Anda di halaman 1dari 10

Tugas Mata Kuliah Sastra Islam

Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

KONTROVERSI AKULTURASI DAN TOLERANSI PADA LAGU “SELAMAT HARI


LEBARAN 1442 HIJRIAH” KARYA MAWANG
(KAJIAN RESEPSI SASTRA)

Muh. Saiful Mukminin1,2


1
Program Studi Sastra Arab
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta
2
Email: muhamadsaifulmukminin@student.uns.ac.id

Abstrak
Penelitian ini membahas bagaimana tanggapan pendengar terhadap lagu “Selamat Hari Lebaran
1442 Hijriah” yang merupakan karya Mawang. Tanggapan pendengar diperoleh dari survei yang
disebarkan kepada responden. Responden dalam penelitian ini adalah Pengurus Syiar Kegiatan
Islam Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta (SKI FIB UNS) periode 2021
sebagai aktivis dakwah fakultas yang berjumlah 19 responden. Penelitian ini dilakukan bertujuan
untuk mengetahui respon/tanggapan terhadap kontroversi lagu "Selamat Hari Lebaran 1442
Hijriah" karya Mawang yang mana lagu tersebut menggunakan suara latar dari lagu "We Wish
You a Merry Christmas". Kontroversi yang muncul dalam lagu tersebut yakni isu akulturasi
budaya dan toleransi beragama. Dalam melakukan penelitian, responden diminta untuk terlebih
dahulu mendengarkan lagu “Selamat Hari Lebaran 1442 Hijriah” karya Mawang melalui tautan
yang telah disebarkan. Setelah mendengar dan membaca lirik lagu tersebut, responden diarahkan
pada kegiatan pengisian angket. Responden diminta untuk menjelaskan terlebih dahulu konsep
akulturasi, toleransi, dan relasi antara keduanya. Penjelasan konsep tersebut berdasarkan
pemahaman atau ideologi responden, yang mengacu pada teori, dalil, atau data ilmiah. Kemudian,
dilanjutkan dengan kegiatan analisis responden dalam menganalisis lagu tersebut berdasarkan
teori akulturasi dan toleransi yang disertai pendapat yang ilmiah. Hasil penelitian ini didapatkan
bahwa 42,1% responden menyatakan bahwa lagu ini mengandung muatan akulturasi budaya,
31,6% responden menyatakan bahwa lagu ini mengandung muatan toleransi beragama, dan 26,3%
responden menyatakan bahwa lagu ini tidak mengandung muatan akulturasi maupun toleransi.

‫ملخص‬
‫هدف هذا البحث‬
Tugas Mata Kuliah Sastra Islam
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENDAHULUAN berharga. Barang berharga apabila dikemas


A. Latar Belakang dengan kemasan yang baik, maka nilainya
Kehadiran sastra menjadi sebuah akan bertambah. Sebaliknya apabila barang
pranata dalam mendeskripsikan berharga tidak dikemas secara baik, makan
kompleksitas kehidupan sosial manusia. akan menurunkan nilainya. Hal yang
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Wellek demikian berlaku juga pada agama. Agama
(2014:98) sastra adalah institusi sosial yang perlu dikemas dengan media bahasa yang
menggunakan medium bahasa. Sejalan baik serta nilai kesusastraan yang indah,
dengan keterkaitan manusia sebagai supaya tetap terpelihara nilai-nilai agama itu.
makhluk sosial dan pemeran dalam institusi Sehingga kesempurnaan agama yang dilihat
sosial, karya sastra merupakan karya seni dari nilai estetikanya dapat terjaga dengan
yang mengungkapkan eksistensi baik. Dimensi agama dalam karya sastra,
kemanusiaan dengan segala variasi dan liku- tidak lepas dengan dimensi transendental.
likunya secara imajinatif dan kreatif dengan Sebab dimensi agama memasuki daerah
menggunakan bahasa estetik sebagai jelajah yang bersifat transendental (Masduki,
mediumnya (Al-Ma’ruf, 2017:5). Kreatifitas 2016:179). Transendental merupakan cara
sastra merupakan bentuk keunikan sastra berpikir yang melampaui kemampuan
dalam menggunakan bahasa sebagai manusia yang menonjolkan hal-hal yang
medianya. Dalam ranah kesusastraan, istilah bersifat kerohanian (Sugono, 2008:1544).
tersebut dikenal dengan sastra kreatif Fungsi dimensi transendental terhadap karya
(Kamil, 2009:6). Sastra kreatif merupakan sastra yaitu memberikan kedalaman pada
ekspresi bahasa yang indah dan estetik dalam suatu karya (termasuk karya sastra),
bentuk puisi, prosa, atau drama yang menopangnya dengan nilai-nilai keruhanian,
menggunakan gaya bahasa berbeda dari gaya dan membuat suatu karya bersifat vertikal
bahasa biasa, karena mengandung aspek atau meninggi (Muthari, 2004:5).
bentuk dan makna (didalamnya mencakup Eksistensi dimensi agama dalam
aspek perasaan, imajinasi, dan pikiran), karya sastra memberikan dampak terhadap
sehingga dapat memberi pengaruh pada perkembangan ilmu kesusastraan. Salah satu
perasaan dan pikiran penikmat (pembaca genre dalam karya sastra yang tergolong
atau pendengar) karya sastra (Kamil, dalam dimensi agama yaitu kajian mengenai
2009:6). Pemerolehan kreatifitas sastra pada sastra Islam. Menurut Ibrahim dalam
seorang penulis karya sastra dapat muncul Supriadi (2011:243) sastra Islam adalah (1)
dari dua sumber, yakni dari dalam diri karya yang menampilkan kehidupan
penulis (bersifat internal) dan dari luar diri manusia yang mengingatkan kita sebagai
penulis (bersifat eksternal) (Khafaji, 1986:45 hamba dan khalifah Allah, (2) cerita yang
dalam Muzakki, 2018:38). Khafaji juga sesuai dengan pandangan Islam, (3) karya
menjelaskan sastra kreatif dihasilkan dengan yang menonjolkan nilai-nilai baik, mulia,
cara meniru dan menggambarkan alam dan aspek-aspek kebaikan yang sesuai
semesta, baik alam itu muncul dari jiwa dengan pandangan Islam, sedangkan
pengarang karya sastra itu sendiri, seperti keburukan, kehinaan, dan aspek-aspek
adanya perasaan dan hasrat maupun di luar kemungkaran hanya digambarkan sebagai
jiwa penulis, seperti gunung, laut, gurun pembanding dan akhirnya kemungkaran itu
pasir, dan lain-lain yang mana penulis dapat dikalahkan oleh kebaikan, (4)
mengubah fenomena alam tersebut dalam menyampaikan kebenaran sesuai dengan
bentuk tulisan atau lisan kepada penikmat pandangan Islam, (5) mengandung unsur
(pembaca atau pendengar) karya sastra. estetika seni, dan (6) menggunakan gaya
Karya sastra yang dipandang sebagai bahasa yang indah.
media penyampaian imajinasi dapat Ajaran Islam yang merupakan napas
digunakan sebagai alat kodifikasi ajaran utama dalam genre sastra Islam mengatur
agama. Hal itu dipengaruhi oleh eksistensi segala aspek dalam kehidupan. Aturan
agama yang memerlukan bahasa yang tersebut berbentuk aspek hubungan vertikal
bercorak estetik, mengingat agama sebagai antara manusia dengan Allah Swt. dan
ajaran yang sangat bernilai (Muzakki, hubungan horizontal antarmanusia.
2018:108). Muzakki (2018:108-109) Implementasi aturan tersebut didasari oleh
menganalogikan agama dengan barang yang pedoman Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta
Tugas Mata Kuliah Sastra Islam
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ijtihad. Islam sebagai ajaran yang sempurna Islam (selanjutnya disebut lagu Islami).
mengatur segala aspek, baik aspek budaya, Secara umum, lagu merupakan media
seni, dan sosial. Aspek kesenian merupakan komunikasi yang menggunakan media
salah satu dari unsur sastra Islam (Ibrahim bahasa yang mencerminkan realitas sosial
dalam Supriadi, 2011:243). Seni adalah (1) dalam masyarakat (Islami, 2016:108).
keahlian membuat karya yang bermutu yang Apabila dikaitakan dengan nilai Islam, maka
dapat dilihat dari segi keindahannya (2) lagu Islami merupakan lagu yang
karya yang diciptakan dengan keahlian yang bernapaskan Islam yang mencerminkan
luar biasa, seperti tari, lukisan, dan ukiran ajaran dan nilai Islam. Definisi itu sesuai
(Sugono, 2008:1316). Kesenian atau seni dengan pendapat Karman (2020) yang
merupakan unsur dari kebudayaan sebagai menjelaskan bahwa lagu Islami adalah lagu
produk hasil karya cipta manusia yang kental dengan nuansa keislaman,
(Koentjaraningrat, 2015:165). terutama dalam syairnya yang berisi pesan-
Muthari (2004:226-227) menjelaskan pesan ajaran Islam secara tersurat.
konsep seni dalam Islam. Menurutnya, Problematika dalam mengkategorisasi
kecenderungan seni dalam Islam, yaitu sebuah lagu, apakah lagu itu merupakan lagu
kuatnya sikap penolakan meniru objek luar Islami atau bukan memerlukan telaah yang
secara realistis dan naturalistis. Sikap ini komprehensif. Dewasa ini sering kali kita
berkaitan dengan sikap Islam yang anti- menemukan sebuah lirik lagu dikategorikan
berhala atau ikonoklastis. Penciptaan karya sebagai lagu Islami. Namun, di sisi lain lagu
seni dalam Islam dengan bentuk-bentuknya itu bukanlah merupakan lagu Islami sebab
yang anti-ikonografis dan wataknya sebagai terdapat muatan atau unsur-unsur tertentu
manifestasi zikir serta puji-pujian kepada yang tidak sesuai dengan nilai Islam. Padahal
Yang Satu (Allah Swt.), adalah ungkapan kesenian dalam bentuk lagu Islami yang
penyucian diri dari segala bentuk berhala merupakan ekspresi dari nilai Islam
alam bendawi. Muthari (2004:228) membagi memiliki tiga karakteristik, yaitu dapat
peranan atau fungsi karya seni dalam islam: berfungsi sebagai sarana ibadah, takziah,
(1) tawajjud, yaitu membawa penikmat tasbih, shadaqah, dan lain sebagainya,
mencapai keadaan yang damai, (2) tajarrud, menjadi identitas kelompok (dalam hal ini
yaitu pembebasan jiwa dari alam benda merupakan identitas ajaran Islam), dan
melalui sesuatu yang berasal dari alam benda menjadi syi’ar dalam menyebarkan nilai
itu sendiri, (3) takziyat al-nafs, yaitu Islam (Kuntowijoyo, 2009:209 dalam Islami,
penyucian diri dari pemberhalaan terhadap 2016:107). Lagu Islami sebagai media syi’ar
bentuk-bentuk melalui bentuk-bentuk itu Islam perlu mendapat upaya perhatian yang
sendiri, (4) hikmah, yaitu kearifan yang mendalam, agar tidak ada interfensi muatan
dapat membantu kita bersikap adil dan benar yang bukan merupakan ajaran dan nilai
terhadap Tuhan, sesama manusia, Islam, bahkan melenceng dari kedua aspek
lingkungan sosial, alam tempat kita hidup tersebut. Hal tersebut dalam rangka menjaga
dan diri kita sendiri, (5) penyebaran gagasan, kemurnian isi atau substansi keislaman
pengetahuan, informasi, yang berguna bagi dalam sebuah lagu yang bernapaskan ajaran
kehidupan seperti pengetahuan dan dan nilai Islam. Sehingga, lagu Islami tidak
informasi berkenaan sejarah, geografi, semata-mata menunjukkan nilai keindahan
hukum, undang-undang, adab, atau estetika dari lirik lagu saja, melainkan
pemerintahan, politik, ekonomi, dan gagasan nilai Islam yang merupakan aspek utama
keagamaan, dan (6) penyampaian puji- dalam lagu Islami dapat tersampaikan
pujian kepada Yang Satu. kepada penikmatnya.
Kehadiran genre sastra Islam yang Dewasa ini muncul lagu yang liriknya
mengandung nilai seni mewarnai mengandung unsur atau nilai Islam. Namun,
keberagaman genre sastra di Indonesia. nada yang digunakan dalam lagu itu
Lebih lanjut, sastra Islam merupakan genre merupakan nada lagu yang tidak
yang melahirkan karya-karya sastra yang merefleksikan ajaran Islam, bahkan
cukup berpengaruh dalam kesusastraan melenceng dari nilai-nilai Islam. Lagu
Indonesia. Salah satu genre sastra Islam yang tersebut yaitu “Selamat Hari Lebaran 1442
cukup memengaruhi eksistensi genre sastra Hijriah” yang merupakan karya salah satu
Indonesia adalah lagu yang bernapaskan penyanyi di Indonesia yakni Mawang. Lagu
Tugas Mata Kuliah Sastra Islam
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

tersebut menuai kontroversi di kalangan masyarakat dengan penyerapan (sebagian


penikmat karya sastra sebab nada dalam lagu kecil), penyerapan yang agak banyak atau
tersebut menggunakan salah satu nada lagu penolakan sama sekali terhadap kebudayaan
perayaan natal, yaitu "We Wish You a Merry asing itu, dan (3) proses pertemuan
Christmas". Kontroversi yang muncul dalam kebudayaan yang tampak dalam penggunaan
lagu tersebut yakni isu akulturasi budaya dan bahasa yang ditandai dengan penyerapan
toleransi beragama. Lagu tersebut dinilai atau peminjaman kata-kata, bahkan
sebagai bentuk akulturasi budaya, sebab timbulnya bilingualisme. Sedangkan
menggabungkan dua kebudayaan yang Koentjaraningrat (2015:202) menjelaskan
berbeda. Sedangkan pihak lain mengatakan lebih rinci bahwa akulturasi merupakan
bahwa lagu tersebut mengandung unsur proses sosial yang timbul bila suatu
toleransi beragama, sebab lagu itu muncul kelompok manusia dengan suatu
bertepatan dengan dua hari besar kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
keagamaan. Bahkan ada yang menilai lagu unsur-unsur dari satu kebudayaan asing
tersebut bukan merupakan bentuk akulturasi dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-
budaya dan toleransi agama, justru unsur kebudayaan asing itu lambat laun
menuding bahwa lagu itu merupakan bentuk diterima dan diolah ke dalam kebudayaan
interfensi agama lain. sendiri tanpa menyebabkan hilangnya
B. Landasan Teori kebudayaan itu sendiri. Berdasarkan definisi
Sastra Islam adalah genre dalam tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kesusastraan yang mempromosikan sistem akulturasi merupakan pencampuran dua
kepercayaan dan ajaran Islam seperti kebudayaan atau lebih yang berimplikasi
persoalan kemanusiaannya, memuji dan pada penerimaan unsur budaya maupun
mengangkat tokoh-tokoh Islam, mengkritik penolakan unsur budaya.
realitas yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Toleransi berasal dari bahasa latin,
Islam, sastra yang memiliki komitmen Islam, “tolerar” yang berarti menahan diri,
atau paling tidak sastra yang tidak bersikap sabar, menghargai orang lain
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam berpendapat lain, berhati lapang dan
(Kamil, 2009:92). Menurut Bakar (1996:27) tenggang rasa terhadap orang yang berlainan
dalam Supriadi (2011:244), sastra Islam pandangan atau agama (Zuhriah, 2020:60-
sebagai karya sastra yang di dalamnya 61). Menurut Sugono (2008:1538), toleransi
membicarakan prinsip ketauhidan yang adalah (1) sifat atau sikap toleran, (2) batas
bersumber dari Al-Qur’an dan hadis nabi ukur untuk penambahan atau pengurangan
yang menyiarkan nilai-nilai keislaman. yang masih diperbolehkan, dan (3)
Bakar menuangkan nilai-nilai Islam tersebut penyimpangan yang masih dapat diterima
dalam tujuh aspek, yaitu aspek ketuhanan, dalam pengukuran kerja. Sehingga, toleransi
aspek kerasulan, aspek keislaman, aspek dapat disebut sebagai sikap seseorang dalam
ilmu, aspek estetika, aspek pengarang, dan menerima dan menghargai perbedaan yang
aspek pembaca. Menurut Bakar, mengkaji terjadi dalam masyarakat.
sastra Islam harus syumul, yaitu harus Resepsi sastra merupakan aliran sastra
bertolak dari prinsip tauhid yang di yang meneliti teks sastra dengan
dalamnya terangkum tujuh aspek tersebut. mempertimbangkan pembaca selaku
Sastra Islam harus menjunjung tinggi prinsip pemberi sambutan atau tanggapan. Dalam
ketauhidan, yaitu mengesakan Allah Swt. memberikan sambutan dan tanggapan
dengan bersumber dari Al-Quran dan hadis tentunya dipengaruhi oleh faktor ruang,
nabi yang merupakan petunjuk dan pedoman waktu, dan golongan sosial (Sastriyani,
umat muslim yang harus diperjuangkan, 2001:253 dalam Aritonang, 2018:64).
dihayati, dan diamalkan secara terus- Abdullah (1994:72) menegaskan bahwa
menerus. resepsi sastra memandang karya sastra tidak
Sugono (2008:33) mendefinisikan sama dalam hal pembacaan, pemahaman,
akulturasi sebagai (1) percampuran dua dan penilaiannya sepanjang masa atau dalam
kebudayaan atau lebih, misalnya seluruh golongan masyarakat tertentu. Hal
percampuran kebudayaan Cina dengan itu berimplikasi pada keragaman interpretasi
kebudayaan Jakarta, (2) proses masuknya yang diberikan kepada karya sastra.
pengaruh kebudayaan asing dalam suatu Sedangkan Junus (1985:1) mendefinisikan
Tugas Mata Kuliah Sastra Islam
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

