Siti Shopiyah, MA
Disusun Oleh:
Kelas 2 C : Kelompok 7
Firdayani
Nirma
Siti Sarah
FAKULTAS TARBIYAH
TA 2015/2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Al-Jadal fi Al-
Qur‟an” dengan segenap kemampuan yang kami miliki.
Tak lupa, untaian terima kasih kami bingkiskan kepada segenap pihak
yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. “Tanpa anda semua,
makalah ini mungkin hanyalah sebuah angan – angan belaka. Jazakumullah
Khairan Katsiran.”
Pemakalah
2
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur‟an adalah kitab suci bagi umat Islam, yang disampaikan Allah SWT.,
kepada Rasulullah saw., dengan perantaraan malaikat Jibril. Kitab ini merupakan
petunjuk dan aturan hidup yang paling sempurna, yang diturunkan untuk
membimbing manusian ke arah kebahagiaan dan kebaikan. 1
Kitab suci Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang berisi kebenaran yang jelas
dan terperinci yang menjangkau segala aspek kehidupan, hal ini terlihat dengan
jelas ketika masa kejayaan Islam yang dibangun berlandaskan Al-Qur‟an. Namun
banyak manusia yang mengingkari keabsahannya sehingga hatinya dipenuhi
kesombongan dan menyatakan diri tidak mengimaninya.
Al-Qur‟an tidak berisi kalimat-kalimat verbal yang sunyi arti, tapi lebih
merupakan untaian kalimat petunjuk dan hidayah untuk seluruh ummat manusia
dan terbukti telah menyatukan berbagai macam keragaman. Oleh sebab itu, masuk
akal jika terdapat banyak sekali proses-proses para penafsir Al-Qur‟an dari zaman
ke zaman dalam upaya mengungkap makna-makna dan sistem yang terkandung
dalam Al-Qur‟an yang merupakan mukjizat terbesar akhir zaman. 2
Ayat-ayat dalam Al-Qur‟an menggunakan bahasa Arab dan susunan kalimat-
kalimatnya mengandung nilai sastra yang sangat sempurna. Bahasa yang
digunakan dalam Al-Qur‟an sedemikian menakjubkan sehingga kita tidak akan
bisa menemukan ada kitab lain yang bisa menyamai keindahannya, apalagi
melebihinya. Taha Husain, seorang sastrawan Mesir menyatakan, “Al-Qur‟an jauh
lebih indah dari prosan dan syair, karena keistimewaan yang dimilikinya tidak
bisa ditemukan dalam prosa atau syair manapun. Oleh karena itu, Al-Qur‟an tidak
bisa disebut sebagai prosa, tidak pula disebut sebagai syair. Al-Qur‟an adalah Al-
Qur‟an, tidak bisa disamakan.
Namun demikian, kesombongan seringkali mendorong seseorang untuk
membangkitkan keraguan dan mengacaukan hakikat-hakikat tersebut dengan
berbagai kerancuan yang dibungkus baju kebenaran serta dihiasinya dengan
1
http://khaerul21.wordpress.com/200/05/17/jadal-quran/
2
file:localhost/J:/jadal%20q.htm
3
cermin akal. Usaha demikian ini perlu dihadapi dengan hujjah agar hakikat-
hakikat tersebut mendapat pengakuan yang semestinya dipercayai atau malah
diingkari.Al-Qur‟an, seruan Allah SWT., kepada seluruh umat manusia, berdiri
tegak dihadapan berbagai macam arus yang mengupayakan kebatilan untuk
mengingkari hakikat-hakikatnya dan memperdebatkan pokok-pokoknya.
Karenanya ia perlu membungkam intrik-intrik mereka secara konkrit dan realitas
serta menghadapi mereka dengan uslub bahasa yang memuaskan, argumentasi
yang pasti dan bantahan yang tegar.3
B. Rumusan Masalah
1. Apapengertian al-jadal fi Al-Qur‟an?
2. Apasaja jenis-jenis al-jadal dalam Al-Qur‟an?
3. Bagaimana urgensi mempelajari al-jadal dalam Al-Qur‟an?
4. Bagaimana menjadikan jadal sebagai sarana dakwah dan pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian al-jadal fi Al-Qur‟an.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis al-jadal dalam Al-Qur‟an.
3. Untuk mengetahui urgensi mempelajari al-jadal dalam Al-Qur‟an.
4. Untuk mengetahui bagaimana menjadikan jadal sebagai sarana dakwah
dan pendidikan.
3
Manna‟ Khalil al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu A-Qur‟an.(Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa,
2011) h. 425.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jadal
Secara bahasa jadal berasal dari kata َج َج َج ̄ َج ُد ُد ̄ ُد ُد ًال dalam arti bahasa
Adapun secara istilah Jadal adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing dan
berlomba untuk mengalahkan lawan. Pengertian ini berasal dari kata: ت
َج َج ل ُد
ٱ ُد ِإل َج َج ِإل ِإل َجِّب َج ِإلكاِإل َج ِإل َج ل َج ِإل َجِإل اَج َج َج ِإل ۖ َج ج ٰـ ِدمْه ُْـم ِِبم َّ ِتـى ِه َـي َ ْح َس ُن ۚ ا َّن َرب َّ َم ه َُو
ّ
﴾125: ل َع ْن َس ِب ْي ِلـ ِ ۖه َوه َُو َ ْعل َ ُـم ِِبمْ ُمهْتَـ ِد ْي َن ﴿ امنحل
َّ ََ ْعلَ ُـم بِمـَ ْن ض
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
4
Ahmad Warson Munawwir. Kamus al-Munawwir. (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997).
h. 175.
5
Manna‟ Khalil al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu A-Qur‟an. (Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa,
2011). h. 426.
5
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Q.S. An- Nahl: 125)
ۖ َج َج ك َفُد ِإل ُد ل ُد َج ِإل َج ِإلاَّل ُدَج ِّب ِإل َج َج ُد ِإل ِإل َج ۚ َو ُُيَـا ِد ُل َّ ِاَّل ْي َن نَفَ ُر ْوا ِِبمْ ٰب ِطلِ ِم ُيدْ ِحضُ ْوا ِب ِه امْ َح َّق
﴾ 56: ُـز ًوا ﴿ امكهف ُ َو َّاَّت َُذ ۤوا َءا ًٰ ِـِت َومـَ ۤا ُهْـ ِذ ُر ْوا ه
“Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul hanyalah sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah
dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyap kan yang hak, dan
mereka menganggap ayat-ayat kami dan peringatan- peringatan terhadap mereka
sebagai olok-olokan.” (Q.S. Al-Kahfi: 56)
﴾ امَّـ ِذ ْي َج َع َل21﴿ ـاس ا ْع ُبدُ ْوا َ برَّ ُك ُـم امَّـ ِذ ْي َخلَلَ ُك ْـم َوامَّـ ِذ ْي َن ِم ْن كَ ْبـ ِل ُك ْـم مَ َعلَّـ ُك ْـم ثَـتَّـ ُل ْــو َن
ُ َّ ـ َآيٓ ًَ ّ ُـهَـا امن
امسمـَآ ٓ ِء َمــآ ٓ ًء فَــآَخ َْر َج ِب ِه ِم َـن امثَّـ َم ٰــر ِت ِر ْزكًا مَـ ُك ْـم ۖ فَ َـَل َّ مَـ ُك ُـم ا َأل ْر َض ِف َـراشـًا َو
َّ امس َمـآ ٓ َء بِـنَــآ ٓ ًء َو َه َْـز َل ِم َـن
ِ ّ ٰ ِ ث َْـج َعـلُ ْـوا
﴾22﴿ لِل َه ْـدَ ادًا َو َه ْـتُ ْـم ث َ ْعـلُـ ُم ْـو َن
“21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-
orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. 22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit,
lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu;
karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui.”(Q.S. Al-Baqarah: 21-22)
6
Prof. Dr. Teungku M. Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an. (Semarang: Pustaka Rizki Setia,
2014). H. 184
6
2. Mematahkan argumentasi lawan. Perdebatan ini mempunyai beberapa bentuk,
yaitu:
Maksudnya: tidak ada satu Tuhan pun bersama Allah SWT., sekiranya
dijadikan bersama AllahSWT., Tuhan lain. Maka pastilah masing-masing Tuhan
akan membawa makhluk yang diciptakannya dan masing-masing Tuhan akan
saling mengalahkan sehingga dapat dipastikan bahwa alam ini tidak akan stabil
dan hukum-hukum tidak akan tegak karena masing-masing Tuhan selalu diliputi
perselisihan, maka pastilah bahwa mustahil terdapat lebih dari satu Tuhan. 7
7
Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqan.hal. 86
7
Surat Fushshilat ayat 39:
Begitu juga dalam Surah al-Qiyamah ayat 36-40, at-Thariq ayat 5-8, dimana
ayat-ayat ini menunjukkan kehidupan awal di dunia dengan segala isinya yang
takkan habis :
ـان َعـلَـلَـ ًة ُ َ ً ﴾ َمَ ْـم36﴿كا َجا َفُد َفَج َجك ُد َف ًال ى
َ َ﴾ثُ َّـم ن37﴿ـم ه ُ ْـطـفَـ ًة ِم ْـن َمـ ِن ّ ٍـي ًُـ ْمـ ٰنـى ب ِإلا َف َج ُد
َج َجَفحَف َج ُد
﴾40﴿ِـي امْ َم ْوث َٰـي
َ ﴾ َمَـ ْـ َ ٰذ ِ َ َ ْن ًُـ ْحـي39﴿ ﴾فَـ َجـ َع َل ِمـ ْنـ ُه امْ َّـز ْو َج ْ ِْي امْـ َّذ نَ َر َو ْ ُاألهـثٰـى38﴿فَـخَـلَ َـق فَ َس ٰ ّوى
“36. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggung jawaban)? 37.Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke
dalam rahim), 38. kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah
menciptakannya, dan menyempurnakannya, 39. lalu Allah menjadikan daripadanya
sepasang: laki-laki dan perempuan. 40. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian
berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?.”(Q.S. al-Qiyamah: 36-40)
8
َج َج َفك َجَف َج ُد اَج َج اَّلَفـ َجَف ِإلِإل ِإلذ َجَفكلُد َج َفآَج َجَفزَج اُد َج َفَج َجَف َج َف ٍء ِإل َف َج ٍء ۗ ُدَف َج َف َج َجَفزَج
ۧ
كب لاَّلَف ِإل َج َفآ َج ِإلَف ِإل ُد َفَجى َفُد ًال َج ُدهَف ًال لِإل اَّل ِإل
َ َفكس ۖ ث َْـجـ َعلُ ْوهَـ ُه كَ َـرا ِطـ َ ثُـ ْبدُ وهَـهَا َوثُـخْ ُف
ون ِإل
لَف َفَج َج
﴾91﴿هللا ۖ ثُ َّـم َذ ْره ُْـم ِفـى خ َْو ِد ِه ْـم ًَـلْ َعـ ُب ْو َن
ُ ِنَــِ ْي ًـرا ۖ َو ُع ِل ّـ ْم ُت ْـم َمـا مَ ْـم ثَـ ْعلَـ ُم ۤـوا َهْـ ُت ْـم َوألٓ َءابَـآ ٓ ُـ ُك ْـم ۖ كُـل
“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di
kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia."
Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai
cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas
yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan
sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-
bapak kamu tidak mengetahui(nya) ?" Katakanlah: "Allah-lah (yang menurunkannya)",
kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka
bermain-main dalam kesesatannya.” (Q.S. al-An‟am ayat 91)
Dapat kita ketahui dalam ayat di atas telah ditegaskan bahwa AllahSWT.,
tidak mempunyai anak seperti apa yang mereka (orang musyrik) kemukakan,
karena proses kelahiran anak tidak mungkin terjadi dari sesuatu yang satu.
Dengan ke-Maha Tahuan-Nya akan segala sesuatu maka mustahil jika Dia sama
atau serupa dengan benda-benda fisik alami yang melahirkan sesuatu. Dengan
demikian, tidak benar menisbahkan anak kepada Allah SWT. 8
8
Manna‟ Khalil al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu A-Qur‟an. (Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa,
2011). H. 430-433
9
e) Menghimpun dan memerinci (al-sabr wa al-taqsim) yakni menghimpun
beberapa sifat dan menerangkan bahwa sifat-sifat tersebut bukanlah „illah
(alasan hukum). Seperti firman AllahSWT., dalam Surah al-An‟am ayat143:
ِ ْ ثَ ٰمنِ َي َة َ ْز َوا ٍج ۖ ِم َـن امْـضَّ آِ ِن اثْـنَ ْ ِْي َو ِم َـن امْـ َم ْعـ ِز اثْـنَ ْي ِـن ۗ كُ ْـل َء ٓامـ َّذ نَ َـرًْ ِـن َح َّـر َم َ ِم امْألُهـثَـ َي
ـْي َ َّمـا
﴾143: ـن﴿ كم َ ْاشـتَـ َملَ ْت عَل ْيـ ِه َ ْر َحـا ُم ْ ُاألهْـثَـ َيـ ْي ِـن هَـبِّـ ُـ ْو ِن بِـ ِعلْـ ٍم ا ْن ُنـ ْنـ ُت ْـم ٰ ـ ِد ِكـ ْي
ّ
“(yaitu) delapan binatang yang berpasangan, sepasang domba, sepasang dari
kambing. Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua
yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya?" Terangkanlah
kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang
benar.”(Q.S. al-An‟am: 143)
Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab di dalam Tafsir al-Mishbah, jadal terdiri
dari tiga macam, yang buruk adalah yang disampaikan dengan kasar yang
mengundang kemarahan lawan, serta yang menggunakan dalil-dalil yang tidak
benar.Yang baik adalah yang disampaikan dengan sopan serta menggunakan dalil-
dalil atau dalih walau hanya yang diakui oleh lawan, tapi yang terbaik adalah yang
disampaikan dengan baik dan dengan argumen yang benar lagi membungkam
lawan. 9
10
argumen-argumen mereka sehingga mereka jelas atas persoalan-persoalan
yang dibicarakan.
2. Fitrah manusia yang suci akan selalu menerima hal-hal yang bersifat pasti
dan rasional sebagaimana yang mereka lihat dan mereka rasakan dan bukan
angan-angan yang tiada batas.
3. Menghindari dari kata-kata yang rumit dan membutuhkan rincian
merupakan hal yang dianjurkan dan diinginkan semua orang. Kata-kata
yang membutuhkan penjelasan panjang lebar merupakan sebuah kerumitan
yang sulit dipahami oleh orang-orang umum, maka apabila seseorang
mampu menggunakan argumen yang tepat dan tidak rumit akan menang
dalam berargumen. Begitulah Allah SWT., memberikan bantahan-bantahan
yang jelas dan mudah diterima oleh siapapun. 10
D. Tujuan Jadal
Jadal memiliki berbagai tujuan, yang dapat ditangkap dari ayat-ayat Al-
Qur‟an yang mengandung atau yang bernuansa Jadal, diantaranya adalah:
1. Sebagai jawaban atau untuk mengungkapkan kehendak Allah SWT.,
dalam rangka penetapan dan pembenaran akidah dan kaidah syar‟iyah
dari persoalan-persoalan yang dibawa dan dihadapi para Rasul, Nabi dan
orang-orang shalih. Sekaligus sebagai bukti-bukti dan dalil-dalil yang
dapat mematahkan dakwaan dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di
kalangan umat manusia sehingga menjadi jelas jalan dan petunjuk ke arah
yang benar. Jadal dengan tujuan seperti ini dapat dicermati contohnya
mengenai dialog Nabi Musa as dengan Fir‟aun dalam surah al-Syu‟ara
ayat 10-51.
2. Sebagai layanan dialog bagi kalangan yang memang benar-benar ingin
tahu, ingin mengkaji sesuatu persoalan secara nalar yang rasional. Dari
dialog-dialog tersebut, kemudian hasilnya dapat dijadikan pegangan,
nasehat dan semacamnya. Untuk tujuan seperti ini dapat dilihat contohnya
dalam penjelasan Allah SWT., atas persoalan kegelisahan Nabi Ibrahim as
yang ingin menambah keyakinannya dan ketenangannya dengan
10
Manna‟ Khalil al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu A-Qur‟an. (Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa,
2011). H. 426-427
11
mengetahui bagaimana Allah SWT., menghidupkan makhluk-Nya yang
sudah mati (Q.S. al-Baqarah : 260).
3. Untuk menangkis dan melemahkan argumentasi-argumentasi orang kafir
yang sering mengajukan pertanyaan atau permasalahan dengan jalan
menyembunyikan kebenaran yang disinyalir dalam al-Qur‟an. Sebagai
contoh dalam surah Yaasin ayat 78-79.11
Tema (Maudlu’) dalam Jadal Al-Qur’an
1. Jadal dalam penetapan Allah SWT (Q.S. al-Jaatsiyah/45 : 24-28)
2. Jadal tentang penetapan Keesaan Allah SWT (Q.S. al-Anbiya‟/21 : 22)
3. Jadal tentang penetapan Risalah (Q.S. Nuh/71 : 1-3)
4. Jadal tentang kebangkitan dan pembalasan (Q.S. al-Mu‟minuun/23 : 81-
83 dan Q.S. Qaaf/50 : 12-15)
5. Jadal tentang tasyri‟at (Q.S. an-Nahl/16 : 36 dan Q.S. al-Anbiya‟/21 :
25). Jadal tentang aneka tema lainnya:
a. Jadal Bani Adam (Q.S. al-Maidaah/5 : 27-31)
b. Jadal Ibrahim as tentang kaum Luth as (Q.S. Hud/11 : 74-76)
c. Jadal antara Musa as dan Khaidir as (Q.S.. al-Kahfi/18 : 60-72)
d. Jadal antara orang sabar yang miskin dan orang kafir yang kaya
(Q.S. al-Kahfi/18 : 32-43)
e. Jadal keluarga Fir‟aun yang beriman dengan kaummnya (Q.S.
al-Mu‟minuun/23 : 27-40)
f. Jadal Yahudi dan Nasrani tentang Ibrahim as (Q.S. Ali Imran/3 :
65)
g. Jadal orang munafik dengan orang mu‟min (Q.S. al-baqarah/2 :
11-14)12
E. Jadal Sebagai Sarana Dakwah dan Pendidikan
Jadal dikelompokkan ke dalam 2 macam, jadal terpuji dan jadal tercela. Jadal
yang bertujuan untuk memperlihatkan dan menunjukkan kebenaran dan dilakukan
dengan cara yang benar, maka itulah yang dimaksud jadal yang terpuji.
Sedangkan jadal yang tidak bertujuan demikian serta tidak mendatangkan
11
www.stiualhikmah.ac.id/index.php/artikel-ilmiah/153-jadal-dalam-al-qur-an
12
https://tazkeey.wordpress.com/2012/10/05/ilmu-jadal-al-quran/
12
kebenaran dan dilakukan dengan cara yang tidak baik, maka itulah yang disebut
jadal tercela. Oleh karena itu, perintah debat dalam Al-Qur‟an (Q.S. an-Nahl: 125)
dengan adanya pengikat yaitu dengan cara yang baik. Berjadal atau berdebat
dengan cara yang baik merupakan salah satu cara dakwah menuju ajaran Islam
yang diperintahkan. Dan ia dianggap sebagai cara yang paling istimewa dalam
menggunakan metode akal. Jadal juga bisa dikatakan al-munaqasyah, al-
munazharah, al-muhawarah. Sebagian ulama memandang bahwa debat pada
dasarnya bukanlah bagian dari cara dakwah. Ia merupakan pelengkap yang
dibutuhkan dalam berdakwah. Namun, merupakan bentuk kebijaksanaan ketika
menggunakan semua cara dalam berdakwah sesuai dengan tempat dan kondisinya.
Cara debat tidak akan digunakan kecuali ketika berhadapan dengan orang yang
mendebat. Ketika dipakai cara lain namun tidak mempan, maka dipakailah cara
ini (debat). Adapun bagi orang yang langsung menerima nasehat yang baik, maka
tidak perlu menggunakan cara jadal atau mendebatnya. Sebab berapa banyak
orang yang berdebat, itu tidak terlepas dari permusuhan. Adapun keistimewaan
atau keharusan dalam berdebat, yaitu: debat mesti bertumpu pada ilmu dan
pengetahuan. Debat tidak sah tanpa dilakukan dengan ilmu. Al-Qur‟an sendiri
mencela orang yang mendebat orang lain tanpa ilmu.13
13
zifaroni-putratanjung.blogspot.com/2012/05/cara-cara-dakwah-al-madkhal-fi-
ilmi.html?m=1
13
yang baik sekali di antaranya yang bersifat dan mengarah pada model dialog
deduktif. Al Abrosyi juga memandang jadal dalam mendekati setiap
permasalahan, akan dapat mempengaruhi jiwa pihak si terdidik untuk menjadi
lebih matang, dan sangat berpengaruh dalam membina kebebasan dan kekuatan
berpikir. Memahami jadal al-Qur‟an, dapat berarti mempermudah jalan dalam
menangkap pemahaman yang benar atas dialog jadal yang pernah terjadi dan
tertera dalam Al-Qur‟an, baik di antara Allah SWT dengan malaikat atau dengan
nabi, atau di kalangan para nabi dengan kaumnya, di kalangan orang-orang shalih
yang mulia, atau antar perorangan di kalangan Bani Adam dalam berbagai
kondisi. Dengan demikian, jadal al-Qur‟an juga berperan kuat dalam penafsiran
Al-Qur‟an. 14
14
ricko-7.blogspot.com/2012/02/jadal-dalam-al-quran-dan-pengaruhnya.html?m=1
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
zifaroni-putratanjung.blogspot.com/2012/05/cara-cara-dakwah-al-madkhal-fi
ilmi.html?m=1
ricko-7.blogspot.com/2012/02/jadal-dalam-al-quran-dan-pengaruhnya.html?m=1
16