Anda di halaman 1dari 25

REPRODUKSI PADA HEWAN

DOSEN PENGAMPU : Mardia Apriansi, M.Pd

MATA KULIAH : BIOLOGI

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIRIN NURHALIZAH

NIM : 202102028

SEMESTER : I (SATU)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


UNIVERSITAS PAT PETULAI CURUP
REJANG LEBONG BENGKULU
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum.Wr.Wb

Puji syukur kita sampaikan atas kehadiran Allah SWT, yang telah
memberikan waktu serta kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikna tugas
kami ini dengan tepat waktu dan tanpa suatu kekurangan apapun.

Adapun maksud dan tujuan dari tugas yang saya buat ini adalah untuk
mengulas mata kuliah Biologi dengan judul pembahasan REPRODUKSI PADA
HEWAN. Saya menyadari makalah yang saya buat tidaklah sempurna,
didalamnya terdapat kesalahan-kesalahan yang mungkin disengaja ataupun tidak
disengaja seperti penulisan nama,tempat tinggal,tanggal dan lain-lain. Maka dari
itu kritik dan saran yang dapat membangun saya sangat saya harapkan.

Demikianlah makalah yang saya buat ini. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi saya atau pun pembaca.

 Wasallamualaikum.wr.wb

Curup, 15 Januari 2022

Penulis

ii

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................i

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
C. Tujuan .................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Reproduksi ........................................................................... 7


B. Spermatogenesis dan Oogenesis ............................................................ 8
C. Reproduksi pada Invertebrata ................................................................ 11
D. Reproduksi pada Vertebrata ................................................................... 16
E. Susunan Fungsional Organ Reproduksi Pada Hewan ............................ 19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 23
B. Saran ...................................................................................................... 24

DAFTAR ISI

iii

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Reproduksi merupakan proses penting bagi semua bentuk kehidupan.


Tanpa melakukan reproduksi, tak satu spesies pun didunia ini yang mampu
hidup lestari, begitu pula dengan hewan ternak baik betina maupun jantan.
(Anonymous.2009 ). Reproduksi hewan jantan adalah suatu proses yang
kompleks yang melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan
berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah
memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa
kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi
dapat berlangsung baik ternak jantan maupun betina.

Pada hewan ternak, alat kelamin jantan umumnya mempunyai bentuk


yang hampir bersamaan, terdiri dari testis yang terletak di dalam skrotum,
saluran-saluran alat kelamin, penis, dan kelenjar aksesoris. Alat kelamin jantan
dibagi menjadi alat kelamin primer berupa testis dan alat kelamin sekunder
berbentuk saluran-saluran yang menghubungkan testis dengan dunia luar yaitu
vas deferent, epididimis, vas deferent, dan penis yang di dalamnya terdapat
uretra, dipakai untuk menyalurkan air mani dan cairan aksesoris keluar pada
waktu ejakulasi .

Reproduksi juga merupakan salah satu kemampuan hewan yang sangat


penting. Tanpa kemampuan tersebut, suatu jenis hewan akan punah. Oleh
karena itu, perlu dihasilkan sejumlah besar individu baru yang akan
mempertahankan jenis suatu hewan. Proses pembentukan individu baru inilah
yang disebut reproduksi (Urogenital).

4
Reproduksi dapat terjadi secara generative atau vegetative. Reproduksi
secara vegetative tidak melibatkan proses pembentukan gamet, sedangkan
reproduksi generative diawali dengan pembentukan gamet. Di dalam gamet
terkandung unit hereditas (faktor yang diturunkan) yang disebut gen. gen berisi
sejumlah besar kode informasi hereditas yang sebenarnya, yang terletak pada
DNA.
Sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas sepasang testis, saluran
reproduksi jantan, kelenjar seks asesoris (pada mamalia) dan organ kopulatoris
(pada hewan-hewan dengan fertilisasi internal). Sistem reproduksi betina
terdiri atas sepasang ovarium pada beberapa hanya satu) dan sdaluran
reproduksi betina. Pada mamlia yang dilengkapi organ kelamin luar (vulva)
dan kelenjar susu.
Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup,
perkembangan anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya
perbedaan pada proses fertilisasi. Misalnya hewan akuatik pada umumnya
melakukan fertilisasi di luar tubuh (fertilisasi eksternal), sedangkan hewan
darat melakukan fertilisasi di dalam tubuh (fertilisasi internal).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistem reproduksi hewan?
2. Bagaimana Susunan fungsional organ reproduksi pada hewan?
3. Apa itu spermatogenesis dan oogenesis?
4. Bagaimana system reproduksi pada hewan vertebrata dan invertebrate?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui  pengertian sistem reproduksi hewan.
2. Untuk mengetahui Susunan fungsional organ reproduksi pada hewan.
3. Untuk mengetahui spermatogenesis dan oogenesis.
4. Untuk mengetahui system reproduksi pada hewan vertebrata dan
invertebrata.

