Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ETIKA DAN PROFESI GURU

BERBAGAI PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

1. OKTA WULANDARI (21591153)

2. RiMA MELANDRI (20591160)

3. TIARA AYU PUSPITA (21591212)

DOSEN PENGAMPU:

Dra. SUSILAWATI M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Ta‟ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Berbagai Peran Guru Dalam
Pembelajaran” dapat kami selesaikan dengan baik. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan
kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun
melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Harapan
kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena
itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami
selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Kami menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Curup, 24 Oktober 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB IPENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Pengertian Guru .............................................................................................................. 3

B. Hakikat Pembelajaran ..................................................................................................... 4

C. Kompetensi Guru dalam Pembelajaran .......................................................................... 8

D. Peran Guru dalam Pembelajaran ..................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 16

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 16

B. Saran ............................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peranan guru sangat penting dalam proses pembelajaran, serta memajukan dunia
pendidikan. Kualitas peserta didik dalam dunia pendidikan sangat bergantung pada mutu
guru. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan latihan-latihan untuk mempersiapkan kehidupan yang lebih
baik dimasa yang akan datang. Pendidikan bukan hanya sekedar menyampaikan ilmu
pengetahuan yang sudah dikenal, akan tetapi harus dapat memperkirakan berbagai jenis
keterampilan dan kemandirian yang akan datang, sekaligus menemukan cara yang tepat
dan tepat supaya dapat dikuasai oleh peserta didik.

Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha


mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar ia mau belajar sesuai
dengan kehendaknya sendiri, melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan
moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui berbagai kegiatan
interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran pada hakikatnya menggambarkan
aktivitas peserta didik, sedangkan mengajar pada prinsipnya menggambarkan aktivitas
guru.

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran adalah


dengan memperbaiki strategi pembelajaran dan penggunaan metode yang tepat, sesuai
dengan materi salat tidak cukup dengan ceramah dan mencatat materi tetapi dapat
dilaksanakan dengan pemilihan strategi yang sesuai. Strategi pembelajaran langsung
dengan menggunakan beberapa metode, seperti demonstrasi, simulasi dan bermain peran
serta dengan menggunakan media yang sesuai akan dapat meningkatkan motivasi belajar,
agar bacaan salat dapat dibaca dengan baik oleh peserta didik sehingga hasil belajar
diharapkan dapat terwujud dengan baik pula.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari guru?

2. Apa hakikat pembelajaran?

3. Bagaimana kompetensi guru dalam pembelajaran?

1
4. Bagaimana peran guru dalam pembelajaran?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian guru

2. Untuk mengetahui hakikat pembelajaran

3. Untuk mengetahui kompetensi guru dalam pembelajaran

4. Untuk mengetahui peran guru dalam pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Guru
Salah satu aktor penting dalam pendidikan adalah guru. Karena guru adalah orang
yang langsung berinteraksi dengan anak didik, memberikan keteladanan, motivasi, dan
inspirasi untuk terus bersemangat dalam belajar, berkarya, dan berprestasi. 1 Menurut
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.2

Guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya mengajar yang tidak hanya
berorientasi pada kecakapan-kecakapan yang berdimensi ranah cipta saja, tetapi juga
berdimensi ranah rasa dan karsa. Sebagai guru, seseorang harus memiliki ilmu yang akan
diajarkan. Karena ia tidak mungkin memberikan sesuatu kepada orang lain kalau ia
sendiri tidak memilikinya. Dengan kata lain, apa yang akan diajarkan harus dikuasai oleh
pendidik terlebih dahulu, kemudian baru diajarkan kepada orang lain. 3 Istilah pendidik
dalam konteks pendidikan Islam sering disebut dengan istilah murabbi, mu‟allim, atau
muaddib. Di samping istilah tersebut, pendidik juga sering diistilahkan dengan menyebuy
gelarnya, al-Ustadz atau al-Syekh. Menurut ahli bahasa, kata murabbi berasal dari kata
rabba, yurabbi yang berarti membimbing mengurus, mengasuh dan mendidik. Kata
mu‟allim merupakan bentuk isim fa‟il dari‟allama, yu‟allimu, yang biasa diterjemahkan
”mengajar” atau “mengajarkan”. Sementara istilah muaddib berasal dari akar kata addaba,
yuaddibu, yang biasa diartikan mendidik.4

Hakikat pendidik dalam Islam Menurut Ramayulis dan Zayadi sebagaimana


dikutip Heri Gunawan adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi mereka, baik afektif,

1
Jamal Ma‟ruf Asmani, Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional, Diva Press,
Jogjakarta, 2009, hlm. 58.
2
Undang-Undang Replublik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 1 ayat 1.
3
Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2016, hlm. 30
4
Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2014, hlm. 163.

3
kognitif, maupun psikomotorik. Selain mengupayakan potensi peserta didik, pendidik
juga bertanggung jawab untuk memberi pertolongan pada peserta didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan sebagai pribadi
yang memenuhi tugasnya sebagai „abdullah dan khalifatullah. Tanpa guru, pendidikan
akan berjalan timpang, karena guru merupakan juru kunci (key person) dalam proses
pelaksanaan pendidikan.

Keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi oleh peranan guru dalam proses


pelaksanaan pendidikan. Oleh sebab itu, guru harus selalu berkembang dan
dikembangkan, agar peroleh subjek didik terhadap pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai dapat maksimal. Tujuan akhir pendidikan adalah terbentuknya kepribadian subjek
didik secara utuh lahir dan batin, fisik dan mental, jasmani dan rohani. Tujuan ini hanya
bisa tercapai jika subjek didik diterpa kepribadiannya melalui pendidikan yang
terprogram, terencana, tersusun, sistematis dan dinamis oleh lembaga pendidikan. Tentu
lembaga pendidikan membutuhkan guru yang berkompetensi agar bisa menyusun
perencanaan pendidikan yang demikian sehingga bisa bermuara pada kualitas pribadi
subjek didik yang sesuai dengan cita-cita pendidikan.5

B. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu usaha manusia yang penting dan bersifat kompleks.
Dikatakan kompleks karena banyaknya nilai-nilai dan faktor-faktor manusia yang turut
terlibat di dalamnya. Dikatakan sangat penting, sebab pembelajaran adalah usaha
membentuk manusia yang baik. Kegagalan pembelajaran dapat merusak satu generasi
masyarakat. Ada yang memahami bahwa pembelajaran tidak dapat disamakan dengan
pendidikan. Pembelajaran lebih sering dipahami dalam pengertian suatu kegiatan yang
menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan psikomotor semata-mata, yaitu
supaya anak lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis, sistematis, dan
obyektif, serta terampil dalam mengerjakan sesuatu, misalnya terampil menulis,
berenang, memperbaiki alat elektronik dan sebagainya.

Menurut Degeng, pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.6 Dalam


pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pemilihan,

5
Kompri, Motivasi Pembelajaran Prespektif Guru dan Siswa, PT. Remaja Rosdakarya Bandung, hlm. 31
6
N.S. Degeng, Buku Pegangan Teknologi Pendidikan Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan Dan
Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka (Jakarta: Depdikbud RI, Dirjen Dikti, 1993), h. 1.

4
penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang
7
ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.
Pandangan tentang istilah pembelajaran terus-menerus berkembang dan mengalami
kemajuan.

Ada beberapa pemahaman tentang pembelajaran di antaranya yaitu:

1) pembelajaran identik dengan kegiatan mengajar

2) pembelajaran adalah interaksi belajar dan mengajar

3) pembelajaran sebagai suatu sistem

4) pembelajaran identik dengan pendidikan.

Dalam terminologinya sebagai suatu sistem, pembelajaran mencakup banyak


aspek, dan salah satu di antaranya yang cukup urgen adalah perencanaan pembelajaran.
Ditilik dari aspek historisnya, ditemukan bahwa sejak zaman kuno para ahli filsafat dan
pendidikan sudah memiliki gagasan perencanaan pendidikan yang bersifat murni
spekulatif. Satu contoh, Plato dalam bukunya membuat suatu rencana pendidikan yang
dapat memenuhi kebutuhan pemimpin dan kebutuhan politik Athena. Tujuan pendidikan
menurut Plato adalah untuk kebahagiaan individu dan kesejahteraan Negara, sedangkan
tugas pendidikan adalah untuk mencapai tujuan itu melalui lembaga-lembaga sosial
dimana masing-masing individu harus menyesuaikan dengan tujuan itu melalui proses
seleksi Perlu disadari, pembelajaran di sekolah semakin berkembang. Di mulai dari
pembelajaran tradisional, yang memiliki ciri-ciri tradisional konservatif berkembang
menuju ke sistem pembelajaran modern, yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan
kemajuan zaman.

Dalam tahap-tahap perkembangan itu, terdapat perubahan-perubahan dalam


sistem pembelajaran dengan semua aspek dan unsur-unsurnya. Jadi, perkembangan
pembelajaran itu sejalan dengan perkembangan sekolah. Belajar merupakan aktivitas
yang dilakukan oleh siswa dalam rangka membangun makna atau pemahaman.
Karenanya dalam belajar guru perlu memberi motivasi kepada siswa untuk menggunakan
potensi dan otoritas yang dimilikinya untuk membangun suatu gagasan. 8 Pencapaian
keberhasilan belajar tidak hanya menjadi tanggung jawab siswa, tetapi guru ikut

7
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Cet. VI; Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 53-54.
8
Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Cet. I; Jakarta: G. Persada Pres,
2007), h. 288.

5
bertanggung dalam menciptakan situasi dan dorongan prakarsa, motivasi untuk
melakukan kegiatan pembelajaran.

1. Adapun prinsip pembelajaran menurut Basyiruddin yaitu;

a. Memunculkan Minat dan Perhatian

Minat dan perhatian merupakan suatu gejala jiwa yang selalu bertalian. Seorang
peserta didik yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul perhatiannya terhadap
pelajaran yang diminati tersebut. Akan tetapi perhatian seseorang kadang kala timbul dan
adakalanya hilang sama sekali. Suatu saat peserta didik kurang perhatiannya terhadap
penjelasan yang diberikan oleh guru di muka kelas9 bukan disebabkan dia tidak memiliki
minat dalam belajar boleh jadi ada gangguan dalam dirinya atau perhatian lain yang
mengusik ketenangannya diruang kelas atau metode yang diterapkan oleh guru tidak pas
dengan naluri anak tersebut

b. Memberikan motivasi

Prinsip pembelajaran diharapkan memberikan motivasi atau dorongan yang timbul


dalam diri seseorang, di mana seseorang memperoleh daya jiwa yang mendorongnya
untuk melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri dinamakan motivasi
instrinsik.10 Sedangkan dorongan yang timbul yang disebabkan oleh adanya pengaruh
luar disebut motivasi ekstrinsik. Seorang guru dapat memberikan bermacam-macam
prinsip dan metode sebagai motivasi terhadap peserta didik, sehingga dapat mencapai
tujuan pembelajaran secara maksimal

c. Memberikan makna yang besar pada pendidik dan peserta didik

Dalam hal ini seorang guru atau pendidik dapat memilih metode mana yang layak
dipakai, mempertimbangkan keunggulan dan kelemahannya, serta kesesuaian metode
tersebut dengan karakteristik siswa atau ciri-ciri khas materi yang akan disajikan sehingga
kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal untuk mencapai tujuan yang
ditetapka.11 Metodologi pembelajaran turut memberikan distribusi pengetahuan terhadap
peserta didik yang nantinya akan menjadi guru/pendidik yang diharapkan. Oleh karena itu
prinsip dan metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, kondisi
lingkungan (setting) di mana pembelajaran berlangsung. Bila ditinjau secara lebih teliti
9
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinnya (Cet. IV; Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.14
10
Lihat AECT, The Difinition of Education Technologi (WashintongDC: For edtion. 1999), h. 10.
11
Engkoswara, Dasar-Dasar Metodologi Pembelajaran (Cet. I; Jakarta: Bina Aksara, 2009), h. 65

6
sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor yang berpengaruh,
antara lain tujuan karakteristik siswa, situasi dan kondisi, kemampuan dan pribadi guru,
serta sarana dan prasarana yang digunakan.

Dengan kata lain perbedaan dan penggunaan atau pemilihan suatu metode mengajar
disebabkan oleh adanya beberapa faktor harus dipertimbangkan, antara lain;

a) Pertama, tujuan; setiap bidang studi mempunyai tujuan bahkan dalam setiap topik
pembahasan tujuan pembelajaran ditetapkan lebih terinci dan spesifik sehingga
dapat dipilih metode mengajar yang cocok dengan pembahasan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

b) Kedua, karakteristik siswa; adanya perbedaan karakteristik siswa dipengaruhi oleh


latas belakang kehidupan sosial ekonomi, budaya, tingkat kecerdasan, dan watak
mereka yang berlainan antara satu dengan yang lainnya, menjadi pertimbangan
guru dalam memilih metode apa yang terbaik digunakan dalam
mengkomunikasikan pesan pembelajaran kepada anak.

c) Ketiga, situasi dan kondisi (setting); di samping adanya perbedaan karakteristik


siswa, tujuan yang ingin dicapai, juga tingkat sekolah, geografis, sosiokultural,
menjadi bahan pertimbangan dalam memilih metode yang digunakan sesuai
dengan setting yang berlangsung.

d) Keempat, perbedaan pribadi dan kemampuan guru; seorang guru yang terlatih
bicara disertai dengan gaya dan mimik, gerak, irama, tekanan suara akan lebih
berhasil memakai metode ceramah dibanding guru yang kurang mempunyai
kemampuan bicaranya.

e) Kelima, sarana dan prasarana; karena persediaan sarana dan prasarana yang
berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya, maka perlu menjadi
pertimbangan guru dalam memilih metode mengajarnya. 12 Sekolah yang memiliki
peralatan dan media yang lengkap, gedung yang baik, dan sumber belajar yang
memadai akan memudahkan guru dalam memilih metode yang bervariasi.

2. Menurut Tayar Yusuf dalam Menerapkan pembelajaran harus didasarkan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut:

12
Lihat Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam. (Cet.I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 13

7
a) Kemampuan psikologis dalam menerima dan menghayati serta mengamalkan
ajaran agama sesuai dengan tingkat usia, bakat dan lingkungan hidupnya.

b) Kemampuan pendidik sendiri yang harus siap baik dari segi penguasaan terhadap
ilmu yang akan diajarkannya maupun sikap mental serta keguruan dalam waktu
melaksanakan tugas pendidikan benar-benar mantap dan meyakinkan.

c) Tujuan pendidikan harus dipedomani sebagai pengarah dalam mempergunakan


metode karena metode apapun hanya berfungsi sebagai alat untuk mencapai
tujuan.

d) Kesadaran pendidik sendiri tentang hidup keagamaannya selaku orang yang


berpribadi muslim, sehingga langkah-langkah kependidikannya mampu
mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan anak didik.13

e) Mampu menghubungkan pandangan metafisiknya dengan mata-mata pelajaran


yang selain berhubungan dan meluaskan pandangan hidup keagamaannya,
mempengaruhi dan mengendalikan sumber ilmu pengetahuan serta metode
pendidikan yang ia gunakan (terapkan) dalam semua mata pelajaran sedemikian
rupa sehingga kesadaran hidup keagamaannya itu dapat berpengaruh sepenuhnya
atas ilmu yang diajarkannya dan atas metode yang digunakan ini.

f) Mampu menghubungkan semua disiplin ilmu pengetahuan dalam suatu interelasi


serta pada suatu ketika masing-masing disiplin ilmu tersebut dapat dikembangkan
sesuai dengan corak dan kekhususannya oleh anak didik.14

C. Kompetensi Guru dalam Pembelajaran


Sebelum penulis membahas tentang peran guru dalam pembelajaran, disini akan
dijelaskan terlebih dahulu tentang kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru dalam pembelajaran.

Adapun kompetensi guru yaitu kemampuan seorang guru dalam melaksanakan


kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi guru berkaitan
dengan profesionalisme yaitu, guru yang profesional adalah guru yang kompeten
(berkemampuan), karena itu kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai

13
Tayar Yusuf, Metode Pendidikan Agama dan Bahasa Arab (Cet. II; Jakarta: Bina Aksara, 2007).
H. 18
14
Oemar Hamalik, Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Cet. VII, Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 45.

8
kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya dengan
kemampuan tinggi. Dengan kata lain kompetensi adalah pemilikan, penguasaan, ketrampilan
dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang. 15

Jadi kompetensi profesional guru adalah merupakan suatu keharusan dalam


mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang pemahaman tentang
pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Pada umumnya
di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi profesional akan menerapkan
“pembelajaran dengan melakukan” untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya
berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan.

Sedangkan menurut Depdikbud kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah :

a) Kompetensi Profesional, guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari subject
matter ( bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti
memiliki konsep teoritis mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar.

b) Kompetensi Personal, artinya sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu


menjadi sumber intensifikasi bagi subjek. Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian
yang pantas diteladani, mampu melaksanakan kepemimpinan seperti yang
dikemukakan Ki Hajar Dewantara, yaitu “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya
Mangun Karsa. Tut Wuri Handayani”

c) Kompetensi Sosial, artinya guru harus mampu menunjukkan dan berinteraksi sosial,
baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah,
bahkan dengan masyarakat luas.

d) Kompetensi untuk melakukan pelajaran yang sebaik-baiknya yang berarti


mengutamakan nilai-nilai sosial dari nilai material.

D. Peran Guru dalam Pembelajaran


Perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi
kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar-
mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi
guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif
dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat
optimal.

15
Djaramah Syaiful Bahra dan Zain Aswan, 2010, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.Hlm.12

9
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal
sebagaimana yang diungkapkan oleh Adam dan Becey dalam Basic principles of student
teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur, pengatur
lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator dan konselor. Yang akan
dikemukakan disini adalah peranan yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan
sebagai berikut:

1) Guru Sebagai Pendidik dan Pengajar

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta
didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi
tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Berkaitan dengan
tanggung jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai, moral dan social serta
berusaha dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Seorang guru dikatakan sebagai
guru tidak cukup “ tahu” sesuatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama kali ia harus
merupakan seseorang yang memang memiliki “ kepribadian guru” dengan segala ciri tingkat
kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk menjadi pendidik atau guru, seseorang harus
berpribadi.

2) Tugas pendidik adalah sebagai teladan bagi siswa.

Sukses tidaknya seorang pendidik adalah dilihat dari hasil didikan seorang pendidik.
Pendidik yang sukses akan mengikat peserta didik dengan nilai-nilai universal dan
menjauhkan peserta didik dari pengaruh budaya dan pemikiran yang merusak. Sebagai
seorang guru yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mendidik peserta didik
dalam mengembangkan kepribadian, guru dituntut memiliki kepribadian ideal yang patut
untuk dicontoh. Peserta didik tidak akan mudah untuk tergugah hati dan pikiran atas ajaran
pendidik, bila tidak melihat bukti aktualisasinya pada diri pendidik. Sebagai contoh siswa
tidak akan disiplin dalam mengikuti pelajaran guru yang sering terlambat masuk dan memulai
pelajaran. Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dan dengan guru, kemampuan verbal, tingkat
kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas
dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.16

3) Guru sebagai Pelatih dan pembimbing

16
Nata Abuddin. 2009, Perspektif islam tentang strategi pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenedia
Group.Hlm.34

10
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam
hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental,
emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dan kompleks. Sebagai pembimbing,
guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan
waktu perjalanan, menetapkan jalan yang ditempuh menggunakan petunjuk perjalanan, serta
menilai kelancarannya sesui dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Proses
pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan baik intelektual maupun
motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Pelatihan dilakukan,
disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu
memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungan. Untuk itu, guru harus
banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah
mungkin. Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer Instruction)

Pihak Departemen Pendidikan Nasional telah memprogram bahan pembelajaran yang


harus diberikan guru kepada peserta didik pada suatu waktu tertentu. Disini guru dituntut
untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM tersebut dengan memerhatikan berbagai
komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi :

 Membuat dan merumuskan bahan ajar.

 Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan


ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif, sistematis, dan fungsional
efektif

 Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.

 Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator
dalam pengajaran.

4) Guru sebagai Pengaruh Pembelajaran

Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan


motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini guru mempunyai fungsi sebagai
motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan
guru dalam memberikan motivasi adalah sebagai berikut:

 Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar.

 Menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran

11
 Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang
pencapaian prestasi yang lebih baik dikemudian hari

 Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

5) Guru sebagai Konselor

Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapat merespon
segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran, Oleh karena itu, guru
harus dipersiapkan agar. Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang
timbul antara peserta didik dengan orang tuanya dan bisa memperoleh keahlian dalam
membina hubungan yang manusiawi dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan
bekerja sama dengan bermacam-macam manusia. Pada akhirnya, guru akan memerlukan
pengertian tentang dirinya sendiri, baik itu motivasi, harapan, prasangka ataupun
keinginannya. Semua hal itu akan memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam
berhubungan dengan orang lain terutama siswa.

6) Guru sebagai Pelaksana Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh peserta
didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Secara resmi kurikulum sebenarnya
merupakan sesuatu yang diidealisasikan atau dicita-citakan . Keberhasilan dari suatu
kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh
seorang guru. Artinya guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam mewujudkan segala
sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Bahkan pandangan mutakhir
menyatakan bahwa meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya
kurikulum tersebut pada akhirnya terletak di tangan pribadi guru. Sedangkan peranan guru
dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum secara aktif antara lain yaitu : perencanaan
kurikulum, pelaksanaan di lapangan, proses penilaian, mengadministrasikan, perubahan
kurikulum.17

 Guru dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum Berbasis Lingkungan

Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan tidak kalah aktifnya dengan
peserta didik. Sehubungan dengan tugas guru untuk mengaktifkan peserta didik dalam
belajar, maka seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
yang memadai. Pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dituntut dari guru dalam proses

17
Ibid. Hlm76

12
pembelajaran yang memiliki kadar pembelajaran tinggi didasarkan atas posisi dan peranan
guru, tugas dan tanggung jawab sebagai pengajar yang profesional. Posisi dan peran guru
yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran
dimana guru harus menempatkan diri sebagai :

a) Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi pelaksana, dan
pengontrol kegiatan belajar peserta didik.

b) Fasilitator belajar, guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai bentuk.

c) Moderator belajar, guru sebagai pengatur arus kegiatan belajar peserta didik,. Selain
itu guru bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau jawaban masalah
sebagai hasil belajar peserta didik, atas dasar semua pendapat yang telah dibahas dan
diajukan peserta didik.

d) Motivator belajar, guru sebagai pendorong peserta didik agar mau melakukan
kegiatan belajar. Sebagai motivator guru harus dapat menciptakan kondisi kelas yang
merangsang peserta untuk mau melakukan kegiatan belajar, baik individual maupun
kelompok.

e) Evaluator belajar, guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif. Sebagai
evaluator guru berkewajiban mengawasi, memantau proses pembelajaran peserta
didik dan hasil belajar yang dicapainya. Guru juga berkewajiban melakukan upaya
perbaikan proses belajar peserta didik, menunjukkan kelemahan dan cara
memperbaikinya, baik secara individual, kelompok, maupun secara klasikal.

1. Guru sebagai Demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya


senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang
dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti
bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya
dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara
didaktis. Maksudnya agar apa yang disampaikannya itu dimiliki betul-betul dimiliki oleh
anak didik.

13
2. Guru sebagai pengelola kelas

Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru
selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efesien. Dalam perannya sebagai pengelola kelas
(learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar
serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini
diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan –tujuan pendidikan.
Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan
tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat
menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam
mencapai tujuan.18

Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas
untuk bermacam-macam kegiatan belajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan
khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar, tetapi juga
mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh
hasil yang diharapkan. Pengelolaan kelas juga terkait dengan kegiatan penjadwalan
penggunaan kelas untuk berbagai mata pelajaran yang sesuai dengan sifat dan
karakteristiknya masing-masing, sehingga tidak saling ganggu-mengganggu. Ketika pada satu
kelas terjadi kegiatan pelajaran bernyanyi misalnya, maka kelas yang berdekatan dengannya
tidak merasa terganggu.

3. Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan
dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi
berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran disekolah. Sebagai mediator guru menjadi
perantara dalam hubungan antar manusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil

18
Syamsu Yusuf dan Nani Sugandhi, 2012, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rajawali Press.Hlm.23

14
mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.
Tujuannya agar guru bias menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. 19

Dan sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang
berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar baik yang
berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.

4. Guru sebagai evaluator

Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan itu tercapai atau
belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan
dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penilaian, guru dapat
mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran , serta
ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah
untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelas atau kelompoknya.

19
Nata Abuddin. 2009, Perspektif islam tentang strategi pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenedia
Group.Hlm.56

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peranan guru akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan
dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun
mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau
tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap
proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.

Peran guru dalam proses pembelajaran adalah guru sebagai pendidik, guru sebagai
pengajar dan fasilitator, guru sebagai pembimbing, guru sebagai pengarah, guru sebagai
pelatih, guru sebagai penilai, guru sebagai pemimpin, guru sebagai didaktikus, guru
sebagai rekan seprofesi, guru sebagai inisiator, guru sebagai transmitter, guru sebagai
mediator, guru sebagai evaluator.

B. Saran
Peran guru dalam dunia pendidikan khususnya dalam kegiatan proses belajar
mengajar diharapkan guru dapat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pendidik dan diharapkan terjalinnya hubungan yang harmonis dengan para peserta
didiknya sehingga harapan tercapainya tujuan pendidikan bisa dengan mudah
terwujudkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Cet. I; Jakarta:
G. Persada Pres, 2007), h. 288.

Engkoswara, Dasar-Dasar Metodologi Pembelajaran (Cet. I; Jakarta: Bina Aksara, 2009), h.


65

Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm. 163.

http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-peran-guru-dalam-
pembelajaran.html?m=1

Ibid. Hlm76

Jamal Ma‟ruf Asmani, Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional,


Diva Press, Jogjakarta, 2009, hlm. 58.

Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2016, hlm. 30

Kompri, Motivasi Pembelajaran Prespektif Guru dan Siswa, PT. Remaja Rosdakarya
Bandung, hlm. 31

Lihat Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam. (Cet.I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 13

Lihat AECT, The Difinition of Education Technologi (WashintongDC: For edtion. 1999), h.
10.

Nata Abuddin. 2009, Perspektif islam tentang strategi pembelajaran, Jakarta: Kencana
Prenedia Group.Hlm.34

Nata Abuddin. 2009, Perspektif islam tentang strategi pembelajaran, Jakarta: Kencana
Prenedia Group.Hlm.56

N.S. Degeng, Buku Pegangan Teknologi Pendidikan Pusat Antar Universitas untuk
Peningkatan Dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka
(Jakarta: Depdikbud RI, Dirjen Dikti, 1993), h. 1.

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Cet. VI; Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 53-54.

17
Undang-Undang Replublik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

pasal 1 ayat 1

Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinnya (Cet. IV; Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
h.

Syamsu Yusuf dan Nani Sugandhi, 2012, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rajawali
Press.Hlm.23

Zein, Muh. "Peran guru dalam pengembangan pembelajaran." Jurnal Inspiratif Pendidikan
5.2 (2016): 274-285.

18

Anda mungkin juga menyukai