Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Balaghah (Stilistika al Qur`an)
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang mana berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Shalawat dan salam kita tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan tak lupa pula, penulis ucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah sudi meminjamkan bukunya sebagai
bahan referensi dalam makalah ini. Demikian juga kepada teman-teman yang telah
memberi semangat dalam kehidupan penulis.
Dalam makalah ini, penulis menjelaskan mengenai pengertian dan
penjelasan tentang uslub istifham
Penulis berharap makalah ini, dapat memberikan manfaat bagi penulis
sendiri serta bagi pembaca. Selain itu, penulis berharap pembaca dapat
memeberikan kritikan atau saran terhadap makalah ini agar dapat diperbaiki
kembali sehingga menjadi lebih baik lagi.
Penulis
PENDAHULUAN
1
Abu Anwar, 2005. Ulumul Qur‟an Sebuah Pengantar. Pekanbaru: Penerbit Amzah.Cetakan
kedua. Hlm vii.
ditinjau dari segi bahasa, Istifham memiliki arti pertanyaan, meminta
keterangan, meminta penjelasan 2. Kata ini merupakan bentuk masdhar
dari kata istafhama. Sedangkan ketika dilihat dari bentuk tsulatsi-nya
maka kata ini berakar pada kata fahima yang berarti paham, mengerti,
dan jelas. Selanjutnya kata fahima tersebut mendapatkan tambahan alif,
sin, dan ta‟ dan artinya pun bergeser karena adanya faidah thalab
(menuntut).
2
Ahmad Warson Munawwir, 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.Surabaya:
Pustaka Progressif. Hlm 1075.
3
Muhammad Chirzin M.Ag, 1998. Al-Qur‟an dan Ulumul Qur‟an. Jakarta: Penerbit Dana
Bhakti Prima Yasa. Hlm 177.
4
Ibid. Hlm 178.
5
Ibid
yang memiliki arti apakah. Sedangkan yang kedua adalah Istifham yang
berbentuk isim seperti ma (apa), man (siapa), kaifa (bagaimana), mata
(kapan), ayyana (bilamana), anna (dari mana), kam (berapa), aina (di
mana), ayyu (siapa, apa)
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Istifham?
2. Apasaja Kaedah-kaedahnya ?
3. Bagaimana contohnya ?
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan Pengertian Istifham
2. Memaparkan Kaedah-Kaedahnya
3. Memberikan Pemahaman melalui Contoh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Uslub
Stilistika bahasa Arabnya adalah uslub. Uslub berasal dari kata salaba
yaslubu salban yang berarti merampas, mengupas.6 Dan maknanya cara pembicara
atau penulis
dalam mengungkapkan ide, gagasan dan pikiran.7 Juga dikatakan Akhadzna fi
asaliba min al-qaul, artinya aku mengambil metode-metode/seni-seni dalam
bertutur kata.8 Stilistika adalah pemilihan dan penggunaan kata-kata sedemikian
rupa sehingga menghasilkan pengertian tertentu bagi pembacanya. 9 Kata stilistika
(bahasa Inggris:style) berasal dari bahasa Latin stylus, yang maknanya bulu burung.
Kemudian secara majaz beralih kepada pengertian-pengertian yang semuanya
berhubungan dengan cara menulis. Dan bertalian dengan tulisan tangan, yang
menunjukkan kepada manuskrip-manuskrip, kemudian digunakan untuk sebutan
terhadap ekspresi pengungkapan bahasa sastra. Ada juga yang mengatakan bahwa
stylus berarti besi berujung bulat seperti titik, yang biasanya digunakan oleh orang-
rang terdahulu sebagai alat untuk menulis di atas papan yang dilapisi lilin.
1Stilistika adalah metode berbicara, yang digunakan untuk mengungkapkan siratan-
siratan makna yang dimaksudkan oleh pembicara, yaitu dengan melakukan
10
pemilihan-pemilihan kata yang tepat, indah, lugas, padat dan berisi. Zarqani
mengatakan stilistika (uslub) menurut istilah adalah cara berbicara yang diambil
6
Munawwir Abdul Fattah dan Adib Bisyri, Kamus Al-Bisyri,Pustaka Progesif, Surabaya, 1999, h.
335.
7
Muhammad Abd al-Azim Az-Zarqani, Manahil al-Irfan fi Ulumal-Qur‟an, Dar al-Ihya‟, Mesir,
t.t., h. 198.
8
Ibrahim Anis dkk., Al-Mu‟jam al-Wasith, Dar al-Fikr, Beirut, t.t.Jilid 1, h. 441.
9
Suf Kasman, Jurnalisme Universal, Teraju, Bandung, 2004, h. 34.
10
Ahmad Syams Madyan, Peta Pembelajaran Al-Qur‟an, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008, h.
159.
1
penulis dalam menyusun kalimat dan memilih lafal-lafal.11 Dengan demikian,
stilistika merupakan cara yang dipilih penulis di dalam menyusun lafal-lafal untuk
mengungkapkan suatu tujuan dan makna kalimatnya. Stilistika (uslub) dalam
bahasa Indonesia disebut gaya bahasa, yaitu pemanfaatan atas kekayaan bahasa
oleh seseorang dalam bertutur atau menulis. Demikian pula dapat didefinisikan
sebagai cara yang khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis
atau lisan.12
B. Istifham
Kata Istifham berasal dari kata yang bererti pengetahuan
terhadap sesuatu dengan menggunakan hati, Imam Sibawaihi menambahkan yaitu
sesuatu pengatahuan dengan menggunakan hati dan akal13, Kemudian ia berubah
menjadi fi‟il al-Mazid (kata kerja yang ketambahan huruf dari huruf aslinya)
dengan ketambahan tiga huruf pada awal katanya yaitu ( ا س تal-sudasi) yang
mempunyai arti al-talab (permintaan), jadi istifham menurut bahasa adalah
meminta pengetahuan,
Adapun pengertian istifham menurut istilah, menurut al-Zarkasyiistifham
adalah mencari pemahaman tentang suatu hal yang tidak diketahui. 14 sedangkan
menurut al-Suyuti, istifham dengan berbagai maknanya, memiliki suatu maksud
pokok yaitu mencari pemahaman tentang suatu hal.15
1. Adawat Istifham
1. حمزة: digunakan untuk menanyakan kepada atau tentang suatu
benda atau orang
Contoh : Al Anbiya 36
الَّذِي يَذْ ُك ُر آ ِل َهت َ ُكم
11
Muhammad Abd al-Azim az-Zarqani, Op.Cit.,h. 198.
12
Tim Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,Jakarta, 1999, h. 297.
13
Ibn Manzur, Lisan al-arab, Cet. III (Bairut: Dar ihya al-Turas| al-„Arabi, 1999) Jil. 10 hlm. 343
14
Al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum al-Qur‟an, Cet. III (Kairo: Dar al-Turas|, 1984) jil. II hlm. 326
15
Jalal al-Din al-Suyuti, al-Itqan fi „Ulum al-Qur‟an (Beirut: Dar al- Fikr, t.th.)Jil. I, hlm.148.
2. هل: Digunakan untuk menanyakan keadaan
Contoh : Al Ghasiyah 1
Contoh من
Hud : 63
Artinya : maka siapakah yang akan menolong aku dari (azab) Allah jika
aku mendurhakai-Nya ?
Contoh من ذ
AlHadid :11
16
Mustafa Galayaiyni, Jami‟ al-Durus al-„Arabiyah (Bairut: al_maktabah al-“asriyah, 1993) Jil.
1hlm. 139
17
Mustafa Galayaiyni, Jami‟ al-Durus al-„Arabiyah (Bairut: al_maktabah al-“asriyah, 1993) Jil. 1
hlm. 139
Contoh م
َ سلَ َك ُك ْم فِي
سقَر َ َما
Artinya : Manusia pada hari itu (hari kiamat) berkata: kemana tempat lari?
.
10. أَنَّىDigunakanuntuk menanyakan asal usul.
Contoh : Maryam 8
ت ا ْم َرأَتِي َعاقِ ًرا َوقَدْ بَلَ ْغتُ ِمنَ ْال ِكبَ ِر ِعتِيًّا ُ ب أَنَّى َي ُكونُ ِلي
ِ َغ ََل ٌم َوكَان ِ قَا َل َر
2. Pembagian Istifham
Pembagian istifham secara umum dibagi dua yaitu istifham yang
bermakna khabar dan istifham bermakna insya
A. Istifham bermakna al-khabar, ada dua
- Istifham al-inkari yaitu apabila ada huruf nafyi yang jatuh setelah
huruf istiham. contohnya QS.Al-Ahqaf: 35
َفَ َه ْل يُ ْهلَكُ إِ ََّّل ْالقَ ْو ُم ْالفَا ِسقُون
Artinya:“Maka tidak ada yang dibinasakan kecuali orang-orang
fasik.
