Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

ILMU MANTIQ

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Ilmu Manteq
Dosen Pengampu : Drs. H. E. Z. Abidin, M.Pdi

Disusun oleh :
Kelompok 3
 Ecin
 Hesti Suryaningsih

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


PERSATUAN UMAT ISLAM MAJALENGKA
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2023/ 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik
hidayahnya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah Strategi Pembelajaran
guna memenuhi tugas sesuai dengan yang di harapkan. Saya mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi khalayak umum,
dan tidak lupa saya memohon maaf apabila dalam penyususnan makalah ini terdapat
kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Saya sebagai
penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Ilmu Dalam Mantiq
B. Pembagian Ilmu Mantiq
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu Mantiq (logika) menyebutkan bahwa manusia sebagai Al-Insanu
hayawanun nathiq (manusia adalah binatang yang berpikir).Manusia dapat berkata-
kata dan berperilaku berdasarkan pikirannya, hal inilah yang membedakan manusia
dengan hewan, yaitu penggunaan pikiran. Anugerah pikiran yang dimiliki manusia
sebagai alat untuk mempertimbangkan pendapat atau sikap yang akan dilakukan,
sedangkan hewan tidak dianugerahkan pikiran namun sebuah naluri.
Hal ini dengan cukup mudahnya dapat kita perbandingkan posisi atau
keunggulan antara manusia dan hewan, seperti yang termaktub dalam ayat al-qur'an
surat al-alaq ayat 4 yang artinya "Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia
dengan bentuk yang sebaik-baiknya"
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi akal, sangat menganjurkan
umatnya untuk mendidik dan membimbing akal. Tujuannya adalah agar tidak
terjerumus kedalam kesesatan berlogika.
Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah ilmu untuk menyelamatkan akal dari
kesesatan, yaitu Ilmu mantiq. Mantiq oleh sebagian kalangan disebut sebagai bapak
segala ilmu. Ini tidaklah berlebihan, mengingat mantiq merupakan formula dan alat
untuk menuju metode berfikir yang benar dan jernih sehingga sampai kepada
kesimpulan yang benar pula.
Dalam Islam, ilmu mantig mulai di dilakukan oleh Al-Farabi, salah satu filsuf
Muslim yang sering dinyatakan sebagai maha guru kedua dalam ilmu pengetahuan.
Pada masa Al-Farabi ilmu mantiq dipelajari lebih rinci dan dipraktekkan, termasuk
dalam pentasdigan qadhiyah.
Selain itu, para ulama juga semakin mendalami, menerjemahkan dan
mengarang karya bidang ilmu mantik. Di antaranya Abdullah Ibn Al-Mugaffa’,
Yaqub Ibn Ishaq Al-Kindi, Abu Nashr Al-Farabi, Ibn Sina, Abu Hamid Al-Ghazali,
Ibn Rusyd Al-Kuthubi.
B. Rumusan Masalah
a. Apa konsep ilmu dalam mantiq ?
b. Apa saja Pembagian ilmu mantiq ?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui konsep ilmu dalam mantiq
b. Untuk mengetahui pembagian ilmu mantiq
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Ilmu Dalam Mantiq


