Anda di halaman 1dari 26

‫اِإل ْعالَ ُل‬

(AL-I’L A L)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sharaf III
Dosen Pengampu : Tri Yanti Nurul Hidayati, S.S., M.A

Disusun Oleh Kelompok 11


1. Devie Ernita Putri (B0519011)
2. Farida Apriliani (B0519017)
3. Muh. Saiful Mukminin (B0519037)
4. Nilna Dati Layyina (B0519045)
5. Zufar Alfaruqi (B0519064)

PROGAM STUDI SASTRA ARAB


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Al-
I’lal.”
Makalah ini berisikan informasi mengenai pengertian al-I’lal dan pembagian jenis-jenis
al-I’lal. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada para pembaca.
Atas dukungan materi yang telah diberikan, kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing mata kuliah Sharaf III, Ibu Triyanti Nurul Hidayati, S.S, M.A. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyususnan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Surakarta, 25 November 2020

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengertian Al-I’lal...........................................................................................................5
1. Pengertian Al-I'lal secara Terminologis ……………………………..…………………5
2. Pengertian Al-I'lal secara Etimologis ………………………………………………………..5
B. Pembagian Jenis-Jenis Al-I’lal........................................................................................6
1. Penghapusan (Hadzfu) …………………………………………………………………….…..……..… 6
2. Penggantian (Qalb) …………………………………………….………………..……………. 10
3. Pen-sukun-an (Taskin) ……………………………………………………………….………. 17
4. Kaidah Al-I'lal pada Huruf Hamzah …………………………………………..………….. 21
BAB III.....................................................................................................................................25
PENUTUP................................................................................................................................25
A. Simpulan.......................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Menurut istilah linguistik umum, istilah sharaf memiliki kesepadanan dengan
istilah ‘morfologi’. Morfologi adalah bidang kajian ilmu linguistik yang mempelajari
morfem dan kombinasi-kombinasinya (Kridalaksana, 1982:159). Adapun sharaf
merupakan ilmu yang mengkaji berbagai macam bentuk perubahan kata dan asal usul
kata. Sehingga, sharaf merupakan ilmu pertama yang perlu dipelajari apabila hendak
memulai mempelajari bahasa Arab.
Dalam kaidah ilmu sharaf, terdapat banyak ketentuan dan kaidah yang mengatur
perubahan dan asal kata. Salah satu dari sekian banyak kaidah dalam ilmu sharaf yaitu
al-I’lal. Al-I’lal merupakan kaidah dalam ilmu sharaf yang mengkaji tentang huruf ‘illat.
Huruf ‘illat (‫ ي‬،‫ و‬،‫ )أ‬merupakan objek kajian dalam kaidah al-I’lal. Al-I’lal menjelaskan
mengenai penghapusan, penggantian, dan pen-sukun-an terhadap huruf ‘illat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut, perumusan masalah dalam
makalah ini meliputi :
1. Apa itu pengertian al-I’lal?
2. Apa saja pembagian jenis-jenis al-I’lal?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian al-I’lal.
2. Untuk mengetahui pembagian jenis-jenis al-I’lal.

BAB II
PEMBAHASAN

4
A. Pengertian Al-I’lal
1. Pengertian Al-I’lal Secara Etimologis

‫ اِإل ْعاَل ُل‬merupakan ‫ص َدٌر‬ ِ


Secara etimologis kata bentuk ْ ‫ ا ْس ٌم َم‬atau kata kerja

infinitif yang berasal dari kata ‫ ِإ ْعاَل ٌل‬- ‫عِل‬


ُّ ُ‫َل – ي‬
َّ ‫( َأع‬Marwan, 1999:149). Dalam

Kamus al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, kata َّ ‫ َأع‬memiliki


‫َل‬ makna "‫بِعِلَّ ٍة‬ ُ‫"َأص ابَه‬
َ
yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “menimpakan suatu
penyakit” (Ma’luf, 1986:523).

2. Pengertian Al-I’lal Secara Terminologis


Para ahli gramatika bahasa Arab memberikan beberapa pengertian al-I’lal.
Beberapa pengertian al-I’lal adalah sebagai berikut.
ِ ‫ف حر‬
.ُ‫ َْأو تَ ْس ِكْينُه‬،‫ َْأو َق ْلبُِه‬،‫ف العِلَّ ِة‬ ْ َ ُ ‫اِإل ْعاَل ُل ُه َو َح ْذ‬
Al-I’lal adalah menghapus, mengganti, atau men-sukun-kan huruf ‘illat (Al-

Ghulayaini, 1912:104).

.‫آخُر ىِف ال َكلِ َم ِة‬ ٍ ِ ُ ‫ف ِعلَّ ٍة حَم ِّل حر‬


َ ‫ف علَّة‬ َْ َ ُ ‫ف العِلَّ ِة َْأو َأ ْن حُيِ َّل َح ْر‬ َ ‫اِإل ْعاَل ُل ُه َو َأ ْن حَيْ َذ‬
ُ ‫ف َح ْر‬
Al-I’lal adalah menghapus harf ‘illat atau memposisikan huruf ‘illat dengan
huruf ‘illat yang lain dalam sebuah kata (Ni’mah, Tt.:90).
ِ ِِ ‫ِ ِإ‬ ِ ِ ْ ‫ف العِلَّ ِة لِلت‬ ِ
ُ ‫ ال َق ْل‬:ٌ‫ َْأو َح ْذفِه فَُأْن َواعُ هُ ثَاَل ثَة‬،‫ َْأو ْس َكانه‬،‫َّخفْي ف َوبَِق ْلبِه‬
،‫ب‬ ْ ‫اِإل ْعاَل ُل ُه َو َت ْغيْي ٌر ح‬
ُ ‫َر‬

ُ ‫ واحلَ ْذ‬،‫َواِإل ْس َكا ُن‬


.‫ف‬
Al-I’lal adalah perubahan huruf ‘illat dengan tujuan meringankan (dalam hal
pelafalan) dengan cara mengganti, men-sukun-kan, dan menghapus huruf ‘illat
tersebut. Sehingga, al-I’lal memiliki tiga jenis: penggantian, pen-sukun-an, dan
pembuangan (Al-Hamawali, Tt.:200).

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa al-I’lal adalah


proses penghapusan/pelesapan/elipsis ( ُ‫)ال َح ْذف‬, penggantian/inversi ( ُ‫)القَ ْلب‬, dan pen-
sukun-an/pemberian harakat sukun ( ُ‫ )التَّ ْس ِكيْن‬pada huruf ‘illat (‫ ي‬،‫ و‬،‫ )أ‬dengan tujuan

5
meringankan dalam hal pelafalan. Adapun contoh penghapusan/pelesapan (elipsis)

ُ ‫ َي ِر‬yang asalnya adalah ‫ث‬


seperti pada kata ‫ث‬ ُ ‫يَ ْو ِر‬, penggantian (inversi) seperti pada

kata ‫ قَا َل‬yang asalnya adalah ‫ قَ َو َل‬, dan pen-sukun-an (pemberian harakat sukun)

seperti pada kata ‫ش ْي‬


ِ ‫ يَ ْم‬yang asalnya adalah ‫ش ُي‬
ِ ‫ َي ْم‬.
Dalam kajian linguistik umum, istilah al-I’lal dapat disepandankan dengan
istilah vocalization atau vokalisasi (Al-Khuli, 1982:303). Vokalisasi merupakan
perubahan konsonan menjadi vokal (Kridalaksana, 1982:257).

B. Pembagian Jenis-Jenis Al-I’lal


Berdasarkan proses pembentukannya al-I’lal dibagi menjadi tiga proses, yaitu
penghapusan/pelesapan (elipsis), penggantian (inversi), dan pen-sukun-an (pemberian
harakat sukun).

1. Penghapusan/Pelesapan/Elipsis (‫ف‬
ُ ‫)الح ْذ‬
َ
Dalam istilah linguistik, proses penghapusan ( ُ‫ )ال َح ْذف‬memiliki dua kesepadanan
istilah, yaitu elipsis (Hadi, 2018:42) dan pelesapan (Hadi, 2018:134). Elipsis adalah
peniadaan kata atau satuan lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks
bahasa atau konteks luas bahasa (Kridalaksana, 1982:57). Sedangkan pelesapan
(deletion) adalah proses penghilangan suatu bagian dari sebuah konstruksi
(Kridalaksana, 1982:176).
Dalam kaidah al-I’lal, yang dimaksud proses penghapusan yaitu menghapus
atau membuang huruf ‘illat (‫ ي‬،‫ و‬،‫)أ‬. Proses penghapusan huruf ‘illat terjadi pada tiga

keadaan, yaitu:
a. Apabila terdapat huruf ‘illat yang berupa mad, bertemu dengan harakat
sukun setelahnya. Penghapusan huruf ‘illat tersebut bertujuan untuk mencegah
bertemunya dua sukun.
Contoh :

Penghapusan huruf ‘illat mad berupa huruf alif (‫ )ا‬yaitu‫ف‬


ْ ‫ َخ‬.
Proses Asal Kata 1 2
Kaidah - Fi’il amr dibentuk Huruf ‘illat mad
dari fi’il mudhari’ berupa huruf alif

6
dengan membuang dihapus bertujuan
huruf mudhara’ah untuk mencegah
diawalnya dan men- bertemunya dua
sukun-kan huruf sukun.
akhirnya (Marwan,
1999:13).
Hasil ‫اف‬
ُ ‫تَ َخ‬ ‫ف‬
ْ ‫َخا‬ ‫ف‬
ْ ‫َخ‬
Arti Kamu (laki-laki) takutlah!

Penghapusan harf ‘illat mad berupa huruf ya’ (‫ )ي‬yaitu ‫بِ ْع‬.

Proses Asal Kata 1 2


Kaidah - Fi’il amr dibentuk Harf ‘illat mad
dari fi’il mudhari’ berupa huruf ya’
dengan membuang dihapus bertujuan
huruf mudhara’ah untuk mencegah
diawalnya dan men- bertemunya dua
sukun-kan huruf sukun.
akhirnya (Marwan,
1999:13).
Hasil ‫تَبِْي ُع‬ ‫بِ ْي ْع‬ ‫بِ ْع‬
Arti Kamu (laki-laki) jualah!

Penghapusan harf ‘illat mad berupa huruf wawu (‫ )و‬yaitu ‫قُ ْم‬.
Proses Asal Kata 1 2
Kaidah - Fi’il amr dibentuk Harf ‘illat mad
dari fi’il mudhari’ berupa huruf
dengan membuang wawu dihapus
huruf mudhara’ah bertujuan untuk
diawalnya dan men- mencegah
sukun-kan huruf bertemunya dua
akhirnya (Marwan, sukun.
1999:13).
Hasil ‫تَ ُق ْو ُم‬ ‫قُ ْو ْم‬ ‫قُ ْم‬
Arti Kamu (laki-laki) bangunlah!
Namun terdapat beberapa pengecualian, yaitu:

7
1. Apabila sukun setelah huruf ‘illat di-idgham-kan, maka tidak dihapus. Hal
tersebut disebabkan idhgam menjadikan dua huruf seperti satu huruf

ُّ ‫يُ َش‬-َّ‫ َشاد‬yang asalnya ‫يُ َشا ْد ُد‬-‫َشا ْد َد‬


berharakat. Contoh: ‫اد‬

2. Apabila terdapat huruf mati sesudah huruf ‘illat berharakat karena suatu
hal (huruf alif lam), maka harakat tersebut tetap dianggap sukun sehingga
huruf ‘illat tidak dimunculkan. Contoh: ‫ق‬ َ ‫(قُ ِل‬katakanlah kebenaran!)
َّ ‫الح‬
dan َ ‫ف هّللا‬
ِ ‫( َخ‬takutlah kepada Allah!).

ْ‫َخفْ ← َخاف‬
ِ ‫ف ← َخا‬
‫ف‬ ِ ‫َخ‬
b. Apabila berupa fi’il ma’lum mitsal wawi dari wazan ‫ِل‬
ُ ‫( َي ْفع‬yaf’ilu), maka

‘ain fi’il mudhari’ di-kasrah-kan, serta menghapus fa’ dari fi’il mudhari’ dan
fi’il amr. Contoh :
Fi’il mudhari
Asal Proses al-I’lal Arti

‫يَ ْو َج ُد‬ ‫يَ ِج ُد‬ Dia (laki-laki) sedang


mendapatkan

‫يَ ْو ِع ُد‬ ‫يَِع ُد‬ Dia (laki-laki) sedang


berjanji

‫يَ ْو َج ُد ← يَ ْو ِج ُد ← ي ُِج ُد‬


Fi’il amr
Asal Proses al-I’lal Arti

‫اِ ْو ِج ْد‬ ‫ِج ْد‬ Kamu (laki-laki)


dapatilah

‫اِ ْو ِع ْد‬ ‫ِع ْد‬ Kamu (laki-laki)


berjanjilah

8
Apabila berbentuk isim mashdar, maka yang sama juga berlaku. Pada
Isim mashdar yang dibentuk dengan huruf ta’ marbuthah (‫)ة‬, dihilangkan juga

huruf ‘illat-nya, seperti ٌ‫ع َدة‬


ِ . Apabila ta’ marbuthah dihilangkan, maka huruf

‘illat dimunculkan kembali menjadi ‫ع ٌد‬


ْ ‫ َو‬. Selain itu, tidak boleh memunculkan

kedua huruf tersebut (huruf ‘illat dan ta’ marbuthah) secara bersamaan seperti

ٌ‫ َو ْع َدة‬kecuali untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti menunjukkan makna


frekuensi atau macam.
Apabila berbentuk fi’il majhul, maka huruf ‘illat tidak dihapus, seperti ‫يُ ْو‬

‫ َع ُد‬dan ‫ يُ ْو َج ُد‬. Hal demikian juga berlaku pada fi’il mitsal ya’i seperti – ‫س َر‬
َ َ‫ي‬
ِ ‫ يَ ْي‬dan fi’il mitsal wawi yang mengikuti wazan ‫ يَ ْف َع ُل‬seperti ‫يَوْ َج ُل‬.
‫س ُر‬

c. Apabila berupa fi’il mu’tal akhir (‘ain fi’il-nya berupa huruf ‘illat), maka:
1. Menghapus huruf akhir (yang berupa huruf ‘illat) pada fi’il amr yang
berbentuk mufrad mudzakar. Contoh: ‫اِرْ ِم‬.
Proses Asal Kata 1 2 3
Kaidah - Fi’il amr Apabila Huruf
dibentuk dari setelah huruf ‘illat
fi’il mudhari’ mudhara’ah pada fi’il
dengan terdapat huruf amr
membuang yang mufrad
huruf berharakat mudzaka
mudhara’ah sukun, maka r dihapus
diawalnya ditambahkan karena
dan men- huruf hamzah dibentuk
sukun-kan diawalnya dari fi’il
huruf (Marwan, mu’tal
akhirnya 1999:13) akhir.
(Marwan,
1999:13).
Hasil ‫تَ ْر ِمي‬ ‫ْر ِمي‬ ‫ ِمي‬+‫اِ ْر‬ ‫اِ ْرِم‬
Arti Kamu (laki-laki) lemparlah!

2. Pada fi’il mudhari’ majzum yang tidak bersambung dengan kata


setelahnya, maka huruf ‘illat juga dihapus. Penghapusan tersebut

9
menunjukkan status mabniy dengan tanda sukun pada fi’il amr dan i’rab
sukun pada fi’il mudhari’. Contoh: ‫لَ ْم يَرْ ِم‬.
Susunan Hasil Kaidah Arti
Asal

‫َم َي ْر ِم ْي‬
ْ‫ل‬ ‫َم َي ْرِم‬
ْ‫ل‬
Dalam kaidah al-I’lal, Dia (laki-laki)
huruf ‘illat dihapus pada tidak melempar
fi’il mudhari majzum yang
berbentuk fi’il mu’tal
akhir apabila tidak
bersambung dengan kata
setelahnya. Sedangkan
dalam kaidah ilmu nahwu,
penghapusan huruf ‘illat
merupakan tanda status
majzum pada fi’il
mudhari’ (Ni’mah,
Tt.:141).

2. Penggantian/Inversi (‫ْب‬
ُ ‫)ال َقل‬
Dalam istilah linguistik, proses penggantian ( ُ‫ )القَ ْلب‬memiliki kesepadanan
dengan istilah ‘inversi’ (Syamsul Hadi, 2019:70). Inversi merupakan proses
perubahan urutan bagian-bagian kalimat (Kridalaksana, 1982:96). Dalam kaidah al-
I’lal, yang dimaksud proses penggantian yaitu mengganti huruf ‘illat (‫ ي‬،‫ و‬،‫ )أ‬dengan
salah satu dari ketiga huruf ‘illat tersebut. Proses penggantian huruf ‘illat terjadi pada
keadaan-keadaan sebagai berikut.
a. Huruf wawu (‫ )و‬dan ya (‫ )ي‬diganti menjadi huruf alif (‫)ا‬
Huruf wawu (‫ )و‬dan ya (‫ )ي‬diganti dengan huruf alif (‫ )ا‬apabila kedua
huruf tersebut berharakat asli dan huruf sebelumnya berharakat fathah. Contoh:
Huruf wawu (‫ )و‬diganti dengan huruf alif (‫)ا‬
Asal Kata Kaidah al-I’lal Arti

‫َد َع َو‬ ‫َد َعا‬ Dia (laki-laki) telah


memanggil

10
‫قَ َو َل‬ ‫قَا َل‬ Dia (laki-laki) telah
berkata

Huruf ya (‫ )ي‬diganti dengan huruf alif (‫)ا‬


Asal Kata Kaidah al-I’lal Arti

‫َر َمي‬ ‫َر َمى‬ Dia (laki-laki) telah


melempar

‫بَيَ َع‬ ‫ع‬ Dia (laki-laki) telah


َ ‫بَا‬
menjual

Namun, terdapat beberapa pengecualian dimana huruf wawu dan ya’


dalam keadaan diatas tidak diganti dengan huruf alif, yaitu:
1) Apabila keduanya menempati posisi ‘ain kalimat dan huruf setelahnya
bukan huruf asli dalam keadaan mati (berharakat sukun).
Contoh: ٌ‫( بَيَان‬penjelasan) dan ‫( طَ ِو ْي ٌل‬panjang)
2) Apabila keduanya menempati posisi lam kalimat dan huruf setelahnya
berupa huruf alif atau ya’ bertasydid.

ٌّ ‫( َعلَ ِو‬tingkat atas) dan ‫( َر َميَا‬mereka berdua (laki-laki) telah


Contoh: ‫ي‬
melempar)
3) Apabila keduanya merupakan ‘ain fi’il dari fi’il lafif maqrun yang
mengikuti wazan ‫( فَ ِع َل‬fa’ila).

Contoh: ‫ِي‬ َ ‫( قَ ِو‬memperkuat)


َ ‫( َحي‬hidup) dan ‫ي‬
4) Apabila keduanya menempati posisi ‘ain fi’il dan huruf setelahnya berupa
huruf ‘illat yang sudah di-i’lal. Hal ini agar tidak terjadi dua proses al-I’lal
secara bersamaan.
Contoh: ‫ طَ َوى‬yang asalnya ‫ي‬
َ ‫( طَ َو‬melipat)
5) Apabila keduanya menempati posisi ‘ain ism yang berwazan ٌ‫فَ َعاَل ن‬
(fa’alaanun).
Contoh: ٌ‫( َحيَ َوان‬hewan) dan ٌ‫( َج َواَل ن‬berkeliling)

11
6) Apabila keduanya menempati posisi ‘ain fi’il yang mempunyai bentuk sifat
musyabbahah yang berwazan ‫َأ ْف َع َل‬.

Contoh: ‫ه َو َأ ْح َو ُل‬
ُ َ‫( َح ِو َل – يُ ْح َو ُل – َح ْواًل – ف‬bermata juling)
7) Apabila huruf wawu menempati posisi ‘ain fi’il (ajwaf) yang mengikuti
wazan ‫اِ ْفتَ َع َل‬ (ifta’ala) dan memiliki makna musyarakah
(persekutuan/interaksi)
Contoh: َ‫اجتَ َو َر القَ ْو ُم يَ ْجتَ ِو ُر ْون‬
ْ (suatu kaum saling bertetangga)

b. Huruf wawu (‫ )و‬diganti menjadi huruf ya’ (‫)ي‬


Dalam kaidah al-I’lal, huruf wawu (‫ )و‬diganti menjadi huruf ya’ (‫ )ي‬pada
delapan keadaan, yaitu:
1) Apabila huruf wawu berharakat sukun dan huruf sebelumnya berharakat
kasrah. Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Arti

‫ِم ْو َعا ٌد‬ ‫ا ٌد‬+‫ِم ْي َع‬ Janji

‫ِم ْو َزا ٌن‬ ‫ِم ْي َزا ٌن‬ Timbangan

2) Apabila huruf wawu berada diakhir suatu kata dan huruf sebelumnya
berharakat kasrah.
Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Arti
ِ‫ر‬
‫ض َو‬ ِ‫ر‬
‫ض َي‬ Dia (laki-laki) telah
َ َ
rela
ِ ‫َد‬
‫اع ٌو‬ ِ ‫َد‬
‫اع ٌي‬ Orang yang menyeru

3) Apabila huruf wawu berada setelah huruf ya’ pada bentuk tashghir.
Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Proses Arti
idgham

‫ُج َريْ ٌو‬ ‫ُج َريْ ٌي‬ ‫ي‬ Anak anjing


ٌّ ‫ُج َر‬

12
kecil

‫ُدل َْي ٌو‬ ‫ُدل َْي ٌي‬ ‫َي‬ Ember kecil


ٌّ ‫ُدل‬

4) Apabila huruf wawu berada diantara kasrah dan huruf alif pada isim
mashdar dari fi’il ajwaf yang ‘ain fi’il-nya di-i’lal.
Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Arti
‫قِ َو ٌام‬ ‫قِيَ ٌام‬ Bangkit/Berdiri

‫اِنِْق َوا ٌد‬ ‫اِنِْقيَا ٌد‬ Penundukan

5) Apabila huruf wawu menjadi ‘ain kalimah yang terletak setelah harakat
kasrah yakni pada isim jamak shohihul akhir yang mengikuti wazan ‫فِ َعا ٌل‬

dan ‫فِ َع ٌل‬, maka di-i’lal pada bentuk mufrad-nya.


Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Arti
‫ِد َو ٌار‬ ‫َ ٌار‬+‫ِدي‬ Rumah-rumah

‫ِح َو ٌل‬ ‫ِحيَ ٌل‬ Tipu daya

6) Apabila terdapat huruf wawu yang bersambung dengan huruf ya’ baik
sebelum maupun sesudahnya, maka huruf wawu tersebut diganti dengan
huruf ya’ dan di-idgham-kan. Dengan syarat, huruf yang terletak lebih
awal merupakan huruf asli dan berharakat sukun asli juga, baik dalam
satu kalimat atau yang menyerupai satu kalimat.
Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Proses idgham Arti

‫َس ْي ِو ٌد‬ ‫َس ْييِ ٌد‬ ‫َسيِّ ٌد‬ Tuan

‫ي‬ ِ ‫م ْق‬ ِ ‫م ْق‬ Yang telah


ٌ ‫ض ْو‬
+ُ ‫َم ْق‬ +ٌ‫ض ْيي‬ َ ‫ض ٌّي‬ َ
diputuskan

13
7) Apabila huruf wawu merupakan lam kalimat pada bentuk jamak yang
mengikuti wazan ‫فُ ُع ْو ٌل‬, maka diganti dengan huruf ya’.
Contoh:
Susunan Proses al- Proses al- Proses Arti
asal I’lal (1) I’lal (2) idgham

‫ُدل ُْو ٌو‬ ‫ي‬ Ember-


ٌ ‫ُدلُ ْو‬ +ٌ‫ُدلُ ْيي‬ ‫ُي‬
ٌّ ‫ُدل‬
ember

‫ص ْو ٌو‬ ِ ُ‫ع‬ ِ ُ‫ع‬ Tongkat-


ُ ُ‫ع‬ ‫ي‬
ٌ ‫ص ْو‬
ُ ُ‫ع‬ +ٌ‫ص ْيي‬ ‫ص ٌّي‬
tongkat

8) Apabila huruf wawu merupakan ‘ain kalimat pada bentuk jamak yang
mengikuti wazan ‫ فُ َّع ٌل‬dan lam kalimat-nya merupakan huruf shahih,
maka huruf wawu tersebut diganti dengan huruf ya’.
Contoh:
Susunan asal Susunan asal
Proses al-I’lal Arti
(mufrad) (jamak)
‫صاِئ ٌم‬
َ ‫ص َّو ٌم‬
ُ ‫صُيَّ ٌم‬ Orang-orang
yang berpuasa
‫نَاِئ ٌم‬ ‫ُن َّو ٌم‬ ‫نُيَّ ٌم‬ Orang-orang
yang tidur

Hal demikian hukumnya diperbolehkan, akan tetapi yang paling


ُ dan ‫نُ َّو ٌم‬. Apabila
banyak digunakan adalah bentuk asalnya seperti ‫ص َّو ٌم‬
berupa mu’tal lam, maka huruf wawu pada ‘ain kalimat wajib di-shahih-
ُ dan ‫ ُغ َّوى‬jamak dari ‫ َشا ٍو‬dan ‫غَا ٍو‬. Apabila ber-wazan
kan seperti ‫ش َّوى‬