Atau diatafkan dengan kalimat yang dinafikan, contoh QS. Al-Rum:29
ِ اَّللُ ۖ َو َما لَ ُه ْم ِم ْن ن
ََاص ِرين َ َ فَ َم ْن يَ ْهدِي َم ْن أ
َّ ض َّل
c. Mengandung Celaan
Contoh : An nisa 97
18
Al-Burhan fi Ulum al-Qur‟an, hlm.j.II,h. 331
Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada
mereka)
سانُ َما غ هَركَ ِب َر ِبكَ ْالك َِر ِيم ِ ْ يَا أَيُّ َها
َ اْل ْن
ب أَل ٍِيم َ يَا أَيُّ َها الهذِينَ آ َمنُوا ه َْل أَدُلُّ ُك ْم
َ علَ ٰى تِ َج
َ ارةٍ ت ُ ْن ِجي ُك ْم مِ ْن
ٍ عذَا
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku
tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari
azab yang pedih?
Maksud dari kaidah ini jelas, bahwa bila suatu redaksi menggunnakan
istifhan inkari maka dengan sendirinya ia mengandung arti meniadakan
Contoh, QS. Al-Maidah, 50
َاَّللِ ُح ْك ًما ِلقَ ْو ٍم يُو ِقنُون َ ْأَفَ ُح ْك َم ْال َجا ِه ِليَّ ِة َي ْبغُونَ ۚ َو َم ْن أَح
َّ َسنُ ِمن
Yang menjadi pembahasan disini adalah istifham yang kedua ( َو َم ْن
َ ْ )أَحMenurut kaidah ini bahwa tidak ada hukum yang lebih baik kecuali
ُسن
hukumAllah, dengan kata lain bahwa hukum Allah lebih baik daripada
hukmul Wadiyah (hukum yang dibuat oleh manusia) sehingga ayat ini dapat
ditakdirkan
Sedangkan menurut Abu Hayyan bahwa istifham disini bermakna
penguatan yang mermakna bahwa hukum Allah adalah hukum yang paling
baik dan paling adil, serta bentuk istifham yang dipergunakan disini juga
mengandung sifat “sombong” kepada mereka yahudi (bahwa hukumAllah
lebih baik dari hukum yang dibuat oleh orang-orang yahudi atau yang
lainnya)
Contoh kedua, dapat dilihat dalam QS. Al-Baqarah: 114, sebagai
berikut :
سعَ ٰى فِي خ ََرابِ َها أُو ٰلَئِكَ َما َكانَ لَ ُه ْم أ َ ْن يَ ْد ُخلُوهَا إِ هَّل خَائِفِينَ لَ ُه ْم
َ اَّللِ أ َ ْن يُ ْذك ََر فِي َها ا ْس ُمه ُ َو
اجدَ ه ْ َ َو َم ْن أ
َ ظلَ ُم مِ هم ْن َمنَ َع َم
ِ س
عظِ يم َ عذَاب َ ِفِي الدُّ ْنيَا خِ ْزي َولَ ُه ْم فِي ْاْلخِ َرة
19
Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsir Bahr al-Muhit (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,1993) jjilid 4
hlm. 17-18
Artinya: Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melarang
masjid-masjid Allah untuk menyebut nama-Nya, dan berusaha untuk
merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasuknya kecuali dengan rasa
takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehinaan di dunia dan di akhirat
mendapat azab yang berat
ْ َ َو َم ْن أ
Menurut ibn „Atiyah dalam tafsirnya mengatakan bahwa arti dari ظلَ ُم
adalah ( tidak ada yang lebih dhalim ). Kemudian terjadi
perbedaan pendapat terdapa siapa yangf zalim ini, ibnu Abbas berpendapat
yaitu orang Nasrani yang menyakiti orang-orang yang salat di baitul maqdis
serta melempari mereka dengan kotoran, pendapat lain mengatakan orang-
orang kafir Quraisy yang mencegah Rasulullah masuk ke Masjjd Haram,
sementara yang lainnya mengatakan pasukan Romawi yang membantu
salah satu suku untuk menghancurkan Baitul Maqdis setelah Bani Israil
membunuh nabi Zakriya20
- Kaedah Ketiga
20
Abu Muhammad ibn Abd al-Haq ibn Galib ibn „Atiyah, al-Muharrar al-Wajiz fiTafsir al-Kitab
al-„Aziz (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2001 Jil. I. hlm. 199
