Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
Rasa syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen
pengampu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi
saya sebagai penulis dan bagi para pembaca.
Saya selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah. Tidak lupa bagi rekan-rekan mahasiswa lain yang telah mendukung penyusunan
makalah ini saya juga mengucapkan terima kasih.
Terakhir, saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna. Maka
dari itu saya terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan saya, agar
pada tugas berikutnya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi saya dan para pembaca.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................................10
B. Saran .......................................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syair Ashr Jahili, seperti namanya, syair ini berkembang dan menjadi tradisi pada zaman
jahili, sekitar 200/150 tahun secara turun-temurun sebelum Islam turun di tanah Arab, jadi
semua bentuk syair yang tercatat sebelum Islam disebut syair Jahili. Gubahan syair dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari, pengagungan berlebihan pada syair sehingga kedudukan syair
jahili dalam kehidupan bangsa Arab memiliki pegangan peranan yang fundamental. Syair
laksana sihir yang mampu melahirkan kekuatan sampai-sampai lahirlah semboyan asy-syi’ru
diwanul arab (puisi adalah rumah bagi bangsa Arab).
Syair zaman Jahili sangat memiliki kekuatan yang magis dalam psikologis mereka, sering
digunakan untuk mengobarkan semangat juang di masa perang, orasi suatu kelompok, tetapi
sekaligus dapat menciptakan perdamaian tatkala ada dua pihak yang bertikai. Semua ter
visualisasi dalam syair yang mereka utarakan. Keunggulan syair pada zaman ini adalah
kekuatan bahasa yang kokoh, matang, padat, kaidah bahasa arab yang kuno (pada saat itu
masyarakat jahiliah menggunakan bahasa Arab kuno “al-Arabiyah al-Qadimah”), aspek
keindahan bahasa yang tinggi (di dalamnya terdapat aspek balaghah terdiri atas majaz,
tasybih, dan isti‟arah) dan pemaknaan kata perkataannya begitu luas. Bahkan sebagian syair
cukup sukar dipahami maknanya karena mengandung beberapa Mufrodah yang langka,
perumpamaan-perumpamaan indah dan unik sehingga memerlukan pengetahuan linguistik
yang luas untuk memahami maknanya. Perbedaan makna dalam penggunaan kalimat banyak
di dalam syair jahili.
Penyair terkemuka pada masa ini adalah yang terbaik dari yang pernah ada. Para pemilik
Muallaqot As-Sab‟u yang termasyhur di zaman nya seperti Antarah ibn Syaddad, Zuhair bin
Abi Salma, Umrul Qois, Amr bin Kultsum, Labid bin Rabiah dll (yang setiap dari mereka
memiliki kumpulan syair-syair dalam bentuk Diwan yang cukup tebal).
5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Antarah bin Amr bin Syaddad Al Absi adalah salah satu perwira dan penyair arab
yang paling terkenal di zaman jahiliyyah. Dia dilahirkan di Najd dari rahim seorang budak
Habasyah yang bernama Zabibah dan ayahnya seorang bangsawan yang kaya raya dari ka-
bilah Absi yang bernama Syaddad. Antarah mewarisi kulit hitam ibunya dan memiliki
julukan al fuluha karena memiliki bibir yang memble sehingga masyarakat mengiranya
bukan orang Arab1. Menurut tradisi Arab, anak dari ibu seorang budak tidak diakui nasabnya
oleh ayahnya, dan statusnya menjadi budak.
Karena itu ayahnya tidak mau mengakuinya sebagai anak kandungnya, bahkan
dianggap sebagai budak yang dapat disuruh menggembala ternak. Perlakuan ayahnya ini
membuat psikologis penyair ini sangat tertekan, bahkan pamannya sendiri ikut menghalangi
cintanya kepada putrinya sendiri yang bernama Ablah. Karena merasa tidak pantas
mengawinkan putrinya dengan keluarga budak.
Tekanan psikologisnya membuat sifatnya sangat keras terhadap semua orang, bahkan
terhadap ayahnya sendiri. Kebencian terhadap ayahnya dinyatakannya ketika ayahnya me-
merintahkannya untuk berperang melawan musuh yang datang menyerbu, mendengar ajakan
itu, dia menjawab “Sesungguhnya tidaklah layak bagi budak untuk berperang tapi hanya un-
tuk menjaga ternak dan memeras susunya saja”. Ucapan itu dirasakan oleh ayahnya akan
penderitaan seorang anak. Karena itulah sang ayahpun mengakui nasab anaknya dengan uca-
pan,”Berperanglah kamu, karena sesungguhnya kamu adalah seorang yang merdeka”. Sejak
saat itu nasab orang tuanya selalu diikutkan dengan nama asal penyair ini. Dan sejak saat itu
pula nama penyair ini selalu disebut dalam segala pertempuran.
„Antarah mewarisi keberanian orang Arab dalam berperang. Bahkan dengan namanya
yang agak angker itu, Antarah lebih dikenal sebagai pahlawan yang sangat ditakuti lawan-
lawanya. Sehingga pribadi penyair ini kelak pada masa Daulah Fathimiyyah sering
diagungkan.
Pada mulanya Antarah hanya dikenal sebagai pendekar yang handal. Sampai pada suatu
hari, dia diejek oleh seseorang di majelis ayahnya setelah diakuinya menjadi anak oleh
1
Az-Zauzani, Abu Abdillah Husen bin Ahmad. Syarhul Muallaqot As-Sab’ hal 128
7
ayahnya. Dia diejek karena dia keturunan ibunya yang seorang budak, sehingga membuatnya
marah dan berkata : “Aku adalah seorang yang gemar menghadiri pertempuran, aku adalah
orang yang paling adil, dan aku tidak pernah meminta dan aku selalu dermawan dengan yang
kumiliki dan aku adalah pembuka jalan buntu”. Orang yang menghinanya berkata:“ aku lebih
fasih dalam berpuisi daripada kamu”. Lalu antarah berkata: “Akan kamu lihat kefasihanku”.
Sejak saat itu, Antarah mulai merangkum qasidah muallaqatnya yang mengisahkan
percintaan bersama kekasihnya Ablah. Selain itu, dia juga menggambarkan tentang keberani-
an dan keangungannya dalam medan pertempuran.
Pada mulanya penyair ini tidak terkenal sebagai penyair ulung, tetapi untungnya
sejak muda penyair ini telah menyimpan bakat untuk berpuisi. Dan bakat inilah yang
mendorong untuk meningkatkan prestasinya dalam berpuisi. Kebanyakan puisinya
dikumpulkan dalam mu‟allaqatnya yang sangat panjang. Puisinya dikenal bertemakan Al-
Hamaasah atau semangat yakni untuk membangkitkan semangat ketika ada suatu peristiwa
semacam perang atau membangun sesuatu. Adapun beberapa bait syair Antarah dibawah ini:
مقوم
ّ جادت لو ك ّفى بعاجل طعنة * مبثقف صدق الكعوب
مبحرم
ّ األصم ثيابو * ليس الكرمي على القنا
ّ فشككت بالرمح
“Wahai puteri Malik, tidakkah engkau tanyakan kepada ksatria itu tentang diriku di medan
peperangan, jika engkau tidak tahu?”
“Tidakkah engkau tanyakan kepada ksatria itu tentang diriku ketika aku sedang berada di
atas kuda yang dilukai oleh musuh?”
“Ada kalanya aku bawa kuda itu untuk menyerang musuh, namun adakalanya aku membawa
kudaku untuk bergabung dengan pasukan yang banyak”
“Jika kamu bertanya tentang diriku pada orang yang hadir dalam peperangan itu, maka
mereka akan memberitahukan kepadamu bahwa aku adalah orang yang selalu maju (berada
di depan) dalam setiap peperangan dan aku orang yang tidak tamak dalam pembagian
rampasan perang”
“Adakalanya ada ksatria yang berani dan sangat ditakuti oleh musuhnya dan tidak mau
menyerah”
“Dan ketika ksatria itu aku tusuk dengan tombak yang keras, yang dapat menembus baju
jirahnya. Dan orang bangsawan pun tidak mustahil untuk terbunuh”
“Setelah ksatria itu terbunuh, maka aku tinggalkan begitu saja agar menjadi santapan
binatang buas yang akan menghancurkan jari tangan dan lengannya yang bagus itu”
Pada bait syair ini Antarah mengisahkan kegagahannya dalam berperang, semangat
dalam berperang yang luar biasa dan tidak pantang menyerah. Gambaran bait dalam syair
diatas menjelaskan bahwa Antarah sesosok ksatria yang begitu kejam terhadap musuhnya, ia
tidak akan membiarkan musuhnya dalam keadaan hidup, kekejamannya membuat ia sangat
ditakuti musuhnya.
Para ahli sastra Arab menggolongkan puisi Antarah ke dalam kelas tertinggi dalam
menggambarkan dan menyifati segala kejadian yang dialaminya. Dalam salah satu bait
puisinya, penyair ini menerangkan kepada kekasihnya bahwa ia adalah seorang yang baik
bila ia tidak diganggu dan dirampas miliknya. Akan tetapi, jika ia diganggu, maka ia akan
9
membalas perbuatan orang itu dengan kekerasan yang dapat dijadikan pelajaran selama hidup
orang yang mengganggunya. Seperti contoh di bawah ini:
“Pujilah aku (wahai kekasihku) dari apa yang kamu ketahui dari kelakuan baikku.
Sesungguhnya aku adalah seorang yang lemah lembut bila tidak dizalimi oleh siapa pun”
“Namun, jika aku dizalimi oleh seseorang, maka aku akan membalasnya dengan balasan
yang lebih keras dari kezalimannya”
آساد األجام ِ ِ ِ
ُ القرب يوم * و حول خبهاك
أروم منك ه
ُ وكيف
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antarah bin Amr bin Syaddad Al Absi adalah salah satu perwira dan penyair arab yang
paling terkenal di zaman jahiliyyah. Dia dilahirkan di Najd dari rahim seorang budak
Habasyah yang bernama Zabibah dan ayahnya seorang bangsawan yang kaya raya dari
kabilah Absi yang bernama Syaddad.
Puisi-puisi Antarah tergolong muallaqat yang paling indah dan paling mudah-mudah
kata-katanya, paling kuat komposisinya, paling indah washfnya, dan paling kuat hammas dan
fakhrnya. Puisi Antarah didominasi dengan puisi cinta dan perang, namun tidak hanya itu
saja. Ada puisi yang bertemakan washf, fakhr dan lain-lain.
B. Saran
Demikian makalah yang kami sampaikan, jika ada salah kata kami mohon maaf dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ali Al-Mudhar, Yunus dan H Bey, Arifin. 1983. Sejarah Kesustraan Arab, Surabaya: PT
Bina Ilmu.
Al-Iskandar, Ahmad dan Anany, Musthofa. 1916. Al-Wasit Fi Al-Adab Al-ArabiWatarikhuhu.
Mesir: Dar Al-Ma‟arif.
Al-Zauzini, Ahmad bin Al-Husain. Syarh Al-Muallaqot Al-Sabng’u. Beirut: Dar Al-Kutub
Al-Ilmiyah.
Bunyamin Bahrum. 2003. Sastra Arab Jahili (Pra Islam), Terjemahan Al-Adab Al-Arabiyah
Al-Jahiliyah. Yogyakarta: Abad Pers.
H. Wargadinata, Wildana dan Fitriani, Laily. 2008. Sastra Arab dan Lintas Budaya. Malang:
UIN Malang Press.
https://wp.me/p7pUe5-3m (online, diakses pada tanggal 10 April 2023)