Anda di halaman 1dari 16

AL-JADAL FII AL-QUR’AN

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Ulumul Qur‟an II


Dosen Pengampu:

Siti Shopiyah, MA

Disusun Oleh:

Kelas 2 C : Kelompok 7

Firdayani
Nirma
Siti Sarah

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

TA 2015/2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Al-Jadal fi Al-
Qur‟an” dengan segenap kemampuan yang kami miliki.

Shalawat serta Salam semoga tetap tercurah kepada Sang Revolusioner


sejati, pembawa bendera Islam, Nabi Muhammad Saw., semoga kita termasuk
umat yang mendapat syafa‟at „udzma di hari kiamat nanti. Amin.

Selanjutnya, terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata


kuliah Ulumul Qur‟an II Ibu Siti Shopiyah, MA atas tugas makalah yang
diberikan kepada kami sebagai sarana pembelajaran. Harapan kami, semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dalam rangka mengetahui dan
mengenal segala hal yang berhubungan dengannya.

Tak lupa, untaian terima kasih kami bingkiskan kepada segenap pihak
yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. “Tanpa anda semua,
makalah ini mungkin hanyalah sebuah angan – angan belaka. Jazakumullah
Khairan Katsiran.”

Kemudian sebagai manusia biasa, kami menyadari bahwa makalah yang


kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca senantiasa kami harapkan.

Akhir kata, selamat membaca, semoga bermanfaat.

Jakarta, 09 April 2016

Pemakalah

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah kitab suci bagi umat Islam, yang disampaikan Allah SWT.,
kepada Rasulullah saw., dengan perantaraan malaikat Jibril. Kitab ini merupakan
petunjuk dan aturan hidup yang paling sempurna, yang diturunkan untuk
membimbing manusian ke arah kebahagiaan dan kebaikan. 1
Kitab suci Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang berisi kebenaran yang jelas
dan terperinci yang menjangkau segala aspek kehidupan, hal ini terlihat dengan
jelas ketika masa kejayaan Islam yang dibangun berlandaskan Al-Qur‟an. Namun
banyak manusia yang mengingkari keabsahannya sehingga hatinya dipenuhi
kesombongan dan menyatakan diri tidak mengimaninya.
Al-Qur‟an tidak berisi kalimat-kalimat verbal yang sunyi arti, tapi lebih
merupakan untaian kalimat petunjuk dan hidayah untuk seluruh ummat manusia
dan terbukti telah menyatukan berbagai macam keragaman. Oleh sebab itu, masuk
akal jika terdapat banyak sekali proses-proses para penafsir Al-Qur‟an dari zaman
ke zaman dalam upaya mengungkap makna-makna dan sistem yang terkandung
dalam Al-Qur‟an yang merupakan mukjizat terbesar akhir zaman. 2
Ayat-ayat dalam Al-Qur‟an menggunakan bahasa Arab dan susunan kalimat-
kalimatnya mengandung nilai sastra yang sangat sempurna. Bahasa yang
digunakan dalam Al-Qur‟an sedemikian menakjubkan sehingga kita tidak akan
bisa menemukan ada kitab lain yang bisa menyamai keindahannya, apalagi
melebihinya. Taha Husain, seorang sastrawan Mesir menyatakan, “Al-Qur‟an jauh
lebih indah dari prosan dan syair, karena keistimewaan yang dimilikinya tidak
bisa ditemukan dalam prosa atau syair manapun. Oleh karena itu, Al-Qur‟an tidak
bisa disebut sebagai prosa, tidak pula disebut sebagai syair. Al-Qur‟an adalah Al-
Qur‟an, tidak bisa disamakan.
Namun demikian, kesombongan seringkali mendorong seseorang untuk
membangkitkan keraguan dan mengacaukan hakikat-hakikat tersebut dengan
berbagai kerancuan yang dibungkus baju kebenaran serta dihiasinya dengan
1
http://khaerul21.wordpress.com/200/05/17/jadal-quran/
2
file:localhost/J:/jadal%20q.htm

3
cermin akal. Usaha demikian ini perlu dihadapi dengan hujjah agar hakikat-
hakikat tersebut mendapat pengakuan yang semestinya dipercayai atau malah
diingkari.Al-Qur‟an, seruan Allah SWT., kepada seluruh umat manusia, berdiri
tegak dihadapan berbagai macam arus yang mengupayakan kebatilan untuk
mengingkari hakikat-hakikatnya dan memperdebatkan pokok-pokoknya.
Karenanya ia perlu membungkam intrik-intrik mereka secara konkrit dan realitas
serta menghadapi mereka dengan uslub bahasa yang memuaskan, argumentasi
yang pasti dan bantahan yang tegar.3
B. Rumusan Masalah
1. Apapengertian al-jadal fi Al-Qur‟an?
2. Apasaja jenis-jenis al-jadal dalam Al-Qur‟an?
3. Bagaimana urgensi mempelajari al-jadal dalam Al-Qur‟an?
4. Bagaimana menjadikan jadal sebagai sarana dakwah dan pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian al-jadal fi Al-Qur‟an.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis al-jadal dalam Al-Qur‟an.
3. Untuk mengetahui urgensi mempelajari al-jadal dalam Al-Qur‟an.
4. Untuk mengetahui bagaimana menjadikan jadal sebagai sarana dakwah
dan pendidikan.

3
Manna‟ Khalil al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu A-Qur‟an.(Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa,
2011) h. 425.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jadal

Secara bahasa jadal berasal dari kata ‫َج َج َج ̄ َج ُد ُد ̄ ُد ُد ًال‬ dalam arti bahasa

adalah “memintal, melilin”.4

Adapun secara istilah Jadal adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing dan

berlomba untuk mengalahkan lawan. Pengertian ini berasal dari kata: ‫ت‬
‫َج َج ل ُد‬

‫ت َجَف َفَج ُد‬


‫َج َج ُد‬ (aku kokohkan jalinan tali itu), mengingat kedua belah pihak yang

berdebat itu mengokohkan pendapatnya masing-masing dan berusaha


5
menjatuhkan lawan dari pendirian yang dipegangnya. Jadal Al-Qur‟an ialah
pengungkapan dalil untuk mengalahkan orang kafir dan para penentangnya
melalui pembuktian atas kebenaran yang dapat diterima nurani manusia.

Allah SWT., menyatakan dalam Al-Qur‟an bahwa Jadal atau berdebat


merupakan salah satu tabiat manusia:
‫ٍء‬ ‫ َج كَج َجا ِإلا َج ُد‬...
﴾54: ‫ًال﴿ امكهف‬ ‫َج َج‬ ‫كا َج َجَفَج َج‬
“Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak debatannya.”(Q.S. al-Kahfi:
54). Yakni paling banyak bermusuhan dan bersaing.
Dan Allah SWT., membolehkan kita bermunazharah (bertukar pikiran)
dengan ahli kitab dengan mempergunakan jalan yang baik. Firman-Nya:

‫ٱ ُد ِإل َج َج ِإل ِإل َجِّب َج ِإلكاِإل َج ِإل َج ل َج ِإل َجِإل اَج َج َج ِإل ۖ َج ج ٰـ ِدمْه ُْـم ِِبم َّ ِتـى ِه َـي َ ْح َس ُن ۚ ا َّن َرب َّ َم ه َُو‬
ّ
﴾125: ‫ل َع ْن َس ِب ْي ِلـ ِ ۖه َوه َُو َ ْعل َ ُـم ِِبمْ ُمهْتَـ ِد ْي َن ﴿ امنحل‬
َّ َ‫َ ْعلَ ُـم بِمـَ ْن ض‬
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang

4
Ahmad Warson Munawwir. Kamus al-Munawwir. (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997).
h. 175.
5
Manna‟ Khalil al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu A-Qur‟an. (Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa,
2011). h. 426.

5
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Q.S. An- Nahl: 125)

Munazharah yang dimaksudkan untuk menampakkan kebenaran serta menegakkan


(hujjah) tentang benarnya apa yang diterangkan itu. Itulah yang dipergunakan Al-Qur‟an
dalam memberi petunjuk kepada orang kafir dan mematahkan keterangan-keterangan
orang yang menentang Al-Qur‟an.6

ۖ ‫َج َج ك َفُد ِإل ُد ل ُد َج ِإل َج ِإلاَّل ُدَج ِّب ِإل َج َج ُد ِإل ِإل َج ۚ َو ُُيَـا ِد ُل َّ ِاَّل ْي َن نَفَ ُر ْوا ِِبمْ ٰب ِطلِ ِم ُيدْ ِحضُ ْوا ِب ِه امْ َح َّق‬
﴾ 56: ‫ُـز ًوا ﴿ امكهف‬ ُ ‫َو َّاَّت َُذ ۤوا َءا ًٰ ِـِت َومـَ ۤا ُهْـ ِذ ُر ْوا ه‬
“Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul hanyalah sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah
dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyap kan yang hak, dan
mereka menganggap ayat-ayat kami dan peringatan- peringatan terhadap mereka
sebagai olok-olokan.” (Q.S. Al-Kahfi: 56)

