Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDEKATAN INTUISI DALAM STUDI AGAMA


Disusun untuk memenuhi tugas kelompok sebagai materi presentasi
pada Mata Kuliah Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampu :
Solihin, M.Ag.

Disusun Oleh :
Maulida Fitria Rahmah (1211030100)
Muhamad Rifky Maulana (1211030116)
Muhamad Rizal Taufik (1211030117)
Muhammad Rijalul Fikri (1211030137)
Muhammad Rikza Maulana (1211030138)
Muhammad Syihab Al-Faruqi (1211030140)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG – JAWA BARAT
2021
P

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji hanya layak kita panjatkan kehadirat Allah Swt.
Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pendekatan Intuisi dalam Studi Agama”
Penyusun memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak atas penyusunan makalah ini,
karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pengampu
Mata Kuliah Metodologi Studi Islam, bapak Solihin, M.Ag yang telah memberikan
dukungan, kepercayaan yang begitu besar. Semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi kedepannya. Meskipun tim
penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan namun tak ada
gading yang tak retak, tim penyusun senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, tim penyusun berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Bandung, 17 November 2021


Penyusun,

Kelompok 8
DAFTAR ISI

MAKALAH..........................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
A.PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
B. PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
a. pendekatan Intuisi.............................................................................................................................5
b. Pendekatan Intuisi.............................................................................................................................6
c. Prinsip-Prinsip Intuisi.........................................................................................................................6
e. Fungsi Instuisi....................................................................................................................................9
C. PENUTUP........................................................................................................................................10
Kesimpulan..........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11
A.PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap ilmu harus memiliki epistimologi, karena kekuatan struktur bangunan sebuah ilmu
serta fungsi dan peranannya dalam memecahkan masalah yang dihadapi sangat ditentukan
oleh kekuatan struktur bangunan epistimologinya. Tidak hanya itu, epistimologi ilmu juga
memiliki dampak sosiologis dan budaya yang amat luas, dan hal itu amat bergantung pada
sumber, metode dan nilai yang digunakan dalam bangunan epistimologi ilmu tersebut. Di
antara sumber yang umumnya diterima dan digunakan para ilmuwan Muslim maupun non
Muslim untuk membangun epistimologi imu adalah fenomena alam jagat raya dan fenomena
sosial yang dikaji melalui observasi dan ekperimen dengan menggunakan pancaindera dan
akal pikiran. Sedangkan sumber yang berasal langsung dari Tuhan berupa  intuisi  atau ilmu
al-hudluri (Ilmu yang datang dari Tuhan) melalui mukasyafah (terbuka tabir yang
menghalangi manusia dengan Tuhan) melalui metode taziyah al-nafs (pembersihan diri) atau
al-isti’dadiyah (penyiapan diri menunggu limpahan ilmu dari Tuhan) masih menimbulkan pro
kontra, baik di kalangan ilmuwan Muslim maupun non-Muslim.

Penelitian literatur dengan analisis deskriptif dan  pendekatan dan filosofis normatif,
sebagaimana disajikan dalam makalah ini membahas lebih lanjut tentang penggunaan intuisi
dalam epistimologi ilmu baik di kalangan ilmuwan Muslim maupun non Muslim. Selain itu,
dibahas pula sebab-sebab dan argumentasi mengapa mereka menerima intuisi itu atau
menolaknya, serta implikasinya bagi kehidupan sosial kemasyarakatan dan budaya. Kajian ini
dinilai penting, karena selama ini  pendapat umum mengatakan, bahwa semua ilmuwan
muslim  menerima intuisi sebagai bagian dari epistimologi keilmuan, sedangkan ilmuwan
Barat menolaknya. Tulisan ini  dimulai dengan menjelaskan pengertian epistimologi ilmu dan
intuisi.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian intuinsi ?

2. Bagaimana Pendekatan intuinsi dalam agama ?

3. Apa saja prinsip-prinsip disiplin ilmu ?


 

B. PEMBAHASAN

Pengertian intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu.
Intuisi bersifat personal dan tidak di ramalkan. Sebagai dasar untuk Menyusun pengetahuan
secar teratur maka intuisi ini tidak dapat dindalkan. Secara harfiah intuisi dapat diartikan
perasaan batin atau getaran jiwa yang dapat merasakan sesuau, yang selanjutnya
menimbulkan pengaruh kedalam sikap, ucapan, dan perbuatan. Intuisi yang tertinggi dapat
mengambil bentuk wahyu sebagaimana dialami para Nabi. Sedangkan yang lainnya dapat
mengambil bentuk inspirasi (ilham), lintasan pikiran (flashes). Menurut Jujun S.
Suriasimantri (2005:53), intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui
proses penalaran tertentu. Dari Riwayat hidup dan matinya Sokrates, pengetahuan intuitif
disebutnya sebagai “theoria” dimana cara untuk sampai pada pengetahuan itu adalah refleksi
terhadap diri sendiri [ CITATION Bak90 \l 1033 ]

Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Bahawa intuisi yang dialami oleh
seseorang bersifat khas, sulit atau tak bisa dijelaskan, dan tak bisa dipelajari atau ditiru oleh
orang lain. Bahkan seseorang yang pernah memperoleh intuisi sulit atau bahkan tidak bisa
mengulang pengalaman serupa.

Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam
menentukan kebenaran (Bakker dan Zubair, 1990). Kebenaran yang diperoleh dengan
pendekatan intuitif disebut sebagai kebenaran intuitif. Kebenaran intuitif sulit untuk
dipertanggung jawabkan, sehingga ada-ada pihak- pihak yang meragukan kebenaran maca
mini. Pengalaman intuitif sering hanya dianggap sebagai sebuah halusinasi atau bahkan
sebuah ilusi belaka. Meskipun validitas intuisi diragukan banyak pihak, ada sementara ahli
yang menaruh perhatian pada kemampuan manusia yang satu ini. Bagi Abraham Maslow,
intuisi merupakan pengalaman puncak (peak experience), sedangkan bagi Nietzsche,intuisi
merupakan inltelegensi yang paling tinggi [ CITATION Hui82 \l 1033 ]

b. Pendekatan Intuisi
Intuisi merupakan salah satu cara dalam memperoleh pengetahuan disamping cara-cara yang
lain seperti rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme itu memperoleh ilmu pengetahuan
melalui cara yang didasari oleh akal dan logika yang masih dalam ranah kemampuan berpikir
manusia sehingga sejatinya dapat dipahami oleh manusia lainnya, berbeda dengan empirisme
yang memperoleh ilmu pengetahuan berdasarkan pada pengalaman yang dialami.
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu.
Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan
jawaban atas permasalahan tersebut. Tanpa melalui proses berpikir yang rumit dan berliku-
liku tiba-tiba saja dia sudah sampai di situ dan dapat memahami atas jawaban dari
permasalahan tersebut. [ CITATION Hat15 \l 1033 ]
Jika dilihat berdasarkan pemikiran al-Nasafi yang menyatakan terdapat tiga saluran yang
menjadi sumber ilmu, yaitu perspesi indera (idrâk al-hawâs), proses akal sehat (ta’âqul) serta
intuisi hati (qalb), dan melalui informasi yang benar (khabar shâdiq). Oleh al-Attas,
penguraian seperti al-Nasafi di atas dihitung empat, dengan memisahkan proses akal sehat
dan intuisi hati.
Menurut Ibn Taimiyah, pengetahuan yang diperoleh lewat ilham tersebut tidak boleh
bertentangan dengan informasi (Khabar) yang status kebenarannya lebih kuat. Karena selain
sama-sama berasal dari Allah swt, khabar ini juga disampaikan kepada manusia pilihan-Nya,
yaitu para Nabi. Sehingga jelas apa yang disampaikan Allah swt kepada para Nabi lebih
dapat diyakini dan lebih kuat kedudukannya ketika disandingkan dengan ilham yang
didapatkan oleh manusia biasa, yang mana banyak diantaranya hanya berupa lintasan-lintasan
hati biasa dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Ibn Sina menyebut intuisi dengan al-ḥads\ al-qudsī(intuisi suci). Berbeda dengan
pengetahuan rasional, pengenalan intuitif disebut juga ḥuḍūrī, karena objek penelitiannya
hadir dalam jiwa penelitinya, sehingga ia menjadi satu dan identik dengannya. Di sinilah
hubungan antara subjek dan objek terjembatani sehingga tidak menimbulkan jurang atau
jarak yang sangat jauh antara subjek dan objek yang dimaksud[ CITATION Ira14 \l 1033 ]

Jika dikaji lebih mendalam, pendekatan Intuisi ini dapat merambah kepada pembahasan
perkara-perkara yang bersifat spiritual, karena pembahasan Intuisi menyangkut hati dan jiwa,
hati yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta kepada umat manusia ini sangat istimewa, ilmu-
ilmu pengetahuan bisa datang langsung dari Allah SWT melalui hati tanpa proses berpikir
yang rumit, karena sejatinya tidak ada yang mustahil bagi Allah, dan jika seorang hamba
telah dapat menjalin hubungan spiritual yang harmonis dengan Sang Pencipta, Allah akan
terangkan jalan hambanya dalam mencari ilmu-ilmu pengetahuan atas lehendak-Nya.

c. Prinsip-Prinsip Intuisi
Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas Epistemologi adalah salah satu sub sistem dari
sistem filsafat (Ontolog, Epistemologi dan Aksiologi), sehingga Epistemologi tidak terlepas
dari filsataf. Dengan pengertian lain Epistemologi adalah bagian dari filsafat namun
keberadaan epistemology daam filsafat ini masih menjadi perselisihan pendapat di karangan
para ahlinya.[ CITATION Drs16 \l 1033 ]
Lahirnya epistemologi tauhid dalam pendidikan Islam, pada hakikatnya didasari oleh adanya
ide awal dari konsepsi adab dan tadib itu sendiri. Karena kedua konsepsi ini (adab dan ta’dib)
saling memiliki jalinan erat antara yang satu dengan yang lainnya. Di satu sisi adab dan ta’dib
selain sebagai konsepsi yang tepat dari pendidikan Islam, pada sisi lain mengandung makna
juga sebagai epistemologi pendidikan Islam berparadigma tauhid. Bahkan pada gilirannya
juga akan mengandung makna tujuan yang ingin dicapai dari hasil pendidikan Islam itu
sendiri.
Formulasi epistemologi tauhid yang dimaksud Naquib merupakan suatu cara kerja ilmiah
dengan menyatukan unsur-unsur indrawi, spiritual, intelektual dan intuitif secara totalitas
untuk memperoleh ilmu pengetahun. Sekaligus juga dengan menyatukan berbagai
epistemologi yang ada, yang telah dipakai oleh para teolog, filsuf dan ahli metafisika, tanpa
melebihkan-lebihkan suatu epistemologi tertentu. Seperti antara metode empiris dan rasional,
antara pola deduktif dan induktif, antara yang subyektif dan obyektif, dan yang lainnya.
Sumber utama yang dijadikan acuan dan rujukan Naquib adalah nilai-nilai dasar
berlandaskan al-Qur’ān dan al-Sunnah serta tradisi para ahli keilmuan Muslim terdahulu yang
dipadu dengan teologi, syari’ah, filsafat, metafisika Islam (at-tsashawwūf), dan intuisi. Bukan
berdasarkan epistemologi yang diperkenalkan oleh tradisi filsafat sains Barat seperti
materialisme atau idealisme yang didukung oleh pendekatan seperti empirisme, rasionalisme,
realisme, nominalisme, pragmatisme, positivisme, positivisme logis, kritisisme, yang timbul
tenggelam sepanjang abad, memunculkan yang satu menggantikan yang lainnya sampai
dengan zaman kini.
Berikut ini beberapa ayat-ayat al-Qur’ān yang dirujuk Naquib dalam memformulasikan
prinsip-prinsip epistemologi tauhid dalam pendidikan Islam, yaitu:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.”
“Orang Mukmin itu adalah bersaudara antara satu dan lainnya.”
“Semua akan hancur kecuali Allah.
Dari analisis yang dapat ditelusuri penulis terhadap berbagai karya-karya Naquib, setidaknya
terdapat lima formulasi prinsip-prinsip epistemologi tauhid dalam pendidikan Islam, yaitu
sebagai berikut: Pertama, nilai-nilai epistemologi tauhid berdimensi alQur’ān secara
diametris bukan pemikiran spekulatif. Kedua, mengedepankan signifikansi substansi
spiritual. Ketiga, nilai-nilai epistemologi tauhid bersifat penyatuan antara religius dan ilmiah.
Keempat, meminimalisir problematika dikotomi ilmu pengetahuan antara yang obyektif dan
subyektif. Kelima, berpotensi melahirkan eksposisi pengetahuan ilmiah secara Qur’āni. Pada
gilirannya, semoga prinsip-prinsip epistemologi tauhid pendidikan Islam paradigma tauhid ini
dapat memberikan kontribusi berupa produk pemikiran dalam wacana pengembangan
pendidikan di Indonesia, dan tentu besar harapannya dapat diimplementasikan dalam sistem
dan proses pendidikan Islam.[ CITATION Kom20 \l 1033 ]