5
D. Manfaat
Manfaat makalah ini yaitu, sebagai berikut :

1. Bagi pembaca
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat memberikan
pemahaman bagi mahasiswa tentang bagaimana proses terjadinya
fertilisasi sampai proses terjadinya implantasi pada ternak betina.

2. Bagi penulis

Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat


mengenal serta mengetahui fungsi dari masing-masing organ reproduksi
pada hewan ternak,yang belum pernah didapat sebelumnya disemester
lalu.

6
BAB  II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Reproduksi
Reproduksi merupakan salah satu kemampuan hewan yang sangat
penting. Tanpa kemampuan tersebut, suatu jenis hewan akan punah. Oleh
karena itu, perlu dihasilkan sejumlah besar individu baru yang akan
mempertahankan jenis suatu hewan. Proses pembentukan individu baru inilah
yang disebut reproduksi (Urogenital).
     Reproduksi dapat terjadi secara generative (cara kawin) atau
vegetative (tidak kawin). Reproduksi secara vegetative tidak melibatkan proses
pembentukan gamet, sedangkan reproduksi generative diawali dengan
pembentukan gamet. Di dalam gamet terkandung unit hereditas (faktor yang
diturunkan) yang disebut gen. gen berisi sejumlah besar kode informasi
hereditas yang sebenarnya, yang terletak pada DNA.
Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang
diikuti dengan terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan
zigot yang akan berkembang menjadi embrio. Fertilisasi pada vertebrata dapat
terjadi secara eksternal atau secara internal1, yaitu:
1. Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar
tubuh hewan betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya
air. Contohnya pada ikan (pisces) dan amfibi (katak).
2. Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi
di dalam tubuh hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa
kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina.
Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang hidup di darat (terestrial),
misalnya hewan dari kelompok reptil, aves.

1
Marawali, A. 2001. Dasar-Dasar Ilmu reproduksi Ternak. Departemen Pendidikan Nasional
Dirjen Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Pergiruan Tinggi Negeri Indonesia Timur,
Kupang.

7
B. Spermatogenesis dan Oogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma (gamet jantan) yang
terjadi dalam testis. Selama proses spermatogenesis, spermatogonia akan
berkembang baik dengan cara membelah, menghasilkan spermatosit primer,
spermatosit sekunder, dan akhirnya spermatid.
Spermatogenesis yang terjadi pada vertebrata yang lebih rendah pada
dasarnya sama dengan proses yang terjadi pada manusia. Namun diantara kelas
vertebrata terdapat perbedaan struktur testis. Testis mamalia, burung, reptile,
dan ampibi memperlihatkan komponen tubulus seminiferus berbentuk tubular
(saluran/pipa), yang berselang seling dengan sekumpulan sel interstitial.
Sementara, testis ampibi dan ikan tersusun atas lobus yang masing–masing
mengandung sejumlah besar kista  selular. Kista adalah organ berongga yang
berisi cairan.
Oogenesis adalah proses pembentukan gamet betina (ovum) yang terjadi
dalam ovarium. Proses ini ditandai dengan adanya perubahan oogonium
menjadi oosit (calon ovum), yang akan mengalami pemasakan sehingga
menjadi ovum yang siap dibuahi. Filum dalam kingdom animalia2:

a.      Platyhelminthes
Organ reproduksi jantan (testis) dan organ betina (Ovarium) pada
Platyhelminthes terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan
hemafrodit. Alat reproduksi terdapat pada bagian ventral tubuh.
Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit. Platyhelminthes yang
hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik
lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan
atau cairan tubuh inangnya.
Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan
tempat-tempat yang lembap. Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam
tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual. Pada

2
Nuryadi. 2000. Dasar-dasar Reproduksi Ternak. Malang: Universitas Brawijaya

8
reproduksi seksual akan menghasilkan gamet. Fertilisasi ovum oleh sperma
terjadi di dalam tubuh (internal). Fertilisasi dapat dilakukan sendiri ataupun
dengan pasangan lain. Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh semua
Platyhelminthes. Kelompok Platyhelminthes tertentu dapat melakukan
reproduksi aseksual dengan cara membelah diri (fragmentasi), kemudian
regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu baru.
b.      Nemathelminthes/Nematoda
Nemathelminthes umumnya bereproduksi secara seksual karena sistem
reproduksinya bersifat gonokoris, yaitu alat kelamin jantan dan betinanya
terpisah pada individu yang berbeda. Fertilisasi dilakukan secara internal. Hasil
fertilisasi dapat mencapai lebih dari 100.000 telur per hari. Saat berada di
lingkungan yang tidak menguntungkan, maka telur dapat membentuk kista
untuk perlindungan dirinya.
c.       Annelida
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan
gamet, memiliki klitelum sebagai alat kopulasi. Klitelum = struktur reproduksi
yang mengsekresi cairan & membentuk kokon tempat deposit telur. Namun
ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.
Organ seksual Annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit)
dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris) melalui larva trochophore
berenang bebas.
d.      Arthropoda
Secara normal udang adalah diossious, hanya dalam keadaan luar biasa
mereka adala hemaprodit. Alat reproduksi jantan adalah testis terletak di bawah
pericardial sinus. Dua vasa differensia yang terbuka melalui coxopodite pada
kaki jalan ke 5. Alat reproduksi betina adalah ovarium yang berupa testis baik
bentuk maupun letaknya. Sebuah oviduct terbuka pada coxopodite pada kaki
jalan ketiga. Kopulasi udang biasanya terjadi pada bulan September, Oktober,
Nopember pada tahun pertama. Mereka hidup bersama setelah umur mereka
lebih satu bulan. Kopulasi kedua terjadi pada musim hujan kedua. 
e.       Moluscca

