Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERBADINGAN ANTARALIRAN PELAKU DOSA BESAR

MATA KULIAH : ILMU KALAM

Dosen Pengampu : Rubini, S Pd, I M, Pd, I

Di susun Oleh :

Ridwan Alam

NIM : 17611032

M. Hasbu Shaerul Kamil

NIM : 176110

Pendidikan Agama Islam ( PAI – A)


Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada
Yogyakarta
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu Kalam sebagaimana diketahui membahas ajaran-ajaran dasar


dari sesuatu Agama. Di dalam Ilmu Kalam itu terdapat sub bahasan
yang tentang perbandingan antara aliran-aliran serta ajaran-ajarannya.
Dari perbandingan antar aliran ini, kita dapat mengetahui, menela’ah dan
membandingkan antar paham aliran satu dengan aliran yang lain.
sehingga kita memahami maksud dari segala permasalahan yang ada.

Permasalahn ini muncul pada masa Islam zaman klasik, dimana


terjadi peperangan antara kaum Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah, yang
mana peperangan ini dilatar belakangi oleh pemilihan khilafah dan
difitnahnya sahabat Ali telah membunuh sahabat Usman bin Affan.

Peperangan terjadi begitu sengit, hingga akhirnya Ali bin Abi Thalib
dan kaumnya hampir memenangkan peperangan. Akan tetapi ditengah-
tengah peperangan salah satu dari kaum Muawiyah mengangkat Al-Qur’an,
mengajak Ali bin Abi Thalib menyelesaikan peperangan dengan cara
tahkim, dan Alipun menerimnya.

Dari sinilah awal mula muncul aliran-aliran dalam Islam yang mana
pada awal kemunculannya mereka membahas tentang politik, hingga
akhirnya mereka membahas tentang siapa yang kafir dan siapa yang
mukmin.

Dari kejadian diatas muncul beberapa aliran dalam Islam dan setiap
aliran memiliki pemikiran-pemikirannya sendiri. Dalam makalah ini akan
dibahas secara singkat tentang perbedaan pemikiran aliran-aliran dalam
Islam tentang pelaku dosa besar.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Aliran Khawarij dan pemikirannya tentang pelaku dosa besar.
b. Aliran Murji’ah dan pemikirannya tentang pelaku dosa besar
c. Aliran Mu’tazilah dan pemikirannya tentang pelaku dosa besar
d. Aliran Asy’ariah dan pemikirannya tentang pelaku dosa besar
e. Aliran Maturidiyah dan pemikirannya tentang pelaku dosa besar
f. Aliran Syi’ah Zaidiah dan pemikiran tentang pelaku dosa besar.
C. TUJUAN

Dari penjelasan makalah ini penulis bertujuan untuk memenuhi


tugas mata kuliah ilmu kalam di samping itu untuk memperdalam
pemahaman mahasiswa agar mempunyai wawasan yang luas tentang
pemikiran aliran-aliran dalam ilmu kalam dan bisa menentukan mana
yang terbaik bagi mereka.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PELAKU DOSA BESAR

1. Aliran Khawarij
Pada umumnya,ciri yang menonjol dari aliran khawarij adalah
watak ekstrimitas dalam memutuskan persoalan-persoalan kalam. Sudah
rahasia umum aliran ini memiliki pandangan ekstrim pula tentang setatus
pelaku dosa besar. Mereka memandang bahwa orang-orang yang terlibat
dalam peristiwa tahkim, yakni Ali, Mu’awiyah, Amr bin Al-Ash, Abu
Musa Al-Asy’ari adalah kafir.
Firman Allah SWT, dalam potongan Qur’an Surat Al- Maidah : 441

ٓ
٤٤ َ‫ٱّللُ فَأ ُ ْولَئِ َك ُه ُم ۡٱل َك ِف ُرون‬
َّ ‫َو َمن لَّ ۡم يَ ۡح ُكم ِب َما ٓ أَنزَ َل‬
“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.”

Semua pelaku dosa besar (murtabb al-kabiiah), menurut semua


subsekte Khawarij, kecuali Najdah adalah kafir dan akan disiksa di neraka
selamanya .
Pandangan pelaku dosa besar oleh subsekte Khawarij.

