(AL-I’L A L)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sharaf III
Dosen Pengampu : Tri Yanti Nurul Hidayati, S.S., M.A
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengertian Al-I’lal...........................................................................................................5
1. Pengertian Al-I'lal secara Terminologis ……………………………..…………………5
2. Pengertian Al-I'lal secara Etimologis ………………………………………………………..5
B. Pembagian Jenis-Jenis Al-I’lal........................................................................................6
1. Penghapusan (Hadzfu) …………………………………………………………………….…..……..… 6
2. Penggantian (Qalb) …………………………………………….………………..……………. 10
3. Pen-sukun-an (Taskin) ……………………………………………………………….………. 17
4. Kaidah Al-I'lal pada Huruf Hamzah …………………………………………..………….. 21
BAB III.....................................................................................................................................25
PENUTUP................................................................................................................................25
A. Simpulan.......................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Menurut istilah linguistik umum, istilah sharaf memiliki kesepadanan dengan
istilah ‘morfologi’. Morfologi adalah bidang kajian ilmu linguistik yang mempelajari
morfem dan kombinasi-kombinasinya (Kridalaksana, 1982:159). Adapun sharaf
merupakan ilmu yang mengkaji berbagai macam bentuk perubahan kata dan asal usul
kata. Sehingga, sharaf merupakan ilmu pertama yang perlu dipelajari apabila hendak
memulai mempelajari bahasa Arab.
Dalam kaidah ilmu sharaf, terdapat banyak ketentuan dan kaidah yang mengatur
perubahan dan asal kata. Salah satu dari sekian banyak kaidah dalam ilmu sharaf yaitu
al-I’lal. Al-I’lal merupakan kaidah dalam ilmu sharaf yang mengkaji tentang huruf ‘illat.
Huruf ‘illat ( ي، و، )أmerupakan objek kajian dalam kaidah al-I’lal. Al-I’lal menjelaskan
mengenai penghapusan, penggantian, dan pen-sukun-an terhadap huruf ‘illat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut, perumusan masalah dalam
makalah ini meliputi :
1. Apa itu pengertian al-I’lal?
2. Apa saja pembagian jenis-jenis al-I’lal?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian al-I’lal.
2. Untuk mengetahui pembagian jenis-jenis al-I’lal.
BAB II
PEMBAHASAN
4
A. Pengertian Al-I’lal
1. Pengertian Al-I’lal Secara Etimologis
Ghulayaini, 1912:104).
5
meringankan dalam hal pelafalan. Adapun contoh penghapusan/pelesapan (elipsis)
kata قَا َلyang asalnya adalah قَ َو َل, dan pen-sukun-an (pemberian harakat sukun)
1. Penghapusan/Pelesapan/Elipsis (ف
ُ )الح ْذ
َ
Dalam istilah linguistik, proses penghapusan ( ُ )ال َح ْذفmemiliki dua kesepadanan
istilah, yaitu elipsis (Hadi, 2018:42) dan pelesapan (Hadi, 2018:134). Elipsis adalah
peniadaan kata atau satuan lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks
bahasa atau konteks luas bahasa (Kridalaksana, 1982:57). Sedangkan pelesapan
(deletion) adalah proses penghilangan suatu bagian dari sebuah konstruksi
(Kridalaksana, 1982:176).
Dalam kaidah al-I’lal, yang dimaksud proses penghapusan yaitu menghapus
atau membuang huruf ‘illat ( ي، و،)أ. Proses penghapusan huruf ‘illat terjadi pada tiga
keadaan, yaitu:
a. Apabila terdapat huruf ‘illat yang berupa mad, bertemu dengan harakat
sukun setelahnya. Penghapusan huruf ‘illat tersebut bertujuan untuk mencegah
bertemunya dua sukun.
Contoh :
6
dengan membuang dihapus bertujuan
huruf mudhara’ah untuk mencegah
diawalnya dan men- bertemunya dua
sukun-kan huruf sukun.
akhirnya (Marwan,
1999:13).
Hasil اف
ُ تَ َخ ف
ْ َخا ف
ْ َخ
Arti Kamu (laki-laki) takutlah!
Penghapusan harf ‘illat mad berupa huruf ya’ ( )يyaitu بِ ْع.
Penghapusan harf ‘illat mad berupa huruf wawu ( )وyaitu قُ ْم.
Proses Asal Kata 1 2
Kaidah - Fi’il amr dibentuk Harf ‘illat mad
dari fi’il mudhari’ berupa huruf
dengan membuang wawu dihapus
huruf mudhara’ah bertujuan untuk
diawalnya dan men- mencegah
sukun-kan huruf bertemunya dua
akhirnya (Marwan, sukun.
1999:13).
Hasil تَ ُق ْو ُم قُ ْو ْم قُ ْم
Arti Kamu (laki-laki) bangunlah!
Namun terdapat beberapa pengecualian, yaitu:
7
1. Apabila sukun setelah huruf ‘illat di-idgham-kan, maka tidak dihapus. Hal
tersebut disebabkan idhgam menjadikan dua huruf seperti satu huruf
2. Apabila terdapat huruf mati sesudah huruf ‘illat berharakat karena suatu
hal (huruf alif lam), maka harakat tersebut tetap dianggap sukun sehingga
huruf ‘illat tidak dimunculkan. Contoh: ق َ (قُ ِلkatakanlah kebenaran!)
َّ الح
dan َ ف هّللا
ِ ( َخtakutlah kepada Allah!).
َْخفْ ← َخاف
ِ ف ← َخا
ف ِ َخ
b. Apabila berupa fi’il ma’lum mitsal wawi dari wazan ِل
ُ ( َي ْفعyaf’ilu), maka
‘ain fi’il mudhari’ di-kasrah-kan, serta menghapus fa’ dari fi’il mudhari’ dan
fi’il amr. Contoh :
Fi’il mudhari
Asal Proses al-I’lal Arti
8
Apabila berbentuk isim mashdar, maka yang sama juga berlaku. Pada
Isim mashdar yang dibentuk dengan huruf ta’ marbuthah ()ة, dihilangkan juga
kedua huruf tersebut (huruf ‘illat dan ta’ marbuthah) secara bersamaan seperti
َع ُدdan يُ ْو َج ُد. Hal demikian juga berlaku pada fi’il mitsal ya’i seperti – س َر
َ َي
ِ يَ ْيdan fi’il mitsal wawi yang mengikuti wazan يَ ْف َع ُلseperti يَوْ َج ُل.
س ُر
c. Apabila berupa fi’il mu’tal akhir (‘ain fi’il-nya berupa huruf ‘illat), maka:
1. Menghapus huruf akhir (yang berupa huruf ‘illat) pada fi’il amr yang
berbentuk mufrad mudzakar. Contoh: اِرْ ِم.
Proses Asal Kata 1 2 3
Kaidah - Fi’il amr Apabila Huruf
dibentuk dari setelah huruf ‘illat
fi’il mudhari’ mudhara’ah pada fi’il
dengan terdapat huruf amr
membuang yang mufrad
huruf berharakat mudzaka
mudhara’ah sukun, maka r dihapus
diawalnya ditambahkan karena
dan men- huruf hamzah dibentuk
sukun-kan diawalnya dari fi’il
huruf (Marwan, mu’tal
akhirnya 1999:13) akhir.
(Marwan,
1999:13).
Hasil تَ ْر ِمي ْر ِمي ِمي+اِ ْر اِ ْرِم
Arti Kamu (laki-laki) lemparlah!
9
menunjukkan status mabniy dengan tanda sukun pada fi’il amr dan i’rab
sukun pada fi’il mudhari’. Contoh: لَ ْم يَرْ ِم.
Susunan Hasil Kaidah Arti
Asal
َم َي ْر ِم ْي
ْل َم َي ْرِم
ْل
Dalam kaidah al-I’lal, Dia (laki-laki)
huruf ‘illat dihapus pada tidak melempar
fi’il mudhari majzum yang
berbentuk fi’il mu’tal
akhir apabila tidak
bersambung dengan kata
setelahnya. Sedangkan
dalam kaidah ilmu nahwu,
penghapusan huruf ‘illat
merupakan tanda status
majzum pada fi’il
mudhari’ (Ni’mah,
Tt.:141).
2. Penggantian/Inversi (ْب
ُ )ال َقل
Dalam istilah linguistik, proses penggantian ( ُ )القَ ْلبmemiliki kesepadanan
dengan istilah ‘inversi’ (Syamsul Hadi, 2019:70). Inversi merupakan proses
perubahan urutan bagian-bagian kalimat (Kridalaksana, 1982:96). Dalam kaidah al-
I’lal, yang dimaksud proses penggantian yaitu mengganti huruf ‘illat ( ي، و، )أdengan
salah satu dari ketiga huruf ‘illat tersebut. Proses penggantian huruf ‘illat terjadi pada
keadaan-keadaan sebagai berikut.
a. Huruf wawu ( )وdan ya ( )يdiganti menjadi huruf alif ()ا
Huruf wawu ( )وdan ya ( )يdiganti dengan huruf alif ( )اapabila kedua
huruf tersebut berharakat asli dan huruf sebelumnya berharakat fathah. Contoh:
Huruf wawu ( )وdiganti dengan huruf alif ()ا
Asal Kata Kaidah al-I’lal Arti
10
قَ َو َل قَا َل Dia (laki-laki) telah
berkata
11
6) Apabila keduanya menempati posisi ‘ain fi’il yang mempunyai bentuk sifat
musyabbahah yang berwazan َأ ْف َع َل.
Contoh: ه َو َأ ْح َو ُل
ُ َ( َح ِو َل – يُ ْح َو ُل – َح ْواًل – فbermata juling)
7) Apabila huruf wawu menempati posisi ‘ain fi’il (ajwaf) yang mengikuti
wazan اِ ْفتَ َع َل (ifta’ala) dan memiliki makna musyarakah
(persekutuan/interaksi)
Contoh: َاجتَ َو َر القَ ْو ُم يَ ْجتَ ِو ُر ْون
ْ (suatu kaum saling bertetangga)
2) Apabila huruf wawu berada diakhir suatu kata dan huruf sebelumnya
berharakat kasrah.
Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Arti
ِر
ض َو ِر
ض َي Dia (laki-laki) telah
َ َ
rela
ِ َد
اع ٌو ِ َد
اع ٌي Orang yang menyeru
3) Apabila huruf wawu berada setelah huruf ya’ pada bentuk tashghir.
Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Proses Arti
idgham
12
kecil
4) Apabila huruf wawu berada diantara kasrah dan huruf alif pada isim
mashdar dari fi’il ajwaf yang ‘ain fi’il-nya di-i’lal.
Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Arti
قِ َو ٌام قِيَ ٌام Bangkit/Berdiri
5) Apabila huruf wawu menjadi ‘ain kalimah yang terletak setelah harakat
kasrah yakni pada isim jamak shohihul akhir yang mengikuti wazan فِ َعا ٌل
6) Apabila terdapat huruf wawu yang bersambung dengan huruf ya’ baik
sebelum maupun sesudahnya, maka huruf wawu tersebut diganti dengan
huruf ya’ dan di-idgham-kan. Dengan syarat, huruf yang terletak lebih
awal merupakan huruf asli dan berharakat sukun asli juga, baik dalam
satu kalimat atau yang menyerupai satu kalimat.
Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Proses idgham Arti
13
7) Apabila huruf wawu merupakan lam kalimat pada bentuk jamak yang
mengikuti wazan فُ ُع ْو ٌل, maka diganti dengan huruf ya’.
Contoh:
Susunan Proses al- Proses al- Proses Arti
asal I’lal (1) I’lal (2) idgham
8) Apabila huruf wawu merupakan ‘ain kalimat pada bentuk jamak yang
mengikuti wazan فُ َّع ٌلdan lam kalimat-nya merupakan huruf shahih,
maka huruf wawu tersebut diganti dengan huruf ya’.
Contoh:
Susunan asal Susunan asal
Proses al-I’lal Arti
(mufrad) (jamak)
صاِئ ٌم
َ ص َّو ٌم
ُ صُيَّ ٌم Orang-orang
yang berpuasa
نَاِئ ٌم ُن َّو ٌم نُيَّ ٌم Orang-orang
yang tidur
14
Susunan asal Proses al-I’lal Arti
Senang
ُم ْي ِس ٌر،يُ ْي ِس ُر ُمو ِس ٌر،يُو ِس ُر kehidupannya (kaya-
raya)
ُم ْي ِق ٌن،يُ ْي ِق ُن ُموقِ ٌن،يُوقِ ُن Meyakinkan
Kecuali isim jamak yang berwazan فُ ْع ٌلseperti ٌ بُيْضdan هُ ْي ٌم, maka
tidak diganti dengan huruf wawu melainkan harakat dhammah
sebelumnya diganti kasrah sehingga menjadi ٌ بِيْضdan ِه ْي ٌم.
2) Apabila huruf ya’ menempati posisi sebagai lam fi’il yang terletak
setelah harakat dhammah.
Contoh:
ض َي Memutuskan
ُ َق ضَو
ُ َق
Apabila huruf ya’ menempati posisi ‘ain isim pada wazan فُ ْعلَى.
Contoh:
Asalnya I’lal nya Artinya
طُ ْيبَى طُوْبَى Kebahagiaan
Terdapat dua kata yang huruf ya’ tidak diganti dengan wawu,
melainkan harakat sebelumnya di-kasrah-kan.
Contoh:
Asalnya I’lal nya Artinya
ض ْي َزى
ُ ِ
ضْي َزى Tidak adil
15
Namun, menurut pendapat Ibnu Malik dan anaknya, semua yang
berwazan فُ ْعلَىboleh diganti dengan huruf wawu seperti }طُوْ بَى, ataupun
d. Wazan ( فَ ْعلَىfa’laa) dan ( فُ ْعلَىfu’laa) yang lam fi’il-nya berupa huruf ‘illat
1) Apabila berupa mu’tal wawu:
a. Pada wazan فَ ْعلَىmaka tidak di-i’lal ketika dalam bentuk isim seperti
b. Pada wazan فُ ْعلَىmaka tidak di-i’lal dalam bentuk isim dan sifat.
e. I’lal Alif
1) Apabila huruf alif terletak setelah ya’ tashghir, maka diganti dengan
huruf ya’ dan di-idhgam kepada ya’ tashghir tersebut.
Contoh:
Asal kata Tashghir al-I’lal Idgham Arti
2) Huruf alif diganti menjadi huruf wawu apabila terletak setelah dhammah
dan diganti menjadi huruf ya’ apabila terletak setelah kasrah.
Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Arti
ُ صابِا
ح Lampu-lampu
َ َم صاب ِْي ُح
َ َم
(jamak dari اح ِ
ٌ َصب
ْ )م
16
ُشا َه ُد Disaksikan
اه َد
َ ) َش
3) Apabila huruf alif merupakan huruf keempat (pada isim atau fi’il) dari
hasil proses i’lal yang berupa penggantian huruf wawu atau ya’, maka
huruf alif diganti menjadi huruf ya’ apabila bersambung dengan dhamir
mutsanna, dhamir rafa’ mutaharrik pada fi’il, atau alif tatsniyah pada
isim.
Contoh:
Susunan Susunan asal
Susunan asal Arti
kata huruf alif
َأ ْعطَيَا ا+ َأ ْعطَى َأ ْعطَ َو Mereka berdua (laki-laki)
(dhamir telah memberi
mutsanna)
ِ ضي
ان ِ + ضى Mereka berdua (laki-laki)
َ َ َي ْر ان َ َي ْر ضَي
َ َي ْر
sedang merelakan
(dhamir rafa’
mutaharrik)
ِ ضي
ان ِ ِ + ضى Dua pasien
َ ُم َر ان َ َم ْر ضَي
َ َم ْر
(alif tatsniyah
pada isim)
Apabila alif merupakan huruf ketiga dari hasil proses i’lal yang
berupa penggantian wawu atau ya’, maka dikembalikan pada asalnya.
Contoh:
Susunan Susunan asal
Susunan asal Arti
kata huruf alif
ت Saya telah memanggil
ُ َد َع ْو ت
ُ + َد َعى َد َع َو
17
Pen-sukun-an/Pemberian Harakat Sukun (ن ِ )الت
3. ُ َّسك ْي
ْ
Sukun ( )ْـdalam kaidah linguistik Arab merupakan penanda hilangnya vokal
pada aksara Arab, dan dituliskan dengan bulatan kecil diatas huruf konsonan
(Kridalaksana, 1982:230). Dalam istilah linguistik umum, istilah sukun disepadankan
dengan istilah absence of vowel atau ketiadaan vokal (Ryding, 2005:31). Ryding
menjelaskan konsep sukun dalam linguistik Arab sebagai berikut.
