PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan wadah yang berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia ynag beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggungjawab. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan
dibutuhkan sosok yang mampu menjadi tumpuan proses pendidikan itu berlangsung.
Guru merupakan sosok yang dibutuhkan dalam mewujudkan tujuan tersebut. Sebagai
tenaga profesional yang bertugas dalam mengajar, mendidik, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi para peserta didik sehingga sosok
guru dibutuhkan dalam dunia pendidikan.
Dewasa ini, banyak guru yang lalai akan peranannya dalam dunia pendidikan.
Seperti beberapa kasus guru yang melakukan tindakan kurang pantas, misalnya
merokok dihadapan peserta didiknya maupun dilingkungan beliau mengajar.
Tindakan seperti kasus tersebut tidak pantas dilakukan oleh seorang guru mengiingat
istilah Guru “Digugu dan Ditiru”. Sudah sepantasnya guru memberi contoh tindakan
yang baik bagi peserta didiknya agar tindakan beliau dapat ditiru dan diterapkan oleh
peserta didik yang diampunya.
Guru merupakan salah satu profesi yang dibutuhkan oleh dunia pendidikan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebuah profesi menuntut orang untuk
memiliki profesi tersebut. Begitu juga guru, profesi tersebut dituntut memiliki kriteria
dan syarat-syarat menjadi seorang guru. Selain syarat, profesi guru juga dituntut
untuk memiliki peran sertanya dalam dunia pendidikan. Beberapa peran guru adalah:
1
1) seabgai pengajar; 2) sebagai pendidik; 3) sebagai pembimbing; 4) sebagai tenaga
profesional; dan 5) seabagai pemberharu.
2
B. Masalah
2. Untuk mengetahui apa saja peran guru dalam proses belajar mengajar.
3. Untuk mengetahui Bagaimana seharusnya kepribadian guru dalam proses
belajar mengajar
Manfaat:
pengetahuan tentang syarat menjadi guru, peran guru dan kepribadian guru dalam
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Syarat Menjadi Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru merupakan salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan.
Hal ini dikarenakan guru merupakan titik sentral didalam tenaga kependidikan yang
berhubungan langsung dengan peserta didik sehingga dijadikan sebagai tauladan bagi
peserta didik. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh
kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didik melalui proses pembelajaran. Oleh
karena itu, untuk melaksanakan tugas sebagai guru, tidak sembarang orang dapat
menjalankannya. Sebagai seorang guru yang baik harus memenuhi berbagai
persyaratan. Menurut Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 terdapat lima syarat
menjadi seorang guru, yaitu:
4
3. Memiliki Sertifikat Pendidik, artinya harus memiliki sertifikat pendidik
yang ditandatangani oleh perguruan tinggi sebagi bukti formal telah
memenuhi standar profesi guru melalui proses sertifikasi.
4. Sehat Jasmani dan Rohani, artinya harus memiliki kondisi kesehatan fisik
dan mental yang memungkinkan guru dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik.
5. Memiliki Kemampuan untuk Mewujudkan Tujuan Pendidikan
Nasional, artinya harus ikut serta dalam mewujudkan tujuan pendidikan
nasional yaitu mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta
bertanggungjawab.
Didalam Undang-Undang No 12 Tahun 1954 yang dikutip oleh Ngalim
Purwanto (1995:139) tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah
untuk seluruh Indonesia, pada pasal 15 dinyatakan tentang guru sebagai berikut :
“Syarat utama untuk menjadi guru, selain ijazah dan syarat-syarat yang mengenai
kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberi
pendidikan dan pengajaran seperti yang dimaksud dalam pasal 3, pasal 4, dan pasal 5
undang-undang ini.”
1. Memiliki Ijazah
Ijazah merupakan dokumen pengakuan atas hasil belajar peserta didik dan
merupakan bukti penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah
5
melaksanakan ujian, dimana Ijazah juga dijadikan untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan berikutnya maupun untuk melamar suatu pekerjaan.
Kesehatan jasmani dan rohani yang baik merupakan syarat mutlak bagi
seorang guru. Menjadi seorang guru harus sehat jasmani, sehat rohani, dan
tidak boleh mempunyai cacat tubuh yang nyata. Karena jika seorang guru
memiliki masalah mengenai jasmani dan rohaninya akan dapat menggangu
proses pembelajaran sehingga ilmu yang akan ditransferkan kepada peserta
didik tidak akan maksimal.
Oleh karena itu, guru sebagai tauladan atau contoh yang baik bagi peserta
didik harus memiliki ketakwaan kepada Tuhan YME agar perilaku tersebut
dapat dicontoh oleh peserta didik.
6
4. Bertanggungjawab
Guru merupakan pihak atau komponen yang dipercaya oleh orang tua/wali
murid untuk mencerdaskan anak-anaknya sebagai peserta didik. Menjadi
seorang guru harus bertanggungjawab atas amanah yang telah diberikan
orang tua peserta didik berikan, yaitu dengan melakukan pembelajaran atau
transfer ilmu, menanamkan kepribadian baik, membantu peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar serta turut membina kurikulum sekolah.
5. Berjiwa Nasional
Indonesia memiliki keberagaman suku bangsa maupun adat istiadat.
Dengan adanya keberagaman tersebut maka harus memiliki rasa
nasionalisme tinggi, toleransi, dan saling gotong royong agar tidak terjadi
disintegrasi atau perpecahan didalam negara.
Dalam hal ini guru yang mempunyai jiwa nasional merupakan syarat yang
penting untuk mendidik peserta didik sesuai tujuan pendidikan dan
pengajaran yang terdapat didalam Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya
adalah membentuk manusia yang berjiwa pancasila serta
bertanggungjawab atas kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
1. Adil
Menjadi seorang guru harus memiliki sifat adil kepada seluruh peserta
didik. Tidak membedakan peserta didik baik dari fisik maupun
7
kemampuannya. Semua peserta didik sama dimata guru karena sama-sama
orang yang memiliki kemauan untuk menambah pengetahuan dengan
memberikan kepercayaan guru dalam memberikan tambahan pengetahuan
sehingga guru juga harus memberikan porsi yang sama dalam memberikan
pelayanan tersebut.
Perlakuan adil oleh seorang guru misalnya dalam hal pemberian nilai.
Seorang guru harus memberikan nilai sesuai dengan kemampuan peserta
didik, tidak dibuat-buat agar nilai tersebut menjadi baik padahal tidak
sesuai dengan kemampuannya (memasukkan unsur subjektif).
Guru yang menaruh prasangka buruk kepada peserta didik akan selalu
mengintai-intai perbuatan dan tingkah laku peserta didik dan tidak mau tau
bahwa mereka juga mempunyai kemauan sendiri.Seorang guru juga harus
memiliki rasa suka kepada peserta didik, tidak ada dendam maupun benci
karena hal itu dapat memunculkan subjektifitas guru kepada peserta didik,
misalnya dalam hal penilaian.
8
4. Memiliki Kewibawaan
Wibawa artinya mampu mengendalikan, mengatur, serta mengontrol
perilaku peserta didik. Kewibawaan sejati seorang guru adalah berdasarkan
kepribadiannya. Kepribadian tersebut diperoleh dari rasa tanggungjawab,
disiplin waktu, kerajinan memeriksa pekerjaan peserta didik, kesediaan
membimbing dan membantu kesulitan belajar peserta didik, kesabaran, dan
ketekunan. Guru dapat memelihara kewibawaannya dengan menjaga
adanya jarak sosial antara dirinya dengan peserta didik karena kewibawaan
akan mudah luntur apabila guru terlalu akrab dengan peserta didik.
5. Penggembira
Seorang guru hendaknya memiliki sifat suka tertawa dan memberikan
kesempatan untuk tertawa pada peserta didik agar peserta didik tidak
merasa tegang saat pelajaran dan tidak mudah bosan sehingga dapat
membangkitkan gairah peserta didik untuk lebih serius dan giat dalam
menerima pembelajaran.
9
dan memenuhi kebutuhannya. Sekolah akan menjadi asing apabila seorang
guru tidak dapat berinteraksi dengan masyarakat.
10
Dengan pengajaran yang baik maka ilmu pengetahuan yang diberikan akan terserap
dengan optimal oleh peserta didik. Menurut Wina Sanjaya (2006:95) terdapat dua
konsep dasar mengajar, yaitu:
a) Mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran
Siswa sebagai objek belajar, artinya siswa dianggap sebagai organisme pasif
yang belum memahami apa yang harus dipahami sehingga melalui proses
pengajaran mereka dituntut memahami segala sesuatu yang diberikan oleh
guru. Sebagai objek belajar, kesempatan siswa untuk mengembangkan
kemampuan sesuai dengan minat dan bakatnya, bahkan untuk belajar sesuai
dengan gayanya, sangat terbatas. Sebab, dalam proses pembelajaran
segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu, artinya proses
pengajaran berlangsung ditempat tertentu misalnya di kelas dengan
penjadwalan ketat sehingga siswa hanya belajar jika ada kelas yang telah
dipersiapkan sebagai tempat belajar. Waktu dalam pembelajaran juga
sangat ketat karena jika waktu belajar suatu materi pelajaran tertentu habis
maka siswa akan belajar materi lain sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
11
materi pelajaran yang disampaikan guru dengan menggunakan alat evaluasi
seperti tes hasil belajar tertulis yang dilakukan secara periodik.
Mengajar berpusat pada siswa, artinya mengajar tidak ditentukan oleh guru
tetapi ditentukan oleh siswa itu sendiri. Hendak belajar apa siswa dari topik
yang harus dipelajari, bagaimana cara mempelajarinya, bukan hanya guru
yang menentukan tetapi juga siswa. Sehingga guru dalam hal ini bertindak
sebagai fasilitator atau pihak yang membantu siswa untuk belajar. Oleh
karena itu, kritetia keberhasilan proses mengajar tidak diukur dari sejauh
mana siswa telah menguasai materi pelajaran, tetapi diukur dari sejauh
mana siswa telah melakukan proses belajar.
Siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa tidak dianggap sebagai organisme
pasif yang hanya sebagai penerima informasi, akan tetapi siswa dipandang
sebagai organisme aktif yang memiliki potensi untuk berkembang.
12
Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan, artinya pembelajaran tidak
hanya bertujuan untuk penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses
untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Oleh karena itu, penguasaan materi pelajaran bukan akhir dari
proses pengajaran tapi hanya sebagai tujuan antara untuk pembentukan
tingkah laku yang lebih luas.
Guru sebagai pengajar lebih menekankan pada tugas dalam merencanakan dan
melaksanakan pengajaran, yang juga memberikan arti bahwa guru pada umumnya
akan memberikan kriteria keberhasilan anak didiknya melalui nilai-nilai pelajaran
yang diajarkan setiap harinya. Dalam tugas ini guru dituntut untuk memiliki
seperangkat pengetahuan dan ketrampilan teknis mengajar, disamping menguasai
ilmu atau bahan yang akan diajarkannya. Dalam kegiatan pembelajaran guru
dijadikan sebagai fasilitator, artinya guru memfasilitasi peserta didik dalam
berlangsungnya proses pembelajaran guna memperoleh pengalaman belajar yang
nyata dan autentik. Selain itu guru juga sebagai motivator yang artinya guru harus
mampu menumbuhkan potensi yang terdapat pada peserta didik serta mengarahkan
agar mereka dapat memanfaatkan potensinya secara tepat sehingga peserta didik
dapat belajar dengan tekun untuk mencapai cita-citanya. Hal tersebut dilaksanakan
dengan memperlakukan peserta didik sebagai mitra dalam menggali serta mengolah
informasi menuju tujuan belajar mengajar yang telah direncanakan. Menurut
Suryosubroto (2002:9) tugas guru dalam proses belajar mengajar dapat
dikelompokkan kedalam tiga kegiatan, yaitu:
13
Perencanaan program mengajar
Menyajikan/melaksanakan pengajaran :
Menyampaikan materi
Melaksanakan evaluasi :
Dapat disimpulkan bahwa peran guru sebagai pengajar adalah proses guru
mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan merencanakan
pengajaran, melaksanakan pengajaran, dan melakukan evaluasi pengajaran.
14
konselor, tutor, instruktor, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. UU Nomor
20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat (2) menyebutkan bahwa guru sebagai pendidik
adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelejaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Menurut Slameto
(2010: 97) bahwa dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tuugas untuk
mendorong, membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi siswa untuk
mencapai tujuan.
15
2. Seorang guru hendaknya menyempurnakan sifat rabbaniahnya dengan
keikhlasan
7. Seorang guru harus mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai
proporsinya
10. Seorang guru dituntut untuk memiliki sikap adil terhadap seluruh anak
didiknya
Peran guru sebagai pendidik berkaitan dengan tugas guru yang memberikan
bantuan, dorongan, pengawasan, dan pembinaan dalam rangka mendisiplinkan agar
peserta didik patuh dan taat pada aturan, nilai, dan norma yang berlaku pada
lingkungan sekitarnya. Untuk membentuk peserta didik berkepribadian yang baik.
Seorang guru juga dituntut memiliki kepribadian yang baik pula. Seorang guru
dituntut untuk menjunjung kulaitas kepribadain yang baik meliputi jujur, disiplin,
tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun, percaya diri, wibawa, dan lain-lain.
Guru dituntut untuk memahami nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat dan
mengimplementasikannya dalam kehidupannya untuk dapat di contoh dan di ajarkan
pada peserta didiknya.
16
Peran guru sebagai pendidik erat kaitannya dengan pendidikan moral pada
peserta didik yang diampunya. Pendidikan moral juga erat kaitannya dengan
pembangunan karakter peserta didik tersebut. Menurut Gough (1998: 23) tujuan akhir
dari pembangunan karakter terjadi apabila setiap orang mencapai titik di mana
berbuat “baik” menjadi otomatis atau terbiasa. Seperti belajar keterampilan olahraga
melalui praktek berkelanjutan, secara moral tindakan tepat menjadi alami dan
konsisten.
Yang merupakan fase kognitif belajar tentang isu-isu moral dan bagaimana
mengatasinya
Yang merupakan dasar dari apa yang diyakini tentang dirimya sendiri dan
orang lain
17
Stoll dan Beller (1998: 21) menekankan, penalaran moral tidak menjanjikan
perubahan perilaku, tetapi merupakan komitmen pencarian jiwa individu dan refleksi
pribadi atas kepercayaan, nilai, dan prinsip-prinsip.
18
3. Mendorong peserta didik untuk mempunyai karakter baik dengan
penamanan moral yang baik
Samisih (2014: 64) Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat
di bedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan
konseling, Kejelasan gambaran tugas dapat memotivasi guru untuk berperan secara
aktif dalam kegiatan bimbingan dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas
terlaksananya kegiatan itu. Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar,
19
misalnya guru yang bersifat otoriter akan menimbulkan suasana tegang, hubungan
guru siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan kesulitan-
kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi terbatas. Oleh karena itu, guru
harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar – mengajar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses belajar mengajar sesuai
dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:
Dapat dikatakan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja
sama dengan stakeholder sekolah dalam proses pembelajaran. Namun guru kelas
yang juga berperan sebagai konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang
berkaitan dengan kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa, hal ini karena
20
tenaga guru kelas masih sangat terbatas, mengingat tugas selain mengajar juga
memberikan layanan dan bantuan kepada siswa sehingga pelayanan siswa dalam
jumlah yang cukup banyak tidak bisa dilakukan secara intensif, dan tidak mungkin
untuk dapat memberikan semua bentuk layanan seperti memberikan pengajaran
perbaikan untuk bidang studi tertentu, dan sebagainya. Di samping itu guru juga
mempunyai keterbatasan – keterbatasan dalam memberi bimbingan terhadap murid,
diantaraya:
Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang
bermacam-macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua
tugas itu.
Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi
ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam
masalah siswa.
21
Menurut Sanjaya (2006: 27) Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu
bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan. Artinya, tidak ada dua individu yang sama.
Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan tetapi pada
hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan, dan
sebagainya. Di samping itu setiap individu juga adalah mahluk yang sedang
berkembang. Irama perekembangan mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan
itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing. Membimbing siswa
agar menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka,
membimbing siswa agar dapat mencapai dann melaksanakan tugas-tugas
perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan
berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan
masyarakat. Seorang guru dan siswa seperti halnya seorang petani dengan
tanamannya.
Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berbuah dengan
menarik batang dan daunnya. Tanaman itu akan berbuag manakala ia memiliki
potensi untuk berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah. Tugas
seorang petani adalah menjaga agar tanamn itu tumbuh dengan sempurna, tidak
terkena hama penyakit yang dapat menyebabkan tanaman tidak berkembang dan
tidak tumbuh dengan sehat yaitu dengan cara menyemai, menyiram, memberi pupuk,
dan memberi ibat pembasmi hama. Demikian juga halnya dengan seorang guru. Guru
tidak dapat memaksa agar siswanya jadi “itu” atau jadi “ini”. Siswa akan tumbuh dan
berkembang menjadi seorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Tugas
guru adalah menjaga, mengarahkan, dan membimbing agar siswa tumbuh dan
berkembang sesuai dengan potensi, minat, dan bakatnya. Inilah makna peran sebagai
pembimbing.
Menurut Sanjaya (2006: 27) beberapa hal yang harus diperhatikan guru sebagai
pembimbing yang baik:
22
1. Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya.
Misalnya pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman
tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak. Pemahaman ini sangat
penting artinya, sebab akan menentukkan teknik dan jenis bimbingan yang
harus diberikan kepada mereka
Menurut Sutikno (2007) Strategi guru dalam memotivasi belajar siswa yaitu:
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semanagat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Disamping itu, siswa
23
yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang
berprestasi,
3. Saingan/kompetisi
4. Pujian
5. Hukuman
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
24
4. Peran Guru Sebagai Tenaga Profesional
Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi (UU RI No. 14 tahun 2005).
25
berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran
yang berperan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
26
dan jaminan kesejahteraan sosial; (b) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai
dengan tugas dan prestasi kerja; (c) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan
tugas dan hak atas kekayaan intelektual; (d) Memperoleh kesempatan untuk
meningkatkan kompetensi; (e) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana
pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan; (f) Memiliki
kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan, dan/ atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan,
kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan; (g) Memperoleh rasa aman dan
jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas; (h) Memiliki kebebasan untuk
berserikat dalam organisasi profesi; (i) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam
penentuan kebijakan pendidikan; (j) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan
dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan / atau (k) Memperoleh
pelatihan dan pengembangan. profesi dalam bidangnya.
27
memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan menghargai serta
mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi
guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan
sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual
diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan
moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang
perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.
Soetjipto (2004) peran guru yang profesional atau tenaga kependidikan adalah:
(1) Tenaga kependidikan sebagai pendidik dan pengajar yakni tenaga kependidikan
yang harus memiliki kesetabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersifat
realistas, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap perkembangan, terutama inovasi
pendidikan; (2) Tenaga kependidikan sebagai anggota masyarakat, untuk itu harus
menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia
dan sebagai anggota masyarakat harus memiliki keterampilan membina kelompok,
keterampilan bekerja sama; (3) Tenaga kependidikan perlu memiliki kepribadian
menguasai ilmu kepemimpinan menguasai prinsif hubungan manusia, teknik
berkomunikasi serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang ada di
sekolah; dan (4) Tenaga kependidikan sebagai pengelola proses pembelajaran yakni
tenaga kependidikan yang harus mampu dan menguasai berbagai metode mengajar
dan harus mampu menguasai situasi pembelajaran di dalam kelas maupun di luar
kelas.
Jadi, guru sebagai tenaga profesional adalah guru harus memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran secara efektif,
efisien agar mampu meningkatkan martabat dan perannya.
28
Pendidikan akan terus berkembang dan mengikuti perubahan zaman.
Diperlukan seseorang yang mampu untuk mengembangkan pembaharuan atau inovasi
dalam dunia pendidikan tersebut. Guru merupakan seseorang yang memiliki
pengalaman langsung dengan peserta didik karena itu guru akan lebih mengetahui apa
yang dibutuhkan oleh peserta didik. Bagaimanapun juga guru memiliki peran yang
sangat strategis untuk melakukan pembaharuan dalam pendidikan.
Guru sebagai penerus inovasi dari kepala sekolah memiliki tugas utama untuk
melancarkan jalannya arus inovasi dari pengusaha pembaharu ke klien. Fungsi utama
agen pembaharu adalah sebagai penghubung antara pengusaha pembaharu (change
agency), dengan klien (client), dengan tujuan agar inovasi dapat diterima (diterapkan
oleh klien sesuai dengan keinginan pengusaha pembaharu (Ibrahim, 1988: 102).
Keberhasilan dari invoasi itu tergantung dari komunikasi dari agen pembaharu
dengan klien.
Zaltman dalam Ibrahim (1988: 102), ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh
agen pembaharu dalam usaha memantapkan hubungan dengan klien yaitu: (1) Di
mata klien seorang agen pembaharu harus mampu dan secara resmi mendapat tugas
untuk membantu klien dalam usaha meningkatkan kehidupannya atau memecahkan
masalah yang dihadapinya, (2) Harus diusahakan terjadinya pertukaran informasi
tentang hal-hal yang diharapkan akan dicapainya dalam proses perubahan (inovasi)
antara agen pembaharu dengan klien dan (3) Perlu diusahakan adanya sanksi yang
tepat terhadap target perubahan yang akan dicapai.
Peranan guru sebagai agen pembaharu dimulai dari dalam dirinya sendiri,
proses pembaharuan dilakukan dengan merubah cara pandangnya dalam proses
pendidikan atau pembelajaran. Perubahan ini terwujud dengan adanya kesadaran
berubah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru. Seperti mengetahu
inovasi-inovasi pembelajaran terbaru dan menerapkannya dalam proses
29
pembelajaran. Ketika perubahan dalam dirinya sudah berhasil kemudian dapat
melakukan proses perubahan dengan teman sejawat, kelompok guru, dan sekolah.
Peran guru sebagai agen pembaharu diantaranya adalah bagaimana menerjemahkan
idealisme pendidikan ke dalam praktek di kelas sehingga peserta didik dapat
memahami. Selain itu seringkali dalam proses pembelajaran timbul masalah baru
sehingga guru dituntut untuk mampu melakukan action research untuk menjawab
masalah tersebut.
Peranan guru sebagai agen perubahan dapat diidentifikasi sebagai berikut: (a)
menumbuhkan kebutuhan dalam diri peserta didik, (b) membangun hubungan
pertukaran informasi, (c) mendiagnosa masalah peserta didik, (d) menumbuhkan niat
berubah pada peserta didik, (e) menerjemahkan niat peserta didik ke dalam tindakan,
(f) menstabilkan adopsi dan mencegah diskontinu adopsi dan (g) mencapai hubungan
terminal dengan peserta didik(yaitu ketika peserta didik berubah menjadi agen
perubahan). Dengan demikian, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi
pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memiliki peran yang sangat
besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa keterlibatan guru, maka
sangat mungkin inovasi yang dilakukan tidak akan berjalan bahkan akan
memunculkan resistensi karena guru menganggap inovasi tersebut bukan miliknya
yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya dianggap mengganggu ketenangan dan
kelancaran tugas mereka.
30
masyarakat dalam pendidikan adalah guru diharapkan mampu berkerjasama dengan
semua unsur masyarakat demi kelancaran pembelajaran dan untuk melaksanakan
prinsip belajar. Dalam pemberdayaan sistem pendidikan nasional, guru harus
berperan aktif, karena guru termasuk dalam komponen utama sistem pendidikan
nasional. Peran guru dalam meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan diharapkan
guru mampu memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
serta kemampuan peserta didik. Untuk mengefektifkan jaminan mutu pendidikan,
guru dalam melakasanakan pembelajaran senantiasa terus berkiblat pada standar mutu
yang harus dicapai oleh peserta didik.
31
Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas guru
adalah: (a) melakukan diskusi kolegial tentang pengembangan penguasaan
konsep-konsep keilmuan dan perkembangan teknologi terkini; (b)
melakukan penyusunan bahan ajar atau modul dan melakukan pelatihan
penggunaan multi media berbasis IT; (c) melakukan kegiatan penelitian
tindakan kelas; (d) melibatkan guru dalam proses evaluasi diri sekolah
(school self evaluation); dan (e) memberikan masukan tentang penerapan
metode pembelajaran yang menegakkan pilar-pilar pembelajaran, yaitu:
learning to know, learning to do, learning together, dan learning to be. .
32
Jadi, guru sebagai pembaharu adalah guru memiliki tugas memberikan
informasi, mempercepat terjadinya penyebaran inovasi, sebagai komunikator, dan
membantu peserta didik untuk menerima pengetahuan dengan bahasa yang mudah
dimengerti.
1. Berwibawa
Wibawa adalah sifat yang memperlihatkan kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan daya
tarik. Guru yang berwibawa berarti guru yang dapat membuat siswanya terpengaruhi
oleh tutur katanya, pengajarannya, patuh kepada nasihatnya, dan mampu menjadi
magnet bagi siswanya sehingga siswanya akan terkesima dan tekun menyimak
pengajarannya.
33
“Barang siapa melihatnya sepintas, ia akan tampak berwibawa. Dan barang siapa
mengenal dan bergaul dengannya, niscaya ia akan menyukainya. [HR.at-Turmudzi]
Apabila jam istirahat sudah habis, bel tanda masuk sudah berbunyi. Anak-
anak memasuki kelas masing-masing untuk mengikuti pelajaran berikutnya. Namun
sebagian anak-anak masih tetap berada diluar kelas, ternyata anak-anak yang diluar
guru yang mengajar pada kelas tersebut berhalangan hadir, sehingga mereka bebas
bermain diluar. Aktivitas anak-anak yang sedang bermain dihalaman segera terhenti
dan mereka semua berlarian masuk ke kelas ketika mereka melihat seorang guru
yang berjalan melewatinya.
Apa yang terjadi? Bukankah guru itu belum mengucapkan sepatah kata pun
untuk melarang mereka bermain? dia juga tidak menghardik dan menyuruh mereka
untuk masuk kelas. Lalu mengapa anak-anak segera sadar dan langsung berlarian
masuk ke kelas mereka?
Ya, tidak lain disebabkan kehadiran fisik guru sudah mampu menjadi bahasa
tersendiri, yakni bahasa peraturan. Fisik guru itu telah mampu berbicara kepada anak-
anak dan mengingatkan mereka tentang apa yang boleh diperbuat dan apa yang tidak
boleh dilakukan. Guru itu tidak perlu memperlihatkan wajah marah untuk
mengingatkan mereka. Ia juga tidak membutuhkan kata-kata untuk menyuruh anak-
anak masuk kelas. Ia hanya butuh satu senyuman untuk membuat anak-anak
menyadari kesalahan-kesalahannya. Dengan melihat senyuman itu, anak-anak seolah-
olah mendengar guru berkata, “Bel tanda masuk sudah dibunyikan, ayo, segeralah
masuk kelasmu, isi waktumu untuk membaca”. Dan anak-anak pun segera
berhamburan masuk ke kelas mereka.
Itulah gambaran sederhana tentang wibawa seorang guru. Guru yang berwibawa
tidak perlu mengeluarkan banyak energi untuk menegur dan menyuruh anak. Ia juga
tidak perlu mengeluarkan suara keras untuk menyuruh anak masuk kelas. Ia hanya
butuh senyuman dan satu kalimat yang diucapkan dengan pelan saja. Bahkan,
kadang-kadang guru yang berwibawa tidak perlu satu senyuman atau satu kalimat
34
pun. Kehadiran fisik mereka saja sudah mampu mengembalikan suasana penuh
pelanggaran menjadi kondisi yang penuh ketaatan pada peraturan.
Jadi, semakin tinggi wibawa seorang guru di mata para siswa, semakin ringanlah
pekerjaannya. Dia tak perlu berteriak-teriak ketika siswanya membuat gaduh. Cukup
dengan menghadirkan dirinya di hadapan siswa-siswanya yang melakukan
pelanggaran, siswa-siswanya akan berhenti dengan sendirinya.
35
Bertindak sesuai dengan norma hukum
Bertindak sesuai dengan norma sosial
Memiliki konsisten dalam bertindak
b. Kepribadian berakhlak mulia:
Berakhlak mulia dan menjadi teladan
Memiliki perilaku yang diteladani oleh peserta didik.
36
Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
37
Dengan demikian dapat diambil suatu pandangan bahwa: Secara konseptual
guru yang diharapkan adalah sosok guru yang ideal diidamkan oleh setiap pihak yang
terkait. Berikut akan dijabarkan profil guru yang ideal dilihat dari berbagai sudut
pandang:
Menurut peserta didik, guru ideal adalah guru yang dapat dijadikan sebagai
sumber motivasi belajar, sumber keteladanan, ramah dan penuh kasih sayang. Guru
adalah mitra anak didik dalam kebaikan. Kalau kita mencermati kata keteladanan,
kita pasti ingat dengan istilah guru yaitu digugu dan ditiru. Maksudnya, seorang guru
seyogyanya harus dapat menjadi teladan, memberi contoh yang baik bagi murid-
muridnya dan lingkungan masyarakat pada umumnya. Sebagai teladan guru harus
memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupannya
adalah figur bagi anak didik dan masyarakat. Guru ideal adalah guru yang tidak
materialistis. Artinya guru dalam perlakuannya terhadap anak didik tidak
membedakan murid yang kaya dan miskin. Selain itu guru juga tidak pilih kasih dan
obyektif dalam segala hal, dapat menjawab pertanyaan secara gamblang, jelas dan
mudah diterima. Guru dalam penampilannya rapi, tidak lusuh, tapi juga tidak terlalu
berlebihan sehingga murid merasa nyaman saat melihatnya. Sedikit saja guru berbuat
yang tidak baik atau kurang baik, akan mengurangi kewibawaannya dan kharisma
pun secara perlahan lebur dari jati diri.
Menurut orang tua, guru yang diharapkan adalah sosok yang dapat menjadi
mitra pendidik bagi siswa. Di sini orang tua memiliki harapan pada guru agar mereka
dapat menjadi orang tua kedua di sekolah. Selain itu, guru ideal bagi orang tua yaitu
guru yang dapat berkomunikasi baik dengan orang tua mengenai perkembangan
prestasi belajar anak didik dan juga dapat memberikan solusi atau jalan keluar bagi
anak didik yang mengalami masalah atau problem dalam belajar, sosialisasi dengan
teman, adaptasi dengan lingkungan dan juga masalah perkembangan anak. Orang tua
38
merupakan bagian dari masyarakat. Masyarakat akan melihat dan menilai perbuatan
guru, bagaimana guru meningkatkan kualitas layanan pendidikannya dan bagaimana
guru memberi arahan serta dorongan kepada peserta didiknya.
Menurut pemerintah, guru yang ideal yaitu guru yang dapat dituntut untuk
profesional dan proposional sebagai unsur penunjang kebijakan pemerintah terutama
di bidang pendidikan. Guru yang profesional adalah guru yang dapat menempatkan
dirinya pada profesinya. Guru adalah orang yang profesional, artinya secara formal
mereka disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka
dididik secara khusus memperoleh kompetensi sebagai guru, yaitu meliputi
pengetahuan, keterampilan, kepribadian, serta pengalaman dalam bidang pendidikan.
Kompetensi mengacu pada kemampuan menjalankan tugas-tugas pelayanan
pendidikan secara mendiri. Kemampuan yang dimaksud berbentuk perbuatan
nampak, yang dapat diamati, dan dapat diukur. Perbuatan yang nampak tersebut
didasari antara lain oleh pengetahuan, asas, konsep, prosedur, teknik, keputusan,
pertimbangan, wawasan, sikap serta sifat-sifat pribadi. Selain itu dilihat dari tingkat
pengetahuan, guru hendaknya memiliki wawasan yang luas, mampu menguasai
semua metode pembelajaran yang secara psikologis dapat diterima muridnya.
Seorang guru mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan anak didik. Guru
tidak hanya dituntut mampu melakukan transformasi seperangkat ilmu pengetahuan
kepada peserta didik (cognitive domain) dan aspek keterampilan (pysicomotoric
domain), akan tetapi juga mempunyai tanggung jawab untuk mengajarkan dan
mendidik hal-hal yang berhubungan dengan sikap (affective domain).
39
40
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Syarat menjadi seorang guru adalah harus memiliki ijazah, sehat jasmani dan
rohani, takwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik, bertanggungjawab,
berjiwa nasional.
3. Peran guru sebagai pendidik adalah upaya yang dilakukan guru dalam
menamanamkan pendidikan karakterdan penalaran moral yang sesuai dengan
nilai dan norma dalam masyarakat dalam proses pembelajaran.
5. Guru sebagai tenaga profesional adalah guru harus memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran secara
efektif, efisien agar mampu meningkatkan martabat dan perannya.
41
B. SARAN
Dengan adanya tugas dan peranan guru dalam dunia pendidikan khususnya
dalam proses belajar mengajar diharapkan guru dapat mengetahui serta menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan diharapkan terjalin hubungan antara
peserta didik sebagai subjek dan objek pembelajaran sehingga tujuan pendidikan
mudah tercapai.
42
DAFTAR REFERENSI
An Nahlawi, Abdurarahman. 1995. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Pers.
http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/07/kepribadian-guru/
http://garduguru.blogspot.com/2010/02/ciri-guru-dengan-kepribadian-matang.html
http://tanbihun.com/pendidikan/kompetensi-kepribadian-guru/
Lumpkin, A., Stoll, S. K., & Beller, |. M. 2003. Sport Ethics: Applications for
Fair Play (3rd ed.). Boston: Mc-Graw-Hill.
43
Samsih. 2014. Peran Guru Kelas Dalam Menangani Kesulitan Belajar Siswa
Sekolah Dasar Melalui Layanan Bimbingan Konseling. Jurnal Ilmiah Mitra
Ganesha, ISSN: 2356-3443 Vol. No. 1 Juli 2014. Surakarta: FKIP UTP Surakarta.
44