PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian I’lal
I'lal adalah ilmu tata bahasa arab yang bertujuan untuk mengubah Huruf illat seperti Wau (
)و, Alif ( )اdan Ya’()ي, supaya ringan dan mudah dalam mengucapkannya.
Cara mengubah huruf-huruf illat tersebut, terkadang dengan cara menukar, memindahkan
tanda baca/harakat/syakal, disukunkan, bahkan sampai membuang huruf. Semua cara itu
tentu ada kaidahnya masing-masing, yang dikenal dengan Kaidah I’lal. Contohnya seperti:
َ صَانasal bentuknya َص َون َ huruf Wau diganti Alif alasannya karena huruf illat Wau tersebut
mendapat harkat sedangkan sebelumnya ada Huruf yang berharkat Fathah. Contoh lain
seperti: ُ يَصُوْ نasal bentuknya adalah ُ يَصْ ُونmengikuti wazan يَ ْف ُع ُلharkat Wau dipindah ke
huruf sebelumnya alasannya karenah sebelum Wau ada Huruf Shohih yang tidak
mendapatkan Harkat alias Sukun. Dan sebagainya.
Macam-macam I’lal
Al i'lal bi taskin/sukun
Apabilah ada Wawu atau Yya’ berharkah, jatuh sesudah harkah Fathah dalam satu kalimah,
maka Wawu atau Ya’ tsb harus diganti dengan Alif seperti contoh َ صَانasalnya َص َون
َ , dan بَا َع
asalnya بَيَ َع.
Praktek I’lal :
َ ikut pada wazan فَ َع َل. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan
َ صَانasalnya َص َون
sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi َصَان.
بَا َعasalnya بَيَ َعikut pada wazan فَ َع َل. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada
Huruf berharkah Fathah, maka menjadi بَا َع.
َغ َزاasalnya َغ َز َوikut pada wazan فَ َع َل. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya
ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi غزا.
َر َم ْىasalnya َر َم َيikut pada wazan فَ َع َل. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya
ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi ر َم َي. َ (*Alif pada lafazh َر َم ْىdinamakan Alif
Layyinah).
Perhatian:
Kaidah ini berlaku pada Wau atau Ya’ dengan Harkah asli. Apabila harkah keduanya bukan
ْ َد َع ُو.
asli atau baru, maka tidak boleh dirubah. Contoh االقَوْ َم
Apabila setelah wawu atau ya’ itu ada huruf mati/sukun, maka diklarifikasikan sbb:
Jika Wawu atau Ya’ tsb bukan pada posisi Lam Fi’il, maka tidak boleh di-I’lal, karena
ٌ َ خَ َورْ ن,ٌ طَ ِو ْيل,ان
dihukumi seperti Huruf Shahih. Contoh: ق ٌ َبَي.
Jika Wawu dan Ya’ tsb berada pada posisi Lam Fi’il, maka tetap berlaku Kaidah I’lal ini.
Contoh َ يَ ْخ َشوْ نasalnya َ يَ ْخ َشيُوْ ن. Namun disyaratkan huruf yg mati/sukun setelah Wawu dan
Ya’ tsb bukan huruf Alif dan huruf Ya’ tasydid, maka yang demikian juga tidak boleh di-I’lal.
Contoh: َغ َز َوا,ٌّ َعلَ ِوي, َر َميَا.
ُصاِئ ٌن َأصْ لُه ٍ ف زَ اِئ َد ٍة ُأ ْب ِدلَتَا هَ ْم َزةً ِبشَرْ ِط َأ ْن تَ ُكوْ نَا َع ْينًا فِ ْي اس ِْم ْالفَا ِع ِل َوطَ َرفًا فِ ْي َمصْ د
َ نَحْ ُو,َر ٍ ِت ْال َوا ُو َو ْاليَا ُء بَ ْع َد آل
Rِ ِإ َذا َوقَ َع
ُ َأ ُ َأ
ٌ لِقَا ٌء صْ لهُ لِقَا,ٌ َساِئ ٌر صْ لهُ َسايِر,او ٌن
ي ِ ص َ .
Apabila ada wawu atau ya’ jatuh sesudah alif zaidah, maka harus diganti hamzah, dengan
syarat wau atau ya’ tersebut berada pada ‘Ain Fi’il kalimah bentuk Isim Fail, atau berada
pada akhir kalimah bentuk masdar. Contoh: صاِئ ٌن
َ asalnya او ٌن
ِ صَ dan َساِئ ٌرasalnya َسايِ ٌرdan لِقَا ٌء
ٌ لِقَا
asalnya ي
Praktik I’lal:
صاِئ ٌن
َ
صاِئ ٌن َ asalnya او ٌن
ِ صَ ikut pada wazan فَا ِع ٌل. wawu diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif
Zaidah dan berada pada ‘Ain Fi’il Isim Fa’il, maka menjadi صاِئ ٌن َ
َساِئ ٌر
ِ َ ف. Ya’ diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah
َساِئ ٌرasalnya َسايِ ٌرikut pada wazan اع ٌل
dan berada pada ‘Ain Fi’il Isim Fa’il, maka menjadi َساِئ ٌر
َعطَا ٌء
َعطَا ٌءasalnya َعطَا ٌوikut pada wazan فَ َعا ٌلwawu diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif
Zaidah dan berada pada akhir kalimah Isim Masdar, maka menjadi َعطَا ٌء.
لِقَا ٌء
لِقَا ٌءasalnya ي
ٌ لِقَاikut pada wazan فِ َعا ٌلYa’ diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah
dan berada pada akhir kalimah Isim Masdar, maka menjadi لِقَا ٌء
Apabila wau dan ya’ berkumpul dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan
sukun, maka wau diganti ya’. Kemudian ya’ yang pertama di-idgham-kan pada ya’ yang
ٌ َميasalnya adalah ت
kedua. Contoh lafadz ِّت ٌ َمي ِْوdan َمرْ ِم ٌّيasalanya adalah ي
ٌ َْمرْ ُمو
Praktik I’lal:
ِّتٌ َمي
ِّت ٌ َميasalnya تٌ َمي ِْوmengikuti wazan فَي ِْع ٌل. wau diganti ya’ karena berkumpul dalam satu
kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi ت ٌ ِ َم ْيي. Kemudian ya’ yang
pertama di-idghamkan pada ya’ yang kedua karena satu jenis, maka menjadi ِّت ٌ َمي
َمرْ ِم ٌّي
َمرْ ِم ٌّيasalnya يٌ ْ َمرْ ُموmengikuti wazan َم ْفعُوْ ٌل. wau diganti ya’ karena berkumpul dalam satu
kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi َمرْ ُم ْي ٌي. Kemudian ya’ yang
pertama di-idghamkan pada ya’ yang kedua karena satu jenis, maka menjadi َمرْ ِم
ت ْال َوا ُو َو ْاليَا ُء َوكَانَتَا َمضْ ُموْ َمةً اُ ْس ِكنَتَا نَحْ ُو يَ ْغ ُزوْ ا َأصْ لُهُ يَ ْغ ُز ُو َويَرْ ِم ْي َأصْ لُهُ يَرْ ِم ُي
ِ َِإ َذا تَطَ َّرف
Apabila Wau atau Ya’ menempati ujung akhir kalimah, dan ber-harakah dhammah, maka
disukunkan. Contoh: يَ ْغ ُزوْ اasalnya يَ ْغ ُز ُوdan يَرْ ِم ْيasalnya يَرْ ِم ُي
Praktik I’lal:
ْيَ ْغ ُزو
ْ يَ ْغ ُزوasalnya يَ ْغ ُز ُوmengikuti wazan يَ ْف ُع ُل. Wau di ujung akhir kalimah ber-harakah dhammah,
maka disukunkan menjadi ْيَ ْغ ُزو.
يَرْ ِم ْي
يَرْ ِم ْيasalnya يَرْ ِم ُيmengikuti wazan يَ ْف ُع ُل. Ya’ di ujung akhir kalimah ber-harkah dhammah,
maka disukunkan menjadi يَرْ ِم ْي.
Perhatian:
َاز
ٍ غ
َاز
ٍ غasalnya َاز ٌو
ِ غmengikuti wazan اع ٌل ِ َ ف. Wau diganti Ya’, karena jatuh sesudah harakah
kasrah, maka menjadi ي ٌ َاز
ِ غ, kemudan Ya’ disukunkan karena beratnya harkah dhammah
atas Ya’ maka menjadi َْازي ٍ غ, kemudian Ya’ dibuang untuk menolak bertemunya dua mati
yaitu Ya’ dan Tanwin, maka menjadi َاز ٍ غ
ارٍ َس
ار ٍ َسasalnya ي
ٌ ار
ِ َسmengikuti wazan اع ٌلِ َ ف. Ya’ disukunkan karena beratnya harakah dhammah
atas Ya’ maka menjadi ْاري ٍ َس, kemudian Ya’ dibuang untuk menolak bertemunya dua mati
yaitu Ya’ dan Tanwin, maka menjadi ق ٍ ار اَ َوا
ٍ َس