9
Mollusca bereproduksi secara seksual dan masing-masing organ seksual
saling terpisah pada individu lain.Fertilisasi dilakukan secara internal dan
eksternal untuk menghasilkan telur.Telur berkembang menjadi larva dan
berkembang lagi menjadi individu dewasa.
f.       Echinodermata
Secara umum filum Echinodermata, mengalami seks secara terpisah
dengan beberapa perkecualian. Gonad yang relative besar terletak di sebelah
luar dengan pembuluh sederhana, jumlah ovum banyak sekali dan pembuahan
terjadi dalam air, larva mikroskopis, bersilia dan transparan serta biasanya
hidup bebas dengan berenag-renang dalam air, bermetamorfosis yang
kompleks. Beberapa spesies vivipar, beberapa berkembang biak dengan
aseksual yaitu dengan pembelahan sel, memiliki daya regenerasi yang besar
sekali bila terdapat bagian yang rusak atau terlepas.
Contohnya pada bintang laut, seks bintang laut terpisah yakni ada yang
jantan atau betina. Alat reproduksi strukturnya bercabang-cabang pada masing-
masing lengan terdapat dua cabang yang berada di bagian dasar pertemuan
lengan. Pada hewan betina alat seksnya dapat melepaskan 2,5 juta telur dalam
tiap 2 jam, sehingga tiap musim bertelur dapat melepaskan telur sebanyak
kurang lebih 200 juta. Hewan jantan pun dapat menghasilkan sperma lebih
banyak dari jumlah sel telur telur betina. Fertilisasi atau pembuahan terjadi
dalam air, kemudian akan tumbuh menjadi larva bipinria.
g.      Porifera
Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual.
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule.
Gemmule disebut juga tunas internal. Gemmule dihasilkan menjelang musim
dingin di dalam tubuh Porifera yang hidup di air tawar. Secara seksual dengan
cara peleburan sel sperma dengan sel ovum, pembuahan ini terjadi di luar
tubuh porifera.

h.      Coelenterata

10
Reproduksi Coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual.Reproduksi
aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas.Pembentukan tunas selalu
terjadi pada Coelenterata yang berbentuk polip.Tunas tumbuh di dekat kaki
polip dan akan tetap melekat pada tubuh induknya sehingga membentuk
koloni. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (ovum
dengan sperma).Gamet dihasilakan oleh seluruh Coelenterata bentuk medusa
dan beberapa Coelenterata bentuk polip.Contoh Coelenterata berbentuk polip
yang membentuk gamet adalah hydra.
  
C.   Reproduksi pada Invertebrata

1.      Perkembangbiakan aseksual

Perkembangbiakan secara aseksual pada hewan invertebrata terjadi


dengan cara:

a. Membelah diri (pembelahan biner),  yaitu pembelahan diri dari satu sel


menjadi dua sel baru. Pembelahan diawali dengan pembelahan inti sel
menjadi dua inti yang sama. Selanjutnya, diikuti pembelahan sitoplasma
(bagian sel yg terbungkus membrane sel) sehingga terbentuklah dua
individu baru. . Misalnya, terjadi pada Amoeba.
b.  Fragmentasi, Yaitu cara perkembangbiakan suatu organisme dari
fragmen-fragmen atau potongan tubuh induknya. Prinsip
perkembangbiakan dengan fragmentasi adalah tubuh  induk akan
terpotong-potong, baik secara sengaja atau tidak sengaja. Selanjutnya,
setiap potongon tubuh tersebut akan tumbuh dan berkembang membentuk
bagian tubuh yang belum ada sehingga menjadi individu baru dan lengkap.
Peristiwa fragmentasi bergantung pada kemampuan regenerasi yaitu
kemampuan memperbaiki jaringan atau organ yang telah hilang. misalnya,
terjadi pada Planaria(cacing pipih).
c. Sporulasi atau pembentukan spora, Yaitu pembelahan diri dari satu sel
menjadi banyak sel dengan membentuk spora.  Pembentukan spora