‫ فُعَّا ٌل‬maka wajib di-shahih-kan seperti ‫ص َّوا ٌم‬


ُ dan ‫نُ َّوا ٌم‬.

c. Huruf ya’ (‫ )ي‬diganti menjadi huruf wawu (‫)و‬


Dalam kaidah al-I’lal, huruf ya’ (‫ )ي‬diganti menjadi huruf wawu (‫ )و‬pada
tiga keadaan, yaitu:
1) Apabila huruf ya’ berharakat sukun dan terletak setelah harakat
dhammah kecuali isim jamak yang berwazan ‫( فُ ْع ٌل‬fu’lun).
Contoh:

14
Susunan asal Proses al-I’lal Arti
Senang
‫ ُم ْي ِس ٌر‬،‫يُ ْي ِس ُر‬ ‫ ُمو ِس ٌر‬،‫يُو ِس ُر‬ kehidupannya (kaya-
raya)
‫ ُم ْي ِق ٌن‬،‫يُ ْي ِق ُن‬ ‫ ُموقِ ٌن‬،‫يُوقِ ُن‬ Meyakinkan

Kecuali isim jamak yang berwazan ‫ فُ ْع ٌل‬seperti ٌ‫ بُيْض‬dan ‫هُ ْي ٌم‬, maka
tidak diganti dengan huruf wawu melainkan harakat dhammah
sebelumnya diganti kasrah sehingga menjadi ٌ‫ بِيْض‬dan ‫ ِه ْي ٌم‬.

2) Apabila huruf ya’ menempati posisi sebagai lam fi’il yang terletak
setelah harakat dhammah.
Contoh:

Susunan asal Proses al-I’lal Arti


3) Mencegah
‫ُي‬
َ ‫نَه‬ ‫َن ُهَو‬

‫ض َي‬ Memutuskan
ُ َ‫ق‬ ‫ضَو‬
ُ َ‫ق‬

Apabila huruf ya’ menempati posisi ‘ain isim pada wazan ‫فُ ْعلَى‬.
Contoh:
Asalnya I’lal nya Artinya
‫طُ ْيبَى‬ ‫طُوْبَى‬ Kebahagiaan

‫( ُك ْي َسى‬berjenis Sayuran sejenis


‫ى‬+‫ُك ْو َس‬ ketimun
mu’annats)

Terdapat dua kata yang huruf ya’ tidak diganti dengan wawu,
melainkan harakat sebelumnya di-kasrah-kan.
Contoh:
Asalnya I’lal nya Artinya
‫ض ْي َزى‬
ُ ِ
‫ضْي َزى‬ Tidak adil

‫ُح ْي َكى‬ ‫ِحي َكى‬ Menyalin

15
Namun, menurut pendapat Ibnu Malik dan anaknya, semua yang
berwazan ‫ فُ ْعلَى‬boleh diganti dengan huruf wawu seperti }‫طُوْ بَى‬, ataupun

diganti harakat sebelumnya dengan kasrah seperti ‫ط ْيبَى‬


ِ .

d. Wazan ‫( فَ ْعلَى‬fa’laa) dan ‫( فُ ْعلَى‬fu’laa) yang lam fi’il-nya berupa huruf ‘illat
1) Apabila berupa mu’tal wawu:
a. Pada wazan ‫ فَ ْعلَى‬maka tidak di-i’lal ketika dalam bentuk isim seperti

‫ َد ْع َوى‬, dan dalam bentuk sifat seperti ‫نَ ْش َوى‬.


b. Pada wazan ‫ فُ ْعلَى‬maka dalam bentuk sifat di-i’lal seperti ‫ ع ُْليَا‬dan

tidak pada bentuk isim-nya seperti ‫خ ْز َوى‬


ُ .
2) Apabila berupa mu’tal ya’:
a. ْ‫خ‬
Pada wazan ‫ فَ ْعلَى‬maka tidak di-i’lal dalam bentuk sifat seperti ‫َزيَا‬

dan di-i’lal dalam bentuk isim-nya seperti ‫تَ ْق َوى‬.

b. Pada wazan ‫ فُ ْعلَى‬maka tidak di-i’lal dalam bentuk isim dan sifat.

e. I’lal Alif
1) Apabila huruf alif terletak setelah ya’ tashghir, maka diganti dengan
huruf ya’ dan di-idhgam kepada ya’ tashghir tersebut.
Contoh:
Asal kata Tashghir al-I’lal Idgham Arti

‫اب‬ ِ Buku kecil


ٌ َ‫كت‬ ‫اب‬
ٌ ‫ُكَت ْي‬ ‫ب‬
ٌ ‫ُكَت ْي ْي‬ ‫ب‬
ٌ ِّ‫ُكَتي‬
ٌ ‫غَ َز‬
‫ال‬ ٌ ْ‫غَُزي‬
‫ال‬ ‫غَُز ْي ْي ٌل‬ ‫غَُزيِّ ٌل‬ Rusa kecil

2) Huruf alif diganti menjadi huruf wawu apabila terletak setelah dhammah
dan diganti menjadi huruf ya’ apabila terletak setelah kasrah.
Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Arti

ُ ‫صابِا‬
‫ح‬ Lampu-lampu
َ ‫َم‬ ‫صاب ِْي ُح‬
َ ‫َم‬
(jamak dari ‫اح‬ ِ
ٌ َ‫صب‬
ْ ‫)م‬

16
‫ُشا َه ُد‬ Disaksikan

(bentuk majhul dari ‫ُش ْو َه ُد‬

‫اه َد‬
َ ‫) َش‬

3) Apabila huruf alif merupakan huruf keempat (pada isim atau fi’il) dari
hasil proses i’lal yang berupa penggantian huruf wawu atau ya’, maka
huruf alif diganti menjadi huruf ya’ apabila bersambung dengan dhamir
mutsanna, dhamir rafa’ mutaharrik pada fi’il, atau alif tatsniyah pada
isim.
Contoh:
Susunan Susunan asal
Susunan asal Arti
kata huruf alif
‫َأ ْعطَيَا‬ ‫ ا‬+ ‫َأ ْعطَى‬ ‫َأ ْعطَ َو‬ Mereka berdua (laki-laki)
(dhamir telah memberi
mutsanna)
ِ ‫ضي‬
‫ان‬ ِ + ‫ضى‬ Mereka berdua (laki-laki)
َ َ ‫َي ْر‬ ‫ان‬ َ ‫َي ْر‬ ‫ضَي‬
َ ‫َي ْر‬
sedang merelakan
(dhamir rafa’

mutaharrik)

ِ ‫ضي‬
‫ان‬ ِ ِ + ‫ضى‬ Dua pasien
َ ‫ُم َر‬ ‫ان‬ َ ‫َم ْر‬ ‫ضَي‬
َ ‫َم ْر‬
(alif tatsniyah
pada isim)

Apabila alif merupakan huruf ketiga dari hasil proses i’lal yang
berupa penggantian wawu atau ya’, maka dikembalikan pada asalnya.
Contoh:
Susunan Susunan asal
Susunan asal Arti
kata huruf alif
‫ت‬ Saya telah memanggil
ُ ‫َد َع ْو‬ ‫ت‬
ُ + ‫َد َعى‬ ‫َد َع َو‬

‫ت‬ Kamu (laki-laki) telah


َ ‫َر َم ْي‬ ‫ت‬
ُ + ‫َر َمى‬ ‫َر َم َي‬
melempar

17
Pen-sukun-an/Pemberian Harakat Sukun (‫ن‬ ِ ‫)الت‬
3. ُ ‫َّسك ْي‬
ْ
Sukun (‫ )ْـ‬dalam kaidah linguistik Arab merupakan penanda hilangnya vokal
pada aksara Arab, dan dituliskan dengan bulatan kecil diatas huruf konsonan
(Kridalaksana, 1982:230). Dalam istilah linguistik umum, istilah sukun disepadankan
dengan istilah absence of vowel atau ketiadaan vokal (Ryding, 2005:31). Ryding
menjelaskan konsep sukun dalam linguistik Arab sebagai berikut.
A consonant is not always followed by a vowel. Sometimes one consonant
comes immediately after another, or a consonant will end a word. In order to
indicate clearly that a consonant is not followed by a vowel. Arabic uses
diacritical mark called a sukuun (‘silence’) which looks like a mini-zero ( ‫)ْـ‬
placed directly above the consonant.
(Konsonan tidak selalu diikuti oleh vokal. Terkadang satu konsonan muncul
secara langsung setelah konsonan lain, atau konsonan mengakhiri sebuah kata.
Untuk menunjukkan dengan jelas bahwa konsonan tidak diikuti oleh vokal,
bahasa Arab menggunakan tanda diakritik yang disebut sukuun (diam) yang
terlihat seperti angka nol kecil (‫ )ْـ‬yang ditempatkan tepat di atas konsonan
(Ryding, 2005:31).

Dalam kaidah al-I’lal, proses pen-sukun-an memiliki dua maksud. Pertama,


membuang ( َ‫)ح َذف‬
َ harakat huruf ‘illat yang bertujuan untuk meringankan pelafalan.
Kedua, memindahkan (‫ )نَقَ َل‬harakat huruf ‘illat ke huruf sebelumnya yang berharakat
sukun.
a. Apabila huruf wawu dan ya’ menempati posisi akhir kata dan sebelumnya
terdapat huruf berharakat, maka harakat pada huruf wawu dan ya’ dibuang jika
keduanya berharakat dhammah atau kasrah agar tidak memberatkan dalam hal
pelafalan.
Contoh:
Susunan Asal Kaidah al-I’lal Arti

‫يَ ْدعُ ُو‬ ‫يَ ْدعُ ْو‬ Dia (laki-laki) sedang


memanggil
ِ ‫ي ْق‬
‫ض ُي‬ ِ ‫ي ْق‬
‫ض ْي‬ Dia (laki-laki) sedang
َ َ
memutuskan

Apabila huruf wawu atau ya’ berharakat fathah, maka tidak dibuang
hurufnya. Contoh:
Huruf wawu berharakat fathah
Contoh Arti

18
‫َن َأ ْدعُ َو‬ Saya tidak akan memanggil
ْ‫ل‬
‫َن يَ ْش ُك َو‬ Dia (laki-laki) tidak akan mengeluh
ْ‫ل‬
Huruf ya’ berharakat fathah
Contoh Arti

‫ص َي‬ِ ‫لَن َأ ْع‬ Saya tidak akan menentang


ْ
‫َن َي ْر ِم َي‬
ْ‫ل‬
Dia (laki-laki) tidak akan melempar

Adapun apabila huruf wawu dan ya’ menempati posisi akhir kata dan
huruf sebelumnya berharakat sukun, maka tidak di-sukun-kan (tetap).
Contoh:
Contoh Arti

‫ب ِم ْنهُ ظَْب ٌي‬


ُ ‫َه َذا َدل ٌْو يَ ْس َر‬
Seekor rusa minum dari ember ini

‫ت ِم ْن َدلْ ٍو‬
ُ ْ‫َش ِرب‬
Saya telah minum dari ember

‫ت بِظَ ْب ٍي‬
ُ ‫َْأم َس ْك‬
Saya telah memegang rusa

b. Apabila huruf wawu atau ya’ berharakat dan huruf sebelum keduanya adala
huruf shahih yang mati (berharakat sukun), maka wajib memindahkan harakat
huruf wawu atau ya’ kepada huruf shahih tersebut. Hal tersebut karena huruf
shahih lebih berhak untuk mendapatkan harakat.
Contoh:

Susunan asal Proses al-I’lal Arti

‫َي ْق ُو ُم‬ ‫َي ُق ْو ُم‬ Dia (laki-laki) sedang


berdiri

‫َي ْبيِ ُن‬ ‫يَبِ ْي ُن‬ Tampak

Pemindahan harakat ini seringkali diikuti dengan penggantian atau penghapusan huruf
‘illat atau bahkan keduanya sekaligus.

19
Pemindahan harakat yang diikuti penggantian huruf ‘illat yaitu jika
keduanya tidak sejenis, maka diganti dengan huruf ‘illat yang sejenis.
Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal berupa Proses al-I’lal berupa
pemindahan penggantian

‫ُي ْق ِو ُم‬ ‫يُِق ْو ُم‬ ‫يُِق ْي ُم‬

‫َأبْيَ َن‬ ‫َأبَ ْي َن‬ ‫َأبَا َن‬

Namun kaidah pemindahan harakat ini terdapat pengecualian.


Pemindahan harakat tidak berlaku pada beberapa keadaan, yaitu:
1) Shighoh fi’il ta’ajjub, seperti ُ‫ َما َأ ْق َو َمه‬atau ‫َأ ْق ِو ْم بِ ِه‬.

2) Berbentuk isim tafdhil atau sifat musyabbahah yang berwazan ‫َأ ْف َع ُل‬,

seperti ‫ َأ ْق َو ُ}م‬dan ُ‫َأ ْبيَض‬.

3) Isim yang berwazan ٌ‫ ِم ْف َعلَة‬,‫ ِم ْف َع ٌل‬, dan ‫ ِم ْف َعا ٌل‬.

Contoh: ‫( ِم ْق َو ٌل‬alat berbicara), ٌ‫حة‬


َ ‫( ِمرْ َو‬kipas angin), dan ‫ِم ْكيَا ٌل‬
(timbangan)
4) Huruf setelah wawu atau ya’ adalah huruf alif.
Contoh: ‫ج ْد َوا ٌل‬
َ (jadwal)
5) Berbentuk mudha’af.
Contoh َّ‫( َأ ْبيَض‬memutih)
6) Bentuk mu’tal lam.
ْ ‫( َأ‬hancur)
Contoh : ‫ه َوى‬
7) Apabila huruf ‘illat pada ‘ain fi’il madhi-nya tidak di-i’lal.
Contoh : ‫ يَع َْو ُر‬fi’il madhi-nya ‫َو َر‬
ِ ‫( ع‬buta sebelah mata)

Pemindahan harakat yang diikuti penghapusan huruf ‘illat yaiu apabila


setelah pemindahan harakat itu mengakibatkan bertemunya dua sukun, maka
huruf ‘illat-nya harus dibuang.
Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal berupa Proses al-I’lal berupa

20
pemindahan penghapusan

‫َأبْيِ ْع‬ ‫َأبِْي ْع‬ ‫بِ ْع‬


(huruf hamzah washal
dihapus karena huruf ba’
berharakat (bisa dibaca).

Susunan asalnya adalah ِ‫اِيْب‬

‫) ْع‬
‫َأبْيِ ْن‬ ‫َأبِْي ْن‬ ‫َأبِ ْن‬

Pemindahan yang diikuti dengan penggantian dan penghapusan sekaligus


seperti pada isim mashdar yang berbentuk mu’tal ‘ain yang mengikuti wazan ‫ٍإ ْف‬

‫ َعا ٌل‬dan ‫اِ ْستِ ْف َعا ٌل‬.


Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Proses al-I’lal Proses al-
berupa berupa I’lal berupa
pemindahan penghapusan penggantian

‫ِإق َْو ٌام‬ َ ‫ِإقَو‬


ٌ‫ْامة‬ ٌ‫ِإ َق ْو َمة‬ +ٌ‫ِإقَ َامة‬

‫اِ ْستِ ْق َو ٌام‬ ٌ‫اِ ْستِ َق ْو َامة‬ ٌ‫اِ ْستِ َق ْو َمة‬ +ٌ‫اِ ْستِ َق َامة‬

4. Kaidah Al-I’lal pada Huruf Hamzah


Huruf hamzah sebenarnya adalah huruf shahih, akan tetapi karena huruf
hamzah menyerupai huruf ‘illat, maka berlaku kaidah al-I’lal pada huruf hamzah.
Berikut ini kaidah-kaidah al-I’lal yang berlaku pada huruf hamzah.
a. Apabila dua huruf hamzah bertemu dalam sebuah kata, maka:
1) Jika huruf hamzah yang pertama berharakat dan huruf hamzah yang kedua
berharakat sukun, maka wajib mengganti huruf hamzah yang kedua
dengan huruf mad yang sejenis dengan harakat huruf hamzah yang
pertama. Contoh:
Asal Kaidah al-I’lal

21
‫َأْأ َم َن‬ ‫آ َم َن‬
‫ِإْئ َما ٌن‬ ‫ِإيْ َما ٌن‬
‫ُأْأ ِم ُن‬ ‫ُْأو ِم ُن‬

2) Jika huruf hamzah yang pertama berharakat sukun dan huruf hamzah yang
kedua berharakat, maka di-idgham-kan huruf hamzah yang pertama pada
huruf hamzah yang kedua.
Contoh: ‫سَأ َل‬
َ
3) Jika kedua huruf hamzah tersebut berharakat fathah, maka huruf hamzah
yang kedua diganti dengan huruf wawu. Hal ini seringkali terjadi dalam
pembentukan isim tafdhil.
Contoh:
Asal fi’il Susunan asal isim Proses al-I’lal pada
tafdhil isim tafdhil

‫يَِئ ُّن‬-‫َأن‬
َّ ‫َأَأ ُّن‬ ‫ََأو ُّن‬

‫يُؤ ُّم‬-
َ ‫ََّأم‬ ‫َأَأ ُّم‬ ‫ََأو ُّم‬

4) Jika huruf hamzah yang pertama berupa huruf mudhara’ah (untuk dhamir
ana), maka hukumnya boleh mengganti huruf hamzah yang kedua dengan
huruf wawu jika berharakat dhammah dan diganti dengan huruf ya’ jika
berharakat fathah. Contoh:
Asal fi’il Susunan asal fi’il Proses al-I’lal pada
mudhari untuk fi’il mudhari untuk
dhamir ana dhamir ana

‫يَِئ ُّن‬-‫َأن‬
َّ ‫َأِئ ُّن‬ ‫َأيِ ُّن‬

‫يُؤ ُّم‬-
َ ‫ََّأم‬ ‫َأُؤ ُّم‬ ‫َأ ُو ُّم‬

Namun jika bukan berupa huruf hamzah mudhara’ah, maka wajib


mengganti huruf hamzah tersebut, seperti ُّ‫ َأ ُوب‬susunan asalnya َّ‫ َأ ُوب‬jamak

dari ٌّ‫َأب‬.

22
b. Apabila terdapat huruf hamzah yang berharakat sukun dan terletak setelah
huruf shahih (selain huruf hamzah), maka boleh mengganti huruf hamzah
dengan huruf yang sesuai dengan harakatnya, ataupun boleh juga
membiarkannya. Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Arti

‫بِْئ ٌر‬ ‫ب ْي ٌر‬ Sumur

Kepala
ٌ ‫َرْأ‬
‫س‬ ‫س‬
ٌ ‫َرا‬
‫ُسْؤ ٌل‬ ‫ُس ْو ٌل‬ Permintaan

c. Apabila terdapat huruf hamzah diakhir kata dan terletak setelah huruf wawu
atau ya’ tambahan, maka boleh diganti huruf wawu apabila sebelumnya huruf
wawu dan diganti huruf ya’ apabila sebelumnya huruf ya’, serta kemudian di-
idgham-kan. Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Proses idgham Arti
Wudhu
ٌ‫ض ْوء‬
ُ ‫ُو‬ ‫ض ْو ٌو‬
ُ ‫ُو‬ ‫ض ٌّو‬
ُ ‫ُو‬

ٌ‫َخ ِط ْيَئة‬ ٌ‫َخ ِط ْييَة‬ ٌ‫َخ ِطيَّة‬ Kesalahan

ْ ‫ َش‬,
Apabila huruf wawu dan ya’ tersebut huruf asli seperti ‫ سُوْ ٌء‬dan ‫ي ٌء‬
maka huruf hamzah lebih diutamakan untuk dibiarkan tetap ada, atau boleh
juga diganti dan di-idgham-kan.
Susunan asal Proses al-I’lal berupa Proses idgham
penggantian

ٌ‫ُس ْوء‬ ‫ُس ْو ٌو‬ ‫ُس ٌّو‬

ٌ‫َش ْيء‬ ‫ ٌي‬+ْ+ ‫َشي‬ ‫َش ٌّي‬

d. Apabila huruf hamzah yang berharakat fathah terletak ditengah kata dan
harakat sebelumnya kasrah atau dhammah, maka boleh membiarkannya atau
menggantinya dengan huruf yang sejenis dengan harakat sebelumnya.

23
Contoh:

Susunan asal Proses al-I’lal Arti

‫اب‬ ِ ِ Serigala-serigala
ٌ ‫ذَئ‬ ‫اب‬
ٌ َ‫ذي‬
‫ُجَؤ ٌار‬ ‫ُج َو ٌار‬ Tetangga-tetangga

Demikian pula apabila huruf hamzah terletak diakhir kata dan huruf
sebelumnya berharakat. Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Arti

‫َق َرَأ‬ ‫َق َرا‬ Dia (laki-laki) telah


membaca

‫قَا ِرٌئ‬ ٌ ‫قَا ِر‬


‫ي‬ Pembaca

e. Wajib menghapus huruf hamzah pada semua bentuk fi’il amr dari kata ‫ َأخَ َذ‬dan

‫ َأ َك َل‬seperti ‫ ُخ ْذ‬dan ْ‫ ُكل‬. Kemudian pada fi’il mudhari’ dan ‘amr dari fi’il ‫َرَأى‬
seperti ‫ يَ َرى‬dan ‫ َر‬. Serta pada semua tashrif dari kata ‫ َرَأى‬yang berwazan ‫َأ ْف َع َل‬

seperti ‫َأ َرى‬.

f. Kebanyakan huruf hamzah dihapus pada fi’il amr dari kata ‫ َأ َم َر‬seperti ْ‫ ُمر‬dan

ْ‫ ُمرُو‬. Serta jarang sekali huruf hamzah dihapus pada fi’il amr dari kata ‫َأتَى‬
seperti ‫ت‬
ِ . Apabila kata ‫ت‬
ِ terletak pada akhir sebuah ujaran, maka
ditambahkan huruf ha’ saktah, contoh: ‫تِ ْه‬.

g. Huruf hamzah wajib dihapus dari wazan ‫ َأ ْف َع َل‬pada bentuk fi’il mudhari’, isim
fa’il, isim maf’ul, mashdar mim, isim zaman dan isim makan.
Contoh:
Susunan asal Wazan Proses al-I’lal Arti

‫ُيَؤ ْك ِر ُم‬ ‫ُي ْف ِع ُل‬ ‫يُ ْك ِر ُم‬ Dia


memuliakan

‫ُمَؤ ْك ِر ٌم‬ ‫ُي ْف ِع ٌل‬ ‫ُم ْك ِر ٌم‬ Yang


memuliakan

‫ُمَؤ ْك َر ٌم‬ ‫ُي ْف َع ٌل‬ ‫ُم ْك َر ٌم‬ Yang


dimuliakan

24
BAB III
PENUTUP

SIMPULAN

Al-I’lal adalah proses penghapusan/pelesapan/ellipsis ( ُ‫)الح ْذف‬,


َ penggantian/inversi (
ُ‫)القَ ْلب‬, dan pen-sukun-an/pemberian harakat sukun ( ُ‫ )التَّ ْس ِكيْن‬pada harf ‘illat (‫ ي‬،‫ و‬،‫ )أ‬dengan
tujuan meringankan dalam hal pelafalan. Adapun contoh penghapusan seperti pada kata ‫ث‬ ُ ‫يَ ِر‬
ُ ‫يَوْ ِر‬, penggantian seperti pada kata ‫ال‬
yang asalnya adalah ‫ث‬ َ َ‫ ق‬yang asalnya adalah‫ قَ َو َل‬, dan pen-
sukun-an seperti pada kata‫ يَ ْم ِش ْي‬yang asalnya adalah ‫يَ ْم ِش ُي‬. Kaidah al-I’lal tidak hanya berlaku
pada huruf ‘illat saja, melainkan berlaku juga pada huruf hamzah. Huruf hamzah sebenarnya
adalah huruf shahih, akan tetapi karena huruf hamzah menyerupai huruf ‘illat, maka berlaku
kaidah al-I’lal pada huruf hamzah.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghulayaini, Syaikh Musthafa. 1912. Jamiud-durus al-Arabiyah Jilid 2. Beirut: Maktabah


al-‘Ashriyyah.

Al-Hamalawi, Ahmad ibn Muhammad ibn Ahmad. Tt. Syadza al-‘Urfi fi fan ash-Sharfi (The
Art of Morphology). Riyadh: Dar Al-Kayan.

Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982. A Dictionary of Theoritical Linguistics: English-Arabic.


Beirut: Librairie du Liban.

Hadi, Syamsul. 2018. Kamus Istilah Linguistik: Indonesia-Inggris-Arab. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Ma’luf, Louis. 1986. Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam. Beirut: Dar al-Masyriq.

Marwan, Yusuf Khalil. 1999. Qa mus at-Tachli l as-Sharfiy (Tashri ful-af’al). Tripoli:
Muassasah al-Chaditsah lil-Kuttab.

Ni’mah, Fuad. Tt. Mulakhos Qawaid Al-Lughah Al-‘Arabiyyah. Beirut: Dar Ats-Tsaqafah Al-
Islamiyyah.

25
Ryding, Karin C. 2005. A Reference Grammar of Modern Standard Arabic. Cambridge:
Cambridge University Press.

26

Anda mungkin juga menyukai