Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Balaghah secara bertahap mengajarkan kita bagaimana mengungkapkan ide


secara teratur dan efektif. Pada Ilmu Maani, kita belajar bagaimana memilih diksi yang
tepat dengan konteks perbincangan. Ilmu Bayan mengajarkan kita bagaimana cara
menyusun redaksi yang tepat dengan berbagai opsi penyusunan yang memungkinkan.
Meskipun ide kita hanya satu, namun kita dapat mengutarakannya melalui beberapa
konsep yanng diajarkan pada Ilmu Bayan.

Objek kajian dalam ilmu Badi yaitu upaya untuk memperindah bahasa, baik pada
lafadz maupun makna. Adapun Ruang lingkup dalam pembahasan ilmu Badi yaitu
Muhassinat Lafdziyyah (keindahan-keindahan lafadz) dan Muhassinat Manawiyyah
(keindahan-keindahan makna). Oleh karena itu, fungsi ilmu ini adalah untuk merias kata
dan makna menjadi indah, cantik dan menarik.

Muhassinat Lafdziyyah adalah gaya bahasa yang menjadikan kata-kata lebih indah
dan enak untuk didengar dari segi lafadz atau artikulasi bunyinya. Misalnya gaya bahasa
saja, iqtibas, dan jinas. Dan pada makalah ini penulis akan menjelaskan tentang gaya
bahasa saja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi saja?
2. Apa saja macam-macam saja?
3. Bagaimana analisis saja dalam al-Quran dan syair?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi saja
2. Mengetahui macam-macam saja
3. Mengetahui bagaimana analisis saja dalam al-Quran dan syair
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Saja
Jenis muhassinat lafdziyyah (memperindah lafadz) yang ketiga adalah saja. Saja
secara leksikal bermakna bunyi atau indah. Sedangkan secara terminologis saja adalah:

saja adalah persesuaian dua akhir kata pada huruf akhirnya1

Pengertian saja dalam konteks ilmu badi seperti yang dinyatakan oleh Ali al-
Jarimi dan Mustofa Amin dalam buku Maman Dzul Iman adalah:

kesamaan dua fashilah (kata terakhir) mengenai huruf akhirnya. Dan yang paling
baik adalah yang sama paragrafnya2
Sedangkan menurut Ahmad Izzan saja adalah gaya bahasa yang menunjukkan
adanya kesamaan bunyi huruf akhir dalam setiap fashilah (kata terakhir dalam sebuah
ungkapan).3

Contoh sabda Rasulullah saw.:


Ya Allah berilah ganti kepada orang yang berinfak, dan berilah kerusakan bagi
orang yang tidak mau berinfak
Jadi dapat disimpulkan bahwa saja merupakan bentuk pengungkapan yang
bertujuan untuk memperindah lafalnya dengan cara menyesuaikan bunyi-bunyi akhirnya.
Namun demikian tidak setiap sajak baik dan indah untuk disimak. Ada beberapa ciri sajak
dianggap indah. Saja yang indah hendaklah memenuhi hal-hal sebagai berikut:4

1
Mamat Zaenuddin dan Yayan Nurbayan. 2007. Pengantar Ilmu Balaghah. Bandung: PT Refika Aditama. Hal: 152.
2
Maman Dzul Iman. 2016. Buku Pintar untuk Memahami Balaghah. Yogyakarta: Deepublish. Hal: 166.
3
Ahmad Izzan. 2012. Uslubi:Kaidah-Kaidah Dasar Ilmu Balaghah. Bandung: Tafakur. Hal: 97.
4
Mamat Zaenuddin dan Yayan Nurbayan. 2007. Pengantar Ilmu Balaghah. Bandung: PT Refika Aditama. Hal: 154.
1. Sama faqrah-nya, seperti:
2. Faqrah kedua lebih panjang, seperti:
3. Yang terpanjang faqrah ketiganya, seperti:
4. Bagian-bagian kalimatnya seimbang
5. Rangkaian kalimatnya bagus dan tidak dibuat-buat
6. Bebas dari pengulangan yang tidak berfaedah

B. Macam-Macam Saja
Saja mempunyai beberapa jenis, yaitu:5
1. Al-Mutharraf
al-Mutharraf menurut definisi ahli balaghah adalah:

al-Mutharraf adalah sajak yang dua akhir kata pada sajak itu berbeda dalam
wazannya, dan persesuaian dalam huruf akhirnya.
Contoh firman Allah dalam surat Nuh ayat 13-14:

Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?, Padahal Dia


sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.
2. Al-Murashsha
Al-Murashsha menurut istilah adalah:

Al-Murashshaadalah sajak yang padanya lafadzh-lafadzh dari salah satu


rangkaiannya, seluruhnya atau sebagian besarnya semisal bandingannya dari
rangkaian yang lain.
Contoh syiir karya al-Hariri:

5
Maman Dzul Iman. 2016. Buku Pintar untuk Memahami Balaghah. Yogyakarta: Deepublish. Hal:167-168.
dia mencetak sajak-sajak dengan kata-katanya, dan mengetuk pendengaran
dengan larangan-larangan yang membimbing.
3. Al-Mutawazi
Al-Mutawazi secara istilah adalah:

al-Mutawazi adalah sajak yang persesuaian padanya terletak pada dua kata
yang akhir saja.