Ilmu menurut ahli mantiq (logika) adalah hal mengetahui sesuatu yang majhul
secara yaqin atau zhann (dugaan), sesuai dengan kenyataan atau tidak. Seperti :
apabila kita melihat bayangan dari jauh itu manusia,dan kita yakin betul bahwa yang
dilihat adalah manusia dan kenyataannya bayangan tersebut adalah manusia, maka
penemuan ilmu tersebut disebut dengan ilmu yang benar atau pasti (hasil dari fikiran).
Namun, apabila kita melihat bayangan dari jauh dan hanya menduga bahwa itu
manusia dan kenyataannya memang demikian, maka penemuan ilmu tersebut disebut
zhann yang sesuai dengan kenyataan (kebenaran).
Menurut pendapat lain, ilmu memiliki pengertian ganda. Pertama, ilmu adalah
apa yang diketahui (ma’rifah), yaitu dipercayai dengan pasti dan sesuai dengan
kenyataan yang muncul dari salah satu argumentasi yang disebut dengan dali. Kedua,
ilmu adalah gambaran yang ada pada akal tentang sesuatu, seperti kuda, kambing.
Dengan menyebutkan seperti itu maka akan terlintas gambaran pada akal. Lafazh
yang muncul dengan sendirinya itu disebut dengan Tashawwur. Jadi, ilmu adalah
suatu pengetahuan yang disusun secara sistematis dan mempersoalkan bagian tertentu
dari alam semesta (makhluk).
Definisi lain dari ilmu adalah penemuan sesuatu yang belum diketahui, atas
dasar yakin atau dugaan, baik sesuatu itu sesuai kenyataan atau tidak. Jadi salah satu
fungsi ilmu adalah untuk menelusuri sesuatu yang sesuai dengan kenyataan atau tidak.
Dalil yang dipelajari untuk mengetahui sesuatu yang sesuai dengan kenyataan
atau tidak itu disebut dengan mantiq. Sehingga mantiq adalah alat untuk menuju suatu
ilmu yang benar atau sering disebut dengan bapak "dari segala ilmu.1 Ilmu mantik
menurut al-quasini adalah ilmu yang membahas objek-objek pengetahuan tasawwur
dan tashdiq untuk mencapai interaksi dari keduanya atau suatu pemahamn yang dapat
mendeskripsikan tasawwur dan tashdiq.
Dr. Muhammad al-Bahi menulis bahwa ilmu ditinjau dari sumbernya dibagi
menjadi 2, (a) ilmu yang bersumber dari Tuhan (Ma’rifat al-Ilahiyah), (b) ilmu yang
bersumber dari manusia (Ma’rifat al-insaniyah). Syekh Abdur-Rahman al-Ahdhari
dan Al-Darwi berpendapat bahwa ilmu berarti penjelasan tentang sesuatu dengan cara
mengetahui sesuatu tersebut; atau, sampainya jiwa kepada pemahaman makna sesuatu
tersebut. Pengertian ilmu ini tentu saja dalam konteks ilmu sebagai “ilmu baru”
(hadits). Sebab, ilmu itu – dilihat dari segi waktu – terbagi menjadi ‘Ilm al-Qadim
(ilmu Allah SWT), dan ‘Ilm al-hadits (ilmu “baru”) yaitu ilmu yang dimiliki manusia.
Al-Jurjani mengklasifikasikan ilmu menjadi dua bagian (a) ‘Ilm Al-Qadim dan
(b) ‘Ilm Al-Hadist. Ilmu hadist sendiri dibagi menjadi 3 macam (a) Ilmul Hadist
Badihi (ilmu yang langsung dapat dipahami) (b) ‘Ilmul- Hadist Dharuri (ilmu yang
dapat dipahami melalui indra) dan (c) ‘Ilmul-Hadist Istidlali (ilmu yang dapat
dipahami dengan nalar). Menurut Ubaidillah Bin Fadh Al-Khabisi objek ilmu mantiq
adalah tasawwur dan tashdiq yang kan menghasilkan takrif atau definisi (hujjah).
Menurut Al- Darwis objek ilmu mantiq adalah pemahaman makna suatu variable
objek pikir (tasawwur) dan pemahaman hubungan antara dua variable atau lebih
(tashdiq) untuk menghasilkan suatu pengertian dan argumentasi.