d. Cara Kerja Ilmu Intuisi


Mereka para Ulama melakukan pendekatan dengan Allah melalui penyucian diri (tazkiyah al-
nafs), dzikir, shalat sunah, memelihara wudlu, dan sebagainya. Dengan cara itu mereka
segera dapat menghasilkan pemahaman yang demikian luas dan mendalam tentang suatu ayat
atau hadis, lalu mereka menarik hikmah, ajaran, nilai-nilai, dan pemahaman yang mendalam
dari ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis yang mereka ingin pahami itu. Ibn Sina, seorang ilmuwan
ensiklopedik, integrated, holistik dan multi talented misalnya mengatakan, bahwa pada saat ia
menulis pada hakikatnya ia sedang bertasybih, yang melalui tangannya memacar
pengetahuan dari Tuhan. Dalam kaitan ini, Athiyah al-Abrasyi menceritakan tentant Ibn Sina
dengan mengatakan: “Dan di antara kebiaasaan Ibn Sina adalah, jika ia menemui masalah
(ilmiah), maka ia pergi ke masjid, kemudian ia berwudlu, shalat sunnah, dan berdo’a,
sehingga selubung yang menutupi akalnya terbuka.[16] Demikian pula Imam Syafi’I ketika
mengalami kesulitan dalam memahami perkara ilmiah, maka ia dinasehati oleh gurunya
bernama Waqi’, agar menjauhkan dosa. Lengkapnya Imam Syafi’i berkata: Aku mengadu
kepada guruku bernama Waqi’, karena aku sulit menyerap dan memahami perkara ilmiah.
Maka guruku menasihatiku agar menjauhi perbuatan maksiat, dan ia mengajarkan bahwa
ilmu itu cahaya, dan cahaya itu tidak akan diberikan kepada orang yang berdosa.[17]
Pengalaman yang serupa juga terjadi pada Sayyid Quthb. Pada bagian awal kitab Tafsirnya,
Fi Dzilal al-Qur’an sebanyak 8 jilid, ia menceritakan: Bahwa pada suatu saat aku sulit
memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Kemudian aku pergi ke mesjid dan melakukan shalat hajat
dan berdo’a, maka tiba-tiba pikiran dan hati sangat terang dan jernih, kemudian dalam
pikiranku terlihat dengan terang maksud dari suatu ayat, dan kemudian aku ambil pena, dan
aku terus menulis tanpa henti, dan dari pikiranku mengalir ilmu tanpa hentinya.[18]

Tidak hanya dari kalangan sufi dan ulama saja yang bisa memperoleh pengetahuan langsung
dari Tuhan. Semua orang bisa memperoleh pengetahuan melalui intuisi sesuai dengan
tingkatan, kesungguhan dan metode yang ditempuhnya sebaimana akan dijelaskan pada
bagian berikutnya. Pengetahuan intuitif bisa datang kepada mufassir, yaitu berupa bimbingan,
pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang ayat-ayat tersebut pada saat mufassir
itu sedang berupaya memahami dan menangkap makna di balik ayat (simbol). Pengetahuan
intuitif bisa datang kepada para penyair, yaitu ketika mereka sedang menggubah atau
menyusun suatu syair, tib-tiba mereka memperoleh pencerahan secara batin dari Tuhan yang
selanjutnya mereka dapat melahirkan karya-karya puisi, syair, taushih, kata-kata hikmah dan
sebagainya yang original. Para penyair, sastrawan, pujangga, penulis novel, penulis lagu,
penulis cerita, pembuat disain, arsitektur dan rancang bangun, ornamen, assesoris dalam
bentuk karya seni yang indah, disain kendaraan, pesawat, alat-alat komunikasi, kesehatan,
teknik pengobatan, dan lainnya adalah orang-orang yang sesungguhnya memperoleh
pengetahuan dari Tuhan, melalui intuisi, bukan dari bangku kuliah.Kita seringkali secara tiba-
tiba mendapatkan pengetahuan dengan pencerahan batin kita. Pengalaman ini adalah
pengalaman intuisi, dan mungkin setiap orang pernah mengalaminya, hanya frekwensinya
yang membedakan masing-masing orang dalam mendapatkan intuisi itu. Ada orang yang
kerap kali mendapatkan intuisi, tetapi sebaliknya, ada juga yang jarang sekali. Perbedaan
perolehan intuisi ini sebenarnya juga menarik ditelusuri dari sudut penyebabnya. Dalam
kadar, tingkat dan keragamannya, seseorang bisa mendapatkan pengetahuan langsung dari
Tuhan melalui intuisi saat dia sedang buang air besar, berjalan-jalan, menjelang tidur, dan
kedaan-kedaan lainnya yang tidak dipersiapkan untuk memikirkan secara serius terhadap
pengetahuan. Sebaliknya terkadang seseorang sedang serius memikirkan sesuatu untuk
mendapatkan pengetahuan, justeru intuisi itu tidak kunjung datang. Dengan pengertian lain,
bahwa intuisi itu bisa datang kepada semua orang, termasuk kepada orang yang tidak percaya
dan tidak mengakui intuisi itu sendiri. Intuisi datangnya sewaktu-watu tanpa memandang
waktu, kesibukan maupun orang yang menerimanya.[19]
[16] Muhammad Athiyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Fulasifatuha,
[17] Riwayat Hidup Imam Syafi’I

[18] Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif.

[19] Mujamil Qomar, op, cit, hal. 324.

e. Fungsi Instuisi
Sebagian orang menyebut hati (qalb) ini dengan intuisi. Kalangan sufi mengklaim bahwa
intuisi lebih unggul ketimbang akal. Hati dapat Memahami pengalaman langsung kadang-
kadang tidak seperti yang dikonsepsikan Akal. Hati juga bisa mengenal objeknya secara lebih
akrab dan langsung. [ CITATION Rum68 \l 1033 ]

f. Kegunaan Intuisi
Intuisi bisa melengkapi pengetahuan Rasional dan inderawi sebagai suatu kesatuan sumber
ilmu yang Dimiliki manusia, dan memberi banyak tambahan informasi yang Lebih akrab dan
partikular tentang sebuah objek dengan cara yang Berbeda dengan yang ditempuh oleh akal
maupun indera. [ CITATION BAM141 \l 1033 ]
C. PENUTUP

Kesimpulan
Jadi Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu.
Intuisi bersifat personal dan tidak di ramalkan. Kemudian pendekatan Intuisi ini dapat
merambah kepada pembahasan perkara-perkara yang bersifat spiritual, karena pembahasan
Intuisi menyangkut hati dan jiwa, hati yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta. Sedangkan
disiplin-disiplin ilmu itu lahir karna adanya epistemology yang didasari oleh adab dan ta’dib
DAFTAR PUSTAKA
Bakker, A. d. (1990.). Metodologi Penelitian Filsafat. Sleman: Penerbit Kanisius.
Drs. H. Tohar Bayoangin, M. (2016). Epistemologi Islam . Medan: PERDANA
PUBLISHING.
Hatta, M. ((2015)). HUBUNGAN ANTARA AKAL, PENGINDERAAN, INTUISI DAN
WAHYU DALAM BANGUNAN KEILMUAN ISLAM. Takengon: STAIN Gajah Putih
Takengon.
Huijbers, T. (1982). Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta: Penerbit
Kanisisus.
IRAWAN, B. ( 2014). :Intuisi sebagai Sumber Pengetahuan TEOLOGIA,. In B. IRAWAN,
:Intuisi sebagai Sumber Pengetahuan TEOLOGIA (p. VOLUME 25).
Irawan, B. (2014). INTUISI SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN:Tinjauan terhadap
Pandangan Filosof Islam. Sumatera Utara.: Institut Agama Islam Negeri Sumatera
Utara.
IRAWAN:, B. (JANUARI-JUNI 2014). Intuisi sebagai Sumber Pengetahuan TEOLOGIA.
Rumi. (1968.). The Mathnawi of Jalal al-Din Rum. London.
Sassi, K. (2020). Prinsip-Prinsip Epistemologi Pendidikan Islam. Jurnal Studi Agama.

Anda mungkin juga menyukai