B. Jenis-Jenis al-Jadal dalam Al-Qur’an

Menurut Manna‟ al-Qathan dalam bukunya Mabahits fii Ulumil Qur‟an,


beliau menyebutkan pembagian argumentasi dalam 2 bentuk yaitu:
1. Penyebutan alam semesta untuk memperkuat dalil-dalil yang mengarah
kepada aqidah yang benar dalam kepercayaan, Iman kepada Allah SWT,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir.
Contoh firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah ayat 21-22:

‫﴾ امَّـ ِذ ْي َج َع َل‬21﴿ ‫ـاس ا ْع ُبدُ ْوا َ برَّ ُك ُـم امَّـ ِذ ْي َخلَلَ ُك ْـم َوامَّـ ِذ ْي َن ِم ْن كَ ْبـ ِل ُك ْـم مَ َعلَّـ ُك ْـم ثَـتَّـ ُل ْــو َن‬
ُ َّ ‫ـ َآيٓ ًَ ّ ُـهَـا امن‬
‫امسمـَآ ٓ ِء َمــآ ٓ ًء فَــآَخ َْر َج ِب ِه ِم َـن امثَّـ َم ٰــر ِت ِر ْزكًا مَـ ُك ْـم ۖ فَ َـَل‬ َّ ‫مَـ ُك ُـم ا َأل ْر َض ِف َـراشـًا َو‬
َّ ‫امس َمـآ ٓ َء بِـنَــآ ٓ ًء َو َه َْـز َل ِم َـن‬
ِ ّ ٰ ِ ‫ث َْـج َعـلُ ْـوا‬
﴾22﴿ ‫لِل َه ْـدَ ادًا َو َه ْـتُ ْـم ث َ ْعـلُـ ُم ْـو َن‬
“21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-
orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. 22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit,
lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu;
karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui.”(Q.S. Al-Baqarah: 21-22)

6
Prof. Dr. Teungku M. Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an. (Semarang: Pustaka Rizki Setia,
2014). H. 184

6
2. Mematahkan argumentasi lawan. Perdebatan ini mempunyai beberapa bentuk,
yaitu:

a) Membungkam lawan bicara dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-


hal yang telah diakui dan diterima akal, agar ia mengakui apa yang tadinya
diingkari. Seperti penggunaan dalil dengan makhluk untuk menetapkan
adanya Khalik. Karena sudah pasti adanya makhluk itu karena ada yang
menciptakan. Dalam hal ini Allah SWT., berfirman dalam surah at-Thuur
ayat 35:

‫َفخَفكلِإلُدقَف َجا‬ ‫ٍء‬ ‫ِإل ِإل‬


﴾ 35 :‫﴿امطور‬ ‫َجم ُدخ ُدَفق َف َجغَف َف ِإل َج َجم ُده ُدَفم ل َج‬
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan
(diri mereka sendiri)?”.
Menurut Imam as-Suyuthi, untuk menghindari dari perselisihan, tidak harus
memakai kata-kata pertanyaan saja.Namun, bisa dengan kata-kata peniadaan, atau
larangan. Disebutkan dalam surah al-Mu‟minuun ayat 91:

‫لـي‬ ‫َفخ َج اُد ِإل َف َج لَجَف ٍء َج َفَجك َج َج‬


ٰ َ‫َفكا َج َج ُد ِإل َف ِإل ٰـل ٍه ۚ ّا ًذا مَّـ َذه ََب ُنـ ُّل ِإل ٰـل ٍه بِـ َمـا خَـلَ َـق َومَـ َعـ ََل بَع ْـضُ ه ُْـم ع‬ ‫َج َفك ااَّل َج‬
﴾ 91 : ‫ـص ُف ْـو َن ﴿املؤمنـون‬ ِ َ ً ‫هللا َعـ َّمـا‬ِ ‫ــن‬
َ ‫ــح‬ ٰ ‫بَـ ْع ٍـض ۚ ُس ْب‬
“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang
lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan
membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan
mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan
itu.”(Q.S. Al-Mu‟minuun: 91)

Maksudnya: tidak ada satu Tuhan pun bersama Allah SWT., sekiranya
dijadikan bersama AllahSWT., Tuhan lain. Maka pastilah masing-masing Tuhan
akan membawa makhluk yang diciptakannya dan masing-masing Tuhan akan
saling mengalahkan sehingga dapat dipastikan bahwa alam ini tidak akan stabil
dan hukum-hukum tidak akan tegak karena masing-masing Tuhan selalu diliputi
perselisihan, maka pastilah bahwa mustahil terdapat lebih dari satu Tuhan. 7

b) Menunjukkan dalil-dalil yang berkenaan dengan permulaan (asal mula


kejadian) dan tempat kembali (hari kebangkitan).

7
Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqan.hal. 86

7
Surat Fushshilat ayat 39:

َ َّ ‫َج ِإل َف َءاًٰـ ِتـ ۤ ِه َه‬


ْ َ ‫ـم ث ََـرى ا َأل ْر َض خ ِٰـش َع ًة فَـا َذ ۤا َه َْـزمْـنَا عَلَـ ْيـهَـا امْـ َمـآ ٓ َء اهْـتَ َّـز ْت َو َرب‬
‫ـت ۚ ا َّن امَّـ ِذ ۤي َ ْحـ َيـاهـ َا‬
ّ ّ
﴾39 :‫مَـ ُمـ ْحـ ِي امْـ َم ْوث َٰۤـي ۚ اهَّـ ُه عَلـَي ُنـ ِ ّل شَ ْـي ٍء كَـ ِدًْ ٌـر ﴿فصلت‬
ّ
“Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang,
maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan
subur.Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang
mati.Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(Q.S. Fusshilat: 39)

Begitu juga dalam Surah al-Qiyamah ayat 36-40, at-Thariq ayat 5-8, dimana
ayat-ayat ini menunjukkan kehidupan awal di dunia dengan segala isinya yang
takkan habis :

Surah al-Qiyamah: 36-40

‫ـان َعـلَـلَـ ًة‬ ُ َ ً ‫﴾ َمَ ْـم‬36﴿‫كا َجا َفُد َفَج َجك ُد َف ًال ى‬
َ َ‫﴾ثُ َّـم ن‬37﴿‫ـم ه ُ ْـطـفَـ ًة ِم ْـن َمـ ِن ّ ٍـي ًُـ ْمـ ٰنـى‬ ‫ب ِإلا َف َج ُد‬
‫َج َجَفحَف َج ُد‬
﴾40﴿‫ِـي امْ َم ْوث َٰـي‬
َ ‫﴾ َمَـ ْـ َ ٰذ ِ َ َ ْن ًُـ ْحـي‬39﴿ ‫﴾فَـ َجـ َع َل ِمـ ْنـ ُه امْ َّـز ْو َج ْ ِْي امْـ َّذ نَ َر َو ْ ُاألهـثٰـى‬38﴿‫فَـخَـلَ َـق فَ َس ٰ ّوى‬
“36. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggung jawaban)? 37.Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke
dalam rahim), 38. kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah
menciptakannya, dan menyempurnakannya, 39. lalu Allah menjadikan daripadanya
sepasang: laki-laki dan perempuan. 40. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian
berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?.”(Q.S. al-Qiyamah: 36-40)

Surah at-Thoriq ayat 5-8:

ُ ‫فَـلْـيَـنْ ُـظـ ِر ْاْله َْـس‬


ِ ْ‫﴾ًَـخْ ُـر ُج ِم ْـن ب َ ْ ِْي امْ ُّـصل‬6﴿ ‫﴾خُـ ِل َـق ِم ْـن م َــآ ٓ ٍء دَا ِف ٍـق‬5﴿ ‫ـان ِمـ َّمـا خُـ ِل َق‬
‫ـب‬
﴾8﴿ ‫ـلـي َرج ْـ ِع ِه مَـلَـا ِد ٌر‬
ّ
ٰ ‫﴾ ّاهَّـ ُه َع‬7﴿‫َوامْتَّ َـر ٓ ِ ِب‬
“5.Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? 6.Dia
diciptakan dari air yang dipancarkan, 7.yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki
dan tulang dada perempuan. 8.Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk
mengembalikannya (hidup sesudah mati).”(Q.S. at-Thoriq ayat 5-8)

c) Membatalkan pendapat lawan dengan membuktikan kebenaran


kebalikannya, seperti bantahan terhadap pendirian orang Yahudi.
Sebagaimana diceritakan Allah SWT., dalam surah al-An‟am ayat 91:

8
‫َج َج َفك َجَف َج ُد اَج َج اَّلَفـ َجَف ِإلِإل ِإلذ َجَفكلُد َج َفآَج َجَفزَج اُد َج َفَج َجَف َج َف ٍء ِإل َف َج ٍء ۗ ُدَف َج َف َج َجَفزَج‬
ۧ
‫كب لاَّلَف ِإل َج َفآ َج ِإلَف ِإل ُد َفَجى َفُد ًال َج ُدهَف ًال لِإل اَّل ِإل‬
َ ‫َفكس ۖ ث َْـجـ َعلُ ْوهَـ ُه كَ َـرا ِطـ َ ثُـ ْبدُ وهَـهَا َوثُـخْ ُف‬
‫ون‬ ‫ِإل‬
‫لَف َفَج َج‬
﴾91﴿‫هللا ۖ ثُ َّـم َذ ْره ُْـم ِفـى خ َْو ِد ِه ْـم ًَـلْ َعـ ُب ْو َن‬
ُ ِ‫نَــِ ْي ًـرا ۖ َو ُع ِل ّـ ْم ُت ْـم َمـا مَ ْـم ثَـ ْعلَـ ُم ۤـوا َهْـ ُت ْـم َوألٓ َءابَـآ ٓ ُـ ُك ْـم ۖ كُـل‬
“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di
kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia."
Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai
cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas
yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan
sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-
bapak kamu tidak mengetahui(nya) ?" Katakanlah: "Allah-lah (yang menurunkannya)",
kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka
bermain-main dalam kesesatannya.” (Q.S. al-An‟am ayat 91)

d) Membungkam lawan dan mematahkan hujjahnya dengan menjelaskan bahwa


pendapat yang mereka kemukakan adalah tidak masuk akal dan tidak dapat
diakui. Dalam surah al-Anam ayat 100:

ٰ ‫ات بِــَ ْ ِ ِع ٍمْـل ُۖس ْب‬


‫ــحــنَـهُ َوثَـ َعامَ ٰـي َعـ َّما‬ َ ْ ‫َو َجـ َعلُ ْوا ِ ٰ ّ ِلِل ُش َـرنَـآ ٓ َء امْـجِ َّن َو َخلَلَـ ُك ْـم ۖ َوخ ََـركُ ْـوا مَـ ُه بَـ ِن‬
ٍ َ‫ـْي َوبَـن‬
﴾100: ‫ف َن ﴿الاهعام‬ ‫ً َ ِـص ُ ـ ْو‬
“Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal
Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan):
"Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu
pengetahuan.Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.”
(Q.S al-Anam: 100)

Dapat kita ketahui dalam ayat di atas telah ditegaskan bahwa AllahSWT.,
tidak mempunyai anak seperti apa yang mereka (orang musyrik) kemukakan,
karena proses kelahiran anak tidak mungkin terjadi dari sesuatu yang satu.
Dengan ke-Maha Tahuan-Nya akan segala sesuatu maka mustahil jika Dia sama
atau serupa dengan benda-benda fisik alami yang melahirkan sesuatu. Dengan
demikian, tidak benar menisbahkan anak kepada Allah SWT. 8

8
Manna‟ Khalil al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu A-Qur‟an. (Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa,
2011). H. 430-433

9
e) Menghimpun dan memerinci (al-sabr wa al-taqsim) yakni menghimpun
beberapa sifat dan menerangkan bahwa sifat-sifat tersebut bukanlah „illah
(alasan hukum). Seperti firman AllahSWT., dalam Surah al-An‟am ayat143:

ِ ْ ‫ثَ ٰمنِ َي َة َ ْز َوا ٍج ۖ ِم َـن امْـضَّ آِ ِن اثْـنَ ْ ِْي َو ِم َـن امْـ َم ْعـ ِز اثْـنَ ْي ِـن ۗ كُ ْـل َء ٓامـ َّذ نَ َـرًْ ِـن َح َّـر َم َ ِم امْألُهـثَـ َي‬
‫ـْي َ َّمـا‬
﴾143: ‫ـن﴿ كم‬ َ ‫ْاشـتَـ َملَ ْت عَل ْيـ ِه َ ْر َحـا ُم ْ ُاألهْـثَـ َيـ ْي ِـن هَـبِّـ ُـ ْو ِن بِـ ِعلْـ ٍم ا ْن ُنـ ْنـ ُت ْـم ٰ ـ ِد ِكـ ْي‬
ّ
“(yaitu) delapan binatang yang berpasangan, sepasang domba, sepasang dari
kambing. Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua
yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya?" Terangkanlah
kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang
benar.”(Q.S. al-An‟am: 143)

Ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya ketika orang-orang kafir


mengharamkan hewan jantan dan kadang-kadang betinanya, Allah SWT.,
membantahnya dengan carasabru dan taqsim dimana sesungguhnya segala
penciptaan adalah milik Allah SWT. Dia menciptakan dari segala berpasangan,
baik jantan maupun betina, maka dengan alasan apa mereka (orang-orang kafir)
sampai mengharamkannya?

Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab di dalam Tafsir al-Mishbah, jadal terdiri
dari tiga macam, yang buruk adalah yang disampaikan dengan kasar yang
mengundang kemarahan lawan, serta yang menggunakan dalil-dalil yang tidak
benar.Yang baik adalah yang disampaikan dengan sopan serta menggunakan dalil-
dalil atau dalih walau hanya yang diakui oleh lawan, tapi yang terbaik adalah yang
disampaikan dengan baik dan dengan argumen yang benar lagi membungkam
lawan. 9

C. Urgensi pentingnya Mempelajari al-Jadal dalam Al-Qur’an

Mengapa Al-Qur‟an itu membantah argumen-argumen orang-orang kafir dan


musyrik? Diantara urgensinya adalah:

1. Dikarenakan Al-Qur‟an turun ditengah tengah bangsa Arab dan


menggunakan bahasa mereka maka Al-Qur‟an berargumen sebagaimana

10
argumen-argumen mereka sehingga mereka jelas atas persoalan-persoalan
yang dibicarakan.
2. Fitrah manusia yang suci akan selalu menerima hal-hal yang bersifat pasti
dan rasional sebagaimana yang mereka lihat dan mereka rasakan dan bukan
angan-angan yang tiada batas.
3. Menghindari dari kata-kata yang rumit dan membutuhkan rincian
merupakan hal yang dianjurkan dan diinginkan semua orang. Kata-kata
yang membutuhkan penjelasan panjang lebar merupakan sebuah kerumitan
yang sulit dipahami oleh orang-orang umum, maka apabila seseorang
mampu menggunakan argumen yang tepat dan tidak rumit akan menang
dalam berargumen. Begitulah Allah SWT., memberikan bantahan-bantahan
yang jelas dan mudah diterima oleh siapapun. 10

D. Tujuan Jadal
Jadal memiliki berbagai tujuan, yang dapat ditangkap dari ayat-ayat Al-
Qur‟an yang mengandung atau yang bernuansa Jadal, diantaranya adalah:
1. Sebagai jawaban atau untuk mengungkapkan kehendak Allah SWT.,
dalam rangka penetapan dan pembenaran akidah dan kaidah syar‟iyah
dari persoalan-persoalan yang dibawa dan dihadapi para Rasul, Nabi dan
orang-orang shalih. Sekaligus sebagai bukti-bukti dan dalil-dalil yang
dapat mematahkan dakwaan dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di
kalangan umat manusia sehingga menjadi jelas jalan dan petunjuk ke arah
yang benar. Jadal dengan tujuan seperti ini dapat dicermati contohnya
mengenai dialog Nabi Musa as dengan Fir‟aun dalam surah al-Syu‟ara
ayat 10-51.
2. Sebagai layanan dialog bagi kalangan yang memang benar-benar ingin
tahu, ingin mengkaji sesuatu persoalan secara nalar yang rasional. Dari
dialog-dialog tersebut, kemudian hasilnya dapat dijadikan pegangan,
nasehat dan semacamnya. Untuk tujuan seperti ini dapat dilihat contohnya
dalam penjelasan Allah SWT., atas persoalan kegelisahan Nabi Ibrahim as
yang ingin menambah keyakinannya dan ketenangannya dengan

10
Manna‟ Khalil al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu A-Qur‟an. (Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa,
2011). H. 426-427

11
mengetahui bagaimana Allah SWT., menghidupkan makhluk-Nya yang
sudah mati (Q.S. al-Baqarah : 260).
3. Untuk menangkis dan melemahkan argumentasi-argumentasi orang kafir
yang sering mengajukan pertanyaan atau permasalahan dengan jalan
menyembunyikan kebenaran yang disinyalir dalam al-Qur‟an. Sebagai
contoh dalam surah Yaasin ayat 78-79.11
 Tema (Maudlu’) dalam Jadal Al-Qur’an
1. Jadal dalam penetapan Allah SWT (Q.S. al-Jaatsiyah/45 : 24-28)
2. Jadal tentang penetapan Keesaan Allah SWT (Q.S. al-Anbiya‟/21 : 22)
3. Jadal tentang penetapan Risalah (Q.S. Nuh/71 : 1-3)
4. Jadal tentang kebangkitan dan pembalasan (Q.S. al-Mu‟minuun/23 : 81-
83 dan Q.S. Qaaf/50 : 12-15)
5. Jadal tentang tasyri‟at (Q.S. an-Nahl/16 : 36 dan Q.S. al-Anbiya‟/21 :
25). Jadal tentang aneka tema lainnya:
a. Jadal Bani Adam (Q.S. al-Maidaah/5 : 27-31)
b. Jadal Ibrahim as tentang kaum Luth as (Q.S. Hud/11 : 74-76)
c. Jadal antara Musa as dan Khaidir as (Q.S.. al-Kahfi/18 : 60-72)
d. Jadal antara orang sabar yang miskin dan orang kafir yang kaya
(Q.S. al-Kahfi/18 : 32-43)
e. Jadal keluarga Fir‟aun yang beriman dengan kaummnya (Q.S.
al-Mu‟minuun/23 : 27-40)
f. Jadal Yahudi dan Nasrani tentang Ibrahim as (Q.S. Ali Imran/3 :
65)
g. Jadal orang munafik dengan orang mu‟min (Q.S. al-baqarah/2 :
11-14)12
E. Jadal Sebagai Sarana Dakwah dan Pendidikan

Jadal dikelompokkan ke dalam 2 macam, jadal terpuji dan jadal tercela. Jadal
yang bertujuan untuk memperlihatkan dan menunjukkan kebenaran dan dilakukan
dengan cara yang benar, maka itulah yang dimaksud jadal yang terpuji.
Sedangkan jadal yang tidak bertujuan demikian serta tidak mendatangkan

11
www.stiualhikmah.ac.id/index.php/artikel-ilmiah/153-jadal-dalam-al-qur-an
12
https://tazkeey.wordpress.com/2012/10/05/ilmu-jadal-al-quran/

12
kebenaran dan dilakukan dengan cara yang tidak baik, maka itulah yang disebut
jadal tercela. Oleh karena itu, perintah debat dalam Al-Qur‟an (Q.S. an-Nahl: 125)
dengan adanya pengikat yaitu dengan cara yang baik. Berjadal atau berdebat
dengan cara yang baik merupakan salah satu cara dakwah menuju ajaran Islam
yang diperintahkan. Dan ia dianggap sebagai cara yang paling istimewa dalam
menggunakan metode akal. Jadal juga bisa dikatakan al-munaqasyah, al-
munazharah, al-muhawarah. Sebagian ulama memandang bahwa debat pada
dasarnya bukanlah bagian dari cara dakwah. Ia merupakan pelengkap yang
dibutuhkan dalam berdakwah. Namun, merupakan bentuk kebijaksanaan ketika
menggunakan semua cara dalam berdakwah sesuai dengan tempat dan kondisinya.
Cara debat tidak akan digunakan kecuali ketika berhadapan dengan orang yang
mendebat. Ketika dipakai cara lain namun tidak mempan, maka dipakailah cara
ini (debat). Adapun bagi orang yang langsung menerima nasehat yang baik, maka
tidak perlu menggunakan cara jadal atau mendebatnya. Sebab berapa banyak
orang yang berdebat, itu tidak terlepas dari permusuhan. Adapun keistimewaan
atau keharusan dalam berdebat, yaitu: debat mesti bertumpu pada ilmu dan
pengetahuan. Debat tidak sah tanpa dilakukan dengan ilmu. Al-Qur‟an sendiri
mencela orang yang mendebat orang lain tanpa ilmu.13

Adapun dalam konteks kependidikan, pengaruh jadal dipahami dalam


kerangka pendidikan sebagai proses pemanusiaan manusia. Atau dalam kata lain,
membuat manusia menjadi makhluk yang memiliki budaya yang tinggi, yang
selaras dengan citra penciptaannya yang paling bagus, fii ahsani taqwim (Q.S. at-
Tin : 4). Dari sekian banyak metode yang dikenal selama ini, khususnya dalam
melayani sisi manusia yang rasional dan emosional, kiat diskusi, tanya jawab,
bantah membantah, dialog, seminar, dan semacamnya, yang dalam kerangka Al-
Qur‟an dapat dipahami sebagai jadal, masih menempati posisi yang strategis. Dan
karenanya masih tetap relevan dan efektif, khususnya jadal yang mamduh
(terpuji). Jadal dalam Al-Qur‟an, seperti yang terjadi antara Nabi Ibrahim as
dengan Allah SWT (Q.S al-Baqarah: 260) atau antara Nabi Ibrahim as dengan
kaummnya (Q.S al-Anbiyaa‟: 51-57, al-Syu‟ara: 69-82) adalah merupakan contoh

13
zifaroni-putratanjung.blogspot.com/2012/05/cara-cara-dakwah-al-madkhal-fi-
ilmi.html?m=1

13
yang baik sekali di antaranya yang bersifat dan mengarah pada model dialog
deduktif. Al Abrosyi juga memandang jadal dalam mendekati setiap
permasalahan, akan dapat mempengaruhi jiwa pihak si terdidik untuk menjadi
lebih matang, dan sangat berpengaruh dalam membina kebebasan dan kekuatan
berpikir. Memahami jadal al-Qur‟an, dapat berarti mempermudah jalan dalam
menangkap pemahaman yang benar atas dialog jadal yang pernah terjadi dan
tertera dalam Al-Qur‟an, baik di antara Allah SWT dengan malaikat atau dengan
nabi, atau di kalangan para nabi dengan kaumnya, di kalangan orang-orang shalih
yang mulia, atau antar perorangan di kalangan Bani Adam dalam berbagai
kondisi. Dengan demikian, jadal al-Qur‟an juga berperan kuat dalam penafsiran
Al-Qur‟an. 14

14
ricko-7.blogspot.com/2012/02/jadal-dalam-al-quran-dan-pengaruhnya.html?m=1

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Jadal secara bahasa berasal dari kata ‫َج َج َج ̄ َج ُد ُد ̄ ُد ُد ًال‬ “memintal,

memilin”. Jadal Al-Qur‟an ialah pengungkapan dalil untuk mengalahkan orang


kafir dan para penentangnya melalui pembuktian atas kebenaran yang dapat
diterima nurani manusia
2. Jenis-jenis jadal dalam Al-Qur‟an, Penyebutan alam semesta untuk
memperkuat dalil-dalil yang mengarah kepada aqidah yang benar dalam
kepercayaan dan mematahkan argumentasi lawan yang terbagi lagi ke dalam
beberapa bentuk, yang telah diurai dalam bab pembahasan.
3. Urgensi dalam mempelajari jadal al-Qur‟an, membantah argumen-
argumen dari bangsa Arab agar jelas kebenaran yang dibicarakan. Manusia yang
suci akan selalu menerima hal-hal yang bersifat pasti dan rasional. Dengan adanya
bantahan memakai kalimat yang rumit, maka al-Qur‟an mengajarkan dengan
bahasa yang mudah dimengerti.
4. Jadal merupakan pelengkap yang dibutuhkan dalam berdakwah.
Merupakan sebuah kebijaksanaan ketika menggunakan semua cara dalam
berdakwah sesuai dengan tempat dan kondisinya. Contohnya, ketika tak ada cara
lain yang bisa digunakan untuk menghadapi orang yang mendebat, maka jadal
adalah satu-satunya cara yang paling efektif digunakan saat itu.
5. Dengan memahami jadal, akan lebih memudahkan dalam menafsirkan
ayat-ayat al-Qur‟an. Bagi pendidikan jelas dengan adanya jadal manusia akan
lebih mudah dapat diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa serta
berakhlak mulia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahnya


Al-Qattan, Manna‟ Khalil. Mabahits fii Ulumil Qur‟an. Studi Ilmu-Ilmu Al
Qur‟an.Terjemahan Drs Mudzakkir AS. Jakarta: Litera AntarNusa. Cet.
XIV. 2011
Hasby, Teungku M. Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an („Ulum al-Qur‟an). Semarang: Pustaka
Rizki Putra. Cet. VII. 2014
As-Suyuthi, Jalaluddin. al-Itqan
Shihab, M. Quraish. Tasfir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati. Cet. II. Vol. I. 2009
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif.
Cet. XIV. 1997
http://khaerul21.wordpress.com/200/05/17/jadal-quran/
file: localhost/J:/jadal%20q.htm
www.stiualhikmah.ac.id/index.php/artikel-ilmiah/153-jadal-dalam-al-qur-an

zifaroni-putratanjung.blogspot.com/2012/05/cara-cara-dakwah-al-madkhal-fi
ilmi.html?m=1
ricko-7.blogspot.com/2012/02/jadal-dalam-al-quran-dan-pengaruhnya.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai