Anda di halaman 1dari 13

ISTI’ARAH

Makalah ini disusun


untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilm al- Bayan

Dosen Pengampu : Dr. Rizqi


Handayani, MA

Disusun Oleh:

Dinda Febriana 11200210000120

Muhammad Sulthan Nadhif 11200210000149

Rania Faradillah 11200210000136

Siti Robiatul Adawiyah 11200210000134

SEMESTER 4

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ilm al-Bayan, dengan judul Isti’aroh Murasyahah,
Mujarradah, Muthlaqah, Tamtsiliyyah.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Ciputat, 11 Mei 2022

Kelompok 7
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. ISTI’AROH MUROSYAHAH.............................................................................................6
a. Pengertian Istiaroh Murosyahah...........................................................................................6
BAB III............................................................................................................................................9
PENUTUP.......................................................................................................................................9
KESIMPULAN............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Secara ilmiah, balaghah merupakan suatu disiplinan ilmu yang berlandaskan


kepada kejernihan jiwa dan ketelitian keindahandan kejelasan perbedaan yang samar
antara macam-macam uslub(ungkapan). Kebiasaan mengkaji balaghah merupakan modal
pokok dalam membentuk tabiat kesastraan dan menggiatkan kembali beberapa bakat
yang terpendam. Untuk mencapai tingkatan itu seorang siswa harus membaca karya-
karya sastra pilihan, memenuhui dirinya dengan pancaran tabiat sastra, menganalisis dan
membanding-bandingkan karya-karya sastra, dan harus memiliki kepercayaan diri sendiri
sehingga mampu menilai baik dan jelek terhadap suatu karya sastra sesuai dengan
kemampuannya.

Bertitik tolak dari hal tersebut maka penulis tertarik untuk memuat salah satu
bagian dari balaghah tersebut yaitu pembagian isti’aarah kepada murasysyahhah,
mujarradah,dan muthlaqah. Penulis menyadari didalam makalah sangat jauh dari
kesempurnaan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian sangat
diharapkan sebagai kontribusi  merevisi makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan isti’arah murasyahah dan contohnya?

2. Apa yang dimaksud dengan isti’arah mujarradah dan contohnya ?

3. Apa yang dimaksud dengan isti’arah muthlaqoh dan contohnya ?

4. Apa yang dimaksud dengan isti’arah tamtsiliyyah dan contohnya ?


C. Tujuan

5. Untuk mengetahui serta memahami tentang isti’arah murasyahah dan contohnya?


6. Untuk mengetahui serta memahami tentang isti’arah mujarradah dan contohnya ?

7. Untuk mengetahui serta memahami tentang isti’arah muthlaqoh dan contohnya ?

8. Untuk mengetahui serta memahami tentang isti’arah tamtsiliyyah dan contohnya ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. ISTI’AROH MUROSYAHAH

a. Pengertian Istiaroh Murosyahah

‫املرشحة هي ما ذكر معها مالئم املشبه به‬


ّ ‫اإلستعارة‬
Artinya: “Isti’aroh Murosyahah adalah istiaroh yang didalamnya disebut mulaim
musyabbah bih”

‫هي اإلستعارة اليت قرنت مبالئم املستعار منه أى املشبه به‬


Isti’arah Murasyahah yaitu isti’arah yang disertai lafadz yang sesuai dengan musyabbah
bihnya/musta’ar minhu1. Isti’arah murasysahah adalah suatu ungkapan majaz yang diikuti oleh
kata-kata yang cocok untuk musyabah bih.

b. Contoh Istiaroh Murosyahah


Contoh 1:

‫خطب األسد يف الغابة‬


Kata majazi pada contoh diatas adalah al-asad. Yang arti hakikinya adalaah singa. Yang
dimaksud adalah khotib. Alaqahnya sama sama berani. Yang menjadi qarinahnya adalah
khotoba, karena singa tidak mungkin berkhutbah.

Asal tasybihnya: ‫خطب اخلطيب كاألسد يف الغابة‬


Karena kata “fil ghobah” cenderung kepada musyabbah bih yaitu “al-asad” maka kata
“fil ghobah” disebut mulaim musyabbah bih. Isti’aroh yang didalamnya disebut mulaim
musyabbah bih disebut isti’aroh murosayahah.
Contoh 2:

1
Maman Dzul Iman, Buku Pintar Untuk Memahami Balaghah, Yogyakarta: Deeppublish, 2016, hal: 127
‫رأيت أسد له لبد‬
“saya melihat orang pemberani (laksana singa) yang memiliki rambut tebal.”. Lafazh “

‫ ”أسد‬yang menggunakan makna lelaki pemberani, disertai lafazhh “‫لبد‬ ‫ه‬22 2 ‫" ل‬ yang artinya

memiliki rambut tebal, hal itu sesuai dengan musta’ar minhu singa.

Contoh 3 dalam firman Allah SWT dalam Q.S. Al Baqarah ayat 16:

                              2‫وما كانوا مهتدون‬ ‫رحبت جتارهتم‬ ‫ باهلدى فما‬2‫الضاللة‬ ‫اشرتوا‬ ‫ألئك الّذين‬


Artinya: Mereka itu orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah
beruntung dagangan mereka. ( Q. S. Al Baqarah: 16).2

Penggunaan kata ‫رتوا‬22 2 ‫اش‬  (membeli) pada ayat di atas, merupakan bentuk isti’arah

(pinjaman) yang kata tersebut berposisi sebagai musta’ar minhu (kata yang

dipinjami)/musyabbah bih (yang diserupai) untuk kata 2‫تبدلوا‬22 2 ‫اس‬   yang berarti ‘menukar”

berposisi sebagai musta’ar lahu (kata yang dipinjamkan) /musyabbah (yang diserupakan) yang
disertai/diikuti oleh lafadz yang cocok/sesuai dengan musyabbah bih/ musta’ar minhu,

yaitu  ‫فما‬ ‫رحبت جتارهتم‬ yang berarti “tidak beruntung dagangannya.” Contoh di atas termasuk


kategori isti’arah murasyahah, karena pada contoh itu ada pernyataan tambahan yang
menyertainya yang cocok/sesuai dengan musyabbah bih/ musta’ar minhu nya.3

B. ISTIAROH MUJARRODAH
a. Pengertian Istiarah Mujarrodah.
Istiarah Mujarrodah adalah istiarah yang didalamnya disebut mulaim musyabahah. Ali al
Jarim dan Musthafa Amin dalam bukunya Balaghoh Al Wadhihah mendefinisikan istiarah
Mujarrodah yaitu:

2
Mamat Zaenudin & Yayan Nurbayan, pengantar ilmu balagoh, Bandung : refika aditama, 2017, hal : 37
3
Ibid, hal 127
‫االستعارة المجردة هي ما ذكر معها مإلم المشبهة‬
Artinya: Istiarah Mujarrodah adalah Istiarah yang didalamnya disebut mulaim Musyabahah.4

Dalam istilah lain, Isti’arah Mujarrodah ialah isti’arah yang disertai dengan kata-kata yang cocok
bagi musyabbah.
Contoh:

ُ‫فِ ْي بَ ْيتِ ْي َأ َس ٌد يُصْ لِ ُح َدرَّا َجتَه‬


Artinya:
“dirumahku ada singa yang sedang memperbaiki sepedanya”.

Maksudnya adalah ada orang yang seperti singa. Kata “memperbaiki sepeda” pantas dan cocok
bagi musyabbah yaitu orang berani. Isti’arah seperti ini dinamakan mujarradah.5

Contoh lain isti’aroh mujarrodah :

‫ق قِرطَا ِس ِه‬
َ ‫ب قَلَ ُمهُ ِمن َد َواتِ ِه أو َغنَّى فَو‬ َ ‫َكانَ فُالَ ٌن َأكت‬
َ َّ‫َب الن‬
َ ‫اس إ َذا َش ِر‬
“Fulan adalah orang yang paling hebat tulisannya, ketika pena-nya minum tinta dan menari di
atas kertasnya”

Pada bait ini, terdapat isti’aroh mujarrodah, yakni terdapat kata-kata yang relevan dengan
musyabbah, yaitu kata ‘dawaatihi’ dan ‘qirthasihi’. Karinahnya qalam (minum dan menari).

C. ISTI’ARAH MUTHLAQOH

a. Pengertian Istiarah Muthlaqoh


Isti'arah Mutlaqah adalah istiarah yang tidak disertai lafadz yang sesuai dengan
(musabbah

4
Jarim Ali – al dan Amin Musthafa, Balaghoh al Wadhihah
5
http://azarasidi.blogspot.com/2011/12/pembagian-isti'aarah-kepada-mursyahah-mujarradah-dan-
muthlaq.html,7;05
bih/musta’arminhu dan musabbah/musta’arlahu) ataupun disertai lafadz yang sesuai
dengan keduanya6
Ali al Jarim dan Musthafa Amin dalam bukunya al Balaghah al Wadhihah
mendefinisikan isti'arah Muthlaqoh sbb:
ِ ‫اَِإْل ستِعارةُ الْمطْلَ َقةُ ِهي ماخلَت ِمن مالَِئم‬
‫ات الْ ُم َشبَّ ِه بِِه اَ ِو الْ ُم َشبَّ ِه‬ َ ُ ْ ْ َ ََ ُ ََ ْ
artinya: Isti’arah Muthlaqah adalah isti’arah yang tidak disebut di dalamnya baik mulaim
musyabahah maupun mulaim muyabbah bih.

b. Contoh Istiarah Muthlaqoh

‫خطب األسد‬
Kata majazi pada contoh diatas adalah al-asad yang arti hakikinya adalaah singa, yang
dimaksud adalah khotib. Alaqahnya sama sama berani, yang menjadi qarinahnya adalah khotoba.

asal tasybih pada contoh diatas ialah: ‫كاألسد‬ ‫خطب اخلطيب‬.


Dalam contoh di atas ternyata tidak didapat kata atau kalimat apapun yang dapat
dianalisis untuk diketahui apakah cendrung kepada musyabbah atau cendrung kepada musyabbah
bih.
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa contoh isti'arah di atas tidak memiliki mulaim.
Baik mulaim musyabbah dan musyabbah bih. Isti'arah yang tidak disebutkan didalamnya baik
mulaim musyabbah dan mulaim musyabbah bih disebut istiarah muthlaqoh.

Contoh lain Istiarah Muthlaqoh

ِ ‫يْن ُقضو َن عه َد‬


‫اهلل‬ ْ َ ُْ َ
Artinya:
“mereka membuka janji Allah”

6
kulliyatul mualliminal islamiyah, albalagoh fi ilmibayan, ponorogo: Darussalam pres, hal 90
Pada potongan ayat di atas terdapat ungkapan majaz yaitu kata  "‫"ينقضون‬. Kata tersebut
bermakna menyalahi yang diserupakan dengan "‫"يفتحون‬ yang bermakna ‘membuka tali’.

Pada ungkapan  majaz tersebut tidak terdapat mulaim yang cocok untuk salah satu


dari tharafain (musyabbah bih dan musyabbah).

D. ISTI’ARAH TAMTSILIYYAH
a. Pengertian Istiarah Tamtsiliyyah
Ali Jarim dan Mathafa Amin dalam bukunya al Balaghah al Wadhihah mendefinisikan
isti'arah tamtsiliyyah :

