Anda di halaman 1dari 9

KONSEP DASAR AQIDAH ISLAMIYYAH

MATA KULIAH AQIDAH AKHLAK


MUHAMMAD AFIF AGUS
PRODI ILMU HADITS
20110003

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Aqidah adalah pokok - pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita sebagai manusia
wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beriman (mu’min).Namun bukan
berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan
harus disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus
diimani dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia. Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang
haq dapat menghasilkan keyakinan dan keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang dapat
memberikan keimanan yang diharapkan hanyalah dalil-dalil yang qath’i.
Aqidah memiliki peranan yang penting dalam konsep mendidik umat manusia, ruang lingkup aqidah
dapat membentuk akhlak yang mulia akan mengantarkan umat manusia untuk memahami dalam segala
aspek kehidupan.Islam selalu menganjurkan untuk selalu meyakini dan mengimani apa yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT dalam Al-quran. Dan sesungguhnya orang yang mengikuti sebuah jalan
kehidupan yang penuh kesesatan adalah karena kurangnya pemahaman tentang aqidah.
Makalah kecil ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa membantu siapa saja yang ingin
memahami aqidah.

B.       Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasannya maka penulis akan mengemukakan rumusan masalah sesuai
latar belakang diatas, yaitu sebagai berikut :
1.        Apa yang dimaksud dengan Aqidah ?
2.        Apa Pokok Bahasan dalam Aqidah Islam ?
3.        Apa saja Ruang Lingkup Aqidah ?
4.        Apa Sumber dari Aqidah ?
5.        Apa Karakteristik Aqidah ?
6.        Apa fungsi dan Peranan Aqidah ?

C.      Tujuan
1.        Mengetahui Pengertian Aqidah.
2.        Mengetahui Pokok Bahasan Aqidah.
3.        Mengetahui Ruang Lingkup Aqidah.
4.        Mengetahui Sumber Aqidah.
5.        Mengetahui Karakteristik Aqidah.
6.        Mengetahui Fungsi dan Peranan Aqidah.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Aqidah

Secara bahasa aqidah berasal dari kata al-‘aqdu, yang berarti ketetapan kemauan yang teguh, kuat,
tekad, dan (keras). Proses pernikahan dan jual beli ada istilah aqad, yang berfungsi untuk mengikat
kesepakatan antara kedua belah pihak. Segala perkara yang wajib diketahui dan diimani oleh seseorang
hamba Allah disebut aqidah.
Aqidah Islam adalah keyakinan yang pasti terhadap rukun-rukun iman, pokok-pokok dan ketetapan
agama, segala hal yang disampaikan oleh Allah dan Rasul-Nya yang meliputi urusan yang berkaitan
dengan hati, perbuatan dan ucapan, juga meliputi manhaj kehidupan termasuk interaksi dengan yang
lain. Dalam pengertian lain, aqidah adalah keimanan yang pasti kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para
rasul, hari akhir, qadar dan segala hal yang berkaitan dengan perkara yang ghaib, berita, pokok-pokok
ajaran Islam baik yang bersifat ilmu ataupun pengamalan.
Dari pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa aqidah Islam itu adalah keyakinan yang pasti
yang tidak tercampuri dengan keraguan. Hal-hal yang diyakininya itu meliputi iman kepada Allah,
malaikat, kitab, Rasul, hari akhir, qadar, perkara yang ghaib, berita agama, pokok-pokok agama Islam
baik yang bersifat ilmu ataupun pengamalan.

Nama Lain Aqidah


Untuk ilmu aqidah, ada beberapa nama yang tersebar dikalangan para ulama, yaitu sebagai berikut:
1.        Aqidah (i’tiqad dan aqaid). Ada ungkapan yang tersebar dikalangan ulama, misalnya aqidah salaf, aqidah
ahli atsar dan yang sejenisnya. Istilah ini tercermin dari nama kitab diantaranya kitab Aqidah al-Salaf
Ashhab al-Hadits karya al-Shabuni, Syarh Ushul I’tiqad Ahli al-Sunnah wa al-Jama’ah, karya Lalikai,
Al-‘Itiqad karya al-Baihaqi.
2.        Tauhid, dinamai demikian karena membahas tauhid Allah, yang terdiri dari uluhiyyah, rububiyyah, asma
wa shifat. Tauhid merupakan pembahasan yang paling mulia dari ilmu aqidah ini, bahkan menjadi tujuan
dari ilmu aqidah. Istilah tauhid ini tergambar dari nama kitab, diantaranya, Kitab al-Tauhid dalam al-Jami’
al-Shahih karya Bukhari, Kitab al-Tauhid wa Itsbat al-Shifat al-Rab, karya Ibnu Khuzaimah, Kitab I’tiqad
al-Tauhid karya Abu Abdullah Muhammad bin Khafif. Kitab al-Tauhid karya Ibnu Mandah, dan Kitab al-
Tauhid karya Imam Muhammad bin Abd al-Wahhab.
3.        Sunnah, sunnah berarti cara. Untuk aqidah salaf diungkapan sunnah karena mereka mengikuti cara
Rasul dan sahabatnya dalam aqidah. Istilah ini ditunjukan oleh beberapa kitab, diantaranya Kitab al-
Sunnah karya Imam Ahmad, Kitab al-Sunnah karya Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Al-Sunnah karya al-
Khilal, Al-Sunnah karya al-‘Assal, Al-Sunnah karya al-Asyram, dan Al-Sunnah karya Abu Daud.
4.        Ushul al-Din dan Ushul al-Diyanah, al-Ushul itu mencakup rukun iman, rukun Islam dan masalah-
masalah pasti yang disepakati oleh para imam.
5.        Al-fiqh al-akbar, yaitu muradif dengan ushul al-din, kebalikannya adalah al-fiqh al-ashghar, yaitu hukum
-hukum ijtihadiyyah.
6.        Al-Syari’ah, maksudnya sesuatu yang disyari’atkan Allah dan Rasul-Nya berupa sunnah-sunnah
petunjuk, dan yang paling besarnya adalah pokok-pokok agama.
7.        Al-Iman, mencakup seluruh perkara-perkara yang berkaitan dengan keyakinan.
Selain istilah diatas, untuk istilah aqidah ada juga istilah lain yang disebutkan oleh sebagian orang
yang bukan ahli sunnah, yang paling popular diantaranya yaitu:
1.        Ilmu kalam, penyebutan ini dikenal di seluruh kelompok ahli kalam, seperti Mu’tazilah, Asy’ari, dan orang
yang mengikuti jejak mereka. Penyebutan ini tidak boleh, karena ilmu kalam itu hal yang baru, bid’ah, dan
didasarkan kepada pendapat tentang Allah tanpa didasari kepada ilmu, serta berbeda dengan manhaj
salaf dalam menetapkan aqidah.
2.        Falsafah, menurut ahli filsafat dan orang yang mengikuti jejak mereka. Penyebutan ini pun tidak boleh
dalam aqidah, karena falsafat didasarkan kepada keraguan-keraguan dan akal-akal khayalan serta
gambaran-gambaran yang khurafat tentang perkara-perkara ghaib.
3.        Tashawwuf, menurut sebagian tashawwuf dan filsafat, orang Barat dan orang yang seperti mereka. Ini
pun penyebutan yang bid’ah karena didasarkan kepada ungkapan.
4.        Al-Alahiyyat, menurut ahli kalam, filsafat dan Barat dan pengikut mereka.
5.        Metafisika.

B.       Pokok Bahasan Aqidah Islam.


Yang termasuk kategori pembahasan dalam aqidah islam adalah sebagai berikut:
1.        Hal-hal yang berkaitan dengan Allah dan setiap sesuatu yang memberitakan tentang Allah swt. baik zat,
sifat atau pekerjaan-Nya.
2.        Para Rasul yang mulia yang Allah utus dengan membawa risalah-Nya kepada manusia dan hal-hal yang
berkiatan dengan para Rasul itu yang mencakup sifat-sifatnya, hak-hak yang wajib pada mereka, hal
yang mustahil dan boleh bagi mereka
3.        Perkara-perkara yang ghaib, yaitu yang tidak mungkuin sampai untuk mengetahuinya melainkan melalui
wahyu Allah dengan perantara salah satu Rasul-Nya atau salah satu kitab-Nya.Yang termasuk kategori
ghaib ini meliputi: para malaikat, kitab–kitab, hari akhir, dan berita permulaan penciptaan dan yang
berkaitan dengannya.

Aqidah dilihat dari segi ilmu meliputi beberapa pokok bahasan, yaitu: iman, Islam, hal-hal yang
ghaib, kenabian, qadar, berita-berita, pokok-pokok hukum yang qath’i, seluruh pokok-pokok agama dan
i’tikad, penolakan terhadap ahli hawa dan bid’ah, seluruh agama dan kepercayaan yang sesat dan
kedudukan mereka.

C.      Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah


Meminjam sistimatika Hasaln al-Banna maka ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:
1.        Ilahiyat.
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan, Allah) seperti wujud
Allah, nama - nama dan sifat - sifat Allah, af’al Allah dan lainnya.
2.        Nubuwwat.
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk tentang
kitab- kitab Allah, mu’jizat, karamat dan lain sebagainya.
3.        Ruhaniyat.
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti Malaikat,
Jin, Iblis, Syetan, Roh dan lain sebagainya.
4.        Sam’iyyat.
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat Sam’i (dalil naqli berupa Al-
Qur’an dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan
lain sebagainya.

Di samping sistimatika diatas, pembahasan aqidah bisa juga mengikuti sistimatika arkanul iman
(rukun iman) yaitu:
1.        Iman Kepada Allah SWT.
2.        Iman Kepada Malaikat (termasuk juga makhluk ruhani lain seperti Jin, Iblis dan Syetan).
3.        Iman Kepada Kitab-Kitab Allah.
4.        Iman Kepada Nabi dan Rasul.
5.        Iman Kepada Hari Akhir.
6.        Iman Kepada Takdir Allah.

D.      SUMBER AQIDAH ISLAM

Aqidah Islam diambil dari tiga sumber, yaitu:  Al-Quran, Sunnah dan Ijma’.
1.        Al-Quran
Di dalam al-Quran, Allah banyak menjelaskan tentang aqidah, terutama ayat - ayat makkiyyah. Bahkan
hampir setiap ayat – ayat al-Quran berbicara tentang aqidah. Metode yang digunakan al-Quran dalam
menetapkan aqidah diantaranya dijelaskan dengan cara:
a.         Menegaskan aqidah secara langsung, seperti perintah untuk beribadah hanya kepada Allah

‫ون‬AAAAAAAAAAA
َ َ ‫ ُدوا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخ َل َق ُك ْم َوالَّذ‬AAAAAAAAAAAُ‫ا ال َّناسُ اعْ ب‬AAAAAAAAAAA‫ا أَ ُّي َه‬AAAAAAAAAAA‫َي‬
‫ِين ِمنْ َق ْبلِ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َّت ُق‬

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar
kamu bertakwa”,(QS. Al-Baqarah :  21).

b.        Membatalkan aqidah - aqidah yang rusak, seperti pada firman Allah:

َ ‫ضا ِه ُئ‬
‫ون‬ َ ِ‫ارى ْالمَسِ ي ُح ابْنُ هَّللا ِ ۖ ٰ َذل‬
َ ‫ك َق ْولُ ُه ْم ِبأ َ ْف َواه ِِه ْم ۖ ُي‬ َ ‫ص‬َ ‫ت ال َّن‬ ِ ‫ت ْال َيهُو ُد ع َُز ْي ٌر ابْنُ هَّللا ِ َو َقا َل‬
ِ ‫َو َقا َل‬
َ ‫ِين َك َفرُوا ِمنْ َق ْب ُل ۚ َقا َت َل ُه ُم هَّللا ُ ۚ أَ َّن ٰى ي ُْؤ َف ُك‬
‫ون‬ َ ‫َق ْو َل الَّذ‬
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu
putera Allah”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-
orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?.”  (QS. Al-
Taubah : 30)

c.         Mengungkapkan kisah - kisah dalam al-Quran, seperti kisah para Nabi bersama para kaumnya, serta
perdebatan diantara mereka.
d.        Membuat perumapamaan dengan tujuan lebih mendekatkan pemahaman, seperti firman Allah:
‫ش َر َكا َء فِي َما َر َز ْق َنا ُك ْم َفأ َ ْن ُت ْم فِي ِه‬
ُ ْ‫ت أَ ْي َما ُن ُك ْم ِمن‬ ْ ‫ب َل ُك ْم َمثَاًل ِمنْ أَ ْنفُسِ ُك ْم ۖ َه ْل َل ُك ْم ِمنْ َما َم َل َك‬ َ ‫ض َر‬ َ
ِ ‫ص ُل اآْل َيا‬ ٰ َ
َ ُ‫ت لِ َق ْو ٍم َيعْ ِقل‬
‫ون‬ ِّ ‫َس َوا ٌء َت َخافُو َن ُه ْم َكخِي َف ِت ُك ْم أ ْنفُ َس ُك ْم ۚ َك َذل َِك ُن َف‬
“Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara hamba-sahaya yang
dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu;
maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka
sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang
berakal.” (QS. Al-Rum : 28)

e.         Mendorong akal untuk memikirkan ayat – ayat Allah

َ ‫ات َوال ُّن ُذ ُر َعنْ َق ْو ٍم اَل ي ُْؤ ِم ُن‬


‫ون‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬
ُ ‫ض َو َما ُت ْغنِي اآْل َي‬ ُ ‫قُ ِل ا ْن‬
ِ ‫ظرُوا َما َذا فِي ال َّس َم َاوا‬
“Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan
Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Yunus : 101)

ٰ ‫ظ ُك ْم ِب َواحِدَ ٍة ۖ أَنْ َتقُومُوا هَّلِل ِ َم ْث َن ٰى َوفُ َر‬


َ ‫ادَى ُث َّم َت َت َف َّكرُوا ۚ َما ِب‬
‫صاح ِِب ُك ْم ِمنْ ِج َّن ٍة ۚ إِنْ ه َُو‬ ُ ِ‫قُ ْل إِ َّن َما أَع‬
ٍ ‫إِاَّل َنذِي ٌر َل ُك ْم َبي َْن َيدَيْ َع َذا‬
‫ب َشدِي ٍد‬

“Katakanlah: “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu
menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang
Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi
peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.” (QS. Saba : 46)

2.        Sunnah
Kedudukan sunnah bagi al-Quran adalah sebagai penjelas, petunjuk, meungkapkan rahasia dalam
ayat – ayat al-Quran dan menambahkan keterangan yang tidak terdapat dalam al-Quran. Berkaitan
dengan kedudukan sunnah ini, Allah berfirman:

َ ‫اس َما ُن ِّز َل إِ َلي ِْه ْم َو َل َعلَّ ُه ْم َي َت َف َّكر‬


‫ُون‬ ِّ ‫ْك‬
ِ ‫الذ ْك َر لِ ُت َبي َِّن لِل َّن‬ َ ‫َوأَ ْن َز ْل َنا إِ َلي‬
“Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu
menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan.” (QS. Al-Nahl : 44)

‫َيا أَ ُّي َها ال َّناسُ َق ْد َجا َء ُك ُم الرَّ سُو ُل ِب ْال َح ِّق ِمنْ َر ِّب ُك ْم َفآ ِم ُنوا َخيْرً ا َل ُك ْم‬
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa)
kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu.” (QS. Al-Nisa : 170)

Sunnah Nabi banyak yang berkaitan dengan aqidah, bahkan para ulama menyusun secara khusus
tentang aqidah dalam hadist.
3.        Ijma’
Kedudukan ijma’ sebagai sumber aqidah bisa dipahami dalam surah al-Nisa ayat 115 sebagai berikut:

‫ َبعْ ِد َما َت َبي ََّن َل ُه الهُدَى َو َي َّت ِبعْ َغي َْر َس ِبي ِْل ِم ِني َْن الم ُْؤ ُن َولِّ ِه ما َت َولَّى َو ُنصْ لِ ِه‬   ْ‫َو َمنْ ُي َشاق ِِق الرَّ سُول ِمن‬
ْ ‫َج َه َّن َم َوسآ َء‬
‫مَصِ يْرً ا‬  ‫ت‬
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang
bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu
dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”  (QS. Al-
Nisa : 115)

E.       Karakteristik Aqidah Islam


Al-Masyiqah (7 – 8) menjelaskan bahwa dalam memahami aqidah Islam, ada beberapa karakteristik
yang harus dipahami, yaitu sebagai berikut:
1.        Aqidah Islam memiliki sumber yang selamat, dapat dipertanggungjawabkan, yaitu al-Quran, al-Sunnah
dan ijma’ ulama salaf.
2.        Aqidah Islam didasarkan kepada penyerahan diri kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah dan Rasulallah
merupakan hal yang ghaib, sedangkan gaib harus dilaksanakan dengan pemasrahan diri.
3.        Jelas, mudah, dan selamat dari ganggung dan pencampuran.
4.        Mentauhidkan Allah dengan ibadah dan ittiba’ (mengikuti) terhadap Rasul.
5.        Sesuai dengan fitrah yang telah diciptakan oleh Allah sebelum diganggung oleh syetan.
6.        Sesuai dengan akal yang jelas yang selamat dari syubhat dan syahwat.
7.        Bersifat komprehensif, meliputi berbagai dimensi kehidupan.
8.        Bersifat saling melengkapi, satu sama lain saling membenarkan.
9.        Bersifat pertengahan, bersikap adil dan tidak berlebihan

F.       Fungsi dan Peranan Aqidah Islam


Fungsi akidah islam, diantaranya yaitu :
1.        Sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan Islam.
2.        Merupakan awal dari akhlak yang mulia. Jika seseorang memiliki aqidahyang kuat pasti akan
melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia, dan bermu’amalat dengan baik.
3.        Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah kita tersebut tidak
akan diterima
Sedangkan peran akidah dalam islam meliputi :
1.        Aqidah merupakan misi pertama yang dibawa para rasul Allah.
Allah berfirman:Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An-Nahl: 36).
2.        Manusia diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Allah.
Allah berfirman:”Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku”. (QS. Adz-
Dzariyat: 56).
3.        Aqidah yang benar dibebankan kepada setiap mukallaf.
Nabi bersabda:”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada
sesembahan yang sebenarnya selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah rasul utusan Allah.”
(Muttafaq ‘alaih).
4.        Berpengang kepada aqidah yang benar merupakan kewajiban manusia seumur hidup.
Allah berfirman:”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah kemudian merkea
beristiqomah (teguh dalam pendirian mereka) maka para malaikat akan turun kepada mereka (seraya
berkata) : “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu
dengan (memperoleh) surga yang dijanjikan Allah kepadamu.”(QS. Fushilat: 30).
5.        Aqidah merupakan akhir kewajiban seseorang sebelum meninggalkan dunia yang fana ini.Nabi saw
bersabda:“Barangsiapa yang akhir ucapannya “Tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah
niscaya dia akan masuk surga”. (HSR. Al-Hakim dan lainnya).
6.        Aqidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam sejarah umat manusia, yaitu
generasi sahabat dan dua generasi sesusah mereka.
Allah berfirman:”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran: 110).
7.        Kebutuhan manusia akan aqidah yang benar melebihi segala kebutuhan lainnya karena ia merupakan
sumber kehidupan, ketenangan dan kenikmatan hati seseorang. Dan semakin sempurna pengenalan
serta pengetahuan seorang hamba terhadap Allah semakin sempurna pula dalam mengagungkan Allah
dan mengikuti syari’at-Nya.

BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai fondasi. Di mana seluruh
komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah merupakan beberapa prinsip keyakinan. Dengan
keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya. Karena
sifatnya keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah informasi yang disampaikan oleh Allah Swt.
melalui wahyu kepada nabi-Nya, Muhammad Saw.
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Allah
menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya Allah
dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa. Hasil perbuatan
Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati.
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah,
tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba
–kalau diperlukan – membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-Qur’an dan Sunnah.
Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas. Sesuatu yang
terbatas/akal tidak akan mampu menggapai sesuatu yang tidak terbatas.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad kita tidak
ada guna apa-apa.
DAFTAR PUSTAKA

“Konsep Aqidah Dalam Islam, http://piitpitt.blogspot.co.id/2014/06/konsep-aqidah-dalam-islam.html.


Diakses pada tanggal 17 Oktober 2020.”

“Sumber Aqidah Islam, http://lathifatulwahyuni.blogspot.co.id/2014/12/sumber-aqidah-islam.html.


Diakses pada tanggal 17 Oktober 2020.”

“Pengertian, Urgensi, Ruang Lingkup dan Sumber


Aqidah, http://kuliahaika.weebly.com/akidah/pengertian-urgensi-ruang-lingkup-dan-sumber-akidah.
Diakses pada tanggal 17 Oktober 2020.”

Anda mungkin juga menyukai