Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian I’lal

I'lal adalah ilmu tata bahasa arab yang bertujuan untuk mengubah Huruf illat seperti Wau (
‫)و‬, Alif (‫ )ا‬dan Ya’(‫)ي‬, supaya ringan dan mudah dalam mengucapkannya.

Cara mengubah huruf-huruf illat tersebut, terkadang dengan cara menukar, memindahkan
tanda baca/harakat/syakal, disukunkan, bahkan sampai membuang huruf. Semua cara itu
tentu ada kaidahnya masing-masing, yang dikenal dengan Kaidah I’lal. Contohnya seperti:
َ‫ صَان‬asal bentuknya َ‫ص َون‬ َ huruf Wau diganti Alif alasannya karena huruf illat Wau tersebut
mendapat harkat sedangkan sebelumnya ada Huruf yang berharkat Fathah. Contoh lain
seperti: ُ‫ يَصُوْ ن‬asal bentuknya adalah ُ‫ يَصْ ُون‬mengikuti wazan ‫ يَ ْف ُع ُل‬harkat Wau dipindah ke
huruf sebelumnya alasannya karenah sebelum Wau ada Huruf Shohih yang tidak
mendapatkan Harkat alias Sukun. Dan sebagainya.

Macam-macam I’lal

I’lal terbagi atas tiga macam, yaitu:

Al i'lal bil hadfi/membuang

Al I'lal bil qolbi/mengganti

Al i'lal bi taskin/sukun

I’lal Bil Qolbi


Kaidah I’lal Ke 1 » Wawu/Ya’ diganti Alif

َ ‫ص َل ٍة ِف ْي َك ِل َم َت ْي ِه َما ُأب ِْد َلتَا آ ِل ًفا ِم ْثلُ صَانَ َأصْ ُل ُه‬


‫ص َو َن َو َبا َع َأصْ ُل ُه َب َي َع‬ ِ ‫ت ْال َو ُاو َو ْال َي ُاء َبعْ َد َف ْت َح ٍة ُم َّت‬ َ
ِ َ‫إذا ت ََحرَّك‬.

Apabilah ada Wawu atau Yya’ berharkah, jatuh sesudah harkah Fathah dalam satu kalimah,
maka Wawu atau Ya’ tsb harus diganti dengan Alif seperti contoh َ‫ صَان‬asalnya َ‫ص َون‬
َ , dan ‫بَا َع‬
asalnya ‫ بَيَ َع‬.

Praktek I’lal :

َ ikut pada wazan ‫فَ َع َل‬. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan
َ‫ صَان‬asalnya َ‫ص َون‬
sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi َ‫صَان‬.

‫ بَا َع‬asalnya ‫ بَيَ َع‬ikut pada wazan ‫فَ َع َل‬. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada
Huruf berharkah Fathah, maka menjadi ‫بَا َع‬.

‫ َغ َزا‬asalnya ‫ َغ َز َو‬ikut pada wazan ‫فَ َع َل‬. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya
ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi ‫غزا‬.

‫ َر َم ْى‬asalnya ‫ َر َم َي‬ikut pada wazan ‫فَ َع َل‬. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya
ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi ‫ر َم َي‬. َ (*Alif pada lafazh ‫ َر َم ْى‬dinamakan Alif
Layyinah).

Perhatian:

Kaidah ini berlaku pada Wau atau Ya’ dengan Harkah asli. Apabila harkah keduanya bukan
ْ ‫ َد َع ُو‬.
asli atau baru, maka tidak boleh dirubah. Contoh ‫االقَوْ َم‬

Apabila setelah wawu atau ya’ itu ada huruf mati/sukun, maka diklarifikasikan sbb:

Jika Wawu atau Ya’ tsb bukan pada posisi Lam Fi’il, maka tidak boleh di-I’lal, karena
ٌ َ‫ خَ َورْ ن‬,ٌ‫ طَ ِو ْيل‬,‫ان‬
dihukumi seperti Huruf Shahih. Contoh: ‫ق‬ ٌ َ‫بَي‬.
Jika Wawu dan Ya’ tsb berada pada posisi Lam Fi’il, maka tetap berlaku Kaidah I’lal ini.
Contoh َ‫ يَ ْخ َشوْ ن‬asalnya َ‫ يَ ْخ َشيُوْ ن‬. Namun disyaratkan huruf yg mati/sukun setelah Wawu dan
Ya’ tsb bukan huruf Alif dan huruf Ya’ tasydid, maka yang demikian juga tidak boleh di-I’lal.
Contoh: ‫ َغ َز َوا‬,ٌّ‫ َعلَ ِوي‬,‫ َر َميَا‬.

Kaidah ke 3[sunting | sunting sumber]

ُ‫صاِئ ٌن َأصْ لُه‬ ٍ ‫ف زَ اِئ َد ٍة ُأ ْب ِدلَتَا هَ ْم َزةً ِبشَرْ ِط َأ ْن تَ ُكوْ نَا َع ْينًا فِ ْي اس ِْم ْالفَا ِع ِل َوطَ َرفًا فِ ْي َمصْ د‬
َ ‫ نَحْ ُو‬,‫َر‬ ٍ ِ‫ت ْال َوا ُو َو ْاليَا ُء بَ ْع َد آل‬
Rِ ‫ِإ َذا َوقَ َع‬
ُ ‫َأ‬ ُ ‫َأ‬
ٌ ‫ لِقَا ٌء صْ لهُ لِقَا‬,ٌ‫ َساِئ ٌر صْ لهُ َسايِر‬,‫او ٌن‬
‫ي‬ ِ ‫ص‬ َ .

Apabila ada wawu atau ya’ jatuh sesudah alif zaidah, maka harus diganti hamzah, dengan
syarat wau atau ya’ tersebut berada pada ‘Ain Fi’il kalimah bentuk Isim Fail, atau berada
pada akhir kalimah bentuk masdar. Contoh: ‫صاِئ ٌن‬
َ asalnya ‫او ٌن‬
ِ ‫ص‬َ dan ‫ َساِئ ٌر‬asalnya ‫ َسايِ ٌر‬dan ‫لِقَا ٌء‬
ٌ ‫لِقَا‬
asalnya ‫ي‬

Praktik I’lal:

‫صاِئ ٌن‬
َ
‫صاِئ ٌن‬ َ asalnya ‫او ٌن‬
ِ ‫ص‬َ ikut pada wazan ‫ فَا ِع ٌل‬. wawu diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif
Zaidah dan berada pada ‘Ain Fi’il Isim Fa’il, maka menjadi ‫صاِئ ٌن‬ َ

‫َساِئ ٌر‬
ِ َ‫ ف‬. Ya’ diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah
‫ َساِئ ٌر‬asalnya ‫ َسايِ ٌر‬ikut pada wazan ‫اع ٌل‬
dan berada pada ‘Ain Fi’il Isim Fa’il, maka menjadi ‫َساِئ ٌر‬

‫َعطَا ٌء‬
‫ َعطَا ٌء‬asalnya ‫ َعطَا ٌو‬ikut pada wazan ‫ فَ َعا ٌل‬wawu diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif
Zaidah dan berada pada akhir kalimah Isim Masdar, maka menjadi ‫ َعطَا ٌء‬.

‫لِقَا ٌء‬
‫ لِقَا ٌء‬asalnya ‫ي‬
ٌ ‫ لِقَا‬ikut pada wazan ‫ فِ َعا ٌل‬Ya’ diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah
dan berada pada akhir kalimah Isim Masdar, maka menjadi ‫لِقَا ٌء‬

Kaidah ke 4[sunting | sunting sumber]


ٌ ‫ت ْاليَا ُء ْاُألوْ لَى فِي الثَّانِيَّ ِة نَحْ ُو َمي‬
‫ِّت‬ ِ ‫ت ْال َوا ُو يَا ًء َواُ ْد ِغ َم‬ ْ َ‫ت ْال َوا ُو َو ْاليَا ُء فِ ْي َكلِ َم ٍة َوا ِح َد ٍة َو َسبَق‬
ِ َ‫ت اِحْ دَاهُ َما بِال ُّس ُكوْ ِن اُ ْب ِدل‬ ِ ‫ِإ َذا اجْ تَ َم َع‬
ٌ ْ‫ت َو َمرْ ِم ٌّي َأصْ لُهُ َمرْ ُمو‬
‫ي‬ ٌ ‫َأصْ لُهُ َمي ِْو‬.

Apabila wau dan ya’ berkumpul dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan
sukun, maka wau diganti ya’. Kemudian ya’ yang pertama di-idgham-kan pada ya’ yang
ٌ ‫ َمي‬asalnya adalah ‫ت‬
kedua. Contoh lafadz ‫ِّت‬ ٌ ‫ َمي ِْو‬dan ‫ َمرْ ِم ٌّي‬asalanya adalah ‫ي‬
ٌ ْ‫َمرْ ُمو‬
Praktik I’lal:
‫ِّت‬ٌ ‫َمي‬
‫ِّت‬ ٌ ‫ َمي‬asalnya ‫ت‬ٌ ‫ َمي ِْو‬mengikuti wazan ‫ فَي ِْع ٌل‬. wau diganti ya’ karena berkumpul dalam satu
kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi ‫ت‬ ٌ ِ‫ َم ْيي‬. Kemudian ya’ yang
pertama di-idghamkan pada ya’ yang kedua karena satu jenis, maka menjadi ‫ِّت‬ ٌ ‫َمي‬
‫َمرْ ِم ٌّي‬
‫ َمرْ ِم ٌّي‬asalnya ‫ي‬ٌ ْ‫ َمرْ ُمو‬mengikuti wazan ‫ َم ْفعُوْ ٌل‬. wau diganti ya’ karena berkumpul dalam satu
kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi ‫ َمرْ ُم ْي ٌي‬. Kemudian ya’ yang
pertama di-idghamkan pada ya’ yang kedua karena satu jenis, maka menjadi ‫َمرْ ِم‬

Kaidah ke 5[sunting | sunting sumber]

“ Harakah Dhammah wau atau ya’ di akhir kalimah diganti Sukun ”

‫ت ْال َوا ُو َو ْاليَا ُء َوكَانَتَا َمضْ ُموْ َمةً اُ ْس ِكنَتَا نَحْ ُو يَ ْغ ُزوْ ا َأصْ لُهُ يَ ْغ ُز ُو َويَرْ ِم ْي َأصْ لُهُ يَرْ ِم ُي‬
ِ َ‫ِإ َذا تَطَ َّرف‬

Apabila Wau atau Ya’ menempati ujung akhir kalimah, dan ber-harakah dhammah, maka
disukunkan. Contoh: ‫ يَ ْغ ُزوْ ا‬asalnya ‫ يَ ْغ ُز ُو‬dan ‫ يَرْ ِم ْي‬asalnya ‫يَرْ ِم ُي‬
Praktik I’lal:

ْ‫يَ ْغ ُزو‬
ْ‫ يَ ْغ ُزو‬asalnya ‫ يَ ْغ ُز ُو‬mengikuti wazan ‫ يَ ْف ُع ُل‬. Wau di ujung akhir kalimah ber-harakah dhammah,
maka disukunkan menjadi ْ‫يَ ْغ ُزو‬.

‫يَرْ ِم ْي‬
‫ يَرْ ِم ْي‬asalnya ‫ يَرْ ِم ُي‬mengikuti wazan ‫ يَ ْف ُع ُل‬. Ya’ di ujung akhir kalimah ber-harkah dhammah,
maka disukunkan menjadi ‫يَرْ ِم ْي‬.

Perhatian:
‫َاز‬
ٍ ‫غ‬
‫َاز‬
ٍ ‫ غ‬asalnya ‫َاز ٌو‬
ِ ‫ غ‬mengikuti wazan ‫اع ٌل‬ ِ َ‫ ف‬. Wau diganti Ya’, karena jatuh sesudah harakah
kasrah, maka menjadi ‫ي‬ ٌ ‫َاز‬
ِ ‫غ‬, kemudan Ya’ disukunkan karena beratnya harkah dhammah
atas Ya’ maka menjadi ْ‫َازي‬ ٍ ‫غ‬, kemudian Ya’ dibuang untuk menolak bertemunya dua mati
yaitu Ya’ dan Tanwin, maka menjadi ‫َاز‬ ٍ ‫غ‬
‫ار‬ٍ ‫َس‬
‫ار‬ ٍ ‫ َس‬asalnya ‫ي‬
ٌ ‫ار‬
ِ ‫ َس‬mengikuti wazan ‫اع ٌل‬ِ َ‫ ف‬. Ya’ disukunkan karena beratnya harakah dhammah
atas Ya’ maka menjadi ْ‫اري‬ ٍ ‫ َس‬, kemudian Ya’ dibuang untuk menolak bertemunya dua mati
yaitu Ya’ dan Tanwin, maka menjadi ‫ق‬ ٍ ‫ار اَ َوا‬
ٍ ‫َس‬

ٍ ‫ اَ َوا‬asalnya ‫ َو َواقِ ُي‬mengikuti wazan ‫اع ُل‬


‫ق‬ ِ ‫ فَ َو‬wau pada fa’ fi’il diganti Hamzah, karena kedua wau
berkumpul dalam satu kalimah, maka menjadi ‫اَ َواقِ ْي‬. Kemudian Ya’ dibuang untuk
meringankannya, maka menjadi ‫اق‬ ِ ‫اَ َو‬. Dan didatangkanlah tanwin sebagai pengganti dari Ya’
ٍ ‫اَ َوا‬.
yang dibuang, maka menjadi ‫ق‬

Anda mungkin juga menyukai