1. Azariqah,
Merupakan subsekte Khawarij yang sangat ekstrim, mereka
menggunakan istilah yang lebih mengerikan dari kafir, yaitu
Musyrik. Mereka memandang musyrik bagi siapa saja yang tidak
mau bergabung dengan barisan mereka atau yang tak sepaham
dengan mereka. Adapun pelaku dosa besar dalam pandangan
mereka telah beralih satatus keimanannya menjadi kafir millah

1
Abdul Rojak, Rosihun Anwar, Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Abadi. 2016 hlm. 160
(agama), dan berarti ia telah keluar dari islam mereka kekal di
neraka bersama orang-orang kafir lainya
2. Najdah
subsekte ini hampir sama dengan Azariqah mereka
menganggap musyrik kepada siapapun yang secara countinue
mengerjakan dosa kecil. Seperti halnya dengan dosa besar jika tidak
dilakukan secara terus menerus maka pelakunya tidak di pandang
musyrik tetapi hanya kafir.
3. Al-Muhakimat
Subsekte ini Ali,Mu’awiyah, kedua pengantarnya (Amr bin
Al-Ash dan Abu Musa Al-Asy’ari) dan semua orang yang
menyetujui arbitrase adalah bersalah dan menjadi kafir. Hukum
kafir inipun mereka luaskan artinya sehingga termasuk orang yang
berbuat dosa besar, berbuat zina, membunuh sesama manusia tanpa
sebab dan dosa-dosa besar lainya menyebabkan pelakunya keluar
dari islam.
4. An Najdat
Berpendapat bahwasanya orang yang berdosa besar
menjadi kafir dan kekal di dalam neraka hanyalah orang islam yang
tidak sepaham dengan golonganya. Adapun pengikutnya,jika
mengerjakan dosa besar tetap mendapat siksaan di neraka. Tetapi
pada akhirnya akan masuk surga.

5. As-Sufriah
Subsekte ini membagi dosa besar dalam dua bagian yaitu
a. Dosa yang ada sanksinya di dunia seperti membunuh dan berzina.
Pada kategori ini pelakunya tidak di pandang kafir.
b. Dosa yang tak ada sanksinya di dunia, seperti meninggalkan sholat
dan puasa. Dan pada kategori ini pelakunya dipandang kafir.

2. Aliran Murji’ah
Pelaku dosa besar menurut subsekte aliran Murji’ah di bagi menjadi
2 kategori, yaitu :

1. Ekstrem
Murji’ah yang ekstrem adalah mereka yang berpandangan
bahwa iman terletak di dalam kalbu.2 Adapun ucapan dan perbuatan
tidak selamanya merupakan refleksi dari apa yang ada dalam kalbu.
Oleh karna itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang yang
menyimpang dari kaidah Agama tidak berarti telah menggeser atau
merusak keimannya, bahkan keimannya masih sempurna di mata
Tuhan.3
2. Moderat

Murji’ah yang moderat adalah mereka yang berpendapat


bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa di
neraka, ia tidak kekal didalamnya, bergantung pada ukuran dosa yang
dilakukannya. Masih terbuka kemungkinan bahwa Tuhan akan
mengampuni dosanya sehingga ia bebas dari siksa neraka.

3. Aliran Mu’tazilah
Pelaku dosa besar menurut pandangan subsekte aliran Mu’tazilah
adalah tidak menentukanya status dan predikat yang pasti bagi pelaku dosa
besar , Mu’tazilah berpendapat posisi pelaku berada d tengah diantara
mukmin dan kafir. Jika pelakunya meninggal dunia dan belum sempat
bertaubat, ia akan dimasukkan neraka selama-lamanya. Walaupun
demikian siksaan yang diterimanya lebih ringan dari daripada siksaan
orang-orang kafir4.
dalam perkembangannya,beberapa tokoh Mu’tazilah seperti washil
bin Atha’ dan Amr bin Ubaid memperjelas sebutan tengah itu dengan

2
Kalbu : Perasaan Batin, Hati yang suci.1
3
Abdul Rojak, Rosihun Anwar, Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Abadi. 2016 hlm. 162
4
Abdul Rojak, Rosihun Anwar, Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Abadi. 2016 hlm. 163
istilah fasik, bukan mukmin atau kafir. Melainkan posisi netral dan
independen.
Dan Mu’tazilah berpandangan bahwa dosa besar itu adalah segala
perbuatan yang ancamanya di sebutkan secara tegas dalam nash. Dosa kecil
adalah segala ketidak patuhan yang ancamanya tidak tegas dan dalam nash.
Sehinga bisa di katakana keriteria dasar bagi pelaku dosa besar adalah
Ancaman.
4. Aliran Asy’ariah

Pandangan pelaku dosa besar, Asy’ariah, sebagai wakil Ahl As-


Sunnah menyatakan dengan tidak mengkafirkan orang-orang yang sujud ke
baitullah (ahl-al-qiblah) walaupun melakukan dosa besar, seperti berzina
dan mencuri. Pandangan aliran ini masih tetap sebagai orang yang beriman
dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun berbuat dosa besar. Akan
tetapi jika dosa besar itu dilakukannya dengan menganggap bahwa hal ini
dibolehkan (halal) dan tidak meyakini keharamannya, ia dipandang telah
kafir.5

Adapun balasan di akhirat kelak bagi pelaku dosa besar, apabila ia


meninggal dan tidak sempat bertaubat, maka menurutAsy’ariah, hal itu
bergantung pada kebijakan Tuhan Yang Maha Esa berkehendak mutlaq.
Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa Asy’ariah sesungguhnya
mengambil posisi yang sama dengan murji’ah, khususnya dalam
pernyataan yang tidak mengkafirkan para pelaku dosa besar.

5. Aliran Maturidiah
Aliran maturidiah, baik Samarkand maupun Bukhara, sepakat
menyatakan bahwa pelaku dosa masih tetap sebagai mukmin karena
adanya keimanan dalam dirinya. adapun balasan yang diperolehnya
kelak di akhirat bergantung pada apa yang dilakukannya di dunia. jika ia
meninggal tanpa tobat terlebih dahulu, keputusannya diserahkan

5
Abdul Rojak, Rosihun Anwar, Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Abadi. 2016 hlm. 164
sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT. jika menghendaki pelaku dosa
besar diampuni, ;ia akan memasukkan ke neraka, tetapi tidak kekal
didalamnya.
6. Aliran Syi’ah Zaidiah
Penganut Syi’ah zaidiah percaya bahwa orang yang melakukan
dosa besar akan kekal di dalam neraka, jika ia belum bertobat dengan
pertobatan yang sesungguhnya. Aliran Syi’ah Zaidah memiliki kedekatan
dengan Aliran Mi’tazilah di karnakan pemimpin Mu’tazilah Wasil bin
Atha’, memiliki hubungan dengan Zaid. Moojan Momen mengatakan
bahwa Zaid pernah belajar ke pada Wasil bin Atha’.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari kita mempelajari pembelajari Ilmu kalam yang mana
mengenai tentang ajaran - ajaran dasar suatu agama, yang mana dalam
makalah ini di bahas sub bahasan yang tentang perbandingan antara
aliran-aliran serta ajaran-ajarannya. Dan berfokus pada perbadingan antar
aliran di tinjau dari pelaku dosa besar.
Dalam setiap aliran berbeda pendapat tentang pemikiran-
pemikirannya terhadap pelaku dosa besar. Ada yang berpendapat mereka
yang melakukan dosa besar dihukumi kafir, dan ada juga yang berpendapat
bahwa mereka yang melakukan dosa besar, selama mereka mukmin maka
mereka tetap dihukumi mukmin, dan ada juga yang menengah-nengahi
antara kafir dan mukmin, yaitu fasiq.
Aliran yang mengatakan bahwa orang yang melakukan dosa besar
dihukumi kafir maka orang tersebut akan disiksa di neraka.
Aliran yang mengatakan bahwa orang yang melakukan dosa besar
tetap mukmin, maka oarang tersebut akan disiksa pula atas dosa yang telah
dilakukannya namun tidak kekal dalam neraka.
Aliran yang mengatakan bahwa orang yang melakukan dosa besar
dihukumi fasiq, maka ada dua kemungkinan. Yang pertama, orang tersebut
dapat juga disiksa atas kehendak Allah. Yang kedua, orang tersebut dapat
juga diampuni atas kehendak Allah juga.
DAFTAR PUSTAKA

Rojak Abdul, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam,2016. Bandung : Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai