Anda di halaman 1dari 11

KULLIYAT AL-KHAMSAH

Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Mantiq

Disusun oleh kelompok 8:


ADI SWANDANA E. P. 07020321028
ANNISA FITRIAWATI 07020321036

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. MUZAIYYANAH MU’TASIM HASAN, MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Kulliyat al-Khamsah” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Mantiq.
Makalah ini diharapkan membantu mahasiswa untuk menambah wawasan tentang
Kulliyat al-Khamsah. Terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Muzaiyyanah Mu’tasim
Hasan, MA., selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Mantiq yang telah
memberikan tugas pembuatan makalah, sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang sedang ditekuni.
Makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
dibutuhkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga bermanfaat.

Surabaya, 12 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan.................................................................................2
BAB II KULLIY DZATI DAN KULLIY ‘IRDHI.............................................3
A. Pengertian Kulli dzati dan Kulli ‘Irdhi.....................................................3
B. Pengertian Kulliyat al-Khamsah dan Pembagiannya................................4
C. Contoh-contoh Kulliyat al-Khamsah.......................................................5
BAB III PENUTUP...........................................................................................6
A. Kesimpulan..............................................................................................6
B. Saran........................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................7

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Mantik menurut pendapat Abdul Mu’in dalam bukunya yang
berjudul “Ilmu Mantiq (Logika)” memiliki arti yaitu berkata benar. 1 Mantik
berasal dari bahasa Arab dengan bentuk kata “Nathaqa” (berpikir), “Nathiqun”
(orang yang berpikir), “Manthuqun” (objek berpikir), dan “Manthiqun” (alat
berpikir).2 Sementara itu, Ilmu Mantik juga memiliki kesamaan dengan logika
yang diambil dari bahasa Yunani yakni kata “logos” dengan arti “kata” dan
“pikiran yang benar”.3 Dengan demikian, Ilmu Mantik merupakan alat atau ilmu
untuk berpikir lurus dan terhindar dari kesesatan berpikir, sehingga dapat
diperoleh sebuah kebenaran.
Mempelajari ilmu mantik juga memiliki faedah bagi siapapun yang ingin
memahaminya. Faedah tersebut antara lain:4 (1) Menjelaskan secara teori dan
praktik tentang konsep-konsep abstrak yang dapat digunakan dalam semua
wilayah ilmu pengetahuan. (2) Menambah daya berpikir abstrak, sehingga mampu
melatih dan mengembangkan daya pemikiran serta menimbulkan disiplin
intelektual. (3) Mencegah terjadinya kesesatan berpikir dari segala sesuatu yang
dimiliki diri sendiri dan pengaruh dari luar. (4) Mendidik dan mengembangkan
daya akal pikiran dengan sebaik-baiknya melalui latihan dan pembiasaan
melakukan analisis mengenai metode berpikir. Dengan demikian, dari faedah
tersebut dapat dipahami bahwa tujuan mempelajari ilmu mantik adalah agar
manusia terhindar dari kesalahan berpikir dan pengetahuannya selamat dari
kekeliruan.5

1
Taib Thahir Abd. Mu’in, Ilmu Mantiq (Logika) (Jakarta: Widjaya, 1995), 16-17.
2
Chaerudji Abdul Chalik dan Oom Mukarromah, Ilmu Mantiq: Undang-undang Berpikir Valid
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 1.
3
Ibid.
4
Ibid., 4-5.
5
Ibid., 3.

1
2

Dalam pembahasan ilmu mantik terdapat satu pembahasan yang


dianggap sebagai permulaan, yaitu Kulliyat Al-Khamsah.6 Kulliyat Al-Khamsah
(predicable) sendiri memiliki fungsi sebagai salah satu cabang pembahasan ilmu
mantik yakni untuk menghasilkan pengertian (definisi) yang benar dan tepat
melalui metode memperhitungkan jenis-jenis predikat yang berkaitan dengan
suatu subjek.7 Pembahasan mengenai kulliyat al-khamsah dirasa memang sangat
penting, melihat di zaman sekarang banyak sekali kesalahpahaman dalam
mendefinisikan suatu subjek yang mengakibatkan kaburnya makna yang
sesungguhnya dari entitas subjek itu sendiri. Dengan demikian, pemahaman
mengenai hal ini perlu dipelajari oleh mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,
sebab pemahaman mengenai definisi dari suatu hal juga dapat berpengaruh dalam
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an sekaligus mampu mengembangkan daya
berpikir agar terhindar dari penafsiran yang keliru.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dapat ditarik dalam beberapa rumusan masalah, di antaranya:
1. Apa pengertian dari Kulliy dzati dan Kulliy ‘Irdhi?
2. Apa pengertian dari Kulliyat al-Khamsah beserta pembagiannya?
3. Apa saja contoh-contoh Kulliyat al-Khamsah?

C. Tujuan Pembahasan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembahasan pada
makalah ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, di antaranya:
1. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian Kulliy dzati dan Kulliy
‘Irdhi.
2. Mahasiswa mampu memahami pengertian Kulliyat al-Khamsah dan
Pembagiannya.
3. Mahasiswa mampu memahami mengenai contoh-contoh Kulliyat al-Khamsah
6
Murtadha Muthahhari, Pengantar Menuju Logika, terj. Ibrahim Husein Al-Habsyi (t.t.: Yayasan
Pesantren Islam, 1994), 37.
7
Muhammad Roy Purwanto, Ilmu Mantiq (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2019), 63.
BAB II
KULLIY DZATI DAN KULLIY ‘IRDHI

A. Pengertian Kulliy dzati dan Kulliy ‘Irdhi


Lafaz kulliy merupakan suatu lafaz yang mempunyai atau meliputi
beberapa makna individu (afrad) di dalamnya.8 Kulliy sendiri terbagi menjadi dua,
yakni kulliy dzati dan kulliy ‘irdhi.9 Kulliy dzati dan kulliy ‘irdhi merupakan
pembagian dari mufrad kulliy (kata tunggal universal) berdasarkan hubungan
dengan afrad-nya.10 Penjelasan mengenai keduanya adalah sebagai berikut:
1. Kulliy dzati (universal zat/ esensial) adalah suatu lafaz yang menunjukkan
makna hakikat dari sesuatu secara penuh, sebab lafaz tersebut merupakan
bagian atau masih memiliki kesesuaian dengannya.11 Misalnya, kata “hewan”
sendiri mengandung beberapa makna individu seperti manusia, anjing, dan
lain-lain. Sementara itu, manusia memiliki makna hakikat sebagai hewan
berpikir, sedangkan anjing sendiri merupakan hewan menggonggong. Dari sini
dapat dipahami dengan jelas bahwasanya kata “hewan” adalah kulliy dzati,
sebab kata tersebut menjadi bagian untuk menunjukkan makna hakikat secara
utuh dari setiap afrad-nya.
2. Kulliy ‘irdhi (universal sifat/ aksidental) merupakan suatu lafaz abstrak yang
menyifati suatu entitas di mana hal tersebut berada di luar makna hakikat dari
afrad-nya.12 Contohnya, kata “tampan” memang dapat terdiri dari beberapa
afrad seperti Leonardo Di Caprio, Jefri Nichol, dan Diniar Maulana. Akan
tetapi, makna tampan sendiri tidak termasuk ke dalam makna hakikat dari
ketiga subjek di atas sebagai manusia. Dengan demikian, kata “tampan”
hanyalah penyifatan yang berasal dari luar makna hakikat dari manusia itu
sendiri sebagai hewan yang berpikir.

8
Basiq Djalil, Logika Ilmu Mantiq (Jakarta: Kencana, 2009), 16.
9
Chalik dan Oom Mukarromah, Ilmu Mantiq… , 32.
10
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawraq Kajian dan Penjelasan IImu Mantiq (Kediri:
Santri Salaf Press, 2012), 34.
11
Chalik dan Oom Mukarromah, Ilmu Mantiq… , 32. Lihat juga Azka dan Nailul Huda, Sulam al-
Munawraq… , 34.
12
Djalil, Logika Ilmu… , 18. Lihat juga Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawraq… , 35.

3
4

B. Pengertian Kulliyat al-Khamsah dan Pembagiannya


Kulliyat al-Khamsah adalah pengertian-pengertian yang dinyatakan
oleh predikat mengenai subjek atau cara menerangkan sesuatu. Kulliyat al-
Khamsah juga disebut dengan term, term merupakan kata atau susunan kata
yang berfungsi sebagai subjek atau predikat.13
Secara umum, lafaz-lafaz kulliy terbagi menjadi lima macam dalam 2
bagian. Dalam bagian pertama, yaitu kulliy dzati (zat) terdapat 3 macam,
yaitu: Jenis (genus, jins), Bangsa (nau', kelas, spesies), dan Pemisah (fashl,
differentia). Sedangkan di bagian kedua, yaitu kulliy ‘irdhi terdapat 2
macam, yaitu: sifat khusus (khashshas, propia) dan sifat umum (accidentia,
‘Ammah).14 Berikut penjelasan dari masing-masing bagian:15
1. Kulliy Dzati.
a. Jenis (genus, jins) adalah kulliy (kelompok kesatuan) yang meliputi satuan-
satuan yang masing-masing berlainan hakikatnya.
b. Bangsa (nau', kelas, spesies) adalah kulliy (kelompok kesatuan) yang
meliputi satuan-satuan yang masing-masing mempunyai persamaan hakikat.
c. Pemisah (fashl, differentia) yaitu sifat atau jumlah sifat-sifat dzatiyyah yang
membedakan satu spesies dengan spesies lainnya dalam satu kelompok
kesatuan genus yang sama.
2. Kulliy ‘Irdhi.
a. Sifat khusus (khashshas, propia) merupakan sifat atau sejumlah sifat
‘aradliyah yang dimiliki oleh hakikat-hakikat yang sama.
b. Sifat umum (accidentia, ‘ammah) merupakan sifat atau sejumlah sifat yang
dimiliki hakikat-hakikat yang berbeda.

C. Contoh-contoh Kulliyat al-Khamsah


1. Jenis. Contoh dari lafaz kulliy ini adalah term hewan yang mengandung
beberapa afrad seperti anjing, babi, monyet, adi, danang, dan sebagainya.

13
Mundiri, Logika (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), 8.
14
Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawraq… , 37.
15
Nanih Machendrawaty, Ilmu Mantik Pintu Utama Berpikir Logis (Bandung: CV. Mimbar
Pustaka, 2019), 65.
5

Afrad-afrad tersebut memiliki perbedaan dalam makna hakikatnya, namun


semua itu masih tergabung dalam satu makna yang sama yakni sebagai
hewan.16
2. Bangsa (nau’). Misalkan, Diniar, Maulana, dan Rohim berdasarkan persamaan
dan kekhususan yang sama-sama dimiliki oleh masing-masing, maka ketiga
subjek tersebut memiliki makna hakikat yang sama sebagai bangsa manusia.17
3. Pemisah (fashl). Contohnya adalah hal yang membedakan manusia dengan
anjing adalah term berpikir atau bernalar, meskipun kedua subjek tersebut
berada dalam genus yang sama (hewan) tetap saja hanya manusia yang
memiliki kemampuan untuk berpikir secara rasional.18
4. Sifat khusus (khashshas, propia). Sebagai contoh, tertawa merupakan sifat
yang berada di luar makna hakikat dari manusia dan eksistensinya sebagai
suatu emosi atau kondisi yang hanya dimiliki oleh subjeknya sendiri
(manusia).19
5. Sifat umum (accidentia,‘ammah). Contoh untuk lafaz kulliy yang satu ini
adalah bernapas di mana hal ini merupakan sebuah aktivitas atau sifat di luar
makna hakikat suatu afrad. Namun, sifat tersebut tidak membatasi pada satu
afrad saja dan berlaku di bangsa (nau’) apapun yang mampu untuk melakukan
aktivitas tersebut (bernapas).20

16
Muthahhari, Pengantar Menuju… , 39.
17
Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawraq… , 43.
18
Purwanto, Ilmu Mantiq… , 64.
19
Muthahhari, Pengantar Menuju… , 39.
20
Ibid.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kulli dzati (universal zat/ esensial) adalah suatu lafaz yang menunjukkan
makna hakikat dari sesuatu secara penuh, sebab lafaz tersebut merupakan bagian
atau masih memiliki kesesuaian dengannya. Sementara itu, Kulli ‘irdhi (universal
sifat/ aksidental) merupakan suatu lafaz abstrak yang menyifati suatu entitas di
mana hal tersebut berada di luar makna hakikat dari afrad-nya.
Kulliyat al-Khamsah adalah pengertian-pengertian yang dinyatakan oleh
predikat mengenai subjek atau cara menerangkan sesuatu. Kulliyat al-Khamsah
juga disebut dengan term, term merupakan kata atau susunan kata yang berfungsi
sebagai subjek atau predikat. Lafaz-lafaz kully terbagi menjadi lima macam dalam
2 bagian. Dalam bagian pertama, yaitu kulli dzati (zat) terdapat 3 macam, yaitu:
Jenis (genus, jins), Bangsa (nau', kelas, spesies), dan Pemisah (fashl, differentia).
Sedangkan di bagian kedua, yaitu kully ‘irdhi terdapat 2 macam, yaitu: Sifat
Khusus (khashshas, propia) dan Sifat Umum (accidentia, ‘ammah).

B. Saran
Sebagai penulis, kami menyadari apabila dalam makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah di atas sebagai bentuk
koreksi dan evaluasi untuk pengerjaan makalah yang lebih baik selanjutnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Azka, Darul dan Nailul Huda. Sulam al-Munawraq Kajian dan Penjelasan IImu
Mantiq. Kediri: Santri Salaf Press, 2012.

Chalik, Chaerudji Abdul dan Oom Mukarromah. Ilmu Mantiq: Undang-undang


Berpikir Valid. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Djalil, Basiq. Logika Ilmu Mantiq. Jakarta: Kencana, 2009.

Machendrawaty, Nanih. Ilmu Mantik Pintu Utama Berpikir Logis. Bandung: CV.
Mimbar Pustaka, 2019.

Mu’in, Taib Thahir Abd.. Ilmu Mantiq (Logika). Jakarta: Widjaya, 1995.

Mundiri. Logika. Jakarta: Rajawali Pers, 2006.

Muthahhari, Murtadha..Pengantar Menuju Logika, terj. Ibrahim Husein Al-


Habsyi. t.t.: Yayasan Pesantren Islam, 1994.

Purwanto, Muhammad Roy. Ilmu Mantiq. Yogyakarta: Universitas Islam


Indonesia, 2019.

Anda mungkin juga menyukai