Anda di halaman 1dari 21

MENINGKATKAN KOMPETENSI PAEDAGOGIK GURU

TENTANG EFEKTIVITAS KEGIATAN


BELAJAR MENGAJAR

MAKALAH
Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Profesi Keguruan

Oleh:
LINA SUSANA
NIM 2201411327

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2022/ 2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. Atas Rahmat dan Hidayahnya.
Shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad Saw. Beserta para sahabat
yang telah memperjuangkan Islam, sehingga kita bisa merasakan indahnya iman.
Penyusunan makalah merupakan tugas bagi penulis untuk memenuhi tugas UAS.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian makalah ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Fadillah Sabri, S.T., M.Eng. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Bangka Belitung.
2. Bapak Muhammad Iqbal Arrosyad, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing
Universitas Muhammadiyah Bangla Belitung.
3. Bapak Suharno, M.Pd. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Profesi
Keguruan.

Pangkalanbaru, 24 Juni 2023

Lina Susana
NIM 2201411327

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3. Tujuan..........................................................................................................3
1.4. Ruang Lingkup Pembahasan........................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1. Kompetensi Pedagogik Guru...................................................................... 4
2.2. Proses Belajar Mengajar............................................................................. 9
2.3. Meningkatan Kompetensi Pedagogik Guru dalam Efektivitas
Proses Belajar Mengajar........................................................................... 10
BAB III PENUTUP.............................................................................................16
3.1. Simpulan....................................................................................................16
3.2. Saran...........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................18

3
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah satu pilar dan modal utama dalam
mengatisipasi, menyongsong masa depan, karena pendidikan selalu diorientasikan
untuk mengembangkan sumber daya peserta didik guna dapat berperan di masa
yang akan datang dan diarahkan kepada kebutuhan manusia. Hal ini sesuai dengan
apa yang diamanatkan pemerintah dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasioanal No 20 tahun 2003. Bahwa tujuan pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemamapuan dan membentuk watak peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan tujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratif serta bertanggung
jawab. Guru yang profesional memiliki tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi pesrta didik pada
pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
Untuk itu keahlian dan kemahiran dan tentunya memenuhi standar mutu
pendidikan sebagai tenaga mengajar. Sehingga terkadang suatu konsep bahwa
guru profesioanl yang bekerja sesuai dengan fungsi dan tujuannya harus memiliki
kompetensi-komptensi yang dituntun agar guru mampu melaksanakan tugas
dengan sebaik- baiknya, karena pekerjaannya seorang guru tidak bisa dikerjakan
oleh sembarang orang. Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai peran
dan pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar serta keberhasilan
pendidikan. Jabatan guru disebut sebagai pekerjaan profesioanal. Jabatan guru
merupakan jabatan profesioanal yang menghendaki guru harus bekerja secra
profesional berarti bekerja dengan keahlian hanya dapat diperoleh melalui
pendidikan khusus. Guru tentu telah mengikuti pendidikan keahlian melalui
lembaga pendidikan. Para guru merupakan orang- orang profesional, secara

1
2

teratur, mereka memilihara pekerjaan, murid-murid, dan hubungan baik dengan


masyarakat dimana mereka berada. Berdasarkan tersedianya peluang, sumber-
sumber penguatan, para guru melibatkan dirinya di dalam pembaharuan aktivitas
mandiri untuk mengembangkan kehidupan kelas menjadi lebih relefan dan
menarik minat murid mereka, dengan filosofi ini, aktivitas pelatihan lebih
beriklim dialogis, para guru diberikan kesempatan lebih banyak mengutarakan
pikiran dan pengelamannya, dan bukan disuruh untuk mendengarkan kicauan
penatar dan instruktur, karena itu, dapat dimengerti apabila guru- guru kita yang
telah mendapatakan bergam pelatihan itu, tidak mempunyai daya- tular
pengetahuan terhadap rekan sejawannya.
Guru sebagai salah satu tenaga kependidikan merupakan sumber daya yang
sangat berperan dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan sehingga
mampu menciptakan anak didik yang cerdas dan mertabat yang bermutu.
Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam bidang pendidikan dalah untuk
meningkatkan kemampuan guru agar dapat menjalankan kewajibannya dengan
baik. Tenga guru harus profesioanal dan kompetensi dalam rekrutmen tenaga
guru, saatnya sekrang untuk mengedepankan aspek profesioanlisme melalui uji
komptensi dapat dilakukan dengan independen. Guru harus selalu mengupdate,
dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi
diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti
membaca buku-buku terbaru, mengakses di internet, selalu mengikuti
perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan. Komptensi
diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh
seorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan
perilaku- perilaku kongnitif, efektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Guru adalah tenaga pendidikan yang 1memberikan ilmu pengetahuan kepada
anak-anak didik disekolah. Selain memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, juga
bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak-anak didik agar anak
didik memiliki kepribadian yang paripurna. Suatu hal yang menggambarkan
kualifikasi atau kemampuan seseorang,baik yang kualitatif maupun yang
kuantitatif. Pengertian ini mengandung makna bahwa kompetensi itu dapat
3

digunakan dalam dua konteks,yakni:pertama, sebagai indikator kemampuan yang


menunjukan pada perbuatan yang diamati.kedua,sebagai konsep yang mencakup
aspek-aspek kongnitif,efektif dan perbuatan serta tahap-tahap pelaksanaan secara
utuh.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar
di sekolah
2. Bagaimana upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru dalam
proses belajar mengajar di sekolah

1.3. Tujuan
Agar kita dapat mengetahui dan untuk memperkaya khasanah pemikiran dan
memperluas wawasan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam meningkatkan
kompetensi guru, serta dapat dijadikan pijakan sebagai calon sarjana yang dituntut
siap terjun dalam dunia pendidikan.

1.4. Ruang Lingkup Pembahasan


Agar mempermudah dalam penelitian ini, maka yang akan dijadikan
obyek dalam penelitian ini akan dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut:

1. Kompetensi pedagogik yang dimiliki guru dalam proses belajar mengajar di


sekolah, meliputi: pemahaman terhadap peserta didik, kemampuan dalam
membuat perancangan pembelajaran, kemampuan melaksanakan
pembelajaran, kemampuan mengevaluasi hasil belajar, dan mengembangkan
peserta didik.
2. Upaya yang dilakukan oleh yayasan/lembaga, kepala sekolah, maupun guru
itu sendiri untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam proses
belajar mengajar di sekolah agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kompetensi Pedagogik Guru


a. Pengertian Kompetensi
Menurut Depdikbud, 1996: 516, kompetensi berarti kewenangan
(kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu Sedangkan
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa: “Kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.”
Secara umum dapat diartikan bahwa guru adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi anak didik,
baik potensi kognitif, potensi afektif, maupun potensi psikomotor. Tugas
dan tanggung jawab guru sebenarnya bukan hanya disekolah, tetapi bisa
dimana saja mereka berada. Dirumah, guru berperan sebagai orang tua
sekaligus pendidik bagi anak-anak mereka. Didalam masyarakat desa
tempat tinggalnya, guru sering dipandang sebagai tokoh teladan bagi
orang- orang disekitarnya. Pandangan, pendapat, atau buah fikirannya
sering menjadi tolak ukur atau pedoman kebenaran bagi orang-orang
disekitarnya karena guru dianggap memiliki pengetahuan yang lebih luas
dan lebih mendalam dalam berbagai hal.
Demikian nampak betapa pentingnya peranan guru dan betapa
beratnya tugas serta tanggung jawabnya, terutama tanggung jawab moral
digugu dan ditiru, yaitu digugu kata- katanya dan ditiru perbuatannya
atau kelakuannya. Di sekolah mereka menjadi tumpuan atau pedoman
tata tertib kehidupan sekolah yaitu pendidikan atau pengajaran bagi
murud-muridnya, dan di masyarakat mereka sebagai panutan tingkah
laku bagi setiap warga masyarakat.

4
5

Seorang guru harus mengetahui bagaimana proses perkembangan


jiwa anak, kerena sebagai pendidik anak terutama bertugas untuk
membina mental mereka, membentuk moral mereka, dan membangun
kepribadian yang baik dan integral, sehingga mereka kelak berguna bagi
nusa dan bangsa. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
bahwa: ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”
Dari sini dapat diketahui bahwa perbedaan pokok antara profesi
guru dengan profesi lainnya terletak dalam tugas dan tanggung jawabnya.
Tugas dan tanggung jawab tersebut erat kaitannya dengan kemampuan
yang disyaratkan untuk mengemban profesi tersebut. Kemampuan dasar
itu tidak lain ialah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru.
b. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah sifat kepribadian atau keterampilan
dalam peroses belajar mengajar.Jadi pengertian kompetensi
pedagogik.adalah keterampilan pengetahuan, dasar yang ada pada diri
seseorang untuk menunjukan dan mengaplikasikan keterampilannya
tersebut pada kehidupan nyata.Kompetensi pedagogik merupakan salah
satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru, kompetensi pada
dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran
peserta didik.
Adapun empat kompetensi pedagogik. Kompetensi ini terdiri atas
lima subkompetensi, yaitu: memahami peserta didik secara
mendalam; merancang pembelajaran, termasuk memahami
landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran;
Melaksanakan pembelajaran; Merancang dan melaksanakan
evaluasi pembelajaran; Dan mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensinya (Latifah Husien, 2017:
33).
6

Kompetensi pedagogik merupakan kepribadian, kompetensi


keahlian guru harus dikembangkan dan hanya tidak terbatas pada
penguasaan prinsip-prinsip mengajar.Pedagogik juga merupakan ilmu
yang membahas pendidikan yaitu ilmu pendidikan anak.Jadi pedagogik
menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak. Sedangkan bagi anak
dewasa ilmu pendidikan yang mengkajinya disebut “andragogi”
pedagogik sebagai ilmu yang sangat dibutuhkan oleh gurunya khusus
guru taman kanak-kanak dan guru sekolah dasar karena mereka
berhadapan dengan anak-anak yang dewasa. Tugas guru hanya mengajar,
mentransformasikan kepada anak-anak di sekolah, melainkan guru
mengemban tugas untuk mengembangkan kepribadian anak didiknya
secara terpadu selain itu guru juga mengembangkan sikap mental anak,
mengemabngkan hati nurani, atau hati anak, sehingga ia akan sensitive
terhadap masalah-masalah kemanusiaan harkat derajat manusia.
Guru juga harus mengembangkan keterampilan anak, sehingga ia
mampu untuk menghadapi segala pemersalahan hidupnya. Tanggung
jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya menuntun guru
untuk mencintai, menghargai, menjaga, dan meningkatkantugas dan
tanggung jawab dan profesinya. Guru harus sadar bahwa tugas dan
tanggung jawab tidak bisa dilakukan oleh orang lain melainkan dirinya
senidiri. Demikian pula ia harus sadar bahwa dalam melaksanakan
tugasnya guru selalu dituntut untuk sungguh-sungguh dan tidak
menjadikan tugasnya sebagai pekerjaan sampingan.Jabatab guru
merupakan jabatan profesioanal yang menghendaki guru harus bekerja
secara profesioanl. Bekerja sebgai seorang yang profesioanl berarti
bekerja dengan keahlian, dan kelahlian yang dapat diperoleh melalui
pendidikan keahlian melalui lembaga pendidikan.
c. Indikator Kompetensi Pedagogik Guru
Menurut Usman Uzer, 1995: 15, seorang guru profesional adalah
orang yang memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang keguruan
atau dengan kata lain ia telah terdidik dan terlatih dengan baik. Terdidik
7

dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal saja akan tetapi
juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik didalam kegiatan
belajar mengajar serta menguasai landasanlandasan kependidikan seperti
yang tercantum dalam kompetensi guru.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu:
kompetensi profesional, kepribadian, pedagogik, dan sosial. Menurut A.
Fatah Yasin, Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang
pendidik dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi:
1) Kemampuan dalam memahami peserta didik, dengan indikator antara
lain: (1) Memahami karakteristik perkembangan peserta didik, seperti
memahami tingkat kognisi peserta didik sesuai dengan usianya; (2)
Memahami prinsip-prinsip perkembangan kepribadian peserta didik,
seperti mengenali tipe-tipe kepribadian peserta didik, mengenali
tahapan-tahapan perkembangan kepribadian peserta didik, dan
lainnya; (3) Mampu mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik,
mengenali perbedaan potensi yang dimiliki peserta didik, dan lain
sebagainya.
2) Kemampuan dalam membuat perancangan pembelajaran, dengan
indikator antara lain: (1) Mampu merencanakan pengorganisasian
bahan pembelajaran, seperti mampu menelaah dan menjabarkan
materi yang tercantum dalam kurikulum, mampu memilih bahan ajar
yang sesuai dengan materi, mampu menggunakan sumber belajar
yang memadai, dan lainnya; (2) Mampu merencanakan pengelolaan
pembelajaran, seperti merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, memilih jenis
strategi/metode pembelajaran yang cocok, menentukan langkah-
langkah pembelajaran, menentukan cara yang dapat digunakan untuk
memotivasi peserta didik, menentukan bentuk-bentuk pertanyaan
yang akan diajukan kepada pesera didik, dan lainnya; (3) Mampu
merencanakan pengelolaan kelas, seperti penataan ruang tempat
duduk peserta didik, mengalokasi waktu, dan lainnya; (4) Mampu
8

merencanakan penggunakan media dan sarana yang bisa digunakan


untuk mempermudah pencapaian kompetensi, dan lainnya; (5)
Mampu merencanakan model penilaian proses pembelajaran, seperti
menentukan bentuk, prosedur, dan alat penilaian.
3) Kemampuan melaksanakan pembelajaran, dengan indikator antara
lain: (1) Mampu menerapkan ketrampilan dasar mengajar, seperti
membuka pelajaran, menjelaskan, pola variasi, bertanya, memberi
penguatan, dan menutup pelajaran; (2) Mampu menerapka berbagai
jenis model pendekatan, strategi/ metode pembelajaran, seperti aktif
learning, pembelajaran portofolio, pembelajaran kontekstual dan
lainnya; (3) Mampu menguasai kelas, seperti mengaktifkan peserta
didik dalam bertanya, mampu menjawab dan mengarahkan
pertanyaan siswa, kerja kelompok, kerja mandiri, dan lainnya; (4)
Mampu mengukur tingkat ketercapaian kompetensi peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung.
4) Kemampuan dalam mengevaluasi hasil belajar, dengan indikator
antara lain: (1) Mampu merancang dan melaksanakan asesment,
seperti memahami prinsip-prinsip asesment, mampu menyusun
macam-macam instrumen evaluasi pembelajaran, mampu
melaksanakan evaluasi, dan lainnya; (2) mampu menganalisis hasil
assesment, seperti mampu mengolah hasil evaluasi pembelajaran,
mampu mengenali karakteristik instrumen evaluasi; (3) Mampu
memanfaatkan hasil asesment untuk perbaikan kualitas pembelajaran
selanjutnya, seperti memanfaatkan hasil analisisn instrumen evaluasi
dalam proses perbaikan instrumen evaluasi, dan mampu memberikan
umpan balik terhadap perbaikan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pembelajaran.
5) Kemampuan dalam mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, dengan
indikator antara lain: (1) Memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan potensi akademik, seperti menyalurkan potensi
9

akademik peserta didik sesuai dengan kemampuannya, mampu


mengarahkan dan mengembangkan potensi akademik peserta didik;
(2) Mampu memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan
potensi non-akademik, seperti menyalurkan potensi non-akademik
peserta didik sesuai dengan kemampuannya, mampu mengarahkan
dan mengembangkan potensi non-akademik peserta didik Fatah
Yasin, 2008: 73-75.

2.2. Proses Belajar Mengajar


Menurut Baharuddin, 2007: 14-15, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, secara etimologi belajar memiliki arti berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu. Ahli psikologi memandang belajar sebagai perubahan
yang dapat dilihat dan tidak peduli apakah hasil belajar tersebut
menghambat atau tidak menghambat proses adaptasi seseorang terhadap
kebutuhan-kebutuhan dengan masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan
para ahli pendidikan memandang bahwa belajar adalah proses perubahan
manusia ke arah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun
orang lain.
Menurut Hamalik Oemar, 2007: 27-28, belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the
modification or strengthening of behavior through experiencing) menurut
pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih
luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil
latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda
dengan pengertian lama tentang belajar yang menyatakan bahwa belajar
adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan-latihan
pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya.
Pengalaman diperoleh berkat interaksi antara individu dengan
lingkungan. Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan
10

keterampilan, bersifat pendidikan, yang merupakan satu kesatuan di sekitar


tujuan murid, pengalaman pendidikan bersifat kontinyu dan interaktif.
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan
dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku mempunyai unsur
subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah
sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Bahwa seseorang sedang
berpikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak
bisa kita lihat. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil
belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut, yaitu:
(1) Pengetahuan, (2) Pengertian, (3) Kebiasaan, (4) Keterampilan, (5)
Apresiasi, (6) Emosional, (7) Hubungan sosial, (8) Jasmani, (9) Etis atau
budi pekerti, dan (10) Sikap (Hamalik Oemar, 2007: 30)
Menurut M. Ali, 1996: 12, mengajar adalah segala upaya yang
disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya
proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Dalam proses
belajar mengajar, guru harus memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk aktif. Keaktifan siswa bisa berbentuk aktivitas jasmaniah maupun
aktivitas mental.

2.3. Meningkatan Kompetensi Pedagogik Guru dalam Efektivitas Proses


Belajar Mengajar
Upaya peningkatan kompetensi guru khususnya kompetensi
pedagogik harus dilakukan oleh semua pihak, baik dari guru maupun kepala
sekolah. Maka, ada dua upaya peningkatan kompetensi guru yang sangat
mempengaruhi satu sama lain, yaitu upaya yang dilakukan guru dan upaya
yang dilakukan oleh kepala sekolah/lembaga pendidikan yang bersangkutan.
1. Upaya Guru untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik dalam
Proses Belajar Mengajar
Upaya peningkatan kompetensi guru di sekolah dalam proses
belajar mengajar antara lain:
11

a. Mengikuti Organisasi-Organisasi Keguruan


Organisasi-organisasi keguruan misalnya Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu
dan kualitas guru dalam kelompoknya masing-masing, menyatukan
terhadap kekurangan konsep makna dan fungsi pendidikan serta
pemecahannya terhadap kekurangan yang ada. Disamping itu juga
untuk mendorong guru malakukan tugas dengan baik, sehingga
mampu membawa mereka kearah peningkatan kompetensinya.
b. Mengikuti Kursus Kependidikan
Menurut Piet A.S, 200: 121, mengikuti kursus sebenarnya
bukan suatu teknik melainkan suatu alat yang dapat membantu guru
mengembangkan pengetahuan profesi mengajar dan menambah
keterampilan guru dalam melengkapi profesi mereka. Dengan
mengikuti kursus guru diarahkan ke dalam dua hal, pertama
sebagai penyegaran, dan kedua sebagai upaya peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap tertentu.
Dengan demikian, diharapkan guru dapat mengikuti kursus
yang berkaitan dengan dunia kependidikan. Misalnya kursus
keterampilan/kecakapan hidup (life skill) seperti kursus computer,
elektro, jurnalistik (kepenulisan), tata boga, bahasa asing, maupun
kursus kepribadian.
2. Upaya Lembaga Pendidikan/ Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Kompetensi Pedagogik Guru
a. Mengadakan Lokakarya (Workshop)
Menurut Piet A.S, 200: 104, workshop pendidikan adalah
suatu kegiatan belajar kelompok yang terdiri dari petugas-petugas
pendidikan yang memecahkan problema yang dihadapai melalui
percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat
perorangan. Masalah yang dibahas muncul dari peserta sendiri,
metode pemecahan masalah dengan cara musyawarah dan
penyelidikan.
12

b. Mengadakan Penataran Guru.


Penataran dilakukan berkaitan dengan kesempatan bagi guru-
guru untuk berkembang secara profesional untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Mengingat tugas rutin di dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas
mendidik dan mengajar, maka guru perlu untuk menambah ide-ide
baru melalui kegiatan penataran.
Penyelenggaraan penataran, sebagai salah satu teknik
peningkatan kompetensi dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
1) Sekolah yang bersangkutan mengadakan penataran sendiri
dengan menyewa tutor (penatar) yang dianggap profesional dan
dapat memenuhi kebutuhan.
2) Sekolah bekerja sama dengan sekolah-sekolah lain atau lembaga-
lembaga lain yang sama-sama membutuhkan penataran sebagai
upaya peningkatan personalia.
3) Sekolah mengirimkan atau mengutus para guru untuk mengikuti
penataran yang dilaksanakan oleh sekolah lain, atau lembaga
departemen yang membawahi.
c. Memotivasi Guru untuk Membuat Karya Tulis Ilmiah
Menurut Depag,2001: 55, karya tulis ilmiah adalah kegiatan
penuangan atau lapangan atau gagasan pemikiran ke dalam bentuk
karangan dengan mengikuti aturan dan metode ilmu pengetahuan.
Sehingga menghasilkan informasi ilmiah yang dapat didiskusikan
dan disebarluaskan kepada masyarakat pendidikan serta di
dokumentasikan diperpustakaan sekolah. Selain itu tim supervisor
dapat membuat buletin sebagai forum komunikasi tertulis untuk
membantu guru menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam
kegiatan pembelajaran.
Menurut Depag, 2004: 29, buletin supervisi ialah salah satu
alat komunikasi dalam bentuk tulisan yang dikeluarkan oleh staf
13

supervisor yang digunakan sebagai alat untuk membantu guru-guru


dalam memperbaiki situasi belajar mengajar. Dengan demikian, guru
dapat memperbarui informasi seputar dunia pendidikan melalui
media cetak berupa buletin yang diterbitkan lembaga yang
bersangkutan.
Karya yang dihasilkan oleh guru-guru pada tingkat Raudlatul
Athfal biasanya selain berupa karya tulis, juga dengan membuat
media pembelajaran atau alat peraga yang bersifat edukatif,
membuat lagu anak-anak yang berkaitan dengan materi
pembelajaran, kemampuan mendongeng, dan sebagainya.
d. Memberikan Penghargaan (rewards)
Penghargaan sangat penting untuk meningkatkan
produktivitas kerja dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang
produktif. Melalui penghargaan ini, tenaga kependidikan dirangsang
untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif. Penghargaan
ini akan bermakna apabila dikaitkan dengan prestasi tenaga
kependidikan secara terbuka, sehingga setiap tenaga kependidikan
memiliki peluang untuk meraihnya. Penggunaan penghargaan ini
perlu dilakukan secara tepat, efektif, dan efisien, agar tidak
menimbulkan dampak negatif (E.Mulyasa, 2007: 151).
e. Mengadakan Supervisi
Dengan adanya pengawasan akan dapat menciptakan
kedisiplinan dan semangat kerja yang tinggi. Hal ini sangat penting
guna membantu guru dalam menjalankan tugasnya. Pengawasan ini
hendaknya dilakukan dengan penuh keterbukaan dan kesungguhan
sebab bila tidak, akan menimbulkan kesenjangan antara pimpinan
lembaga dan dewan guru. Kegiatan supervisi pada dasarnya
diarahkan pada hal-hal sebagai berikut:
1). Membangkitkan dan merangsang semangat guru dan pegawai
sekolah dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan
baik.
14

2). Mengembang dan mencari metode-metode belajar mengajar


yang baru dalam proses pembelajaran yang lebih baik dan lebih
sesuai
3). Mengembangkan kerjasama yang baik dan harmonis antara guru
dan siswa, guru dengan sesama guru, guru dengan kepala
sekolah dan seluruh staf sekolah yang berada dalam lingkungan
sekolah yang bersangkutan.
4). Berusaha meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan guru
dan pegawai sekolah dengan cara mengadakan pembinaan secara
berkala, baik dalam bentuk work shop, seminar, in service
training, up grading, dan sebagainya.
f. Mengadakan Rapat Sekolah
Menurut Ngalim Purwanto, 1995: 122, seorang kepala
sekolah yang baik umumnya menjalankan tugas-tugasnya
berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk didalam
perencanaan itu antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik
dengan guru-guru. Pertemuan dalam bentuk rapat mengenai
pembinaan sekolah, siswa dan bidang studi lainnya merupakan salah
satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kemampuan dan
ketrampilan guru dalam mengajar. Disamping itu banyak masalah
atau persoalan sekolah yang dapat diselesaikan melalui rapat.
Dimana setiap guru dapat mengemukakan pendapatnya dan buah
pikirannya serta upaya-upaya lainnya.
Adapun tujuan rapat pimpinan lembaga secara umum dapat
dirumuskan sebagai berikut: Pertama, untuk mengintegrasikan
seluruh anggota staf yang berbeda pendapat, pengalaman dan
kemampuannya menjadi satu keseluruhan potensi yang menyadari
tujuan bersama dan tersedia untuk bekerja sama untuk mencapai
tujuan itu. Kedua, untuk mendorong atau menstimulasi setiap
anggota staf dan berusaha meningkatkan efektifitas. Ketiga, untuk
bersama-sama mencari dan menemukan metode dan prosedur dalam
15

menciptakan proses belajar yang paling sesuai bagi masing-masing


disetiap situasi.
Mengacu pada tujuan diatas, maka keberahasilan rapat guru
merupakan tanggungjawab bersama dari semua anggota-anggotanya.
Meskipun demikian peranan supervisor sebagai pemimpin sangat
besar bahkan menentukan sampai dimana anggotanya berpartisipasi.
Dari uraian di atas, menjelaskan bahwa untuk meningkatkan
kualitas guru dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Dan upaya
peningkatan kompetensi guru terletak pada profesionalismenya
dalam proses belajar mengajar.
16

BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
1. Kompetensi pedagogik guru sekolah dapat dilihat dari proses belajar
mengajarnya. Para guru menggunakan metode pengajaran yang cocok
serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang baik, mampu
memanfaatkan media-media pembelajaran. Dalam hubungannya dengan
peserta didik, para guru selalu menerapkan kedisiplinan pada siswa.
Disamping kedisiplinan, guru juga mengamati perkembangan siswa
selama kegiatan belajar mengajar dengan cara memberikan bimbingan
pada siswa yang mempunyai karakter yang berbeda dalam menyerap
materi pelajaran yang disampaikan guru. Selain memberikan bimbingan,
guru juga memberikan tugas pada siswa dan memberikan
penilaian/evaluasi dari setiap materi yang disampaikan. Penilaian
digunakan dengan maksud untuk mengetahui sifat-sifat pencapaian tujuan,
baik dari pihak siswa maupun dari pihak guru.
2. Meningkatan kompetensi pedagogik guru dilakukan secara
berkesinambungan oleh guru, kepala sekolah, dan lembaga/yayasan.
Upaya peningkatan kompetensi yang dilakukan guru sendiri yaitu dengan
mengikuti penataran dan mengikuti seminar/diskusi, memanfaatkan media
cetak/media massa dan media elektronik, peningkatan profesi melalui
belajar sendiri, mengikuti kursus, dan aktif dalam organisasi keguruan.
Sedangkan upaya lembaga pendidikan/ kepala sekolah misalnya dengan
mengadakan lokakarya (workshop), melakukan supervisi (pengawasan)
terhadap kinerja dan kedisiplinan guru, mendukung ide-ide baru dari guru,
memotivasi guru untuk membuat karya tulis ilmiah, mengadakan rapat
guru, mengadakan penilaian terhadap tugas guru dan memberikan
penghargaan (reward) pada guru yang berprestasi.

16
17

3.2.Saran
Sebagai sumbangan pemikiran dari penulis dalam upaya peningkatan
kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar di sekolah, agar
pengelolaan pembelajarannya lebih baik dan untuk lebih meningkatkan
mutu pendidikan.
18

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1996. Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algesindo

Baharuddin dan Esa Nur W. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Depdikbud, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi II. Jakarta: Balai Pustaka
Djamarah, Saiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.
Surabaya:Usaha Nasional

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Husien, Latifah. 2017. Profesi Keguruan, menjadi Guru Profesional.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT.


Remaja Rosda Karya

Purwanto, Ngalim. 1995. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta

Usman, Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Bandung: Citra Umbara

Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Malang: UIN Malang


Press

18

Anda mungkin juga menyukai