11
dibentuk didalam tubuh induknya dengan cara pembelahan sel. Bila
kondisi lingkungan baik, maka spora akan berkecambah dan tumbuh
menjadi individu baru, spora di hasilkan oleh jamur, lumut, paku, dan
kadang-kadang juga dihasilkan oleh bakteri. misalnya terjadi pada
Plasmodium (penyebab malaria).

d.  Pembentukan tunas.
1) Sel-sel dari induk akan terbagi menjadi sel induk dan sel anak
2) Akan terbentuk tunas pada kakinya dan akan membesar berupa tonjolan
kecil yg akan berkembang dan kemudian mempunyai bentuk seperti
induknya.
3) Kemudian tunas ini akan lepas dari induknya dan dapat hidup sebagai
individu baru.

2.   Perkembangbiakan seksual

Pada reproduksi seksual tidak selalu terjadi pembuahan, namun kadang-


kadang dapat terbentuk individu baru tanpa adanya pembuahan, sehingga
reproduksi secara kawin pada hewan invertebrata dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:

a. Tanpa pembuahan, yaitu pada peristiwa partenogenesis, sel telur tanpa


dibuahi dapat tumbuh menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan
dan semut jantan.
b. Dengan pembuahan, dapat dibedakan atas konjugasi dan anisogami.
1)  Konjugasi, ini terjadi pada invertebrata yang belum jelas alat
reproduksinya misalnya Paramecium.
2) Anisogami, yaitu peleburan dua sel kelamin yang tidak sama
besarnya, misalnya peleburan mikrogamet dan makrogamet pada
Plasmodium, dan peleburan sperma dengan ovum di dalam rahim.
Pembiakan seksual lainnya dapat kita temukan pada3:         
3
Frandson R.D. 1993. Anatomy and Physiology of Farm Animals 6th ed. Lippincott Williams
& Wilkins: Philadelphia.

12
a.      Hydra

Individu baru Hydra terbentuk dari bagian tubuh Hydra dewasa. Setelah
cukup besar, tunas akan melepaskan diri dari tubuh induknya. Hewan lain yang
melakukan reproduksi dengan tunas misalnya ubur-ubur, hewan karang, dan
anemon laut.

1) Merupakan hewan yang memiliki tunas.


2) Banyak ditemukan di air tawar dan tidak tercemar.
3) Tubuh berbentuk tabung, dengan panjang tubuhnya di perkirakan 10 mm.

Selain berkembang biak secara aseksual Hydra juga dapat berkembang


biak secara seksual.

1) Perkembangbiakan secara seksual, yaitu dilakukan dengan pembentukan


testis dan ovarium, yang terdapat pada satu tubuh (hermafrodit). Alat
tersebut masing-masing menghasilkan spermatozoid dan ovum. Hasil
pembuahannya adalah zigot yang selanjutnya akan berkembang menjadi
hewan baru.
2) Perkembanganbiak secara aseksual, yaitu terjadinya penonjolan yang
terdapat pada bagian tubuh induknya yang beberapa lama kemudian
penonjolan itu akan lepas dan terbentuklah individu baru.

b.      Cacing pita

1) Tubuh cacing pita terdiri atas segmen-segmen yang disebut proglotid.


2) Pada setiap proglotid terdapat ovarium yang menghasilkan ovum dan
testis yang menghasilkan sel sperma.
3) Bila sel telur dan sel sperma sudah masak, maka terjadilah pembuahan
didalam proglotid yang menghasilkan zigot. 

c.       Cacing tanah

1) Cacing tanah memiliki alat kelamin jantan dan betina pada satu tubuh.
Tetapi hewan ini tidak dapat membuahi dirinya sendiri.

13
2) Dalam tubuh cacing tanah terdapat beberapa segmen yang kulitnya
menebal disebut klitelum.
3) Dalam segmen tersebut terdapat testis yang membentuk spermatozoid,
dan ovarium yang membentuk ovum.
4) Walaupun ovum dan spermatozoid terdapat dalam satu tubuh, cacing
tanah tidak pernah mengadakan pembuahan sendiri, tetapi melakukan
perkawinan dengan mempertukarkan spermatozoid (perkawinan silang)
kedua cacing ini beperan sebagai hewan jantan.

d.      Serangga

Walaupun beragam tampilannya, organ reproduksi serangga memiliki


struktur dan fungsi yang sama dengan organ reproduksi pada vertebrata. Sama-
sama memiliki testis dan ovarium. Testis pada jantan menghasilkan sperma dan
ovarium pada betina menghasilkan sel telur.

Pada beberapa jenis serangga, misalnya lebah madu (Apis indica),


terdapat koloni yang terdiri atas ratu yang fertil, pejantan fertil akan mati
setelah kawin. Pada waktu kawin, sperma dari jantan disimpan dalam kantung
sperma di induk betina.

Sperma ini merupakan cadangan sperma selama ratu hidup. Bila telur
yang telah matang dibuahi oleh sperma, telur tersebut akan berkembang
menjadi calon ratu, calon pekerja atau prajurit, sedangkan yang tidak dibuahi
(partenogenesis) akan berkembang menjadi pejantan. Lebah pekerja dan
prajurit menjadi mandul (streril) karena pengaruh lingkungan, yaitu kurang
makan. 

e.       Cumi-cumi

14
Kebanyakan cumi-cumi melakukan reproduksi dengan cara Seksual.
Cara berkembang biak cumi-cumi diawali dengan jantan merayu betina
manggunakan warna kulit  mereka dan jika diterima oleh betina kemudian
menggunakan lengan yang disebut hectocotylus untuk mentransfer  paket
sperma disebut spermatophore ke betinanya. Betina memproduksi sekitar 200
telur dan menempel pada dasar laut dalam kelompok yg besar bergabung
dengan telur betina lainnya. Sistem reproduksi seksual pada cumi-cumi terdiri
atas sistem reproduksi, sistem reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital
dan penis. Sedangkan betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning
telur.

Pembiakan cumi melalui telur. Musim kawin cumi-cumi antara bulan


April sampai Juli, ketika mendekati musim kemarau, saat air bahari menjadi
hangat. Biasanya bulan purnama merupakan masa cumi-cumi kawin. Usia
matang buat kawin berumur 8 bulan. Setelah kawin, cumi-cumi betina menaruh
telurnya di karang-karang merupakan sarangnya.cumi-cumi betina menunggui
telur-telurnya dari gangguan hewan predator. Telur cumi-cumi akan menetas
setelah 20 hari. Selepas itu cumi-cumi bergerak sendiri mencari makan.

f.       Ubur-ubur

Ubur-ubur memiliki siklus reproduksi khusus. Ubur-ubur tidak memiliki


sistem tubuh khusus untuk reproduksi. Ubur-ubur jantan melepaskan sperma
dalam air, betina membawa telurnya di mulutnya atau perut. Ketika sperma
yang di lepaskan di dalam air bersinggungan dengan telur betina, mereka dapat
dibuahi. Pada tahap embrio, telur yang dibuahi tersebut disimpan dalam
kantong mengerami sepanjang lengan mulut dari betina atau di perutnya.
Setelah tahap embrio berakhir, larva bisa berubah menjadi planula kecil yang
berenang bebas dan mereka melepaskan diri dari tubuh ibu mereka. Pada tahap
ini, mereka mulai tenggelam menjelang akhir dalam laut sampai mereka
menempel pada permukaan yang keras dan tahap berikutnya dalam siklus
reprodusi mereka dimulai.

15
Reproduksi seksual sebagian, setelah planula telah menemukan
permukaan yang keras, itu menempel pada dasarnya. Masih menempel ke
permukaan dan dari waktu ke waktu polip baru akan terbentuk dari batang
polip pertama. Proses ini diulang beberapa kali tak terhitung, sampai seluruh
koloni polip terbentuk. Koloni polip ini semua terhubung satu sama lain
dengan selang makanan kecil. Hal ini memastikan bahwa setiap polip
menerima terlepas gizi yang cukup dari tempatnya pada koloni. Tahap
reproduksi ubur-ubur ini bisa bertahan selama bertahun-tahun dan koloni polip
bisa tumbuh sampai ukuran besar.

E. Reproduksi pada Vertebrata

Vertebrata adalah hewan yang memiliki tulang belakang.  Hanya dapat


berkembang biak secara kawin (seksual), yaitu melalui peleburan antara ovum
dan spermatozoid. Pembuahan pada vertebrata dapat terjadi di luar tubuh
maupun di dalam tubuh.4

1. Bila terjadi di luar tubuh disebut fertilisasi eksternal.  Pembuahan eksternal


dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu tipe acak dan tipe sarang. Pada tipe
acak, proses pelepasan sel telur dan sel sperma di lakukan di sembarang
tempat. Sedangkan pada tipe sarang, ada tempat tertentu untuk melepaskan
sel sperma dan sel telur, sehingga peluang terjadinya pembuahan lebih
besar. misalnya pada ikan dan katak.
2. Bila pembuahannya terjadi di dalam tubuh disebut fertilisasi internal. Jadi
sperma dari induk jantan harus dimasukkan kedalam tubuh betina melalui
kopulasi/hubungan seksual. Misalnya pada reptilia, burung, dan hewan
menyusui.

Perkembangbiakan pada vertebrata dapat terjadi melalui tiga cara:

4
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: FMIPA UNY.Dellmann Dieter .H, & Brown
E.M. 1992.BUKU TEKS HISTOLOGI VETERINER.Jakarta. UI Press. Hal.33

16
a. Ovipar (bertelur), ialah hewan yang meletakkan telur di luar tubuhnya.
Embrio berkembang di dalam telur dan memperoleh sumber makanan
dari cadangan makanan dalam telur. Misalnya itik, ikan, burung, amfibia,
dan sebagian reptilia. . Embrio berkembang di luar tubuh.
b. Ovovivipar (bertelur-beranak), ialah hewan yang menghasilkan telur,
dan embrio berkembang dalam telur. Pembeda dengan ovipar adalah
kelompok hewan ovovivipar tidak mengeluarkan telurnya dari dalam
tubuh. Jadi embrio tetap tumbuh di dalam telur tetapi tetap berada di
dalam tubuh induk. Saat menetas dan keluar dari tubuh induknya tampak
seperti melahirkan. Misalnya, buaya, ikan Hiu, kadal, dan beberapa jenis
ular. . Embrio berkembang di dalam tubuh.
c. Vivipar (beranak), ialah hewan yang melahirkan anaknya. Embrio
berkembang di dalam tubuh induknya dan mendapatkan makanan dari
induknya dengan perantaraan plasenta (ari-ari). Misalnya, manusia dan
hewan menyusui lainnya.

Berikut ini beberapa contoh reproduksi seksual pada hewan:

1. Ikan

Ikan termasuk hewan yang bersifat ovipar. Ikan tidak mempunyai


organ perkawinan. Pembuahan terjadi diluar tubuh, yaitu di dalam air.
Sekali bertelur ikan mampu menghasilkan ribuan telur yang tidak dilindungi
oleh cangkang. Telur yang telah dibuahi selanjutnya ada yang dibiarkan
terapung-apung dalam air, ada yang ditempatkan dalam sarang dan dijaga
oleh induknya, ada yang ditempelkan pada tanaman dalam air, serta ada
pula yang disimpan di dalam rongga mulut induk betinanya seperti pada
mujaer. 

2. Amfibi/katak

17
Seperti pada ikan, katak juga bertelur dengan fertilisasi eksternal.
Telur yang telah dibuahi akan bergerombol dipermukaan air. Setelah enam
hari telur akan menetas menghasilkan berudu atau kecebong. Berudu hidup
di dalam air dan bernafas dengan insang. Setelah mengalami metamorfosis
selama 1- 3 bulan, ia akan berubah bentuk menjadi katak. Pada umur satu
tahun katak telah menjadi dewasa.

3. Reptilia

Pada umumnya reptilian bersifat ovipar dan ada pula yang bersifat
ovovivipar. Pembuahan terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Telur
dilindungi oleh cangkang. Telur yang dikeluarkan ada yang disembunyikan
didalam pasir, di dalam lumpur, ada yang dierami. Pada kadal telurnya
menetas di dalam tubuh (ovovivipar).

4. Aves/burung

Semua jenis burung bereproduksi dengan cara bertelur (ovipar). Ada


burung yang mengerami telurnya, ada yang menyimpannya dalam lubang-
lubang yang ditutupi daun, ada pula yang menyimpan telurnya didalam
pasir. Seekor burung sekali musim hanya mampu bertelur beberapa butir
saja. Pada burung merpati, sekali musim bertelur mengeluarkan 2 butir telur
yang akan menetas menghasilkan burung jantan dan betina. Embrio yang
berkembang dalam cangkang mendapat makanan dari cadangan makanan
yang tersimpan dalam telur tersebut.

5. Mamalia/hewan menyusui

Mamalia berkembangbiak dengan cara melahirkan anak


(vivipar).proses pembuahannya terjadi di dalam tubuh induk betina
(Fertilisasi intemal). Meskipun demikain, ada beberapa jenis mamalia yang
tidak melahirkan anaknya, tetapi bertelur. Contohnya adalah Platypus.

F. Susunan Fungsional Organ Reproduksi Pada Hewan

18
Pada hewan primitive jaringan yang menghasilkan sel gamet tersusun
menyebar. Jaringan ini terdiri atas sejumlah lokus yang berfungsi untuk
perbanyakkan sel kelamin. Pada hewan yang perkembangannya sudah lebih
maju, bentuk dan lokasi gonad  sudah lebih jelas (terlokalisir secara lebih baik)
terletak simetris bilateral dan biasanya merupakan organ berpasangan.
Kadang-kadang, salah satu gonad mengalami degenerasi, seperti yang
ditemui pada burung betina. Pada hewan ini, ovarium yang berkembang hanya
bagian kiri, sedangkan burung jantan tetap memiliki sepasang testis.
Ovarium dan testis (tepatnya tubulus seminiferus) merupakan organ
penghasil gamet yang terbetuk melalui gametogenesis. Gamet dihasilkan dari
sel khusus, yaitu sel benih primordial, yang terdapat dalam gonad (ovarium
atau testis). Gamet ini selanjutnya kan berkembang menjadi sel benih.5
Organ reproduksi hewan jantan dapat dibagi atas tiga komponen; (a)
organ kelamin primer, yaitu gonad jantan, dinamakan testis testiculus (jamak:
testes atau testiculae), disebut juga orchis didymos, (b) sekelompok kelenjar-
kelenjar kelamin pelengkap kelenjar-kelenjar vesikularis, prostata dan cowper,
dan saluran-saluran yang terdiri dari epididimis dan vas deferens, dan (c) alat
kelamin luar atau organ kopulatoris yaitu penis ( Toelihere, 1979 dan
Marawali2001).

Testes sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu 1)


mengahasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan 2) mensekresikan
hormon kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa dihasilkan dalam tubuli
seminiferi atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone), sedangkan
testosteron diproduksi oleh sel-sel intertitial dari Leydig atas pengaruh ICSH
(Intertitial Cell Stimulating Hormone) (Toelihere, 1979).

Struktur-struktur testis meliputi;  a) Tunika albuginea, merupakan


pembungkus langsung testis. Licin karena banyak mengandung pembuluh

5
Salisbury, G.M. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

19
syaraf dan darah.  b) Septum testis; c) Tubulus seminiferus, merupakan tabung
(saluran) kecil panjang berkelok-kelok dan merupakan isi dari Lobulus;  d)
Rete testis, merupakan saluran penghubung antara epididimis dengan Lobulus;
e) Ductus efferentis;  f) Caput Epididimis, membentuk suatu tonjolan dasar dan
agak berbentuk mangkuk yang dimulai pada ujung proximal testis.  g) Corpus
Epididimis, bagian bawah terentang ke bawah, sejajar dengan jalannya
vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah teats
epididimis membelok ke atas;  h) Cauda epididimis, merupakan bagian
epididimis yang terletak pada bagian bawah testis yang membelok ke atas.  i)
Vasdeferens, terentang dari ekor epididimis sampai urethra
(Toelihere,Marawali2001).

Testis meliputi6:

a. Epididimis

Epididimis, suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal testis berasal
dari duktus efferensia, terdiri dari 3 bagian: kepala, badan dan ekor (Salisbury,
1985). Kepala (caput epididymis) membentuk suatu penonjolan dasar dan agak
berbentuk mangkok yang dimulai pada ujung proximal testis. Umumnya
berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi seluas satu pertiga
dari bagian-bagian testis (Toelihere, 1979). Corpus epididimis (badan
epididimis): bagian badan terentang lurus ke bawah, sejajar dengan jalannya
vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah testes
epididimis membelok ke atas. Cauda epididimis (ekor epididimis): merupakan
bagian epididimis yang terletak pada bagian bawah testes yang membelok ke
atas. Pada hewan hidup cauda epididimis terlihat berupa benjolan di bagian
ujung bawah testes dan dapat diraba (Marawali, 2001).

b. Vas deferens

Vas deferens atau ductus deferens mengangkut sperma dari ekor


epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting
6
Toelihere, Mozes R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada ternak. Angkasa; Bandung. Hal 123

20
dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi. Diameternya
mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali (Toelihere, 1979. Marawali,
2001).

Salisbury (1985), menyatakan, vas deferens bersal dari epididimis dan


berjalan dari titik terendah testis ke atas dan bersama dengan tali spermaticus
melewati cincin inguinalis dan di tempat itu vas deferens akan memisahkan diri
dari pembuluh darah arteri dan vena, syaraf dan jaringan lain pada tali
spermaticus tersebut. Vas deferens akan masuk ke dalam ruang abdominalis.
Mengandung sel epitel yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan urat
daging yang membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput peritoneum.
Dekat kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus dan bersama-sama buluh-
buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf, membentuk funiculus
spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum
abdominalis.

Kedua vas deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica


urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae ductus
efferentis (Toelihere, 1979). Ampula pada sapi panjangnya 10 sampai 14 cm,
diameter 1.0 sampai 1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15 sampai 24 cm dan
diameternya 2 – 2.5 cm, sedangkan pada anjing dan kucing tidak terdapat
ampula dan pada babi kecil (jony,Marawali,2001). Sperma diangkut dari ekor
epididimis ke ampula di bantu dengan gerakan peristaltik vas deferens.
Kelenjar-kelenjar vesikularis mengahasilkan fruktosa dan asam sitrat. Ampula
dapat diurut secara manual untuk memperoleh semen (Toelihere 1979,
Marawali 2001).

Vas deferens atau ductus deferens mengangkut sperma dari ekor


epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting
dalam mekanisme pengangkutan semen. Pada saat praktikum, untuk
mengamati gambaran eksternal dari testis dinding yang mengandung otot-otot

21
licin tersebut di kupas sampai testis terlihat dan Salisbury (1985), menyatakan,
vas deferens bersal dari epididimis dan berjalan dari titik terendah testis ke atas
dan bersama dengan tali spermaticus melewati cincin inguinalis dan di tempat
itu vas deferens akan memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan vena,
syaraf dan jaringan lain pada tali spermaticus tersebut.

Vas deferens akan masuk ke dalam ruang abdominalis. Mengandung sel


epitel yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang
membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput peritoneum. Dekat
kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus dan bersama-sama buluh-buluh
darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf, membentuk funiculus
spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum
abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas
vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae
ductus efferentis (Toelihere, 1979). Ampula pada sapi panjangnya 10 sampai
14 cm, diameter 1.0 sampai 1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15 sampai 24 cm
dan diameternya 2 – 2.5 cm, sedangkan pada anjing dan kucing tidak terdapat
ampula dan pada babi kecil (Marawali, 2001).

BAB III

PENUTUP

22
A. Kesimpulan
1. Organ reproduksi ternak jantan meliputi organ reproduksi primer, organ
reproduksi sekunder,       dan organ reproduksi tambahan atau aksesoris.
2. Organ reproduksi primer terdiri dari testis; Organ reproduksi sekunder
terdiri dari epididimis, vas defferens/ductus efferent, skrotum, penis; organ
reproduksi tambahan/aksesoris terdiri dari vesicula urinaria, kelenjar
prostata, kelenjar cowper/bulbo uretralis.
3. Testes pada hewan jantan berebentuk lonjong dan berwarna putih pucat
sampai kekuningan. Untuk sapi Bali yang normal panjang dan diameter
testesnya mencapai 10 cm, sedangkan ukuran testes pada sapi Brahman
normal lebih besar dimana panjangnya 14 cm dan berdiameter 18 cm.
Testes berfungsi sebagai  penghasil sperma dan hormon kelamin jantan
(testosterone)
4. Vas deferens memiliki warna putih kekuningan sampai krem, akibat
pembuluh darah terkadang vas deferens terlihat berwarna kemerah-
merahan. Sapi bali yang normal saluran vas deferensnya memiliki panjang
12 cm dengan diameter 1 cm. Untuk sapi Brahman normal panjang 21 cm
dan diameter 0,5 cm. Sedangkan untuk sapi Brahman abnormal panjang
vas deferens mencapai 23 cm dengan diameter 0,5 cm. Berfungsi untuk
menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula pada saat terjadi
ejakulasi.
5. Scrotum merupakan lapisan terluar dari testes atau biasa disebut sebagai
pembungkus testes yang memiliki struktur kulit yang tipis serta banyak
mengandung kelenjar keringat sehingga dapat berfungsi untuk melindungi
testes serta mempertahankan suhu testes.
6. Preputium merupakan kulit tipis atau kalup yang merupakan kelanjutan
dari kulit abdomen berfungsi untuk yang membungkus atau menutup
ujung penis.
7. Kelenjar vesikuler befungsi untuk menghasilkan cairan yang mengandung
protein yang tinggi yang digunakan sebagai sumber energi bagi sperma.

23
8. Kelenjar prostat pada sapi bali normal panjang 3,5 dan diameter 6 cm ;
Pada sapi Brahman abnormal panjang 4,5 dan diameter 5,5 cm sedangkan
kelenjar prostat pada sapi Brahman normal sulit diidentifikasi karena
banyaknya timbunan lemaknya. Kelenjar prostat berdekatan dengan
kelenjar vesikuler, berbentuk lonjong serta memiliki warna yang kuning
kemerah-merahan. Berfungsi untuk memberikan bau yang khas terhadap
semen dan serta mengandung mineral yang tinggi yang digunakan sebagai
bahan makanan untuk sperma di dalam semen.
9. Kelenjar Cowpers berfungsi untuk menghasilkan cairan yang akan
membersihkan ureter dari sisa-sisa sekresi kedua kelenjar pelengkap yang
lainnya serta dari sisa-sisa urine, Kelenjar cowpers berbentuk lonjong dan
berwarna kemerah-merahan. Kelenjar ini pada sapi Bali normal
panjangnya 1,5 dan berdiameter 1 cm,  pada sapi Brahman  abnormal
panjangnya mencapai 7,5 dan diameter 4,5 cm.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari bapak/ibu guru serta teman-
teman sekalian yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2009. The Male Reproductive system. http: nongue. gsnu. ac.


kr/~cspark/teaching/chap3.html

24
Frandson R.D. 1993. Anatomy and Physiology of Farm Animals 6th ed.
Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.
Marawali, A. 2001. Dasar-Dasar Ilmu reproduksi Ternak. Departemen
Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Pergiruan
Tinggi Negeri Indonesia Timur, Kupang.
Nuryadi. 2000. Dasar-dasar Reproduksi Ternak. Malang: Universitas
Brawijaya
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Dellmann Dieter .H, & Brown E.M. 1992.BUKU TEKS HISTOLOGI
VETERINER.Jakarta. UI Press.
Salisbury, G.M. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada
Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Toelihere, Mozes R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada ternak. Angkasa;
Bandung

25

Anda mungkin juga menyukai