Anda di halaman 1dari 11

Al-Qur’an dan Tantangan

Zaman
Tulisan Daniel Pipes “The Pope and The
Koran” (Paus dan Al-Qur’an)
• Konsep kitab suci Yahudi dan Kristen adalah Tuhan bekerja melalui makhluknya.
Artinya, kata-kata dalam Bibel bukan hanya kata-kata dari Tuhan, tetapi juga kata-
kata Isaiah, kata-kata Markus. Dalam istilah Paus “ Tuhan menggunakan manusia
dan memberikan inspirasi kepada mereka untuk mengungkapkan kata-kata-Nya
kepada manusia
• Jadi, menurut Paus dalam Bibel itu sendiri ada logika internal yang memungkinkan
untuk disesuaikan dan diaplikasikan sesuai dengan situasi dan kondisi yang baru.
• Konsep ini sangat berbeda dengan AL-Qur’an yang merupakan “lafzhan wa ma’nan
minallah” (lafaz dan maknanya dari Allah).
• Menurut Paus, karena konsep Al-Qur’an yang seperti itu maka AL-Qur’an tidak
dapat diubah dan tidak dapat diaplikasikan. Menjadi dampak besar bahwa Islam
adalah agama yang tetap yang terpaku pada satu teks tidak dapat diadaptasikan.
• Daniel Pipes dalam artikelnya menyebutkan bahwa Al-Qur’an tetap
bias diinterpretasikan dan penafsiran itu selalu berubah
• Sebagaimana yang dikatakan Paus, Islam bukanlah statis, fixed atau
beku, hal yang paling besar diperlukan untuk membuat Islam terus
bergerak atau berubah.
• Karakteristik AL-Qur’an yang teksnya diakui sebagai wahyu oleh
umat Islam sangat berbeda dengan karakteristik teks Bibel yang diakui
oleh Paus, mengandung unsur-unsur manusiawi.
• Tidak semua penafsiran AL-Qur’an bersifat beku dan jumud, banyak ayat yang
memungkinkan ada perbedaan pendapatdalam penafsiran. Dalam ilmu tafsir ayat-ayat
tersebut dinamakan “ayat-ayat zhanniy”. Tetapi apapun perbedaan penafsirannya,
umat Islam tetap berpegang pada teks AL-Qur’an yang sama.
• Islam masih memiliki teks wahyu yang asli yang dijadikan pegangan umat Islam,
sehingga ada doktrin-doktrin pokok dalam Islam yang sudah sempurna sejak zaman
Rasulullah dan tidak pernah berubah sampai akhir zaman.
• Daniel Pipes mengatakan bahwa Islam bisa diubah dan bisa berubah dan untuk
melakukannya dilakukan usaha yang sangat besar. Usaha kaum orientalis dan Barat
untuk mengubah Islam sudah dan sedang berjalan. Mereka berusaha menjadikan Islam
sebagai “evolving religion”, agama yang selalu berkembang dan berubah sehingga
Islam menjadi tanpa bentuk lagi, sehingga tidak ada lagi Islam yang satu, yang asli.
Tantangan Zaman
• Secara lugas dan tegas, Al-Qur’an banyak memuat berbagai kritik tajam terhadap ajaran agama Kristen dan
Yahudi serta ajaran kaum musyrik. AL-Qur’an menyebutkan :
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata sesungguhnya Allah ialah al-Masih putera Maryam”
(QS. Al-Ma’idah [5]: 17 dan 72)
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga” (QS. Al-
Ma’idah [5]: 73)
“Dan karena ucapan mereka sesungguhnya kami telah membunuh Isa al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,
padahal mereka tidak membunuhnya, dan tidak meyalibnya tetapi orang yang diserupakan dengan Isa bagi
mereka” (QS. An-Nisa [4]: 157)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpinmu” (QS. al-Maidah [5]: 51)
“Kamu akan jumpa mereka (orang-orang Yahudi) merupakan orang-orang yang paling tamak terhadap
kehidupan dunia” (QS. Al-Baqarah [2]: 96)
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka”
(QS. Al-Baqarah [2]: 120)
• Sejak awal kehadiran Al-Qur’an sudah menggetarkan kaum musyrik di
Arab. Banyak penyerangan-penyerangan dari pemuka Yahudi-Nasrani
terhadap kebenaran Al-Qur’an dan Nabi Muhammad Saw. Kehadiran
Al-Qur’an dirasa mengganggu eksistensi kenyamanan para pemuka
Yahudi-Nasrani karena Al-Qur’an secara terbuka memberikan kritik dan
ajakan kepada mereka untuk mengakui kekeliruan pokok-pokok pikiran
mereka tentang Ketuhanan dengan menerima keabsahan kenabian
Muhammad Saw.
• Cara-cara keras menyerang Al-Qur’an terbukti tidak ada hasil yang
memuaskan. Islam terus berkembang dan posisi Al-Qur’an pun tidak
tergeser sedikit pun sebagai pedoman hidup umat Islam.
• Babak berikutnya, para orientalis melakukan serangan terhadap Al-
Qur’an secara halus dengan menggunakan “metode ilmiah” dalam
studi Al-Qur’an.
• Pada intinya, mereka tidak mau mengakui Al-Qur’an adalah wahyu
dari Allah dan menyebut bahwa Al-Qur’an adalah karangan Nabi
Muhammad.
• Bagaimana pun, usaha untuk menyerang Al-Qur’an dan Nabi
Muhammad Saw tidak menggoyahkan umat Islam.
• Bahkan di dunia barat bermunculan cendekiawan-cendekiawan yang
menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an.
Fenomena

di Indonesia
Tiga dekade terakhir gerakan membaca dan menghafal Al-Qur’an berlangsung begitu marak. Satu decade
terakhir, kita mendapati maraknya gerakan menghafal Al-Qur’an sampai ke pelosok-pelosok. Ada juga
gerakan One Day One Juz (ODOJ) yang menarik minat jutaan anak muda untuk semakin mendekati dan
memahami Al-Qur’an.
• Tapi, kita jangan lengah. Di tengah-tengah maraknya gerakan baca, tulis, dan tahfizh Al-Qur’an saat ini ada
suatu arus kecil yang berusaha mendeklarasikan Al-Qur’an dan meletakkan Al-Qur’an sebagai produk budaya
Arab. Sehingga mulai bermunculan kasus-kasus pelecehan Al-Qur’an secara terbuka, terutama upaya
desakralisasi Al-Qur’an.
• Di berbagai penerbitan, kaum liberal dan sejenisnya memang sangat aktif menyerang Al-Qur’an secara
terang-terangan. Belum lama ini, beredar satu buku Arah Baru Studi Ulum Al-Qur’an: Memburu Pesan
Tuhan Dibalik Fenomena Budaya karya seorang dosen STAIN di Jawa Timur yang juga doctor lulusan UIN
Yogyakarta. Ia menulis dalam bukunya:
“Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan campur tangan dalam proses pembukuan, dan Al-Qur’an mengandung adanya
unsur ideologis terutama ideology pemilik bahasa yang dipilih menjadi bahasa Mushaf Usmani. Jika boleh
memberi istilah, mushaf Usmani ini telah menjadi “penjara” bagi pesan rahasia Tuhan”
• Tentu saja, uduhan -tuduhan keji terhadap Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan sangat tidak mendasar. Faktanya,
dalam kodifikasi Mushaf Utsmani sudah mendapat persetujuan semua para sahabat termasuk Abdullah bin
Mas’ud dan Ali bin Abi Thalib.
• Tidak ada seorang sahabat Nabi pun yang menentang tindakan Utsman r.a., karena memang
keputusan kodifikasi Al-Qur’an itu bukan dilakukan untuk kepentingan politik atau
kesukuan.
• Karena itu, sepanjang sejarah Islam meskipun terjadi berbagai konflik politik, tidak pernah
terpikir suatu rezim untuk membuat Al-Qur’an baru.
• Ironisnya cara-cara orientalis dalam menyerang Islam sekarang dilakukan oleh beberapa
akademisi dari kalangan Perguruan Tinggi Islam sendiri.
• Adab keilmuan harus dijaga dalam dunia ilmiah di lingkungan Perguruan Tinggi Islam.
Tindakan menghujat dan melecehkan Al-Qur’an, sahabat dan ulama tidak patut dilakukan
oleh seorang muslim, meskipun dengan mengatasnamakan kebebasan ilmiah dan sikap
kritis.
• Huruf hijaiyyah yang digunakan untuk menulis Kalamullah dalam Al-Qur’an telah menjadi
suci karena menulis Kalam Allah yang Maha Suci.
Beda Konsep
• Salah satu konsep Islam yang dianggap “kuno” dan ortodoks oleh sejumlah liberalis adalah konsep Al-
Qur’an sebagai wahyu yang “tanzil”, yang “lafzhan wa ma’nan (lafaz dan maknanya)” dari Allah Swt.
Konsep ini menjadi sasaran liberalisasi Islam di Indonesia.
• Gagasan dekonstruksi dan desakralisasi Al-Qur’an jauh lebih bahaya daripada tindakan membuang Al-
Qur’an di kloset oleh tentara AS. Sebab, gagasan ini sudah sangat meluas dan diajarkan kepada mahasiswa.
Banyak dosen dan mahasiswa yang berpandangan bahwa Al-Qur’an adalah sebuah “produk budaya”.
• Dalam studi Islam gaya orientalis, biasanya berawal dari keraguan dan berakhir pada keraguan terhadap Al-
Qur’an. Sebab, mereka memang tidak beriman kepada Al-Qur’an.
• Padahal umat Islam melihat Al-Qur’an sebagai Kalamullah, tidak pernah berbeda menafsirkan ayat Al-
Qur’an yang memang qath’iy. Tidak berbeda tentang wajibnya shalat lima waktu, haramnya babi, haramnya
riba, khamr, wajibnya haji, dan lafaz azan dimana-mana pun sama. Memang ada perbedaan dalam Islam,
tetapi dalam hal furu’iyah.
• Konsep Al-Qur’an sebagai firman Allah sangat berbeda dengan konsep teks Bibel yang ditulis oleh para
penulis Bibel yang dikatakan mendapat inspirasi dari Roh Kudus. Sehingga bagaimana pun, konsep teks
Bibel mengandung unsur manusiawi.
• Bagi kaum Nasrani, Bibel dalam bahasa apa pun tetap diakui sebagai
“Holy Bibel” atau “Alkitab” semuanya disebut Bibel, tidak ada “Bibel
terjemah”. Kitabnya dianggab Kitab Suci dan isinya dikatakan sebagai
firman Tuhan, meskipun teksnya berubah dari waktu ke waktu, dan
mereka juga tidak rela jika kitabnya diinjak-injak.
• Konsep Al-Qur’an memang teks dan maknanya berasal dari Tuhan bukan
karangan Muhammad Saw. Tidak ada Al-Qur’an lain selain Mushaf
Utsmani yang berbahasa Arab dan teksnya tidak mengalami perubahan
dari waktu ke waktu. Selain yang berbahasa Arab, tidak disebut sebagai
Al-Qur’an, tetapi terjemahan Al-Qur’an. Tidaklah benar Al-Qur’an
adalah produk budaya Arab dan boleh seenaknya diinjak-injak.

Anda mungkin juga menyukai