resepsi sastra sebagai proses bagaimana analisis data, peneliti memaparkannya dalam
“pembaca” memberikan makna terhadap bentuk artikel ilmiah secara sistematis dan
karya sastra yang dibacanya, sehingga dapat komprehensif.
memberikan reaksi atau tanggapan
terhadapnya. Tanggapan itu mungkin PEMBAHASAN
bersifat pasif, yaitu bagaimana seorang Dikutip dari laman
pembaca dapat memahami karya tersebut, http://id.wikipedia.org, Mawang (lahir
atau dapat melihat hakikat estetika yang ada dengan nama Ridwan Mawang Sanja
di dalamnya. Mungkin juga tanggapan itu Irawan) merupakan seorang musisi
bersifat aktif, yaitu bagaimana eksperimental dan aktor berkebangsaan
merealisasikannya. Indonesia yang berasal dari Banjaran,
C. Metode Penelitian Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Mawang
Penelitian ini menggunakan mengenyam bangku kuliah di Institut Seni
pendekatan penelitian kualitatif. Yang Budaya Indonesia Bandung. Semasa
dimaksud dengan pendekatan kualitatif yaitu berkuliah, dia cukup aktif dalam pembuatan
penelitian yang dimaksudkan guna musik teater, tari, dan film. Dalam
memahami fenomena yang dialami oleh kiprahnya, Mawang merilis banyak lagu
subjek penelitian tentang apa yang dialami yang diunggah di saluran YouTube miliknya
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, yang bernama MAWANG. Beberapa
persepsi, motivasi, tindakan, dan lainnya, diantaranya adalah Aku Kamu, Fi’il Madhi-
secara holistik (menyeluruh), dan dengan Fa’ala Fa’ala Fa’aluu, Isim Dhomir-Huwa
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Huma Hum, Salah satu lagu yang cukup
bahasa, pada suatu konteks khusus yang kontroversial, yakni lagu berjudul “Selamat
alamiah dan dengan memanfaatkankan Hari Lebaran 1442 Hijriah” yang berdurasi
berbagai metode alamiah (Moleong, 2 menit dan 17 detik. Lagu ini tayang di
2017:6). Sedangkan metode penelitian ini platform video YouTube pada tanggal 12
menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Mei 2021. Berikut ini merupakan lirik lagu
Ada tiga tahapan dalam penelitian ini, “Selamat Hari Lebaran 1442 Hijriah”.
yaitu pengumpulan data, analisis data, dan
penyajian hasil analisis data. Pada tahap Selamat hari lebaran
pengumpulan data, pengelompokan data Selamat hari lebaran
dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan Selamat hari lebaran
data sekunder. Data primer diperoleh dari (1) 1442 Hijriah
lirik lagu yang berjudul “Selamat Hari Selamat hari lebaran
Lebaran 1442 Hijriah”, (2) lirik lagu yang Selamat hari lebaran
berjudul “We Wish You a Merry Christmas”, Selamat hari lebaran
dan (3) hasil survei dari 24 pengurus Syiar 1442 Hijriah
Kegiatan Islam Fakultas Ilmu Budaya Selamat hari lebaran
Universitas Sebelas Maret Surakarta periode Selamat hari lebaran
2021 (selanjutnya disebut pengurus SKI FIB Selamat hari lebaran
UNS 2021). Sementara itu, guna melengkapi Selamat hari lebaran
data primer peneliti juga menggunakan Selamat hari lebaran
berbagai macam data sekunder berupa buku, Selamat hari lebaran
jurnal, artikel, situs internet dan sumber- Selamat hari lebaran
sumber lain yang relevan. Pada tahapan Selamat hari lebaran
analisis, penulis menganalisis data dengan Selamat hari lebaran
mengklasifikasi data survei berupa (1) (Mawang, 2021)
keberadaan aspek akulturasi budaya pada
lagu “Selamat Hari Lebaran 1442 Hijriah”, Ditinjau dari substansinya, lagu
(2) keberadaan aspek toleransi beragama tersebut merupakan bentuk ungkapan dalam
pada lagu “Selamat Hari Lebaran 1442 merayakan hari lebaran. Lebaran atau
Hijriah”, dan (3) ketidakadaan aspek idulfitri adalah hari raya agama Islam yang
akulturasi budaya maupun toleransi diperingati pada tanggal 1 Syawal (dalam
beragama pada lagu “Selamat Hari Lebaran penanggalan Islam) yang dirayakan sehabis
1442 Hijriah”. Pada tahapan penyajian menjalankan puasa (Sugono, 2008:830).
Tugas Mata Kuliah Sastra Islam
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebaran disebut juga sebagai hari Inggris pada abad ke-16. Lester (2007:146)
kemenangan. Disebut sebagai hari menjelaskan bahwa asal usul kemunculan
kemenangan dikarenakan hari lebaran adalah lagu natal ini adalah pada tradisi di negara
hadiah kemenangan umat Islam setelah Inggris di mana orang-orang kaya
melewati bulan Ramadan yang mana dalam memberikan hadiah bagi orang-orang yang
bulan tersebut umat Islam telah berhasil bernyanyi sambil berkeliling pada malam
melaksanakan ibadah puasa dan menahan perayaan natal. Hadiah yang diberikan
segala hawa nafsu selama sebulan penuh. misalnya dalam bentuk figgy pudding yang
Dalam lagu tersebut, kata ‘lebaran’ mana pada zaman modern semacam
dinyanyikan secara berulang-ulang. Hal christmas pudding. Lagu itu juga merupakan
tersebut menegaskan bahwa umat Islam lagu yang disenandungkan oleh umat
patut bersukacita dan berbahagia Nasrani ketika merayakan hari raya Natal.
menyambut hari lebaran. Penyambutan hari Selain menggunakan bahasa Inggris, lagu ini
lebaran yang merupakan hari kemenangan juga diterjemahkan dan diadaptasi ke dalam
dapat dilakukan dengan saling bermaaf- bahasa Indonesia. Berikut ini merupakan
maafan sesama manusia atas segala lirik lagu “We Wish You a Merry Christmas”.
perbuatan salah dan saling mengunjungi
(silaturahim) satu sama lain demi Lirik dalam versi bahasa Inggris
merekatkan hubungan yang harmonis. We wish you a merry Christmas
Berdasarkan strukturnya, lirik lagu We wish you a merry Christmas
“Selamat Hari Lebaran 1442 Hijriah” We wish you a merry Christmas and
merupakan jenis sastra Islam. Kata ‘lebaran’ a happy new year
dan ‘Hijriah’ merupakan ciri dari simbol
Islam. Lebaran merupakan hari raya umat Good tidings we bring to you and
Islam, sedangkan Hijriah merupakan sistem your kin
penanggalan yang digunakan umat Islam di We wish you a merry Christmas and a
seluruh dunia sebagai penentuan periode happy new year!
waktu (hari, bulan, dan tahun), yang
didasarkan pada revolusi bulan terhadap Now, bring us some figgy pudding
bumi (Rofiuddin, 2016:119). Ada beberapa Now, bring us some figgy pudding
hal yang menjadikan lagu tersebut Now, bring us some figgy pudding and
digolongkan sebagai sastra Islam. Pertama, bring some out here!
lirik lagu tersebut mempromosikan sistem
kepercayaan dan ajaran Islam berupa For we all like figgy pudding
perayaan hari raya idulfitri atau lebaran. We all like figgy pudiing
Kedua, lirik lagu tersebut tidak bertentangan We all like figgy pudding
dengan prinsip-prinsip Islam, sebab tidak So bring it out now!
terdapat penyalahgunaan dalam merayakan
hari raya. Ketiga, lirik lagu tersebut And we won’t go untill we’ve got
menampilkan kehidupan manusia berupa some
kegiatan silaturahim kepada sesama manusia We don’t go untill we’ve got some
yang dapat mengingatkan kita sebagai And we won’t go untill we’ve got
hamba Allah Swt. some
Secara struktural lirik lagu “Selamat So bring some out here!
Hari Lebaran 1442 Hijriah” merupakan
refleksi dari sastra Islam. Namun, di sisi lain Lirik dalam versi bahasa Indonesia
penggunaan nada dalam lagu tersebut dinilai Selamat hari Natal
tidak merefleksikan napas Islam. Pasalnya Selamat hari Natal
lagu tersebut menggunakan nada dari lagu Selamat hari Natal
“We Wish You a Merry Christmas”. Natal dan Tahun Baru
merupakan hari raya umat Nasrani dalam
merayakan kelahiran Isa Almasih (Yesus (dikutip dari http://id.wikipedia.org)
Kristus) (Sugono, 2008:998). Dikutip dari
http://id.wikipedia.org, lagu “We Wish You a
Merry Christmas” merupakan lagu natal dari
Tugas Mata Kuliah Sastra Islam
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