Contoh firman Allah swt dalam surat al-Ghasyiah ayat 13 14:

Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang


terletak (di dekatnya)

C. Analisis Saja dalam al-Quran dan Saja

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di surga.2. Maka


dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah 3. Sesungguhnya orang-orang
yang membenci kamu dialah yang terputus.
Sesuai dengan penjelasan tadi bahwa yang menjadi focus sorotan sajak adalah huruf
akhir maka ayat 1,2 dan 3 itu bersajak karena sama-sama berakhir dengan hirif ra dari
lafadz ,
, dan . sajak ini disebut sajak mutharraf karena posisinya
masing-masing ada diujung fashilah.

dia mencetak sajak-sajak dengan kata-katanya, dan mengetuk pendengaran dengan


larangan-larangan yang membimbing.

Kata yang menunjukkan bahwa ungkapan itu bersajak adalah kata dan ,

kata dan , kata , kata dan , sajak itu dinamakan sajak


murassa karena kesamaan dalam sajak itu seluruh rangkaian lafadznya, semisal
bandingannya dalam rangkaian lafadz yang lain, baik dalam wazan maupun akhirnya

Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak (di
dekatnya)
Satu fashilah dengan fashilah yang lain pada kedua ayat itu bersajak yaitu kata

dan

. Sajak itu termasuk sajak mutawazi karena kedua kata itu
disamping huruf akhirnya sama, formulasinya juga sama yakni kedua kata itu
berformulasi .

Dengki itu adalah karat hati, dan pertengkaran yang berkepanjangan itu adalah
sebab perang
Saja fasilah dengan fasilah yang lain pada kedua ayat di atas itu bersajak yaitu kata
dan termasuk kategori sajak berupa sajak mutawazi, karena keduanya
mempunyai huruf akhir yang sama, dan formulasinya juga sama yaitu berupa jama taksir.

Naiknya derajat seseorang itu karena ia berani menempuh bahaya.

Syair di atas menunjukan berupa sajak al-Murashsha, keseluruh rangkaiannya


memiliki lafadz yang sama, dan memiliki wazan yang sama yaitu iftiaala

dan yang lain juga formulasinya sama dan kata tersebut berupa jamak taksir dari

Manusia itu dengan sopan santunya, bukan dengan perhiasan dan pakaiannya.

Syair di atas menunjukan berupa sajak al-Mutawazi karena yang terdapat kesamaan
hanya pada kata terakhirnya saja. Keduanya berupa jamak




di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan

sajak tersebut termasuk


Ayat diatas termasuk sajak yaitu kata dan
mutawazi karena mempunyai huruf akhir yang sama, dan memiliki wazan yang sama
yaitu
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Saja merupakan bentuk pengungkapan yang bertujuan untuk memperindah lafalnya


dengan cara menyesuaikan bunyi-bunyi akhirnya. Namun demikian tidak setiap sajak baik dan
indah untuk disimak. Ada beberapa ciri sajak dianggap indah. Saja yang indah hendaklah
memenuhi hal-hal sebagai berikut:

a) Sama faqrah-nya, seperti:


b) Faqrah kedua lebih panjang, seperti:
c) Yang terpanjang faqrah ketiganya, seperti:
d) Bagian-bagian kalimatnya seimbang
e) Rangkaian kalimatnya bagus dan tidak dibuat-buat
f) Bebas dari pengulangan yang tidak berfaedah
Saja mempunyai beberapa jenis, yaitu:
a) Al-Mutharraf
b) Al-Murashsha
c) Al-Mutawazi
Referensi

Zaenuddin, Mamat dan Yayan Nurbayan. 2007. Pengantar Ilmu Balaghah. Bandung: PT Refika
Aditama.

Iman, Maman Dzul. 2016. Buku Pintar untuk Memahami Balaghah. Yogyakarta: Deepublish.

Izzan, Ahmad. 2012. Uslubi:Kaidah-Kaidah Dasar Ilmu Balaghah. Bandung: Tafakur.

Al-Jarim, Ali dan Musthafa Amin. 2014. Terjemahan Al-Balaghatul Waadhihah. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.

Anda mungkin juga menyukai