Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Istikhdam Dan Objek Kajiaannya

Diajukan sebagai tugas terstruktur mata kuliah Balaghah II

Disusun oleh :

Danil Mesa

Dosen Pembimbing:

Adril Maiyanto, M.Pd

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) BALAI SELASA

KABUPATEN PESISIR SELATAN

TAHUN 2023

I
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim Alhamdulillah , Puji beserta syukur kami panjatkan


kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad saw. Makalah ini berisikan tentang penjelasan ” Istikhdam dan Objek
Kajiannya” .

Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada pihak yang Terkait dengan makalah ini, Secara khusus, dosen dan teman-
teman sekalian, yang telah memberikan arahan dan dukungan yang begitu besar
sehingga dapat tersusunnya makalah ini dengan baik

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini . Akhir kata , Penulis sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir . Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita .
Amin .

Balai Selasa, 5 Mei 2023

penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ I


DAFTAR ISI ............................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ...................................................................................... 1

BAB II Pembahasan .................................................................................................. 2


A. Pengertian Istikhdam ..................................................................................... 2
B. Contoh Penggunaan Istikhdam Dalam Kalimat.............................................. 2

BAB III Penutup ....................................................................................................... 6


A. Kesimpulan .................................................................................................. 6
B. Saran ............................................................................................................ 6

DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu yang menjadi aspek kajian ilmu balaghah adalah ilmu badi‟.
Objek kajian ilmu ini adalah upaya untuk memperindah bahasa baik pada tataran
lafal maupun makna. Pada tataran lafal biasa disebut muhassinat lafdziyah dan
pada tataran makna dinamakan muhassinat ma‟nawiyah.

Memperindah kalimat secara maknawiyah (muhassinat ma'nawiyah) ialah


tata cara memperindah yang kembali kepada segi makna sejak semula dan sesuai
dengan keadaannya, walaupun lafadz menjadi indah karena mengikutinya.Adapun
dalam makalah ini secara khusus akan membahas tentang istikhdam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas


adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian istikhdam?


2. Bagaimana contoh penggunaan Istikhdam dalam kalimat?

C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan


pembahasan adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian istikhdam.

2. Mengetahuicontoh penggunaan Istikhdam dalam kalimat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Istikhdam
Salah satu bentuk muhassinat ma‟nawiyah (memperindah makna) adalah
istikhdam. Secara teologis istikhdam diartikan sebagai :

.‫ركش اللفظ بوعٌى ّإعادة ضويش أّ اسن إشاسة بوعٌى آخش‬


Menyebutkan suatu lafadz yang mempunyai makna dua, sedangkan yang
dikehendaki adalah salah satunya. Setelah itu diulangi oleh kata ganti dhamir
yang kembali kepadanya atau dengan isim isyaroh dengan makna yang lain,
atau diulangi dengan dua isim dhamir, sedangkan yang dikehendaki oleh dhamir
yang kedua bukan yang dikehendaki oleh dhamir yang pertama.
Dalam Kitab Taisirul Balaghoh disebutkan bahwa
pengertian istikhdam adalah1

ّ‫ ّيعادَ عليَ ضويش أّ ضويشاى أ‬،‫ أى يزكش اللفظ بوعٌى‬:‫االستخذام‬


.‫آخش‬ ‫إشاسة بوعٌي‬
Dari definisi di atas kita bisa mengambil makna yang dimaksud dengan
istikhdam ialah menyebutkan suatu lafazh itu sendiri, sedangkan makna yang
lainya dapat kita tangkap dari adanya dhamir yang mesti dikembalikan kepada
makna lainya. Demikian pula dinamakan istikhdam jika suatu lafazh mempunyai
dua makna, yang satu dipahamkan dengan sebab adanya suatu dhamir,sedang
yang satu lagi dengan dhamir yang lain.
B. Contoh Penggunaan Istikhdam dalam Kalimat
Firman Allah dalam surah al-Balaghoh ayat 185:

ُ َ‫ش ِْ َش فَ ْلي‬
)581 : ‫ص ْوَُ (البقشة‬ َّ ‫ش ِِذَ ِه ٌْ ُك ْن ال‬
َ ‫فَ َو ْي‬

1
Syeikh Ahmad Qalaq. 1995. Taisiirul Balaghah, Madinah : Thabqah Tsaniyah

2
Artinya : “Maka barang siapa di antara kamu melihat bulan, maka
hendaklah ia berpuasa di bulan itu.” (QS.al-Balaqah: 185)

Kata “‫ ”الشِش‬mempunyai dua makna. Makna yang pertama adalah

„penanggalan‟ atau „bulan sabit‟. Dan yang kedua artinya „sebulan penuh‟ (bulan

Ramadhan). Pada ayat di atas di ungkapkan kata “‫ ”الشِش‬dengan arti

„penanggalan‟ atau „bulan sabit‟. Kemudian setelah itu di ulangi dengan dhamir

“َ‫ ”ى‬pada ungkapan “َ‫ ”فليصو‬pada ungkapan tersebut kembali ke “‫”الشِش‬

akan tetapi dengan makna „bulan Ramadhan‟.2

Pada contoh ayat di atas terjadi pengungkapan suatu kata yang


mempunyai dua makna, kemudian diulangi oleh dhamir yang kembali pada kata
tersebut. Sedangkan makna kata yang disebut berbeda dengan makna dhamir
yang kembali kepadanya. Model uslub ini dinamakan uslub istikhdam.
Dalam sebuah syi‟ir dikatakan :

‫َج َْاًِ ِحى‬ ُ


َ‫شب ٍُُّْْ بَيْي‬ # ٍُْْ ‫ُُ ُو‬ ‫َّ ِإ ْى‬ َِ ‫سا ِكٌِ ْي‬
َّ ‫َّال‬ َ َ‫سقَى ْالغ‬
‫ضى‬ َ َ‫ف‬
‫ضلُ ْْ ِعى‬
ُ َّ
Artinya :
“lalu hujan itu menyiram „al-Ghadha‟ dan para penghuninya, sekalipun
mereka menyalakannya di antara dada dan tulang rusukku”
Pada syi‟ir di atas terdapat kata al-Ghadha. Kata ini mempunyai dua
makna yaitu berarti „nama kampung‟ dan „nama kayu bakar yang sering
dipergunakan untuk memasak‟.
Pada kalimat :

َ‫فسقى الغضى ّالساكٌي‬

2
Raziqatun Nadhifah. 2013. Balaghah Istikhdam, Bismillah Yanfa. Blogspot.com

3
Artinya :
“menyiram al-Gadha dan penghuninya”
Makna al-Gadha dalam ungkapan tersebut adalah “kampung” .

Kemudian setelah itu terdapat ungkapan “ ٍْ‫“ شب‬ (sekalipun mereka

menyalakannya) Kata “َ‫”ـ‬pada ungkapan tersebut merupakan dhomir yang

َ َ‫” الغ‬
kembali kepada kata “ ‫ضى‬

َ َ‫ ” الغ‬yang
Kata “ ‫ضى‬

bermakna “nama suatu kampung” diulangi oleh dhamir yang


kembali kepada lafadz tersebut dengan makna “kayu bakar”,
dinamakan uslub musyakalah.
Dalam sebuah syi‟ir juga dikatakan :

ِ ‫س َوا ُء ِبأ َ ْس‬


َ ‫ َس‬# ‫ض قَ ْْ ٍم‬
َ ‫ع ْيٌَاٍُ َّ ِإ ْى َكاًُ ْْا َغ‬
‫ضا َبا‬ َّ ‫ِإرَاًَزَ َل ال‬
Artinya :
“Bila langit telah turun,
Dipermukaan bumi suatu kaum.
Maka kita menggembalakan padanya
Walaupun mereka bersikap marah”

Pada Syi‟ir diatas, penyair memaksudkan makna ucapannya, “‫”السواء‬

dengan tujuan dan dengan dhamir yang


kembali pada lafadz itu dimaksudkan sebagai “rumput yang

tumbuh karena hujan”. Kedua-duanya adalah majaz bagi lafadz “‫”الٌباث‬

‫ب‬ َ َ ‫اء ُخذَّ ْي َِ ُه ْكت‬


ٌ ‫س‬ ِ َ‫ضي‬ ْ ‫َّ ِل ْلغَزَ الَ ِت ش‬
ِ ‫ ًَُّ ْْ ُسَُا ِه ْي‬# َُُ‫َي ٌء َه ْي ت َ ِل ْفت‬
Artinya :
“Si Kijang betina punya sesuatu.
Dari tolehan yang dicintai

4
Cahayanya yang naik itu
Hasil sorotan kedua pipinya.”

Pada syi‟ir diatas penyair berkehendak dengan mengemukakan lafadz

“ ‫ ”الغزالت‬artinya yang telah sama-sama diketahui, yaitu “kijang betina“.

Sedangkan dengan dhamir yang kembali kepada lafadz “‫”ًْسُا‬ ,

penyair berkehendak pada arti “matahari yang sedang naik”.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istikhdam adalah Menyebutkan suatu lafadz yang mempunyai makna
dua, sedangkan yang dikehendaki adalah salah satunya. Setelah itu diulangi oleh
kata ganti dhamir yang kembali kepadanya atau dengan isim isyaroh dengan
makna yang lain, atau diulangi dengan dua isim dhamir, sedangkan yang
dikehendaki oleh dhamir yang kedua bukan yang dikehendaki oleh dhamir yang
pertama.
adapun contoh dari istikhdam adalah:

581 : ُ َ‫ش ِْ َش فَ ْلي‬


‫ص ْوَُ (البقشة‬ َّ ‫ش ِِذَ ِه ٌْ ُك ْن ال‬
َ ‫)فَ َو ْي‬
Artinya : “Maka barang siapa di antara kamu melihat bulan, maka hendaklah ia
berpuasa di bulan itu.” (QS.al-Balaqah: 185)
B. Saran

Semoga dengan selesainya makalah ini bisa menambah wawasan serta


pengetahuan kita semua dan yang terpenting dapat menjadi panduan maupun
penambah wawasan bagi kita semua.

6
DAFTAR PUSTAKA

Qalaq, Syeikh Ahmad , Taisiirul Balaghah, Madinah : Thabqah Tsaniyah.1995

Nadhifah, Raziqatun , Balaghah Istikhdam, Bismillah Yanfa. Blogspot.com. 2013

Anda mungkin juga menyukai