Anda di halaman 1dari 2

Muhammad Afif Agus

Ilmu Hadis

19110003

Semester 3

Pengantar Ilmu Fiqh

Menyemir Uban dengan Warna Hitam hukumnya haram. Berikut dalilnya.


Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Pada hari penaklukan Makkah,
Abu Quhafah (ayah Abu Bakar) datang dalam keadaan kepala dan
jenggotnya telah memuti h (seperti kapas, arti nya beliau telah beruban).
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Ubahlah uban ini dengan sesuatu, tetapi hindarilah warna hitam.” (HR.
Muslim). Ulama besar Syafi ’iyah, An Nawawi membawakan hadits ini dalam
Bab “Dianjurkannya menyemir uban dengan shofroh (warna kuning),
hamroh (warna merah) dan diharamkan menggunakan warna hitam”.

Keti ka menjelaskan hadits di atas An Nawawi rahimahullah mengatakan,


“Menurut madzhab kami (Syafi ’iyah), menyemir uban berlaku bagi laki-laki
maupun perempuan yaitu dengan  shofroh (warna kuning)
atau hamroh (warna merah) dan diharamkan menyemir uban dengan warna
hitam menurut pendapat yang terkuat. Ada pula yang mengatakan bahwa
hukumnya hanyalah makruh (makruh tanzih). Namun pendapat yang
menyatakan haram lebih tepat berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam: “hindarilah warna hitam”.  Inilah pendapat dalam
madzhab kami.”

Adapun ancaman bagi orang yang merubahnya dengan warna hitam


disebutkan dalam hadits berikut.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, bahwa Rasulullah  saw


bersabda, “Pada akhir zaman nanti akan muncul suatu kaum yang bersemir
dengan warna hitam seperti tembolok merpati .  Mereka itu ti dak akan
mencium bau surga.” (HR. Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Hibban dalam
shahihnya, dan Al Hakim.
Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini  shahih. Syaikh Al Albani
dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini  shahih).
Karena dikatakan ti dak akan mencium bau surga, maka perbuatan ini
termasuk dosa besar.

Sebenarnya jika menggunakan  katm (inai) akan menghasilkan warna hitam,


jadi sebaiknya katm ti dak dipakai sendirian namun dicampur
dengan hinaa’ (pacar), sehingga warna yang dihasilkan adalah hitam
kekuning-kuningan. Lalu setelah itu digunakan untuk menyemir rambut.

Bolehkah menggunakan jenis pewarna lainnya –selain inai dan pacar, inai
saja, za’faron dan wars– untuk mengubah uban semacam dengan pewarna
sinteti k? Jawabannya: boleh karena yang penti ng adalah tujuannya tercapai
yaitu merubah warna uban selain dengan warna hitam. Sebagaimana
keumuman hadits:

“Ubahlah uban ini dengan sesuatu, tapi hindarilah warna hitam.” (HR.
Muslim). Di sini menggunakan kata syaa-i’, bentuk nakiroh, yang
menunjukkan mutlak (baca: umum). Namun kalau pewarna tersebut ti dak
menyerap ke rambut, malah membentuk lapisan tersendiri di kulit rambut,
maka pewarna semacam ini harus dihindari karena dapat menyebabkan air
ti dak masuk ke kulit rambut keti ka berwudhu sehingga dapat menyebabkan
wudhu ti dak sah. Wallahu a'lam.

Anda mungkin juga menyukai