Menurut Ibn „Asyur, istifham inkari pada ayat ini maksudnya
mengingkari bahwa mereka akan mendapat hidayah secara khusus, yaitu
hidayah yang timbul dari pertolongan atau ke-Mahalembut-an Allah kepada
hambanya, Menurut abu Hayyan bahwa lafaz “kaifa” disini menenyakan
tentang keadaan, yaitu kondisi kekufuran mereka setelah mendapatkan
keimanan, bagaimana mungkin mendapatkan keimanan yang sebelumnya
mereka dalam keadaan beriman kemudian mengingkarinya, hidayah yang
dimaksud disini adalah keimanan dan mengikuti yang benar21, Sedangkan
menurut al-Zamakhsyari bagaiman mungkin berlaku lembut kepada
mereka, setelah Allah mengetahui ketetapah hati mereka dalam kekufuran,
tanda-tandanya yaitu kekufuran setelah sebelumnya dalam keadaan
beriman, mereka mengetahui bahwa nabi Muhammad saw adalah benar, dan
telah diperlihatkan mukjizat-mukjizat kenabian untuk menguatkan kenabian
nabi Muhammad SAW.22
- Kaedah Keepat
أmaka ia tidak
Artinya:“Apabila hamzah istifham masuk kedalam lafaz سٝذ
bermakna lagi melihat dengan penglihatan atau hati tapi bermakna
akhbirni (pemberitahuan)”.
Kata َأ َ َرأَيْتdalam beberapa ayat berulang al-Qur‟an sebanyak 10 kali23
21
Abu Hayyan, hlm. 541
22
Al-Zamakhsyari, Jil.I hlm. 578
23
Lihat QS. 18:63, QS. 19:77, QS. 25: 43, QS. 26:205, QS. 45:23, QS. 53:33, QS. 96:9, QS, 96:
11, QS. 96:13, QS. 107:1
- Kaedah kelima
24
Al-Sabt, Khalid ibn Usman.Qawaid al-Tafsir Jam‟an wa Dirasatan. cet. I. t.t.. Daribn
„affan.1997 M. hlm. 543
25
Ibid
dengan nabi, yaitu ketika peperangan diwajibkan mereka justru
ingkar dan tidak mau ikut dalam peperangan.
Contoh kedua dari kaedah ini dapat pula dilihat dalam QS.
Muhammad: 22 sebagai berikut:
ض َوتُقَ ِطعُوا أ َ ْر َحا َم ُك ْم
ِ س ْيت ُ ْم ِإ ْن ت ََولَّ ْيت ُ ْم أ َ ْن ت ُ ْف ِسد ُوا فِي ْاْل َ ْر
َ فَ َه ْل َع
A. Kesimpulan
1. Uslub / style adalah cara berbahasa dengan gaya bahasa masing- masing
demi untuk menjelaskan kepada yang diajaak bicara agar terkesan indah
atau lebih berbobot
2. Dalam alquran terdapat gaya bahasa yang menarik, salah satunya
menggunakan gaya istifham yaitu bertanya
3. Terdapat beberapa kaedah yang terdapat dalam istifham yang bisa di jadi
kan patokan.
4. Ternyata dalam bertanya tidak hanya sebagai bahan mencari informasi
tetapi juga bisa menjadi bahan sebagai bahan sindiran dan yang lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Ibn Manzur, Lisan al-arab, Cet. III (Bairut: Dar ihya al-Turas| al-„Arabi, 1999) Jil.
10
Al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum al-Qur‟an, Cet. III (Kairo: Dar al-Turas|, 1984) jil.
II
Jalal al-Din al-Suyuti, al-Itqan fi „Ulum al-Qur‟an (Beirut: Dar al- Fikr, t.th.)Jil.
I,
Ab Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsir Bahr al-Muhit (Bairut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah,1993) jjilid 4 hlm. 17-18u Hayyan,
Al-Zamakhsyari, Jil.I
Abu Muhammad ibn Abd al-Haq ibn Galib ibn „Atiyah, al-Muharrar al-Wajiz
fiTafsir al-Kitab al-„Aziz (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2001 Jil. I.
Mustafa Galayaiyni, Jami‟ al-Durus al-„Arabiyah (Bairut: al_maktabah al-“asriyah, 1993) Jil. 1