Penggunaan nada dari lagu “We Wish sebagai langkah dalam memahami
You a Merry Christmas” ke dalam lagu tanggapan responden. Hasil survei tersebut
“Selamat Hari Lebaran 1442 Hijriah” dapat disajikan sebagai berikut.
diamati melalui kesamaan pemenggalan lirik
Gambar 1: Hasil survei tanggapan pengurus SKI FIB
lagu yang seirama. Namun penggunaan UNS 2021 pada lagu “Selamat Hari Lebaran 1442
suara latar lagu “We Wish You a Merry Hijriah” karya Mawang
Christmas” dalam lagu “Selamat Hari
Lebaran 1442 Hijriah”, hanya digunakan
pada bait permulaan lagu. Sehingga, suara
latar lagu “we wish you a merry christmas”
tidak digunakan secara keseluruhan. Hal itu
dapat diamati pada tabel berikut.

Tabel 1: Kesamaan nada dan pemenggalan suku


kata pada lirik “Selamat Hari Lebaran 1442 Berdasarkan hasil survei yang
Hijriah” dan “we wish you a merry christmas” dilakukan oleh peneliti, dari 24 responden
ditemukan bahwa sebanyak 9 responden
/se-/ /la-/ /mat/ /hari/ /lebaran/
(37,5%) menganggap bahwa lagu “Selamat
/we/ /wish/ /you/ /merry/ /christmas/
Hari Lebaran 1442 Hijriah” merupakan
/empat/ belas/ /empat dua/ /hijriah/
bentuk akulturasi budaya antara budaya
/and/ /happy/ /new/ /year/ Islam dan Nasrani. Sebanyak 7 responden
(29,5%) menganggap bahwa lagu tersebut
Apabila ditinjau dari nada yang merupakan bentuk toleransi agama antara
digunakan dalam lagu “Selamat Hari agama Islam dan Nasrani. Sedangkan
Lebaran 1442 Hijriah”, lagu tersebut tidak sisanya, yakni sebanyak 8 responden 33,3%
dikategorikan sebagai jenis sastra Islam. Ada responden menyatakan bahwa lagu tersebut
beberapa hal yang menjadikan nada dalam bukan merupakan bentuk akulturasi budaya
lagu tersebut tidak dapat digolongkan maupun toleransi beragama. Berdasarkan
sebagai sastra Islam. Pertama, nada tersebut temuan ini, terdapat perbedaan mengenai
tidak mempromosikan sistem kepercayaan tanggapan responden terhadap lagu tersebut.
Islam karena lagu tersebut menggunakan Perbedaan tersebut dilatarbelakangi oleh
nada lagu dari sistem kepercayaan Nasrani. perbedaan ideologi responden dalam
Kedua, nada lagu tersebut bertentangan memahami makna akulturasi budaya dan
dengan prinsip-prinsip Islam, sebab terdapat toleransi beragama. Ideologi yang dianut
penyalahgunaan dalam merepresentasikan oleh responden didasarkan pada teori yang
perayaan hari raya. Ketiga, nada lagu menjelaskan konsep akulturasi dan toleransi
tersebut menampilkan muatan unsur agama secara berbeda.
lain yang bertentangan dengan ajaran Islam. Temuan aspek akulturasi budaya pada
Keberadaan muatan unsur dua agama lagu “Selamat Hari Lebaran 1442 Hijriah”,
dalam lagu “Selamat Hari Lebaran 1442 didasarkan pada konsep akulturasi yang
Hijriah”, menimbulkan kontroversi dipaparkan oleh responden. Para responden
penikmat karya sastra (dalam hal ini menggunakan beberapa diksi kata yang
pengurus SKI FIB UNS 2021) dalam sama, yakni (1) pencampuran dua
menanggapi isu yang muncul. Isu tersebut kebudayaan atau lebih, (2) pertemuan dua
menyangkut isu akulturasi budaya antara kebudayaan atau lebih, (3) penggabungan
budaya Islam dan budaya Nasrani, isu dua kebudayaan atau lebih, dan (4)
toleransi beragama antara agama Islam dan bertemunya suatu kebudayaan tertentu
agama Nasrani, bahkan ada yang dengan kebudayaan asing. Hal demikian
beranggapan bahwa lagu tersebut tidak ada sesuai dengan definisi akulturasi yang
kaitannya dengan muatan unsur akulturasi dijelaskan oleh Sugono (2008:33) dan
budaya dan toleransi beragama. Hal Koentjaraningrat (2015:202). Salah dua
demikian dapat dilihat dari respon pengurus responden memberikan penjelasan mengenai
SKI FIB UNS 2021 dalam menanggapi lagu akulturasi dengan memberikan sebuah
tersebut. Peneliti melakukan survei kepada analogi sebagai berikut.
24 responden (pengurus SKI FIB UNS 2021)
Tugas Mata Kuliah Sastra Islam
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

Akulturasi merupakan proses menurut saya adalah akulturasi budaya


percampuran dua atau beberapa hal karena dari 2 agama terkait, lagu yang
yang berbeda namun tidak menimbulkan digunakan bukam merupakan lagu yang
sesuatu yang baru, sehingga sifat dan ciri dipakai saat menjalani ritual kegamaan
khas masing-masing hal masih terlihat. termasuk ibadah (Responden 1).
Selayaknya A+B=AB bukan C
(Responden 4). Menurut saya, dalam kasus lagu tersebut
merupakan bentuk akulturasi budaya
Seingat yang dikatakan oleh guru antara budaya dari agama Islam dengan
Antropologi saya, Bapak Budi, beliau budaya dari agama non Islam. Dalam hal
selalu memberi rumusan A+B= AB, di ini, saya lebih merujuk pada lagu
mana A adalah kebudayaan asing, B tersebut merupakan bentuk akulturasi
adalah kebudayaan setempat, dan AB budaya karena lagu tersebut awalnya
adalah percampuran dari kebudayaan² merupakan lagu budaya yang ada di
tersebut (Responden 7). agama non Islam kemudian di akulturasi
dalam momen lebaran agama Islam.
Kedua responden tersebut Maka, tidak ada ada kaitannya dalam
menganalogikan akulturasi sebagai rumusan peribadatan dari agama Islam justru
A+B=AB. Hal itu ditandai dengan lagu tersebut wujud euforia dalam
penggunaan variabel dalam operasi menyambut momen lebaran yang di
penjumlahan. Variabel A dianalogikan akulturasi dari lagu yang berasal dari
sebagai kebudayaan asing, sedangkan agama non Islam (Responden 3).
variabel B dianalogikan sebagai kebudayaan
setempat (lokal). Melalui proses akulturasi Temuan aspek toleransi beragama
yang dirumuskan sebagai A+B=AB, maka pada lagu “Selamat Hari Lebaran 1442
dua kebudayaan tersebut berjalan beriringan, Hijriah”, didasarkan pada konsep toleransi
tanpa menghilangkan ciri khas dari budaya yang dipaparkan oleh responden. Para
masing-masing. Hal tersebut sejalan dengan responden menggunakan beberapa diksi kata
analogi yang dipaparkan oleh responden 4, yang sama, yakni (1) sikap menghargai
yang memaparkan bahwa A+B=AB, bukan perbedaan, (2) sikap saling menghormati
C. Sehingga, akulturasi tidak menghasilkan perbedaan, (3) sikap saling menerima
kebudayaan yang baru. perbedaan, (4) sikap keterbukaan terhadap
Apabila ditinjau dari hasil survei perbedaan, dan (5) sikap mengakui
terhadap responden mengenai aspek perbedaan. Hal demikian sesuai dengan
akulturasi pada lagu “Selamat Hari Lebaran definisi toleransi yang dijelaskan oleh
1442 Hijriah”, didapatkan sebanyak 9 Sugono (2008:1538) dan Zuhriah (2020:60-
responden (37,5%) menganggap bahwa lagu 61). Salah satu responden memberikan
“Selamat Hari Lebaran 1442 Hijriah” penjelasan mengenai toleransi beragama
merupakan bentuk akulturasi budaya antara dengan memberikan sebuah pernyataan
budaya Islam dan Nasrani. Para responden bahwa lagu “Selamat Hari Lebaran 1442
sepakat bahwa lagu merupakan sebuah Hijriah” mengekspresikan ucapan selamat
refleksi budaya. Para responden juga dari umat Nasrani kepada umat Islam atas
menganggap lagu tersebut tidak ada hari raya lebaran. Hal tersebut dilakukan
kaitannya dengan kegiatan peribadatan. selama tidak melanggar ajaran agama
Sehingga para responden menganggap lagu masing-masing. Tanggapan responden
“Selamat Hari Lebaran 1442 Hijriah” sebagai berikut:
merupakan bentuk akulturasi budaya antara
dua agama yang berbeda. Salah dua Tidak adanya unsur budaya yang
tanggapan responden yang sesuai dengan dicampur karena pada dasarnya
pemaparan tersebut adalah sebagai berikut. sebuah lagu merupakan nada-nada
yang diciptakan oleh seseorang
Budaya memiliki beberapa produk dengan lirik tertentu yang bisa
seperti tari-tarian, makanan, dan lain- diubah. Terkait dengan asal lagu yang
lain termasuk lagu. Lagu "Selamat Hari merupakan lagu dengan lirik nuansa
Lebaran 1442 Hijriah" karya Mawang Natal, lalu diubah liriknya menjadi
Tugas Mata Kuliah Sastra Islam
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

nuansa Lebaran dan tetap Sebanyak 8 responden (33,3%)


menggunakan gubahan nada yang menyatakan bahwa lagu tersebut bukan
sama, hal tersebut menunjukkan merupakan bentuk akulturasi budaya
bahwa musik dapat digeneralisasikan maupun toleransi beragama. Temuan ini
asalkan tidak mengundang keributan didapatkan dari lagu “Selamat Hari Lebaran
dari banyak pihak. Dan apa yang 1442 Hijriah”, yang didasarkan pada
dilakukan Mawang pada intinya tanggapan yang dipaparkan oleh responden.
merupakan hasil dari adanya Para responden memiliki berbagai macam
pengubahan lirik semata, tidak pendapat berupa: (1) tidak ada unsur
mengubah atau mencampur struktur akulturasi budaya, (2) tidak ada unsur
budaya dan dapat dikategorikan toleransi beragama, dan (3) akulturasi
sebagai upaya menjaga toleransi budaya dan toleransi beragama tidak dapat
beragama dengan pengubahan lagu dicampuradukkan. Terkait hal itu, salah satu
tersebut dalam rangka untuk tanggapan responden sebagai berikut.
mengekspresikan ucapan selamat dari
umat Krisren kepada umat Islam atas Lagu tersebut merupakan perpaduan
hari raya Lebaran dengan cara antara lagu rohani nasrani dan islam.
mereka masing-masing, yang tidak Hal ini merupakan bukan bentuk
melanggar syari'at dan ajaran agama akulturasi dan bukan juga toleransi.
masing-masing (Responden 2). Disebut bukan akulturasi karena
dalam lagu ini ciri khas masing2
Hal yang senada dipaparkan oleh agama sudah tidak terlihat. Dimana
responden 15. Responden 15 menjelaskan lirik memuji tuhan dalam agama
bahwa bentuk toleransi beragama yang nasrani dihilangkan dan nada islami
terkandung dalam lagu “Selamat Hari yang lembut dengan cengkok khas
Lebaran 1442 Hijriah” didasarkan pada melayu arab juga hilang. Kemudian,
realitas keberagaman agama. Sikap tersebut dikatakan bukan bentuk toleransi
ditunjukkan dengan memberi ucapan karena toleransi itu cukup dengan
selamat antaragama. Tanggapan responden menghargai secara sikap dan
sebagai berikut: perkataan tanpa mencampurkan,
menggabungkan atau bahkan
Agama yang berbeda tersebut mengusik masing-masing perbedaan
menunjukkan sikap toleransi dengan (Responden 4).
agama lain melalui ucapan selamat
(Responden 15). Salah satu responden menyamakan
akulturasi budaya dan toleransi beragama
Alternatif yang diberikan penyanyi berdasarkan realitas historis. Responden 9
dari lagu “Selamat Hari Lebaran 1442 menyamakan situasi pada zaman dahulu
Hijriah” melalui tanggapan responden 7, dengan zaman sekarang. Mengenai hal ini,
yakni penyanyi mendemonstrasikan berikut tanggapan responden 9:
perdamaian antaragama. Demonstrasi ini
diharapkan dapat mempererat rasa Menurut saya lagu tersebut mirip dgn
menghormati dan menghargai. Tanggapan Bentuk arsitektur menara Kudus
responden sebagai berikut: dimana mengambil arsitektur hindu
sedangkan tujuan utama sebagai
Untuk para seniman, mungkin lagu ini tempat ibadah Islam tidak
memliki pesan tersirat di dalamnya. dihilangkan, hal ini semata-mata
Mungkin ia (si penulis lagu) ingin bertujuan penyebaran agama Islam,
mendemonstrasikan perdamaian tapi hal tersebut tidak bisa
antar beragama, bahwa semua agama direalisasikan di masa sekarang
harus saling menghormati dan karena pemahaman masyarakat
menghargai. Tapi untuk saya pribadi, sudah beda, akulturasi yg dilakukan
cukup tidak 'srek' dengan lagu sunan Kudus tidak bisa dilakukan
tersebut (Responden 7). sekarang karena hal tersebut hanya
relevan pada masa tersebut. Jadii
Tugas Mata Kuliah Sastra Islam
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

lagu selamat hari raya idul fitri oleh Religiusitas: Esai-Esai Sastra Sufistik
mawang tersebut tidak seharusnya dan Seni Rupa. Jakarta: Sadra Press.
seperti itu, dan bukan bentuk toleransi Rofiuddin, A. A. (2016). Penentuan Hari
karena sama sekali tidak ada Dalam Sistem Kalender Hijriah. Al-
hubungannya (Responden 9). Ahkam, 26(1), 117-136.
Sugono, Dendy. 2008. Kamus Bahasa
Responden 9 menyamakan realitas Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
situasi pada masa penyebaran Islam pada Departemen Pendidikan Nasional.
zaman dahulu. Responden 9 menyamakan Jakarta.
realitas akulturasi budaya dan toleransi Supriadi, A. (2011). Takmilah: Menuju
beragama dengan bentuk arsitektur menara Teori Sastra
Kudus. Menara Kudus menggabungkan Islami. ATAVISME, 14(2), 242-253.
akulturasi berupa bentuk arsitektur Hindu Wellek, Rene dan Austin Warren. 2014.
dan Islam. Tujuan utamanya adalah dalam Teori Kesusastraan. Jakarta:
hal penyebaran agama Islam. Pada akhir Gramedia Pustaka Utama.
tanggapannya, responden 9 menjelaskan Zuhriah, A. M. (2020). Tokoh Agama dalam
bahwa realtias yang terjadi pada masa lalu Pendidikan Toleransi Beragama di
tidak dapat diimplementasikan pada zaman Kabupaten
sekarang. Lumajang. TARBIYATUNA, 13(1),
Terdapat pendapat res 56-75.
https://www.youtube.com/watch?v=K8mo
DAFTAR PUSTAKA MtxENPg diakses pada 23 Mei 2021
Abdullah, I. T. (1994). Resepsi Sastra: Teori pukul 21.56 WIB
dan Penerapannya. Humaniora, (2). https://ibtimes.id/musik-islami-ragam-
Achsani, F., & Laila, S. A. N. (2019). Pesan aliran-dan-perkembangannya-di-
Dakwah Dalam Lirik Lagu tanah-air/ diakses pada 7 Juni 2021
Menyambut Lebaran Karya pukul 12:18 WIB
Pendhoza. NALAR: Jurnal Peradaban https://www.youtube.com/channel/UCju3ka
Dan Pemikiran Islam, 3(2), 122-133. VxZQIG21OlHnLLtvQ/videos
Aritonang, D. R. (2018). Analisis diakses pada 7 Juni 2021 pukul 17:21
Pendekatan Resepsi Sastra Terhadap WIB
Novel “Chairil Tanjung Si Anak https://id.wikipedia.org/wiki/We_Wish_Yo
Singkong. LINGUISTIK: Jurnal u_a_Merry_Christmas diakses pada 8
Bahasa dan Sastra, 3(1), 62-73. Juni 2021 pukul 08:35 WIB
Al-Ma’ruf, Ali Imron dan Farida Nugrahani.
2017. Pengkajian Sastra: Teori dan
Aplikasi. Surakarta: Djiwa Amarta
Press.
Islami, S. H. (2016). Pesan Dakwah dalam
Lirik Lagu Ebiet G. Ade. Tabligh:
Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran
Islam, 1(1), 105-128.
Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra: Sebuah
Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu
Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Masduki, Y. (2016). Kontribusi Keilmuan
Al-Qur’an Bagi Umat
Manusia. Medina-Te: Jurnal Studi
Islam, 12(2), 175-184.
Moleong, L.J. 2017. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muthari, Abdul Hadi Wiji. 2004.
Hermeneutika, Estetika, dan

Anda mungkin juga menyukai