A consonant is not always followed by a vowel. Sometimes one consonant
comes immediately after another, or a consonant will end a word. In order to
indicate clearly that a consonant is not followed by a vowel. Arabic uses
diacritical mark called a sukuun (‘silence’) which looks like a mini-zero ( )ْـ
placed directly above the consonant.
(Konsonan tidak selalu diikuti oleh vokal. Terkadang satu konsonan muncul
secara langsung setelah konsonan lain, atau konsonan mengakhiri sebuah kata.
Untuk menunjukkan dengan jelas bahwa konsonan tidak diikuti oleh vokal,
bahasa Arab menggunakan tanda diakritik yang disebut sukuun (diam) yang
terlihat seperti angka nol kecil ( )ْـyang ditempatkan tepat di atas konsonan
(Ryding, 2005:31).
Apabila huruf wawu atau ya’ berharakat fathah, maka tidak dibuang
hurufnya. Contoh:
Huruf wawu berharakat fathah
Contoh Arti
18
َن َأ ْدعُ َو Saya tidak akan memanggil
ْل
َن يَ ْش ُك َو Dia (laki-laki) tidak akan mengeluh
ْل
Huruf ya’ berharakat fathah
Contoh Arti
Adapun apabila huruf wawu dan ya’ menempati posisi akhir kata dan
huruf sebelumnya berharakat sukun, maka tidak di-sukun-kan (tetap).
Contoh:
Contoh Arti
ت ِم ْن َدلْ ٍو
ُ َْش ِرب
Saya telah minum dari ember
ت بِظَ ْب ٍي
ُ َْأم َس ْك
Saya telah memegang rusa
b. Apabila huruf wawu atau ya’ berharakat dan huruf sebelum keduanya adala
huruf shahih yang mati (berharakat sukun), maka wajib memindahkan harakat
huruf wawu atau ya’ kepada huruf shahih tersebut. Hal tersebut karena huruf
shahih lebih berhak untuk mendapatkan harakat.
Contoh:
Pemindahan harakat ini seringkali diikuti dengan penggantian atau penghapusan huruf
‘illat atau bahkan keduanya sekaligus.
19
Pemindahan harakat yang diikuti penggantian huruf ‘illat yaitu jika
keduanya tidak sejenis, maka diganti dengan huruf ‘illat yang sejenis.
Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal berupa Proses al-I’lal berupa
pemindahan penggantian
2) Berbentuk isim tafdhil atau sifat musyabbahah yang berwazan َأ ْف َع ُل,
20
pemindahan penghapusan
) ْع
َأبْيِ ْن َأبِْي ْن َأبِ ْن
اِ ْستِ ْق َو ٌام ٌاِ ْستِ َق ْو َامة ٌاِ ْستِ َق ْو َمة +ٌاِ ْستِ َق َامة
21
َأْأ َم َن آ َم َن
ِإْئ َما ٌن ِإيْ َما ٌن
ُأْأ ِم ُن ُْأو ِم ُن
2) Jika huruf hamzah yang pertama berharakat sukun dan huruf hamzah yang
kedua berharakat, maka di-idgham-kan huruf hamzah yang pertama pada
huruf hamzah yang kedua.
Contoh: سَأ َل
َ
3) Jika kedua huruf hamzah tersebut berharakat fathah, maka huruf hamzah
yang kedua diganti dengan huruf wawu. Hal ini seringkali terjadi dalam
pembentukan isim tafdhil.
Contoh:
Asal fi’il Susunan asal isim Proses al-I’lal pada
tafdhil isim tafdhil
يَِئ ُّن-َأن
َّ َأَأ ُّن ََأو ُّن
يُؤ ُّم-
َ ََّأم َأَأ ُّم ََأو ُّم
4) Jika huruf hamzah yang pertama berupa huruf mudhara’ah (untuk dhamir
ana), maka hukumnya boleh mengganti huruf hamzah yang kedua dengan
huruf wawu jika berharakat dhammah dan diganti dengan huruf ya’ jika
berharakat fathah. Contoh:
Asal fi’il Susunan asal fi’il Proses al-I’lal pada
mudhari untuk fi’il mudhari untuk
dhamir ana dhamir ana
يَِئ ُّن-َأن
َّ َأِئ ُّن َأيِ ُّن
يُؤ ُّم-
َ ََّأم َأُؤ ُّم َأ ُو ُّم
dari ٌَّأب.
22
b. Apabila terdapat huruf hamzah yang berharakat sukun dan terletak setelah
huruf shahih (selain huruf hamzah), maka boleh mengganti huruf hamzah
dengan huruf yang sesuai dengan harakatnya, ataupun boleh juga
membiarkannya. Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Arti
Kepala
ٌ َرْأ
س س
ٌ َرا
ُسْؤ ٌل ُس ْو ٌل Permintaan
c. Apabila terdapat huruf hamzah diakhir kata dan terletak setelah huruf wawu
atau ya’ tambahan, maka boleh diganti huruf wawu apabila sebelumnya huruf
wawu dan diganti huruf ya’ apabila sebelumnya huruf ya’, serta kemudian di-
idgham-kan. Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Proses idgham Arti
Wudhu
ٌض ْوء
ُ ُو ض ْو ٌو
ُ ُو ض ٌّو
ُ ُو
ْ َش,
Apabila huruf wawu dan ya’ tersebut huruf asli seperti سُوْ ٌءdan ي ٌء
maka huruf hamzah lebih diutamakan untuk dibiarkan tetap ada, atau boleh
juga diganti dan di-idgham-kan.
Susunan asal Proses al-I’lal berupa Proses idgham
penggantian
d. Apabila huruf hamzah yang berharakat fathah terletak ditengah kata dan
harakat sebelumnya kasrah atau dhammah, maka boleh membiarkannya atau
menggantinya dengan huruf yang sejenis dengan harakat sebelumnya.
23
Contoh:
اب ِ ِ Serigala-serigala
ٌ ذَئ اب
ٌ َذي
ُجَؤ ٌار ُج َو ٌار Tetangga-tetangga
Demikian pula apabila huruf hamzah terletak diakhir kata dan huruf
sebelumnya berharakat. Contoh:
Susunan asal Proses al-I’lal Arti
e. Wajib menghapus huruf hamzah pada semua bentuk fi’il amr dari kata َأخَ َذdan
َأ َك َلseperti ُخ ْذdan ْ ُكل. Kemudian pada fi’il mudhari’ dan ‘amr dari fi’il َرَأى
seperti يَ َرىdan َر. Serta pada semua tashrif dari kata َرَأىyang berwazan َأ ْف َع َل
f. Kebanyakan huruf hamzah dihapus pada fi’il amr dari kata َأ َم َرseperti ْ ُمرdan
ْ ُمرُو. Serta jarang sekali huruf hamzah dihapus pada fi’il amr dari kata َأتَى
seperti ت
ِ . Apabila kata ت
ِ terletak pada akhir sebuah ujaran, maka
ditambahkan huruf ha’ saktah, contoh: تِ ْه.
g. Huruf hamzah wajib dihapus dari wazan َأ ْف َع َلpada bentuk fi’il mudhari’, isim
fa’il, isim maf’ul, mashdar mim, isim zaman dan isim makan.
Contoh:
Susunan asal Wazan Proses al-I’lal Arti
24
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hamalawi, Ahmad ibn Muhammad ibn Ahmad. Tt. Syadza al-‘Urfi fi fan ash-Sharfi (The
Art of Morphology). Riyadh: Dar Al-Kayan.
Marwan, Yusuf Khalil. 1999. Qa mus at-Tachli l as-Sharfiy (Tashri ful-af’al). Tripoli:
Muassasah al-Chaditsah lil-Kuttab.
Ni’mah, Fuad. Tt. Mulakhos Qawaid Al-Lughah Al-‘Arabiyyah. Beirut: Dar Ats-Tsaqafah Al-
Islamiyyah.
25
Ryding, Karin C. 2005. A Reference Grammar of Modern Standard Arabic. Cambridge:
Cambridge University Press.
26