Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU MANTIQ

KONSEP ILMU DAN DILALAH

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Sabri Wassalam : 210304003

Rahmat Ridho Illahi : 210304011

Dosen Pengampu :

Armaidi, MA.

FAKULTAS USHULLUDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM SUMATERA BARAT

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Swt. yang telah memberikan begitu banyak
limpahan nikmat sehingga di antara nikmat-Nya tersebut penulis dapat
menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah dalam rangka menuntut ilmu.

Shalawat beriringkan salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada


baginda kita yang telah menuntun umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman
ilmiah a’ni Nabi besar Muhammad Saw. juga kepada keluarganya, para
sahabatnya, tabi’in dan tabi’atnya, serta sampai kepada kita selaku umatnya
hingga hari kiamat Amiin.

Selanjutnya makalah yang berada di hadapan pembaca merupakan uraian


materi yang ditulis mengacu kepada silabus mata kuliah Ilmu Mantiq/ Logika
yaitu tentang “Konsep Ilmu dan Dalalah”. yang Alhamdulillah telah selesai dituis.
Tidak akan ada kata selesai disusun makalah ini melainkan dukungan dari semua
pihak baik segi moril maupun materil. Untuk itu penulis sampaikan banyak terima
kasih.

Sudah barang tentu dalam makalah ini tidak luput dari kekeliruan ataupun
kekurangan baik dalam materi maupun dalam hal ikhwal penyusunan. Untuk itu
penulis bermohon maaf dan tak lupa untuk sedia menerima berbagai masukan
yang bersifat membangun untuk penyempurnaannya.

Pariaman,22 September 2022


Pemakalah

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................4
PEDAHULUAN................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan Masalah....................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
A. KONSEP ILMU DAN DILALAH...........................................................................6
1. ILMU.....................................................................................................................6
2. DILALAH.............................................................................................................9
BAB III............................................................................................................................13
PENUTUPAN..............................................................................................................13
Kesimpulan..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................15

iii
BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesungguhnya Ilmu Mantiq membahas tentang fikiran-fikiran dan


persesuaiannya dengan undang-undang berfikir, dari itulah maka
hubungan ilmu mantiq ialah dengan fikiran-fikiran. Tidak ada sangkut
pautnya dengan lafadh; tetapi dikarenakan lafadh itu sebagai tanda yang
menunjukkan kepada maksud dan pengertian, maka untuk mengambil
faidah makna-makna itu, tidak terlepas dari hubungannya dengan lafadz-
lafadz itu menunjukkan atas nama dan petunjuk lafadz itu, dengan arti
memahami makna dari lafadz

Dari sinilah akan dibahas tentang petunjuk-petunjuk atas makna-


makna secara umum. Jadi pengertian dilalah (petunjuk), memahami
sesuatu dari sesuatu yang lain (fahmu amrin min amrin), amrin pertama
dinamakan mad-lul sedangkan amrin yang kedua merupakan dalal. Untuk
memahami lebih jauh tentang Ilmu dan Dilalah, sedikit banya penulis
menguraikan yang menyangkut Konsep Ilmu dan Dilalah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan ilmu ?
2. Berapa pembagian ilmu mantiq ?
3. Apa yang dimaksud dengan dilalah ?
4. Jelaskan Pembagian dilalah ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa itu ilmu
2. Mengetahui pembagian ilmu mantiq
3. Mengetahui apa itu dilalah
4. Mengetahui pembagian dilalah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP ILMU DAN DILALAH


1. ILMU
Ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala- gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. 1
Menurut Prof. KH. M Taib Thahir Abd. Mu’in, ilmu adalah mengenal
sesuatu yang belum dikenal.2 Menurut Muhammad Nur Al-Ibrahim
mengemukakan pengertian ilmu menurut ahli mantik sb : Pencapaian
objek yang belum diketahui dengan cara meyakini atau menduga
keadaannya bisa sesuai dengan realita atau sebaliknya.3 Ilmu
pengetahuan merupakan cara untuk menghasilkan dan menguji
kebenaran pernyataan mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dunia
pengalaman manusia. Paling tidak ada empat cara untuk menghasilkan
dan menguji kebenaran pernyataan empiris, yaitu:
a. Otoriter, pencapai pengetahuan yang berbobot (ketua adat, uskup,
raja, dll).
b. Mistik, sebagian dihubungkan dengan cara otoriter seperti para
wali, pelantara, dewa-dewa, dll. Otoriter lebih berorientasi
bagaimana sosial sedangkan mistik bersumber dari bribadi
pemakai.
c. Logika Rasional, sejalan dengan pemikiran sosial.

1
H. Baihaqi A. K , Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logika, Darul Ulum Press. Hal 9
2
KH. M Taib Thahir Abd Mu’in, (Ilmu Mantik logika. 1987, Jakarta : PT Bumi Restu)
Hal, 21
3
H. Syukriadi Sambas, (Mantik Kaidah Berpikir Islami. 1996, Bandung Remaja Rosda
Karya) Hal 40

5
d. Cara Ilmiah, menggabungkan suatu kepercayaan terhadap akibat
yang diamati.4 Ilmu menurut para pakar Mantiq, adalah mengerti
dengan yakin atau mendekati yakin (zhan) mengenai sesuatu yang
belum diketahui, baik paham itu sesuai dengan realita maupun
tidak Contoh:

Anda, ketika berada dalam sinar cahaya bulan yang samara-samar,


kebetulan melihat baying-bayang hitam setinggi manusia. Anda lantas
memahami bahwa bayang-bayang itu adalah bayangan manusia dan
anda yakin akan paham anda itu. Kebetulan, ternyata bahwa bayang-
bayang itu adalah benar bayangan manusia. Pemahaman anda itu
merupakan lmu yang yakin dan sesuai dengan realitas (ilmu yaqini
muthabiq lil-waqi’) akan tetapi, jika anda mempunyai pengertian yang
mendekati yakin (zhan) bahwa bayang-bayang itu adalah bayangan
manusia.Kebetulan, ternyata bahwa bayang-bayang itu adalah benar
bayangan manusia.5 Maka pengertian anda itu merupakan ilmu yang
mendekati yakin (zhan) dan sesuai dengan realitas (ilmun zhanni
muthabiq lil-waqi’). Sebaliknya dari contoh diata, ada Ilmun yaqimi
ghairu muthabiq lil-waqi’ dan Ilmun zhanni ghairu mhuntabiq lil-
waqi’.

Pembagian Ilmu Menurut Para Pakar Mantiq

Il
mu
Tashawur Tashdiq

Badih Nazhar Badih Nazhar


i i i i

Tabel di atas memperlihatkan bahwa ilmu, menurut ilmu mantik,

4
Wallace, L. 1990. Metode Logika Ilmu Sosial. Terjemah: Yayasan Solidaritas Agama.
Koordinator: Lailil Kadar. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 1-3
5
A.Baihaqi, loc.cit.

6
terbagi dua:

1) Tashawwur
yaitu memahami memahami sesuatu tanpa mengenaka
(meletakkan) sesuatu (sifat) yang lain kepadanya, seperti
memahami kata Husein, manusia, kerbau, rumah, gunung dan
sebagainya. Tashawwur juga bisa diartikan dengan mengetahui
hakikat-hakikat objek tunggal dengan tidak menyertakan penetapan
kepadanya atau meniadakan penetapan drinya.
2) Tashdiq
yaitu memahami hubungan antara dua kata, atau
menempatkan sesuatu (kata) atas sesuatu (kata) yang lain. Ketika
anda memahami Husein tanpa menetapkan sesuatu yang lain
kepadanya maka ilmu anda mengenai Husein itu Tashawwur.
Tetapi, ketika anda mengatakan Husein sakit, berarti anda
memahaminya dengan menetapkan (meletakkan) sakit kepada
Husein. Pemahaman anda pada waktu itu sudah berpindah dari
Tashawwur kepada Tashdiq.6
Ilmu Tashawwur dan Tashdiq masing-masing dibagi
menjadi dua, yaitu Badihi dan Nazhari.

a) Badihi

Yaitu pemahaman tentang sesuatu yang tidak memerlukan


pikiran atau penalaran, seperti mengetahui diri merasa lapar
karena terlambat makan, mengetahui diri merasa dingin karena
tidak memakai jaket, mengetahui satu adalah setengah dari dua,
dan semacamnya.

b) Nazhari

Yaitu Pemahaman (Ilmu) yang memerlukan pemikiran,


penalaran atau pembahasan, seperti ilmu tentang matematika,

6
Ibid., hlm.10-11

7
gas bumi, kimia, teknologi radio, televisi, komputer dan
semacamnya. Demikian juga halnya dengan ilmu pengetahuan
tentang alam sebagai sesuatu yang baru yang harus ada
penciptanya, termasuk ilmu pengetahuan tentang alam kubur
dan kebangkitan di hari akhirat.

