BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aqidah adalah pokok - pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita sebagai manusia
wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beriman (mu’min).Namun bukan
berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan
harus disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus
diimani dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia. Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang
haq dapat menghasilkan keyakinan dan keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang dapat
memberikan keimanan yang diharapkan hanyalah dalil-dalil yang qath’i.
Aqidah memiliki peranan yang penting dalam konsep mendidik umat manusia, ruang lingkup aqidah
dapat membentuk akhlak yang mulia akan mengantarkan umat manusia untuk memahami dalam segala
aspek kehidupan.Islam selalu menganjurkan untuk selalu meyakini dan mengimani apa yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT dalam Al-quran. Dan sesungguhnya orang yang mengikuti sebuah jalan
kehidupan yang penuh kesesatan adalah karena kurangnya pemahaman tentang aqidah.
Makalah kecil ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa membantu siapa saja yang ingin
memahami aqidah.
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasannya maka penulis akan mengemukakan rumusan masalah sesuai
latar belakang diatas, yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Aqidah ?
2. Apa Pokok Bahasan dalam Aqidah Islam ?
3. Apa saja Ruang Lingkup Aqidah ?
4. Apa Sumber dari Aqidah ?
5. Apa Karakteristik Aqidah ?
6. Apa fungsi dan Peranan Aqidah ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Aqidah.
2. Mengetahui Pokok Bahasan Aqidah.
3. Mengetahui Ruang Lingkup Aqidah.
4. Mengetahui Sumber Aqidah.
5. Mengetahui Karakteristik Aqidah.
6. Mengetahui Fungsi dan Peranan Aqidah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah
Secara bahasa aqidah berasal dari kata al-‘aqdu, yang berarti ketetapan kemauan yang teguh, kuat,
tekad, dan (keras). Proses pernikahan dan jual beli ada istilah aqad, yang berfungsi untuk mengikat
kesepakatan antara kedua belah pihak. Segala perkara yang wajib diketahui dan diimani oleh seseorang
hamba Allah disebut aqidah.
Aqidah Islam adalah keyakinan yang pasti terhadap rukun-rukun iman, pokok-pokok dan ketetapan
agama, segala hal yang disampaikan oleh Allah dan Rasul-Nya yang meliputi urusan yang berkaitan
dengan hati, perbuatan dan ucapan, juga meliputi manhaj kehidupan termasuk interaksi dengan yang
lain. Dalam pengertian lain, aqidah adalah keimanan yang pasti kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para
rasul, hari akhir, qadar dan segala hal yang berkaitan dengan perkara yang ghaib, berita, pokok-pokok
ajaran Islam baik yang bersifat ilmu ataupun pengamalan.
Dari pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa aqidah Islam itu adalah keyakinan yang pasti
yang tidak tercampuri dengan keraguan. Hal-hal yang diyakininya itu meliputi iman kepada Allah,
malaikat, kitab, Rasul, hari akhir, qadar, perkara yang ghaib, berita agama, pokok-pokok agama Islam
baik yang bersifat ilmu ataupun pengamalan.
Aqidah dilihat dari segi ilmu meliputi beberapa pokok bahasan, yaitu: iman, Islam, hal-hal yang
ghaib, kenabian, qadar, berita-berita, pokok-pokok hukum yang qath’i, seluruh pokok-pokok agama dan
i’tikad, penolakan terhadap ahli hawa dan bid’ah, seluruh agama dan kepercayaan yang sesat dan
kedudukan mereka.
Di samping sistimatika diatas, pembahasan aqidah bisa juga mengikuti sistimatika arkanul iman
(rukun iman) yaitu:
1. Iman Kepada Allah SWT.
2. Iman Kepada Malaikat (termasuk juga makhluk ruhani lain seperti Jin, Iblis dan Syetan).
3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah.
4. Iman Kepada Nabi dan Rasul.
5. Iman Kepada Hari Akhir.
6. Iman Kepada Takdir Allah.
Aqidah Islam diambil dari tiga sumber, yaitu: Al-Quran, Sunnah dan Ijma’.
1. Al-Quran
Di dalam al-Quran, Allah banyak menjelaskan tentang aqidah, terutama ayat - ayat makkiyyah. Bahkan
hampir setiap ayat – ayat al-Quran berbicara tentang aqidah. Metode yang digunakan al-Quran dalam
menetapkan aqidah diantaranya dijelaskan dengan cara:
a. Menegaskan aqidah secara langsung, seperti perintah untuk beribadah hanya kepada Allah
ونAAAAAAAAAAA
َ َ ُدوا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخ َل َق ُك ْم َوالَّذAAAAAAAAAAAُا ال َّناسُ اعْ بAAAAAAAAAAAا أَ ُّي َهAAAAAAAAAAAَي
ِين ِمنْ َق ْبلِ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َّت ُق
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar
kamu bertakwa”,(QS. Al-Baqarah : 21).
َ ضا ِه ُئ
ون َ ِارى ْالمَسِ ي ُح ابْنُ هَّللا ِ ۖ ٰ َذل
َ ك َق ْولُ ُه ْم ِبأ َ ْف َواه ِِه ْم ۖ ُي َ صَ ت ال َّن ِ ت ْال َيهُو ُد ع َُز ْي ٌر ابْنُ هَّللا ِ َو َقا َل
ِ َو َقا َل
َ ِين َك َفرُوا ِمنْ َق ْب ُل ۚ َقا َت َل ُه ُم هَّللا ُ ۚ أَ َّن ٰى ي ُْؤ َف ُك
ون َ َق ْو َل الَّذ
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu
putera Allah”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-
orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?.” (QS. Al-
Taubah : 30)
c. Mengungkapkan kisah - kisah dalam al-Quran, seperti kisah para Nabi bersama para kaumnya, serta
perdebatan diantara mereka.
d. Membuat perumapamaan dengan tujuan lebih mendekatkan pemahaman, seperti firman Allah:
ش َر َكا َء فِي َما َر َز ْق َنا ُك ْم َفأ َ ْن ُت ْم فِي ِه
ُ ْت أَ ْي َما ُن ُك ْم ِمن ْ ب َل ُك ْم َمثَاًل ِمنْ أَ ْنفُسِ ُك ْم ۖ َه ْل َل ُك ْم ِمنْ َما َم َل َك َ ض َر َ
ِ ص ُل اآْل َيا ٰ َ
َ ُت لِ َق ْو ٍم َيعْ ِقل
ون ِّ َس َوا ٌء َت َخافُو َن ُه ْم َكخِي َف ِت ُك ْم أ ْنفُ َس ُك ْم ۚ َك َذل َِك ُن َف
“Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara hamba-sahaya yang
dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu;
maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka
sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang
berakal.” (QS. Al-Rum : 28)
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu
menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang
Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi
peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.” (QS. Saba : 46)
2. Sunnah
Kedudukan sunnah bagi al-Quran adalah sebagai penjelas, petunjuk, meungkapkan rahasia dalam
ayat – ayat al-Quran dan menambahkan keterangan yang tidak terdapat dalam al-Quran. Berkaitan
dengan kedudukan sunnah ini, Allah berfirman:
َيا أَ ُّي َها ال َّناسُ َق ْد َجا َء ُك ُم الرَّ سُو ُل ِب ْال َح ِّق ِمنْ َر ِّب ُك ْم َفآ ِم ُنوا َخيْرً ا َل ُك ْم
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa)
kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu.” (QS. Al-Nisa : 170)
Sunnah Nabi banyak yang berkaitan dengan aqidah, bahkan para ulama menyusun secara khusus
tentang aqidah dalam hadist.
3. Ijma’
Kedudukan ijma’ sebagai sumber aqidah bisa dipahami dalam surah al-Nisa ayat 115 sebagai berikut:
َبعْ ِد َما َت َبي ََّن َل ُه الهُدَى َو َي َّت ِبعْ َغي َْر َس ِبي ِْل ِم ِني َْن الم ُْؤ ُن َولِّ ِه ما َت َولَّى َو ُنصْ لِ ِه َْو َمنْ ُي َشاق ِِق الرَّ سُول ِمن
ْ َج َه َّن َم َوسآ َء
مَصِ يْرً ا ت
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang
bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu
dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al-
Nisa : 115)
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai fondasi. Di mana seluruh
komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah merupakan beberapa prinsip keyakinan. Dengan
keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya. Karena
sifatnya keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah informasi yang disampaikan oleh Allah Swt.
melalui wahyu kepada nabi-Nya, Muhammad Saw.
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Allah
menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya Allah
dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa. Hasil perbuatan
Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati.
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah,
tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba
–kalau diperlukan – membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-Qur’an dan Sunnah.
Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas. Sesuatu yang
terbatas/akal tidak akan mampu menggapai sesuatu yang tidak terbatas.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad kita tidak
ada guna apa-apa.
DAFTAR PUSTAKA