"Isti'arah Tamtsiliyyah adalah ungkapan / kalimat/ tarkib yang digunakan bukan pada
tempatnya karena ada alaqah serta qarinah yang mencegah dari makna sebenarnya"

b. Contoh Istiarah Tamtsiliyyah

Contoh 1 : ِ ‫ك اَل تَجْ نِي ِم َن ال َّش ْو ِك‬


َ َ‫العن‬
‫ب‬ َ َّ‫ِإن‬

Artinya : "Sesungguhnya engkau tidak akan memetic anggur dari pohon duri yang
engkau tanam."
Ungkapan ‫َب‬
َ ‫العن‬
ِ ‫ك‬ َّ َ‫ك اَل تَجْ نِي ِمن‬
ِ ْ‫و‬Š‫الش‬ َ َّ‫ ِإن‬sama sekali tidak ditunjukan kepada seseorang
yang sedang menanam duri sementara dia berharap dapat memetic atau menghasilkan anggur.
Akan tetapi ungkapan itu ditunjukan kepada seseorang yang selalu berbuat keburuka, kemudian
mengharap balasan baik.
Situasi atau kondisi obyektif seseorang yang melakukan keburukan namun mengharap
balasan kebaikan, merupakan qarinah / penyebab yang menghalangi ungkapan tersebut dari arti
yang sebenarnya menjadi arti bukan sebenarnya.

Contoh 2 :‫ال َماء‬ َ ‫َأ ْن‬


‫ت تَرْ قَ ُم َعلَي‬

Artinya : "Engkau mengukir diatas air"


Ungkapan ……….. sama sekali tidak ditunjukan kepada seseorang yang sedang
melakukan pekerjaan melukis diatas air. Akan tetapi ungkapan itu ditunjukan kepada seseorang
yang sedang melakukan suatu perbuatan atau pekerjaan yang tidak mungkin dicapai atau tidak
mungkin berhasil.
Situasi dan kondisi obyektif seseorang yang sedang melakukan suatu perbuatan
atau pekerjaan yang tidak mungkin dicapai atau tidak mungkin berhasil, merupakan qarinah /
penyebab yang menghalangi ungkapan tersebut dari arti yang sebenarnya menjadi arti yang
bukan sebenarnya.

ٍ ‫َأ َسا‬
Contoh 3 : ‫س‬ ‫هٌ َو يٌ ْبنِي قُصُوْ رًا بِ َغي ِْر‬

Artinya : "Dia membangun istana tanpa fondasi"


Ungkapan …….. sama sekali tidak ditunukan kepada seseorang yang sedang
membangun sebuah istana dengan tanpa fondasi. Akan tetapi ungkapan itu ditunjukan kepada
seseorang yang sedang mengajarkan suatu ilmu yang cukup tinggi – umpamanya – tanpa dimulai
dari dasar dasar yang semestinya dilakukan.
Situasi dan kondisi obyektif seseorang yang sedang mengajarkan suatu ilmu yang cukup
tinggi – umpanya – tanpa dimulai dari dasar dasar yang semestinya dilakukan, merupakan
qarinah / penyebab yang menghalangi ungkapan tersebut dari arti yang sebenarnya menjadi arti
yang bukan sebenarnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Istiaroh di namakan murosyahah karena yang di tunjukkan adalah musyabbah bihnya dan
di perkuat mula’imnya (kalimat yang sesuai).

Istiaroh mujarrodah artinya mengosongkan arti, karena dengan menyebut mula’imnya


(musyabbahnya) menyebabkan musyabbah terasa jauh dari musyabbahbih.

Istiaroh mutlaqoh artinya terlepas dari mula’im baik untuk musyabbah maupun untuk
musyabbahbih.

Lafadz yang menjadi qorinah dalam istiaroh tidak boleh di anggap sebagai mula’im,
adanya mula’im setelah sempurna istiaroh.
DAFTAR PUSTAKA

Iman, Maman Dzul. Buku Pintar Untuk Memahami Balaghah. Yogyakarta: Deeppublish, 2016.
Nurbayan, Yayan dan Mamat Zaenudin. Pengantar Ilmu Balagoh. Bandung : refika aditama,
2017.

Jarim,Ali al dan Musthafa Amin, Balaghoh al Wadhihah.

http://azarasidi.blogspot.com/2011/12/pembagian-isti'aarah-kepada-mursyahah-mujarradah dan
muthlaq.html,7;05

Anda mungkin juga menyukai