Anda di halaman 1dari 26

USLUB ISTIFHAM

Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Balaghah (Stilistika al Qur`an)

Disusun Oleh :

Fachrudi Putra Pamuji (E03218009)

Dosen Pengampu :

Drs. H. Umar Faruq, MM

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang mana berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Shalawat dan salam kita tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan tak lupa pula, penulis ucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah sudi meminjamkan bukunya sebagai
bahan referensi dalam makalah ini. Demikian juga kepada teman-teman yang telah
memberi semangat dalam kehidupan penulis.
Dalam makalah ini, penulis menjelaskan mengenai pengertian dan
penjelasan tentang uslub istifham
Penulis berharap makalah ini, dapat memberikan manfaat bagi penulis
sendiri serta bagi pembaca. Selain itu, penulis berharap pembaca dapat
memeberikan kritikan atau saran terhadap makalah ini agar dapat diperbaiki
kembali sehingga menjadi lebih baik lagi.

Surabaya, Februari 2020

Penulis
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur‟an merupakan pedoman hidup bagi manusia yang
menghendaki kebahagiaan, baik di dunia lebih-lebih di akhirat. Seluruh
ajaran Islam pada prinsipnya telah tertuang dalam kitab suci ini. Isinya
sangat universal, sesuai untuk segala zaman dan makan1.
Sebagai kitab suci yang diagungkan oleh umat Islam, tentulah
dalam memahami Al-Qur‟an tidak semudah memahami kitab-kitab
yang lain. Munculnya ilmu tentang Al-Qur‟an (Ulumul Qur‟an) sebagai
sarana untuk memahami Al-Qur‟an merupakan bukti bahwa kajian
tentang Al-Qur‟an bukanlah hal sepele yang dapat dipahami dengan
metode yang asal.
Meskipun istilah Ulumul Qur‟an baru muncul pada abad kelima
Hijriyah, namun benih-benih itu telah muncul sejak masa Nabi. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan gairah para sahabat untuk mengkaji
Al-Qur‟an dengan bersungguh-sungguh.
Ulumul Qur‟an sebagai metode untuk memahami Al-Qur‟an
pada perkembangan selanjutnya ternyata menjadi disiplin ilmu yang
sangat penting diantara ilmu-ilmu lain yang digunakan untuk
memahami Al-Qur‟an. Kemudian muncullah istilah-istilah baru di
dalam pembahasannya.
Sebagian dari istilah-istilah tersebut muncul pada aspek
kebahasaan dan merupakan salah satu dimensi Al-Qur‟an yang menjadi
pokok kajian para ulama metodologi Al-Qur‟an. Karena akan sangat
mustahil bagi seorang pembaca untuk memahami makna dan maksud
suatu ayat tanpa mengerti suatu kaidah kebahasaan. Karena di sisi lain
Al-Qur‟an juga merupakan kitab yang memiliki nilai sastra tinggi Jika

1
Abu Anwar, 2005. Ulumul Qur‟an Sebuah Pengantar. Pekanbaru: Penerbit Amzah.Cetakan
kedua. Hlm vii.
ditinjau dari segi bahasa, Istifham memiliki arti pertanyaan, meminta
keterangan, meminta penjelasan 2. Kata ini merupakan bentuk masdhar
dari kata istafhama. Sedangkan ketika dilihat dari bentuk tsulatsi-nya
maka kata ini berakar pada kata fahima yang berarti paham, mengerti,
dan jelas. Selanjutnya kata fahima tersebut mendapatkan tambahan alif,
sin, dan ta‟ dan artinya pun bergeser karena adanya faidah thalab
(menuntut).

Kemudian, jika ditinjau dari segi istilah, maka Al-Zarkasi dalam


bukunya Al-Burhan fi Ulumil Qur‟an mendefinisikannya sebagai upaya
untuk mencari sebuah pemahaman dari suatu hal yang tidak diketahui3.
Pada kitab Al-Mu‟jam Al-Mufashshal Istifham merupakan pencarian
pemahaman tentang hakikat, nama, jumlah serta sifat dari suatu hal.4

Istifham dengan berbagai maknanya, memiliki satu maksud


pokok yakni mencari pemahaman tentang suatu hal, seperti yang
disampaikan oleh pengarang kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur‟an5

Kata Tanya (Istifham) merupakan bagian dari bahasa


percakapan yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari
ketika berkomunikasi dengan yang lainnya. Tujuan Istifham itu sendiri
yaitu untuk mencari tahu apa yang belum diketahui atau untuk mencari
kejelasan sesuatu yang belum jelas maknanya. Kata Istifham tersebut
beragam bentuknya, seperti apa, siapa, bagaimana, kapan, dan
seterusnya.
Adapun di dalam Al-Qur‟an, kata tanya atau Istifham terbagi
menjadi dua yakni, yang pertama berupa huruf Istifham hamzah dan hal

2
Ahmad Warson Munawwir, 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.Surabaya:
Pustaka Progressif. Hlm 1075.
3
Muhammad Chirzin M.Ag, 1998. Al-Qur‟an dan Ulumul Qur‟an. Jakarta: Penerbit Dana
Bhakti Prima Yasa. Hlm 177.
4
Ibid. Hlm 178.
5
Ibid
yang memiliki arti apakah. Sedangkan yang kedua adalah Istifham yang
berbentuk isim seperti ma (apa), man (siapa), kaifa (bagaimana), mata
(kapan), ayyana (bilamana), anna (dari mana), kam (berapa), aina (di
mana), ayyu (siapa, apa)
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Istifham?
2. Apasaja Kaedah-kaedahnya ?
3. Bagaimana contohnya ?

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan Pengertian Istifham
2. Memaparkan Kaedah-Kaedahnya
3. Memberikan Pemahaman melalui Contoh.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Uslub

Stilistika bahasa Arabnya adalah uslub. Uslub berasal dari kata salaba
yaslubu salban yang berarti merampas, mengupas.6 Dan maknanya cara pembicara
atau penulis
dalam mengungkapkan ide, gagasan dan pikiran.7 Juga dikatakan Akhadzna fi
asaliba min al-qaul, artinya aku mengambil metode-metode/seni-seni dalam
bertutur kata.8 Stilistika adalah pemilihan dan penggunaan kata-kata sedemikian
rupa sehingga menghasilkan pengertian tertentu bagi pembacanya. 9 Kata stilistika
(bahasa Inggris:style) berasal dari bahasa Latin stylus, yang maknanya bulu burung.
Kemudian secara majaz beralih kepada pengertian-pengertian yang semuanya
berhubungan dengan cara menulis. Dan bertalian dengan tulisan tangan, yang
menunjukkan kepada manuskrip-manuskrip, kemudian digunakan untuk sebutan
terhadap ekspresi pengungkapan bahasa sastra. Ada juga yang mengatakan bahwa
stylus berarti besi berujung bulat seperti titik, yang biasanya digunakan oleh orang-
rang terdahulu sebagai alat untuk menulis di atas papan yang dilapisi lilin.
1Stilistika adalah metode berbicara, yang digunakan untuk mengungkapkan siratan-
siratan makna yang dimaksudkan oleh pembicara, yaitu dengan melakukan
10
pemilihan-pemilihan kata yang tepat, indah, lugas, padat dan berisi. Zarqani
mengatakan stilistika (uslub) menurut istilah adalah cara berbicara yang diambil

6
Munawwir Abdul Fattah dan Adib Bisyri, Kamus Al-Bisyri,Pustaka Progesif, Surabaya, 1999, h.
335.
7
Muhammad Abd al-Azim Az-Zarqani, Manahil al-Irfan fi Ulumal-Qur‟an, Dar al-Ihya‟, Mesir,
t.t., h. 198.
8
Ibrahim Anis dkk., Al-Mu‟jam al-Wasith, Dar al-Fikr, Beirut, t.t.Jilid 1, h. 441.
9
Suf Kasman, Jurnalisme Universal, Teraju, Bandung, 2004, h. 34.
10
Ahmad Syams Madyan, Peta Pembelajaran Al-Qur‟an, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008, h.
159.

1
penulis dalam menyusun kalimat dan memilih lafal-lafal.11 Dengan demikian,
stilistika merupakan cara yang dipilih penulis di dalam menyusun lafal-lafal untuk
mengungkapkan suatu tujuan dan makna kalimatnya. Stilistika (uslub) dalam
bahasa Indonesia disebut gaya bahasa, yaitu pemanfaatan atas kekayaan bahasa
oleh seseorang dalam bertutur atau menulis. Demikian pula dapat didefinisikan
sebagai cara yang khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis
atau lisan.12

B. Istifham
Kata Istifham berasal dari kata yang bererti pengetahuan
terhadap sesuatu dengan menggunakan hati, Imam Sibawaihi menambahkan yaitu
sesuatu pengatahuan dengan menggunakan hati dan akal13, Kemudian ia berubah
menjadi fi‟il al-Mazid (kata kerja yang ketambahan huruf dari huruf aslinya)
dengan ketambahan tiga huruf pada awal katanya yaitu ‫( ا س ت‬al-sudasi) yang
mempunyai arti al-talab (permintaan), jadi istifham menurut bahasa adalah
meminta pengetahuan,
Adapun pengertian istifham menurut istilah, menurut al-Zarkasyiistifham
adalah mencari pemahaman tentang suatu hal yang tidak diketahui. 14 sedangkan
menurut al-Suyuti, istifham dengan berbagai maknanya, memiliki suatu maksud
pokok yaitu mencari pemahaman tentang suatu hal.15
1. Adawat Istifham
1. ‫ حمزة‬: digunakan untuk menanyakan kepada atau tentang suatu
benda atau orang
Contoh : Al Anbiya 36
‫الَّذِي يَذْ ُك ُر آ ِل َهت َ ُكم‬

Artinya : Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhan-mu?

11
Muhammad Abd al-Azim az-Zarqani, Op.Cit.,h. 198.
12
Tim Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,Jakarta, 1999, h. 297.
13
Ibn Manzur, Lisan al-arab, Cet. III (Bairut: Dar ihya al-Turas| al-„Arabi, 1999) Jil. 10 hlm. 343
14
Al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum al-Qur‟an, Cet. III (Kairo: Dar al-Turas|, 1984) jil. II hlm. 326
15
Jalal al-Din al-Suyuti, al-Itqan fi „Ulum al-Qur‟an (Beirut: Dar al- Fikr, t.th.)Jil. I, hlm.148.
2. ‫ هل‬: Digunakan untuk menanyakan keadaan
Contoh : Al Ghasiyah 1

‫ِيث ْالغَا ِش َي ِة‬


ُ ‫ه َْل أَتَاكَ َحد‬

Artinya : Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan?

3. ‫ من‬dan ‫ من ذ‬: Keduanya digunakan untuk menanyakan


terhadapsesuatu yang berakal16

Contoh ‫من‬

Hud : 63

ُ‫ص ْيتُه‬ َ ‫اَّللِ ِإ ْن‬


َ ‫ع‬ ُ ‫فَ َم ْن يَ ْن‬
َّ َ‫ص ُرنِي ِمن‬

Artinya : maka siapakah yang akan menolong aku dari (azab) Allah jika
aku mendurhakai-Nya ?

Contoh ‫من ذ‬

AlHadid :11

َ ‫اَّللَ قَ ْرضًا َح‬


‫سنًا‬ َّ ‫ض‬ ُ ‫َم ْن ذَا الَّذِي يُ ْق ِر‬

Artinya : Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang


baik ?

4. ‫ م‬dan ‫ما ذا‬: Digunakan untuk menanyakan terhadap sesuatu yang


tidak berakal, baik terhadap hewan,tumbuh tumbuhan, benda mati, realitas
sesuatu dan sifat, baik sesuatu tersebut berakal atau tidak17.

16
Mustafa Galayaiyni, Jami‟ al-Durus al-„Arabiyah (Bairut: al_maktabah al-“asriyah, 1993) Jil.
1hlm. 139
17
Mustafa Galayaiyni, Jami‟ al-Durus al-„Arabiyah (Bairut: al_maktabah al-“asriyah, 1993) Jil. 1
hlm. 139
Contoh ‫م‬

QS. Al-Muddassir: 42-43,

َ ‫سلَ َك ُك ْم فِي‬
‫سقَر‬ َ ‫َما‬

َ ‫قَالُوا لَ ْم نَكُ ِمنَ ْال ُم‬


َ‫صلِين‬

Artinya : Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka)


Saqar?”Mereka menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang
melaksanakan salat.
Contoh ‫ما ذا‬
Yunus 32
ِ ‫فَ َماذَا َب ْعدَ ْال َح‬
‫ق ِإ ََّّل الض َََّل ُل‬

Artinya : Maka apakah setelah kebenaran kecuali kesesatan


َ ‫ َكي‬: Digunakan untuk menanyakan keadaan keadaan sesuatu
5. ‫ْف‬
. Contoh Albaqarah 260
‫ْف تُحْ يِي ْال َم ْوت َى‬
َ ‫ب أ َ ِرنِي َكي‬
ِ ‫َوإِذْ قَا َل إِب َْراهِي ُم َر‬

Artinya : Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: ya tuhanku perlihatkan


kepada saya bagaimana kamu menghidupkan sesuatu yang telah mati ?
6. ‫ أنى‬Sama artinya dengan Kaifa
Contoh Albaqarah 259
َّ ‫أَنَّى يُحْ ِيي َه ِذ ِه‬
‫اَّللُ َب ْعدَ َم ْوتِ َها‬

Artinya : Ia berkata bagaimana Allah menghidupkan sesuata yang telah


mati?

7. ‫ َك ْم‬: Digunakan untuk menanyakan jumlah


Contoh Albaqarah 211
‫س ْل بَنِي إِس َْرائِي َل َك ْم آت َ ْينَا ُه ْم ِم ْن آيَ ٍة بَيِنَ ٍة‬
َ

Artinya : Tanyakan kepada bani Israil sudah berapakah bukti/tanda yang


jelas yang telah kami berikan kepada mereka ?

8. ‫ أَي‬Digunakanuntuk meminta menentukan/mengkhususkan sesuatu.


Contoh : Al An’am 81

َ‫أَي ْالفَ ِريقَي ِْن أَ َحق بِ ْاْل َ ْم ِن ۖ إِ ْن ُك ْنت ُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬

Artinya : manakah dari kedua golongan itu yang lebih berhak


mendapatkan keamanan (dari malapetaka)?, jika kamu mengetahui.

9. َ‫ أَيْن‬Digunakan untuk menanyakan tempat yang menguraikan sesuatu..


Contoh : Al Qiyamah 10

‫سانُ يَ ْو َمئِ ٍذ أَيْنَ ْال َمفَر‬ ِ ْ ‫يَقُو ُل‬


َ ‫اْل ْن‬

Artinya : Manusia pada hari itu (hari kiamat) berkata: kemana tempat lari?
.
10. ‫أَنَّى‬Digunakanuntuk menanyakan asal usul.
Contoh : Maryam 8

‫ت ا ْم َرأَتِي َعاقِ ًرا َوقَدْ بَلَ ْغتُ ِمنَ ْال ِكبَ ِر ِعتِيًّا‬ ُ ‫ب أَنَّى َي ُكونُ ِلي‬
ِ َ‫غ ََل ٌم َوكَان‬ ِ ‫قَا َل َر‬

Artinya : Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku akan


mempunyai anak, padahal isteriku seorang yang mandul dan aku (sendiri)
sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua
11. ‫ َمتَى‬di gunakan untuk menanyakan waktu, baik yang lampau maupun
yang akan datang
Contoh : Albaqarah 214
ٌ‫اَّللِ قَ ِريب‬ ْ َ‫اَّللِ ۗ أ َ ََّل ِإ َّن ن‬
َّ ‫ص َر‬ َّ ‫ص ُر‬
ْ َ‫َمت َى ن‬

Artinya : Kapankah datang pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya


pertolongan Allah itu dekat
12. َ‫ أَيَّان‬:digunakan untuk menanyakan sesuatu berkenaan dengan waktu
mendatang.
Contoh: Alqiyamah 6
‫َي ْسأ َ ُل أَيَّانَ َي ْو ُم ْال ِق َيا َم ِة‬

Artinya : Dia bertanya, “Kapankah hari kiamat itu”.

2. Pembagian Istifham
Pembagian istifham secara umum dibagi dua yaitu istifham yang
bermakna khabar dan istifham bermakna insya
A. Istifham bermakna al-khabar, ada dua
- Istifham al-inkari yaitu apabila ada huruf nafyi yang jatuh setelah
huruf istiham. contohnya QS.Al-Ahqaf: 35
َ‫فَ َه ْل يُ ْهلَكُ إِ ََّّل ْالقَ ْو ُم ْالفَا ِسقُون‬
Artinya:“Maka tidak ada yang dibinasakan kecuali orang-orang
fasik.
Atau diatafkan dengan kalimat yang dinafikan, contoh QS. Al-Rum:29

ِ ‫اَّللُ ۖ َو َما لَ ُه ْم ِم ْن ن‬
َ‫َاص ِرين‬ َ َ ‫فَ َم ْن يَ ْهدِي َم ْن أ‬
َّ ‫ض َّل‬

Artinya maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah


disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun.
- Istifham al-taqriri: yaitu suatu pern yataan yang membawa
seseorang kepada suatu kepastian18
Contoh Al fajr 5
َ َ‫ه َْل فِي ذَلِكَ ق‬
‫س ٌم ِلذِي ِحجْ ٍر‬

Artinya Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat


diterima) oleh orang-orang yang berakal.

Ada beberapa macam istifham taqriri

a. Sekedar penguat atau penetapan


b. Ungkapan kepastian yang mengandung kesombongan.
Contoh QS. Al-Zukhruf, 51
‫ار تَج ِْري مِ ْن‬ُ ‫ص َر َو ٰ َه ِذ ِه ْاْل َ ْن َه‬
ْ ِ‫ْس لِي ُم ْلكُ م‬
َ ‫ع ْونُ فِي قَ ْو ِم ِه قَا َل يَا قَ ْو ِم أَلَي‬
َ ‫َونَادَ ٰى ف ِْر‬
ِ ‫تَحْ تِي ۖ أَفَ ََل تُب‬
َ‫ْص ُرون‬
"Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai
kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan
(bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka
apakah kamu tidak melihat(nya)?”

c. Mengandung Celaan
Contoh : An nisa 97

ِ ‫اَّللِ َوا ِسعَةً فَت ُ َه‬


‫اج ُروا فِي َها‬ ‫ض ه‬ ُ ‫الُوا أَلَ ْم ت َ ُك ْن أ َ ْر‬

Artinya :“Mereka berkata bukankah bumi Allah itu luas


maka berhijralah”.
d. Mengandung Itab (teguran). Contohnya, QS. Al-hadid, 16

ِ ‫اَّللِ َو َما نَزَ َل مِنَ ْال َح‬


‫ق‬ َ ‫أَلَ ْم يَأ ْ ِن ِللهذِينَ آ َمنُوا أ َ ْن ت َ ْخ‬
‫ش َع قُلُوبُ ُه ْم ِل ِذ ْك ِر ه‬

Artinya : Belumkah datang waktunya bagi orang-


orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat

18
Al-Burhan fi Ulum al-Qur‟an, hlm.j.II,h. 331
Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada
mereka)

e. Al-Tabkit (celaan). Contoh. QS Al-Maidah, 116

ٰ ‫اس اتهخِ ذُونِي وأُم‬


ِ ‫سى ابْنَ َم ْريَ َم أَأ َ ْنتَ قُ ْلتَ لِلنه‬ ‫َوإِ ْذ قَا َل ه‬
ِ‫اَّلل‬
‫ُون ه‬ِ ‫ِي إِلَ َهي ِْن مِ ْن د‬
َ َ َ ‫اَّللُ يَا عِي‬

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai


Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada
manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain
Allah?"

f. Al-Ta‟zim (pengagungan), contoh. QS: Al-Baqarah, 255

‫َم ْن ذَا الهذِي يَ ْشفَ ُع ِع ْندَهُ ِإ هَّل بِإ ِ ْذنِ ِه‬

Artinya : Siapakah yang bias membeikan syafaat


disisnya tanpa izin Allah”.

g. Al-Tahwil (mengintimidasi, menakut-nakuti), contoh, QS:


Al-Haqqah, 1-3
ُ‫ا َ ۡل َحـآقهةُ َما ۡال َحـآقهة ُ َو َم ۤا ا َ ۡد ٰرٮكَ َما ۡال َحـآقهة‬

Artinya : Hari kiamat ,apakah hari kiamat itu,


tahukah kamu apakah hari kiamat itu
h. Al-Tashil dan Takhfif (memudahkan,meringankan). contoh,
QS. Al-Nisa,39
‫اَّللِ َو ْاليَ ْو ِم ْاْلخِ ِر َوأ َ ْنفَقُوا مِ هما َرزَ قَ ُه ُم ه‬
ُ‫اَّلل‬ ‫علَ ْي ِه ْم لَ ْو آ َمنُوا بِ ه‬
َ ‫َو َماذَا‬

Artinya : Dan kenapa bagi mereka jika mereka


beriman kepada Allah swt dan hari kemudian dan
menginfakkan sebagian rezki yang telah diberikan Allah
kepadanya”.
B. Istifham bermakna al-Insya, ada beberapa macam
a. Al-Amr bermakna perintah, contoh QS. Al-Nur, 22
‫أ َ ََّل تُحِ بُّونَ أ َ ْن َي ْغف َِر ه‬
‫اَّللُ لَ ُك ْم‬

Artinya : Apakah kamutidak suka Allah mengampuni kamu


b. Al-Nahybermakna laranganContoh, QS. Al-Infitar: 6.

‫سانُ َما غ هَركَ ِب َر ِبكَ ْالك َِر ِيم‬ ِ ْ ‫يَا أَيُّ َها‬
َ ‫اْل ْن‬

Artinya : Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan


kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.

c. Al-tahzir (peringatan) Contoh, QS. Al- Mursalat,16

َ‫أَلَ ْم نُ ْهلِكِ ْاْل َ هولِين‬

Artinya : Bukankah kami telah membinasakan orang-orang


terdahulu”.

d. Al-Tazkir (pengingat) Contoh, QS. Yusuf, 89

َ ُ‫ع ِل ْمت ُ ْم َما فَ َع ْلت ُ ْم بِيُوس‬


َ‫ف َوأَخِ ي ِه ِإذ أ َ ْنت ُ ْم َجا ِهلُون‬ َ ‫قَا َل ه َْل‬

Artinya : Yusuf berkata: Tahukah kamu apa yang telah


kamu perbuat terhadap Yusuf dan saudaranya, karena kamu tidak
menyadari akibat dari perbuatanmu”.

e. Al-Tanbih Contoh,QS. Al-Fil: 1

‫ب ْالفِي ِل‬ ْ َ ‫ْف فَعَ َل َربُّكَ ِبأ‬


ِ ‫ص َحا‬ َ ‫أَلَ ْم ت ََر َكي‬

Artinya : Tidakkah engkapa perhatikan bagaiman Allah


membinasakan pasukan bergajah”.

f. Al-Targib Contoh,QS. Al-Saf: 10

‫ب أَل ٍِيم‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الهذِينَ آ َمنُوا ه َْل أَدُلُّ ُك ْم‬
َ ‫علَ ٰى تِ َج‬
َ ‫ارةٍ ت ُ ْن ِجي ُك ْم مِ ْن‬
ٍ ‫عذَا‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku
tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari
azab yang pedih?

g. Al-Tamanni (pengharapan) Contoh, QS. Al-A‟araf:53

‫شفَعَا َء فَيَ ْشفَعُوا لَنَا‬


ُ ‫فَ َه ْل لَنَا مِ ْن‬

Artinya : Maka apakah ada pemberi syafaat bagi kami


yang akan memberi pertolongan kepada kami”.

h. Al-Istibta‟ Contoh, QS. Al-Baqarah: 214

‫اَّلل قَ ِريب‬ ْ َ‫اَّلل ۗ أ َ ََّل ِإ هن ن‬


ِ ‫ص َر ه‬ ْ َ‫الرسُو ُل َوا هلذِينَ آ َمنُوا َم َعهُ َمت َٰى ن‬
ِ ‫ص ُر ه‬ ‫َحت ه ٰى يَقُو َل ه‬

Artinya : Rasul beserta orang orang beriman yang


bersamanya bertanya kapan datang pertolongan Allah, ketahuilah
bahwa pertolongan Allah sudah dekat”.”.
C. Kaidah Istifham
- Kaidah Pertama

Artinya:“Ungkapan istifham yang diikuti dengan penyebutan sesuatu yang


tercela, maka ungkapan tersebut lebih fasih (balig)/ lebih jelas daripada
perintah untuk meninggalkannya”,
Maksud dari kaidah ini adalah ketika ada itifham yang sebelumnya ada
rangkain penejelasan tentang sesuatu yang tercela, maka akan lebih mudah
dimengerti dari pada perintah untuk meninggalkannya. Contoh, QS. Al-
Maidah: 90-91

َ‫ان فَاجْ تَنِبُوهُ لَعَله ُك ْم ت ُ ْف ِلحُون‬


ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
‫ع َم ِل ال ه‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الهذِينَ آ َمنُوا إِنه َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْيس ُِر َو ْاْل َ ْن‬
َ ‫صابُ َو ْاْل َ ْز ََّل ُم ِرجْس مِ ْن‬
‫ص ََل ِة ۖ فَ َه ْل أ َ ْنت ُ ْم‬ ‫ع ْن ِذ ْك ِر ه‬
َ ‫اَّللِ َو‬
‫ع ِن ال ه‬ ُ ‫ضا َء فِي ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْيس ِِر َو َي‬
َ ‫صده ُك ْم‬ َ ‫طانُ أ َ ْن يُو ِق َع َب ْينَ ُك ُم ْال َعدَ َاوة َ َو ْال َب ْغ‬
َ ‫ش ْي‬
‫ِإنه َما ي ُِريدُ ال ه‬
َ‫ُم ْنت َ ُهون‬

Artinya: Wahai orang-orang beriman, sesungguhnya minuman


keras, judi, berkurnan untuk berhala serta undian nasib adalah perbuatan
yang tercela dan merupakan perbuatan setan, maka jauhilah, semoga
kalian beruntung, setan itu menghendaki diantara kalian adanya
permusuhan dan kebencian sebab minum khamar dan judi sertab
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan salat, maka
apakah kamu sudah berhenti
Pada ayat pertama ini merupakan ayat yang menegaskan tentang keharaman
khamar, perjudian, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib, kerena
semuanya itu merupakan sesuatu yang jelek dan perbuata setan, kemudian
ayat kedua, Allah menjelaskan ketika seseorang terperosot kedalam
perbuatan mabuk-mabukan dan perjudian maka akan menyebabkan
permusuhan dan saling membenci satu sama lain serta akan menjauhkan diri
dari Allah swt. Maka diakhir ayat Allah swt.menutup dengan ungkapan
istifham menurut kaidah ini penggunakan bentuk istifham
semacam ini lebih baik dari pada menggunakan bentuk kata perintah untuk
meninggalkan sesuatu yang dilarang, Abu Hayyan al-Andalusi berpendapat
dalam tafsirnya bahr al-muhit,} bentuk istifham semacam ini merupakan
salah satu bentuk larangan yang kuat, seakanakan Allah swt. berkata
“apakah kalian sudah mau berhenti ataukan masih tetap dengan kebiasaan
kalian minum khamar yang kalian sudah mengetahui dampak negatif dari
khamar tersebut”.
Menurut pendapat yang lain bahwa penggunaan bentuk istifham semacam
ini mengandung arti perintah, sehingga bermakna
(Berhentilah), maka Umar bin Khattab, menurut suatu riwayat ketika
mendengar ayat ini Ia langsung berkata (tuhan, kami sudah
berhenti)19
- Kaidah Ke dua

Artinya: “Istifham inkari mengandung arti nafi (pengingkaran)”.

Maksud dari kaidah ini jelas, bahwa bila suatu redaksi menggunnakan
istifhan inkari maka dengan sendirinya ia mengandung arti meniadakan
Contoh, QS. Al-Maidah, 50

َ‫اَّللِ ُح ْك ًما ِلقَ ْو ٍم يُو ِقنُون‬ َ ْ‫أَفَ ُح ْك َم ْال َجا ِه ِليَّ ِة َي ْبغُونَ ۚ َو َم ْن أَح‬
َّ َ‫سنُ ِمن‬

Artinya: “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, maka hukum


siapakah yang lebih baik dari hukum Allah bagi orang-orang yang yakin

Yang menjadi pembahasan disini adalah istifham yang kedua ( ‫َو َم ْن‬
َ ْ‫ )أَح‬Menurut kaidah ini bahwa tidak ada hukum yang lebih baik kecuali
ُ‫سن‬
hukumAllah, dengan kata lain bahwa hukum Allah lebih baik daripada
hukmul Wadiyah (hukum yang dibuat oleh manusia) sehingga ayat ini dapat
ditakdirkan
Sedangkan menurut Abu Hayyan bahwa istifham disini bermakna
penguatan yang mermakna bahwa hukum Allah adalah hukum yang paling
baik dan paling adil, serta bentuk istifham yang dipergunakan disini juga
mengandung sifat “sombong” kepada mereka yahudi (bahwa hukumAllah
lebih baik dari hukum yang dibuat oleh orang-orang yahudi atau yang
lainnya)
Contoh kedua, dapat dilihat dalam QS. Al-Baqarah: 114, sebagai
berikut :
‫سعَ ٰى فِي خ ََرابِ َها أُو ٰلَئِكَ َما َكانَ لَ ُه ْم أ َ ْن يَ ْد ُخلُوهَا إِ هَّل خَائِفِينَ لَ ُه ْم‬
َ ‫اَّللِ أ َ ْن يُ ْذك ََر فِي َها ا ْس ُمه ُ َو‬
‫اجدَ ه‬ ْ َ ‫َو َم ْن أ‬
َ ‫ظلَ ُم مِ هم ْن َمنَ َع َم‬
ِ ‫س‬
‫عظِ يم‬ َ ‫عذَاب‬ َ ِ‫فِي الدُّ ْنيَا خِ ْزي َولَ ُه ْم فِي ْاْلخِ َرة‬

19
Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsir Bahr al-Muhit (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,1993) jjilid 4
hlm. 17-18
Artinya: Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melarang
masjid-masjid Allah untuk menyebut nama-Nya, dan berusaha untuk
merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasuknya kecuali dengan rasa
takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehinaan di dunia dan di akhirat
mendapat azab yang berat
ْ َ ‫َو َم ْن أ‬
Menurut ibn „Atiyah dalam tafsirnya mengatakan bahwa arti dari ‫ظلَ ُم‬
adalah ( tidak ada yang lebih dhalim ). Kemudian terjadi
perbedaan pendapat terdapa siapa yangf zalim ini, ibnu Abbas berpendapat
yaitu orang Nasrani yang menyakiti orang-orang yang salat di baitul maqdis
serta melempari mereka dengan kotoran, pendapat lain mengatakan orang-
orang kafir Quraisy yang mencegah Rasulullah masuk ke Masjjd Haram,
sementara yang lainnya mengatakan pasukan Romawi yang membantu
salah satu suku untuk menghancurkan Baitul Maqdis setelah Bani Israil
membunuh nabi Zakriya20
- Kaedah Ketiga

Artinya:Apabilah Allah swt. Menjelaskan dirinya dengan menggunakan


lafaz “kaifa” maka itu merupakan bentuk pemberitahuan dengan cara
peringatan atau celaan kepada lawan bicara,
َ ‫ َكي‬yang bermaksud untuk
Menurut kaidah ini apabila ada lafadz ‫ْف‬
menjelaskan zat allah maka maka itu merupakan bentuk peringatan atau
celaan
Contoh Ali Imran 86
‫سو َل َح ٌّق َو َجا َء ُه ُم ْالبَيِنَاتُ َوا هَّللُ ََّل يَ ْهدِي ْالقَ ْو َم ه‬
َ‫الظالِمِين‬ ‫ش ِهدُوا أ َ هن ه‬
ُ ‫الر‬ َ ‫اَّللُ قَ ْو ًما َكف َُروا بَ ْعدَ إِي َمانِ ِه ْم َو‬ َ ‫َكي‬
‫ْف يَ ْهدِي ه‬

Artinya: Bagaimana Allah akan memberi petunjuk kepada kaum


yang kafir setelah mereka beriman, serta mengakui bahwa Rasul
(Muhammad) itu benarbenar (rasul), dan bukti-bukti yang jelas telah sampai
kepada mereka? Allah tidak memberi petunjuk orang-orang yang zalim,

20
Abu Muhammad ibn Abd al-Haq ibn Galib ibn „Atiyah, al-Muharrar al-Wajiz fiTafsir al-Kitab
al-„Aziz (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2001 Jil. I. hlm. 199
Menurut Ibn „Asyur, istifham inkari pada ayat ini maksudnya
mengingkari bahwa mereka akan mendapat hidayah secara khusus, yaitu
hidayah yang timbul dari pertolongan atau ke-Mahalembut-an Allah kepada
hambanya, Menurut abu Hayyan bahwa lafaz “kaifa” disini menenyakan
tentang keadaan, yaitu kondisi kekufuran mereka setelah mendapatkan
keimanan, bagaimana mungkin mendapatkan keimanan yang sebelumnya
mereka dalam keadaan beriman kemudian mengingkarinya, hidayah yang
dimaksud disini adalah keimanan dan mengikuti yang benar21, Sedangkan
menurut al-Zamakhsyari bagaiman mungkin berlaku lembut kepada
mereka, setelah Allah mengetahui ketetapah hati mereka dalam kekufuran,
tanda-tandanya yaitu kekufuran setelah sebelumnya dalam keadaan
beriman, mereka mengetahui bahwa nabi Muhammad saw adalah benar, dan
telah diperlihatkan mukjizat-mukjizat kenabian untuk menguatkan kenabian
nabi Muhammad SAW.22
- Kaedah Keepat

‫ أ‬maka ia tidak
Artinya:“Apabila hamzah istifham masuk kedalam lafaz ‫س‬ٝ‫ذ‬
bermakna lagi melihat dengan penglihatan atau hati tapi bermakna
akhbirni (pemberitahuan)”.
Kata َ‫أ َ َرأَيْت‬dalam beberapa ayat berulang al-Qur‟an sebanyak 10 kali23

ِ ‫أ َ َرأَيْتَ الهذِي يُكَذِبُ بِالد‬


‫ِين‬

Artinya: Tahukah kalian orang yang mendustakan agama ?


Dalam surah al-Maun ini dimulai kata َ‫أ َ َرأَيْت‬yang menurut kaidah ini
bermakna beritahukan kepada saya tentang siapakah orang-orang yang
mendustakan agama, sehingga jawaban dari permintaan ini ada pada ayat-
ayat berikutanya.

21
Abu Hayyan, hlm. 541
22
Al-Zamakhsyari, Jil.I hlm. 578
23
Lihat QS. 18:63, QS. 19:77, QS. 25: 43, QS. 26:205, QS. 45:23, QS. 53:33, QS. 96:9, QS, 96:
11, QS. 96:13, QS. 107:1
- Kaedah kelima

Artinya:“Apabila huruf istifham masuk kekata kerja yang


mempunyai arti harapan maka ia akan berfaidah
pemantapan/pengukuhan terhadap sesuatu yang akan datang, dan
memberitahukan bahwa ia akan terjadi (ada)”.
Adapun kata kerja raja (harapan) berupa
Kata- kata tersebut mengandung arti keinginan/kemauan kuat pada
perkara yang disukai, yaitu keinginan pada kebaikan dan takut pada
keburukan.24
Makna raja (harapan) pada perkataan manusia atau makluk
lainnya menunjukkan kepada arti aslinya yaitu arti harapan, karena
keterbatasan ilmu mereka, tapi jika dihubungkan dengan Allah, maka
akan mengandung arti kepastian dan keyakinan25 Diantara huruf
istifhmam yang bergandengan dengan fi‟il al-tarajji dalam al Qur‟an
hanya “hall” itupun hanya ada pada dua tempat, yaitu pada surah
albaqarah: 246 dan surah Muhammad:22
Contoh Albaqarah 246
‫علَ ْي ُك ُم ْال ِقت َا ُل أ َ هَّل تُقَاتِلُوا‬ َ ‫س ْيت ُ ْم إِ ْن ُكت‬
َ ‫ِب‬ َ ‫قَا َل ه َْل‬
َ ‫ع‬

Artinya: Nabi mereka menjawab, “ jangan sampai


diwajibkan atasmu berperang, kamu tidak akan berperang juga?
Ayat ini menjelaskan tentang permintaan kaum bani Israil
kepada nabi mereka supaya diutus seorang raja yang diharapkan
akan memimpin dalam berbagai peperangan, tapi nabi pesimis
dengan janji mereka sesuai dengan ungkapan ayat diatas, dan pada
kenyataannya mereka ingkar, ini sesuai dengan kesepakatan awal

24
Al-Sabt, Khalid ibn Usman.Qawaid al-Tafsir Jam‟an wa Dirasatan. cet. I. t.t.. Daribn
„affan.1997 M. hlm. 543
25
Ibid
dengan nabi, yaitu ketika peperangan diwajibkan mereka justru
ingkar dan tidak mau ikut dalam peperangan.
Contoh kedua dari kaedah ini dapat pula dilihat dalam QS.
Muhammad: 22 sebagai berikut:
‫ض َوتُقَ ِطعُوا أ َ ْر َحا َم ُك ْم‬
ِ ‫س ْيت ُ ْم ِإ ْن ت ََولَّ ْيت ُ ْم أ َ ْن ت ُ ْف ِسد ُوا فِي ْاْل َ ْر‬
َ ‫فَ َه ْل َع‬

Artinya : Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu


akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan
kekeluargaan
Sebagaimana keterangan pada contoh pertama dari kaidah
kelima, bahwa tafsiran lafal ‫س ْيت ُ ْم‬
َ ‫ َع‬menunjukkan makna yang lebih
tinggi yaitu makna kepastian dan keyakinan.
- Kaedah Keenam

Artinya:“Semua pertanyaan yang berkaitan dengan


ketuhanan adalah istifham taqriri”.
Menurut kaidah ini apabila ada dalam al-Qur‟an huruf
istifham yang menerangkan tentang ketauhidan maka jawaban dari
isifham tersebut adalah menekankan atau menguatkan.
Contoh Az Zukhruf 87
‫سأ َ ْلت َ ُه ْم َم ْن َخلَقَ ُه ْم لَيَقُولُ هن ه‬
َ‫اَّللُ ۖ فَأَنه ٰى يُؤْ فَ ُكون‬ َ ‫َولَئ ِْن‬

Artinya : Dan apabila menanyakan kepada mereka


siapakyang menciptakan mereka, maka mereka akan mengatakan
Allah
Menurut kaidah ini bahwa istifham yang dipergunakan disini
adalah istifham yang berkaitan dengan penciptaan makhluk oleh
Allah, maka tujuan atau maksud dari pertanyaan ini adalah untuk
memberikan penekanan bahwa yang menciptakan manusia dan alam
ini adalah Allah swt, menurut Fakhruddin al-Razi bahwa pada
hakikatnya semua manusia baik muslim atau non muslim atau
ateispun mengakui bahwa ada tuhan (Allah) yang menciptakan
alami ini, seperti ungkapan nabi Musa kepada Fir‟aun pada surah al-
isra:100
ً ُ ‫سانُ قَت‬
‫ورا‬ ِ ْ َ‫ق َو َكان‬
َ ‫اْل ْن‬ ِ ‫اْل ْنفَا‬ َ ‫قُ ْل لَ ْو أ َ ْنت ُ ْم ت َ ْم ِل ُكونَ خَزَ ائِنَ َرحْ َم ِة َربِي إِذًا َْل َ ْم‬
ِ ْ َ‫س ْكت ُ ْم َخ ْشيَة‬

Artinya : Nabi Musa berkata: sesungguhnya kamu (Firaun)


telah mengetahui, bahwa tidak ada yang menurunkan mukjizat-
mukjizat tersebut kecuali tuhan langit dan bumi sebagai bukti yang
nyata
Dan Juga pada ayat An naml 14
ُ ‫ظ ْل ًما َو‬
‫علُ ًّوا‬ ُ ‫س ُه ْم‬
ُ ُ‫َو َج َحد ُوا بِ َها َوا ْست َ ْيقَنَتْ َها أ َ ْنف‬

Artinya : Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman


dan kesombongan, padahal hati mereka meyakininya
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Uslub / style adalah cara berbahasa dengan gaya bahasa masing- masing
demi untuk menjelaskan kepada yang diajaak bicara agar terkesan indah
atau lebih berbobot
2. Dalam alquran terdapat gaya bahasa yang menarik, salah satunya
menggunakan gaya istifham yaitu bertanya
3. Terdapat beberapa kaedah yang terdapat dalam istifham yang bisa di jadi
kan patokan.
4. Ternyata dalam bertanya tidak hanya sebagai bahan mencari informasi
tetapi juga bisa menjadi bahan sebagai bahan sindiran dan yang lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Abd al-Azim az-Zarqani, Op.Cit.,

Tim Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,Jakarta, 1999,

Ibn Manzur, Lisan al-arab, Cet. III (Bairut: Dar ihya al-Turas| al-„Arabi, 1999) Jil.
10

Al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum al-Qur‟an, Cet. III (Kairo: Dar al-Turas|, 1984) jil.
II

Jalal al-Din al-Suyuti, al-Itqan fi „Ulum al-Qur‟an (Beirut: Dar al- Fikr, t.th.)Jil.
I,

Munawwir Abdul Fattah dan Adib Bisyri, Kamus Al-Bisyri,Pustaka Progesif,


Surabaya, 1999,

Muhammad Abd al-Azim Az-Zarqani, Manahil al-Irfan fi Ulumal-Qur‟an, Dar al-


Ihya‟, Mesir, t.t.,

Ibrahim Anis dkk., Al-Mu‟jam al-Wasith, Dar al-Fikr, Beirut, t.t.Jilid 1,

Suf Kasman, Jurnalisme Universal, Teraju, Bandung, 2004,

Ahmad Syams Madyan, Peta Pembelajaran Al-Qur‟an, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta, 2008,

Muhammad Abd al-Azim az-Zarqani, Op.Cit


Al-Sabt, Khalid ibn Usman.Qawaid al-Tafsir Jam‟an wa Dirasatan. cet. I. t.t..
Daribn „affan.1997 M.

Ab Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsir Bahr al-Muhit (Bairut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah,1993) jjilid 4 hlm. 17-18u Hayyan,

Al-Zamakhsyari, Jil.I

Abu Muhammad ibn Abd al-Haq ibn Galib ibn „Atiyah, al-Muharrar al-Wajiz
fiTafsir al-Kitab al-„Aziz (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2001 Jil. I.

Al-Burhan fi Ulum al-Qur‟an, hlm.j.II,

Mustafa Galayaiyni, Jami‟ al-Durus al-„Arabiyah (Bairut: al_maktabah al-“asriyah, 1993) Jil. 1

Anda mungkin juga menyukai