2. DILALAH

a. Pengertian Dilalah

dari segi bahasa berasal dari bahasa arab, yakni daala-


yadulu-dilalah yang artinya petunjuk atau yang
menunjukan.Dalam logika (ilmu mantiq) berarti, satu pemahaman
yang dihasilkan dari sesuatu atau hal yang lain, seperti adanya asap
di balik bukit, berarti ada api dibawahnya. Dalam hal ini api
disebut madlul (yang ditunjuk atau yang diterangkan), sedangkan
asap disebut dal atau dalil (yang menunjukan atau petunjuk).
Dilalah adalah memahami sesuatu dari sesuatu yang lain, sesuatu
yang pertama disebut Al-madhul. dan segala sesuatu yang kedua
disebut Al-dall (petunjuk, penerang atau yang memberi dalil).

Contoh: Terdengar raungan harimau di suatu semak adalah dilalah


bagi adanya harimau di dalam semak tersebut.

b. Macam - macam Dilalah

Dilalah lafzhiyah adalah Petunjuk yang berupa kata atau suara.


Dilalah ini terbagi menjadi tiga :

1) Dilalah Lafzhiyah
a) Dilalah Lafzhiyah Thab`iyah, yaitu dilalah (petunjuk) yang
berbentuk alami, Contoh :
i. Tertawa terbahak-bahak menjadi dilalah untuk gembira.
ii. Menangis Terisak-isak menjadi dilalah bagi sedih

b) Dilalah Lafzhiyah `Aqliyah, yaitu dilalah (petunjuk) yang


berbentuk akal pikiran, Contoh:

8
i. Suara teriakan di tengah hutan menjadi dilalah bagi
adanya manusia disana
ii. Suara teriakan “Maling” di sebuah rumah menajdi
dilalah bagi adanya maling yang sedang melakukan
pencurian.

c) Dilalah Lafzhiyah Wadhi`iyah, yaitu dilalah (petunjuk )


yang dengan sengaja dibuat oleh manusia untuk isyarat atau
tanda ( apa saja ) berdasarkan kesepatakan, Contoh:

i. Orang Sunda, misalnya sekat menetapkan kata Cau


menjadi dilalah bagi Pisang.
ii. Orang Jawa, misalnya sepakat menetapkan kata Gedang
menjadi dilalah bagi Pisang
iii. Orang Inggris, misalnya sepakat menetapkan kata
Banana menjadi dilalah bagi pisang.

2) Dilalah Ghairu Lafzhiyah

Dilalah ghairu lafzhiyah adalah petunjuk yang tidak


berbentuk kata atau suara. Dilalah ini terbagi tiga:

a) Dilalah Ghairu Lafzhiyah Thabi`iyah, yaitu dilalah


(petunjuk) yang bukan kata atau suara yang berupa sifaat
alami, Contoh:

i. Wajah cerah menjadi dilalah bagi hati yang senang.

ii. hidung menjadi dilalah bagi menghindarkan bau


kentut dan sebagainya.

b) Dilalah Ghairu Lafzhiyah ‘Aqliyah, yaitu dilalah


(petunjuk) yang bukan kata atau suara yang berupa
pemahaman melalui akal pikiran, Contoh:

i. Hilangnya barang-barang di rumah menjadi dilalah


adanya pencuri yang mengambil.

9
ii. Terjadinya kebakaran di gunung menjadi dilalah bagi
adanya orang yang membawa api ke sana.

c) Dilalah Ghairu Lafzhiyah Wadh’iyah, yaitu dilalah


(petunjuk) bukan berupa kata atau suara yang dengan
sengaja dibuat oleh manusia untuk suatu isyarat atau
tanda (apa saja) berdasarkan kesepakatan, Contoh:

i. Secarik kain hitam yang diletakkan di lengan kiri


orang Cina adalah dilalah bagi kesedihan/duka cita,
karena ada anggota keluarganya yang meninggal.

ii. Bendera kuning dipasang di depan rumah orang


Indonesia pada umumnya, menggambarkan adanya
keluarga yang meninggal.

3) Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah

a) Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah Muthabaqiyah, yaitu dilalah


lafadz (petunjuk kata) pada makna selengkapnya, Contoh:
i. Kata rumah memberi petunjuk (Dilalah) kepada
bangunan lengkap yang terdiri dari dinding, jendela,
pintu, atap dan lainnya, sehingga bisa dijadikan
tempat tinggal yang nyaman. Jika anda menyuruh
seorang tukang membuat rumah, maka yang
dimaksudkan adalah rumah selengkapnya, bukan
hanya dindingnya atau atapnya saja.
b) Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah Tadhammuniyah, yaitu
dilalah lafadz (petunjuk kata) kepada bagian-bagian
maknanya,7Contoh:
i. Jika anda, misalnya menyuruh tukang memperbaiki
rumah maka yang anda maksudkan bukanlah seluruh
rumah, tetapi bagian-bagiannya yang rusak saja.
ii. Jika anda meminta dokter mengobati badan anda,
7
Syukriadi Sambas, Mantiq Kaidah Berpikir Islam (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2016), 44.

10
maka yang dimaksudkan adalah bagian yang sakit
saja.
c) Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah Iltizamiyah, yaitu dilalah lafadz
(petunjuk kata) kepada sesuatu yang di luar makna lafadz yang
disebutkan, tetapi terikat amat erat terhadap makna yang
dikandungnya, Contoh:
i. Jika anda menyuruh tukang memperbaiki asbes rumah
anda yang runtuh, maka yang anda maksudkan bukan
asbes-asbesnya saja, tetapi juga kayu-kayu tempat
asbes itu melekat yang kebetulan sudah patah-patah.
asbes dan kayu yang menjadi tulangnya terkait amat
erat (Iltizam). Jika kerusakan asbes itu disebabkan
kebocoran di atap maka perbaikan atap iltizam
(menjadi keharusan yang terkandung dan terikat)
kepada perintah memperbaiki asbes loteng itu.

11
BAB III

PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Ilmu menurut para pakar Mantiq, adalah mengerti dengan yakin atau
mendekati yakin (zhan) mengenai sesuatu yang belum diketahui, baik
paham itu sesuai dengan realita maupun tidak.
Pembagian Ilmu Menurut Para Pakar Mantiq
1. Tashawwur, yaitu memahami memahami sesuatu tanpa mengenaka
(meletakkan) sesuatu (sifat) yang lain kepadanya.
2. Tasdhiq, yaitu memahami hubungan antara dua kata, atau menempatkan
sesuatu (kata) atas sesuatu (kata) yang lain.
a) Ilmu Tashawwur dan Tashdiq masing-masing dibagi menjadi dua,
yaitu: Badihi, memahami tentang sesuatu yang tidak memerlukan
pikiran atau penalaran.
b) Nazhari, Pemahaman (Ilmu) yang memerlukan pemikiran, penalaran
atau pembahasan.

Dilalah adalah memahami sesuatu dari sesuatu yang lain. Pembagian


Dilalah Dilalah Lafzhiyah, Dilalah lafzhiyah adalah Petunjuk yang berupa
kata atau suara. Dilalah ini terbagi menjadi tiga:

1. Dilalah Lafzhiyah Thab’iyah, yaitu dilalah yang berbentuk alami.


2. Dilalah Lafzhiyah ‘Aqliyah, yaitu dilalah yang dibentuk akal
pikiran.
3. Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah, yaitu dilalah yang dengan sengaja
dibuat oleh manusia untuk suatu isyarah atau tanda berdasar
kesepakatan.

Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah dibagi menjadi tiga:

a) Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah Muthabaqiyah.

12
b) Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah Tadhammuniyah.
c) Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah IltizamiyahDilalah Ghairu Lafzhiyah

Dilalah ghairu lafzhiyah adalah petunjuk yang tidak berbentuk kata atau
suara. Dilalah ini terbagi tiga:

1. Dilalah Ghairu Lafzhiyah Thab’iyah, yaitu dilalah yang berupa


sifat alami.
2. Dilalah Ghairu Lafzhiyah ‘Aqliyah, yaitu dilalah yang dibentuk
akal pikiran.
3. Dilalah Ghairu Lafzhiyah Wadh’iyah, yaitu dilalah yang dengan
sengaja dibuat oleh manusia untuk suatu isyarah atau tanda
berdasar kesepakatan.

B. Saran

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari
tulisan maupun bahasan yang kami sajikan oleh karena itu mohon di berikan
sarannya agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi dan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan menjadi wawasan kita
dalam memahami materi kita pada kali ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

H. Baihaqi A. K, Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logika, Darul Ulum Press.

KH. M Taib Thahir Abd Mu’in, 1987. Ilmu Mantik logika, Jakarta: PT Bumi
Restu

H. Syukriadi Sambas, 1996. Mantik Kaidah Berpikir Islami, Bandung Remaja


Rosda .
Wallace, L. 1990. Metode Logika Ilmu Sosial. Terjemah: Yayasan Solidaritas
Agama. Koordinator: Lailil Kadar. Jakarta: Bumi Aksara.
Chaerudji Abdulchalik, 2013 Ilmu Mantiq Depok : PT Rajagrafindo Persada.
Syukriadi Sambas, Mantiq Kaidah Berpikir Islam, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

14

Anda mungkin juga menyukai