalam
hal Pendidikan karakter bisa menjadi pribadi yang baik dan teladan.
Dari jurnal Etika Manajerial Dalam Kerangka Islam di jelaskan bahwa Semua
tindakan Manajerial harus menyebarkan jalan kebaikan dalam organisasi karena untuk
menjalin hubungan yang langgeng antara karyawan dan induk organisasi, diperlukan rasa
kebaikan yang menyebarluaskan rasa kesenangan tempat kerja dan mempengaruhi kinerja
setiap individu. Untuk menciptakan tempat kerja yang berkinerja tinggi, kita perlu
mengelola tekanan pada diri kita sendiri dan orang lain. Bagikan senyum dan tawa karena
tampaknya masuk akal untuk menggabungkan kesenangan dengan bisnis. Dalam hal itu
apabila di dalam kantor ada peraturan atau ketertiban diwajibkan untuk bos dan kalangan
atas lainnya untuk mematuhi peraturan tersebut dan bertanggung jawab dengan
omongannya.14

13
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah Ma’arif, Gema Insani, Jakarta, 1999.
14
Abbas, Rana Zamin, dkk. Managerial Ethics in Islamic Framework. Internatioan Journal of Business and Social
Science. Vol. 3, No. 7, 2012.

11
BAB III
PENUTUP

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, meskipun dalam
penyelesaiannya sudah diupayakan secara optimal. Kedepannya kami akan lebih baik lagi
dalam menjelaskan tentang makalah tersebut dengan sumber-sumber yang lebih luas dan
dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kami juga mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Rana Zamin, dkk. Managerial Ethics in Islamic Framework. Internatioan Journal of
Business and Social Science. Vol. 3, No. 7, 2012.

Alarimy, Aisha Salim Juma. Islamic and Western Approaches to Human Resource Management
in Organizations: A Practical Approach. International Journal of Information Technology and
Business Management. Vol. 39. No. 1, 2015.

(Al) Khaiat, Mosthafa Hassan Mohamed. The Principles of Islamic Da’wah and I’ts Role in
Achieving Security. Malaysian Journal for Islamic Studies. Vol. 3. 2019.

Ather, Syed Mohammad & Farid Ahammad Sobhani, Managerial Leadership: An Islamic
Perspective, IIUC STUDIES, Vol. 4, 2007.

Hamka, Tafsir Al-Azhar (Singapura: Kerjaya Printing Industries, 2003), hlm. 6817.

https://www.tokopedia.com/s/quran/al-hujurat/ayat-6

Modul Hadis (http://ftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-


HADITS.pdf) 17 September 2021, 13:51

Nasib Ar-Rifa’I Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah Ma’arif, Gema Insani, Jakarta, 1999.

Nasicha Dina, Makna Tabayyun Dalam Al-Qur’an (Studi Perbandingan Antara Tafsir
AlMuyassar Dan Tafsir Al-Misbah), Semarang, 2016, UIN Walisongo, hlm. 39.

Qosim Abil, Al Kassyaf an Haqoiqi al Tanzil wa Uyun al Aqowil, (Bairot-Libanon: Dar al


Ma’rifat, Juz 1), hlm.277

Romli Pasrah Heri, “Kode Etikjurnalistik dan Kebebasan Pen daiam Perspektif Islam”, Jurnal
Dakwah, Vol. IX No. 2, Juli-Desember 2008, hlm. 129.

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah,
https://tafsirweb.com/1626-quran-surat-an-nisa-ayat-94

Terjemah Tafsir Al-Maragi, Ahmad Mustafa Al-Maragi, CV. Toha Putra Semarang, Semarang,
1992, hal. 181.

Wawasan Al-Qur’an, Prof. DR. Quraish Shihab

13

Anda mungkin juga menyukai