B. Pembagian Ilmu Mantiq


Selanjutnnya secara garis besar ilmu dibagi menjadi 2, Tasawwur Dan
Tashdiq.
1. Tasawwur
Tashawwur (konsepsi), yaitu memahami atau mengetahui tentang hakekat-
hakekat arti dari lafazh yang mufrad (tunggal) tanpa embel-embel "apapun.
Seperti pemahaman terhadap arti lafazh manusia, rumah, pohon, dan burung.
Mengetahui hakikat-hakikat objek tunggal dengan tidak menyertakan penetapan
sesuatu kepadanya atau meniadakan penetapan darinya.
Tashawwur adalah dapat memahami dan menggambarkan arti dari sebuah
kata. Contoh, apabila ada orang yang mengatakan “mangga” maka kita akan
membayangkan definisi dari kata “mangga” tersebut.
Tashawwur dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Tashawwur Nadhari (konsepsi perhitungan), yaitu tashawwur yang dihasilkan
melalui proses analisa dan pemikiran. Contohnya seperti gambaran pikiran
tentang hakikat listrik, ruh, radio, televisi atau telepon. Hakikat benda-benda
tersebut dapat dipahami setelah berpikir panjang dan mendalam.
b. Tashawwur Dharuri (konsepsi aksiomatis), yaitu tashawwur yang dihasilkan
tanpa melalui proses analisa dan pemikiran. Contohnya seperti gambaran pada
arti lapar, haus, panas, atau dingin.
Menurut pendapat lain, tashawwur itu ada dua macam :
 Tashawwur Asli (Sadz) adalah tashawwur yang tampak penisbatan
hukum,atau bisa disebut dengan tashawwur yang berdiri sendiri (tunggal
/mufrad).
Ada tiga bentuk tashawwur asli, yaitu :
1) Bentuk makna mufrad, seperti : manusia, besi, kayu,dan lain-lain
2) Bentuk murakkab, idhafah, seperti : kebun binatang, kembang sepatu,
dan lain-lain.
3) Bentuk sifat-sifat murakkab, seperti : hewan ysng berpikir, Muhammad
yang berakal, dan lain-lain.
 Tashawwur-Tashawwur yang memiliki nisbah hukum yang disebut
dengan tashdiq. Seperti : manusia itu penulis, bunga itu bagus. Yang
dimaksud hukum disini adalah tersandarnya sesuatu kepada yang lain
(bisa bentuk ijab atau mujabah, bisa bentuk sabilah). Kedua contoh trsebut
disebut dengan jumlah tashdiqiyah yang terdiri dari :
1) Maudhu’i yaitu mahkum alaih atau musnad alaihi.
2) Mahmul yaitu mahkum bih atau musnah bih.
Tashawwur nisbah itu tidak keduanya badihi (mudah) dan tidak
keduanya nadzari (susah), karena apabila keduanya mudah maka kita
menjadi bodoh atau sesat dan apabila keduanya susah maka kita akan
berputar-putar (tasalsul).
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa tasawwur dibagi
menjadi 2 :
a. Tasawwur badihi,
Yang dimaksud badihi adalah sesuatu yang apabila kita akan
mencapainya itu tidak perlu bersusah payah, seperti : bumi itu lebih
rendah dari langit.
Pendapat lain mengatakan bahwa tasawwur badihi adalah
tasawwur yang tidk memerlukan penjelasan (mudah diketahui dan
dipahami). ada juga yang mengatakan bahwa taswwur badihi yaiu
menggambarkan atau membayangkan arti suatu kata dengan tanpa
membutuhkan penelitian dan pemikiran. Contohnya membayangkan atau
menggambarkan arti kalimat haus, lapar, dingin.
b. Tasawwur nadhari
Yang dimaksud nazhari adalah sesuatu yang apabila kita ingin
mencapainya harus bersusah payah, seperti: bagaimana bumi berputar
sedangkan kita di atasnya tidak bergerak.
Tasawwur nadhari adalah tasawwur yang memiliki pengertian
belum jelas, atau tasawwur masih memerlukan penjelasan (tidak mudah
dikethui dan dipahami) pendapat lain mengatakan bahwa tasawwur nadhari
yaitu menggambarkan atau membayangkan arti suatu katadengan
membutuhkan pembahasan dan pemikiran. Contohnya, akal, jiwa, hakikat
listrik, ruh, dan radio.

2. Tashdiq (persepsi)
yaitu mengetahui atau memahami kenyataan kenisbatan, ada atau tidak
adanya kenyataan tersebut. Tashdiq adalah mengetahui atau memahami ada
atau tidak adanya penyandaran hukum pada suatu perkara. Seperti pemahaman
bahwa air laut asin, langit tidak di bawah kita.
Mengerti hubungan yang sempurna antara dua objek tahu yang
tunggal. Atau, menghukumi hakikat objek tahu dengan menetapkan sesuatu
kepadanya atau meniadakan penetapan darinya.
Tashdiq dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Tashdiq badihi, yaitu membenarkan tau menyalahkan arti suatu kata
dengan tanpa membutuhkan pemikiran dan penelitian. Contohnya
membenarkan bahwa sesuatu yang
b. satu tidak mungkin berada didua tempat dalam waktu yang bersamaan.
c. Tashdiq nadhari, yaitu membenarkan atau menyalahkan arti suatu kata
dengan membtuhkan pembahasan dan "pemikiran. Contoh membenarkan
bahwa orang-orang yang mati akan dibangkitkan dari kuburnya.
Menurut pendapat lain pembagian tashdiq ada dua macam :
a. Tashdiq Nazhari, contohnya adalah alam raya yang baru (makhluk) dan
orang-orang yang akan mati dibangkitkan kembali dari kuburnya, hal
seperti itu tidak dapat dipahami kecuali dengan kajian dan pemikiran yang
mendalam.
b. Tashdiq Dharuri, contohnya yaitu satu benda tidak mungkin ada dalam
dua tempat dalam waktu yang bersamaan, dan satu adalah setengah dari
dua.
Untuk dapat sampai pada tashdiq maka harus lebih daluhu
tashawwur, sehingga tashawwur harus dipertemukan lebih dahulu.
Pemahaman terhadap tashawwur merupakan dasar pemahaman terhadap
tashdiq jika pemahaman terhadap tashawwur benar, maka pemahaman
terhadap tashdiq juga benar atau setidaknya mendekati benar.
Kalimat “Zaid berdiri” mengandung empat tashawwur, yaitu
gambaran pikiran (tashawwur) mengenai berdiri, gambaran pikiran
(tashawwur) mengenai Zaid, gambaran pikiran (tashawwur) mengenai
nisbah (hubungan) antara Zaid dan berdiri, dan gambaran pikiran
(tashawwur) mengenai wujud atau terjadinya nisbah. Gambaran pikiran
yang terakhir dinamakan dengan tashdiq.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tashawwur secara tabiat (natural)
adalah didahulukan dari proses tashdiq. Karena tidak mungkin hati akan
menghukumi suatu perkara sebelum mampu menggambarkan
makna(hakekat) dari perkara tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Definisi lain dari ilmu adalah penemuan sesuatu yang belum diketahui, atas
dasar yakin atau dugaan, baik sesuatu itu sesuai kenyataan atau tidak. Jadi salah satu
fungsi ilmu adalah untuk menelusuri sesuatu yang sesuai dengan kenyataan atau tidak.
Dalil yang dipelajari untuk mengetahui sesuatu yang sesuai dengan kenyataan
atau tidak itu disebut dengan mantiq. Sehingga mantiq adalah alat untuk menuju suatu
ilmu yang benar atau sering disebut dengan bapak "dari segala ilmu.1 Ilmu mantik
menurut al-quasini adalah ilmu yang membahas objek-objek pengetahuan tasawwur
dan tashdiq untuk mencapai interaksi dari keduanya atau suatu pemahamn yang dapat
mendeskripsikan tasawwur dan tashdiq.
Selanjutnnya secara garis besar ilmu dibagi menjadi 2, Tasawwur Dan
Tashdiq. Tashawwur (konsepsi), yaitu memahami atau mengetahui tentang hakekat-
hakekat arti dari lafazh yang mufrad (tunggal) tanpa embel-embel "apapun. Seperti
pemahaman terhadap arti lafazh manusia, rumah, pohon, dan burung.
Tashdiq (persepsi) yaitu mengetahui atau memahami kenyataan kenisbatan,
ada atau tidak adanya kenyataan tersebut. Tashdiq adalah mengetahui atau memahami
ada atau tidak adanya penyandaran hukum pada suatu perkara. Seperti pemahaman
bahwa air laut asin, langit tidak di bawah kita

DAFTAR PUSTAKA
"An-Nadwi, M. Fadlil Said. 2005 . Pengantar Ilmu Mantiq. Surabaya: Al-Hidayah
Rofik, Muhammad. . 2010. Pengantar Pemahaman Ilmu Mantiq. Surabaya: Al-
Miftah.
Djalil, A. Basiq. 2010.Logika (Ilmu Mantiq). Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai