Anda di halaman 1dari 13

Mata kuliah Dosen pengampu

Ilmu qiraat Fauzan Azima Syafiuddin, S. Ag, M.H

MAKALAH ILMU QIRAAT

IMAM QIRA’AT ABU JA’FAR AL-MADANIY

Kelas 4E

Di susun oleh :

Rifqi : ((12130212930))

Siti Halimah Tusakdiyah : (12130223586)

Sri Rezqi Pebianti : (12130223243)

FAKULTAS USHULUDDIN

PROGRAM STUDI I ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2023
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya Sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Imam
qira’at abu ja’far al-madaniy pada waktunya, adapun tujuan dari penulis makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas bapak mata kuliah ilmu qira’at. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Selaku dosen pengampu


mata kuliah ilmu qira’at yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. kami mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman yang telah
membagi sebagian pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah ilmu
qira’at. Namun, penulis sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kekurangan baik isi maupun penulisan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat di gunakan sebagaimana mestinya.

Pekanbaru 19 maret 2023

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


BAB I Pendahuluan ............................................................................................... iii
1.1Latar belakang ............................................................................................... iii
1.2Rumusan masalah .......................................................................................... iv
1.3Tujuan ............................................................................................................ iv
BAB II ..................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 1
A. Biographi imam Abu Ja’far Al-Madaniy ..................................................... 1
B. Guru dan murid-muridnya Abu Ja’far.......................................................... 2
C. Perawi Imam Abu Ja’far .............................................................................. 2
D. Kaidah bacaan Imam Abu Ja’far .................................................................. 3
BAB III ................................................................................................................... 6
PENUTUPAN ......................................................................................................... 6
SARAN ................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 7
iii

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Seperti yang kita ketahui, bahwasanya Al-qur’an sebagai petunjuk manusia


dan selalu dikaji sejak zaman dahulu sampai zaman modern ini, mulai dari sejarah
turunnya, kegunaanya, pembukuannya, bahkan cara pengungkapan bacaan pada
ayat al-qur’an tersebut, secara etimologi, lafal al-qira’at (‫ ) اﻟﻘﺮاءت‬merupakan jama’
dari lafal ( ‫ ) ﻗﺮءت‬adalah bentuk masdar dari kata ( ‫ ) ﻗﺮا‬yang artinya bacaan.

Sedangkan secara terminologi, terdapat beberapa pendapat para ulama yang


sehubungan dengan pengertian qira’at ini salah satunya ibn Al-jazari: Menurut Ibn
al-Jazari, Qira’at merupakan ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapan kata-
kata al-quran dan perbedaan-perbedaannya dengan cara menisbatkan kepada
penukilnya. 1 Maka Masalah pertama terkait dengan masalah pengucapan huruf
atau bahasanya, seperti: imalah, isymam, tarqiq, tafkhim, dan lain sebagainya.
Perbedaan ini terjadi karena perbedaan pelafalan kalimat oleh kabilah-kabilah
Arab yang masing-masing tidak bisa mengucapkan seperti yang diucapkan oleh
kabilah lainnya, Namun perbedaan itu bukanlah hal yang di larang, selagi
perbedaan itu sesuai dengan koridor sab’atu Ahrufin, maka sah-sah saja.

Lalu di antara banyaknya imam pasti akan ada banyaknya salah seorang imam
satu dengan imam yang lainnya memiliki bacaan yang berbeda pula di dalam
pembacaan al-Qur’annya, salah satu imam terkenal yakni adalah imam abu ja’far
al- madaniy, dengan terkenal bacaan Qira’at dengan al-qur’an, ia termasuk salah
satu imam yang terkenal bacaan-nya, dalam bidang al-qur’an abu ja’far belajar
kepada para sahabat dan pembesar lain seperti para tabi’in salah satunya adalah
Abdullah bin Ayyasy bin Abi Rabi’ah dan Abu hurairah, seorang sahabat nabi.

Meluasnya wilayah islam dan menyebarnya para sahabat dan tabi’in


mengajarkan Al-Qur’an di berbagai kota menyebabkan timbulnya berbagai qira’at,
perbedaan antara satu qira’at dan lainnya bertambah besar pula sehingga sebagian
riwayatnya tidak bisa lagi dipertanggung jawabkan. Para ulama menulis qira’at-
qira’at ini dan sebagianya menjadi masyhur, sehingga lahirlah istilalh qira’at tujuh,
qira’at sepuluh, dan qira’at empat belas 2

Itulah mengapa pentingnya mengetahui, sisi pengenalan para ulama’ dalam


Qira’atnya, agar kita juga bisa saling mengenal cara bacaan di suatu kaum tersebut

1
Nabil Ibn Ibrahim Ãlĩ Ismail, Ilmu al-Qira’at (Nasha’tuhu AthWaruhu Atsaruhu Fi al-Ulum
alSyar’iyah) (Riyadh: Maktabah al-Taubah, 2000), 27-28.
2
Amroeni Drajat. (2017). hlm. 107.
iv

ditambah apalagi untuk mempermudah umatnya dalam mempelajari al-Quran dan


membacanya. Sebagai mana diketahui bawha umat Islam berasal dari berbagai
suku dan bangsa yang setiap dari mereka memiliki bahasa tersendiri.

1.2 Rumusan masalah

1. Siapa itu Abu Ja’far al-madaniy


2. Siapa sajakah guru dan murid imam Abu Ja’far Al-madaniy
3. Bagaimana Qira’at imam Abu Ja’far Al-madaniy dalam pembacaan al-
Qur’an-nya?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui biografi secara singkat imam Abu ja’far al-madaniy


2. Mengetahui guru dan murid imam Abu Ja’far Al-madaniy
3. Mengetahui bacaan Qira’at imam Abu Ja’far
v
1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biographi imam Abu Ja’far Al-Madaniy

Salah satu prestasi seorang guru adalah mampu melahirkan generasi yang
berkualitas. Prestasi itu tidak akan tercapai kecuali diserta ketulusan. Nama
lengkap Abu Ja’far Al-Madaniy bin Al- Qa’qa Al Makhzumi Al- Madani. Nama
panggilan akrabnya ialah Abu Ja’far. Beliau lahir di kota madinah yang bertepatan
pada tahun 35H. Beliau tergolong salah satu imam Qira’at 10 (Qira’at Asyrah al-
mutawatirah) dari kalangan Tabi’in dan seorang panutan masyarakat Madinah
dalam bidang Qira’atnya, ia terkenal berakhlak mulia dan ingatan yang kuat,
memiliki ketelitian dan kredibilitas yang sempurna.

Semasa Abu Ja’far masih kecil, kepalanya pernah di usap oleh salah satu istri
nabi muhammad yakni ummu salamah dan mendoakannya 3 diriwayatkan dari
ibnu jama’a bahwasannya beliau berpuasa seperti puasanya nabi daud 4 dari
mujahid “tidak ada seorang pun yang lebih baik bacaanya di madinah kecuali
Abu ja’far” 5. Imam malik berkata Abu ja’far adalah seorang laki-laki yang saleh
dan selalu memberi fatwa di madinah, perjalanan Abu Ja’far dimulai sejak kecil,
ia sudah belajar membaca Al-Qur’an dan menghafalkannya. Tidak sulit baginya
untuk belajar dan memperdalam agama islam sebab pada masa itu adalah masa ia
hidup berdampingan dengan Orang-rang yang memiliki semangat keagamaan
yang kuat.

Ummu salamah juga merupakan salah satu karakter yang di ingat Abu ja’far,
karna masa kecilnya Ummu salamah selalu mendoakan beliau sambil mengusap-
usap kepala Abu Ja’far maka berkah doa dari Ummu salamah.

Diceritakan oleh imam Nafi’ bahwa imam Abu Ja’far pada malam hari
mendirikan shalat dan pada saat pagi beliau membuka majelis pengajian,
mengajarkan murid-muridnya, maka wajar pada saat mengajar beliau mengantuk
hingga tertidur. Untuk menghilangkan rasa kantuknya Imam Abu ja’far menyuruh
muridnya untuk mengambil kerikil dan diletakkan di sela-sela jemarinya.
Kemudian mereka mengumpulkan batu dan melakukan apa yang di suruh imam
Abu Ja’far, namun jika beliau masih tertidur maka beliau menyuruh untuk
menarik satu jenggotnya.

3
Taufiq ibrahim damrah itba’ al-athar fi qira’ah Abu ja’far (Urdyn al-maktabah al-
wathaniyah, 2007) hlm 9
4
ibid hlm 10
5
Sa’bir hasan al-nujum al-zahirah, hlm 35
2

Dalam bidang hadis, ia termasuk ulama yang sedikit meriwayatkan hadis, dari
sisi penilaian perawi hadis (jarh wa ta’dil ) para ulama hadis menilai Abu ja’far
dengan beragam, namun hampir semuanya menilai positif, meskipun demikian,
itu tidak menjatuhkan kredibilitas beliau sebagai seorang imam Qira’at Al-qur’an.
Bahkan dengan sedikitnya periwayatan hadis itulah menunjukkan bahwa beliau
konsisten dan memantapkan posisinya sebagai ahli pakar dalam bidang Qira’at.

Imam Al-Ashmu’i berkata : imam ibnu ziyad menyatakan bahwa tidak ada di
madinah seorang pun yang lebih mengerti tentang sunnah Nabi SAW, daripada
imam Abu Ja’far. Pada masa Abu Ja’far lebih didahulukan daripada imam
Abdurrahman bin Hurmuz Al-A’raj (kedua-keduanya adalah gurunya imam Nafi’),
sehingga imam Abu Ja’far adalah salah satu imam Qira’at yang memiliki prestasi
itu, tulus dalam beribadah dan tulus dalam beramal, sehingga Allah
memperlihatkan kemuliaan padanya. Kemuliaan itu adalah sebuah cahaya yang
melingkari di belahan dadanya saat ia menghadap kepada kematiannya sendiri.
Pada tahun 130 H Nafi’ berkata “ketika Abu Ja’far dimandikan, orang-orang
memandikannya melihat antara dada dan hatinya, mereka heran melihatnya,
sebab di antara hati dan dada bagaikan lembaran kertas mushaf Al-qur’an”. Dan
masih banyak lagi perkataan para ulama mengenai kepribadian Abu Ja’far al-
madaniy.

B. Guru dan murid-muridnya Abu Ja’far

Abu ja’far belajar Qira’at pada Abdullah bin Iyash bin Abi’ Rabi’ah al
makhzumi, Abdullah bin Abbas (W 71H) dan kepada Abu Hurairah ( W 57H).
6
Adapun di antara murid-murid beliau ialah :

1) Nafi’ bin Abi Na’im Al-madani ( W 169H )


2) Sulaiman bin Muslim bin Jammaz ( W 170H )
3) Isa bin Wardahn ( W 160 H )
4) Abu ‘Amr al- Bashri ( W 180H )
5) Abdurrahman bin Zaid bin Aslam ( W 182 H )

Meskipun banyak murid yang telah di asuh oleh Abu Ja’far dalam membaca
AL-Qur’an namun yang paling terkenal dalam periwayatan Qiraatnya versi Abu
Ja’far yakni Ibnu Wardan dan ibnu Jammaz

C. Perawi Imam Abu Ja’far


6
Taufiq ibrahim, itba’ al-athar, hlm 9
3

Dari sekian banyak murid Abu ja’far hanya ada dua murid yang tercatat
sebagai perawi, yaitu Ibnu Wardan dan Ibnu Jammaz

a. Ibnu Wardan
Nama lengkapnya adalah isa bin wardan al- madani, beliau di kenal
dengan panggilannya Abu al- Harits dan di juluki al- Hadzdza’. Dalam
dunia ilmu Qira’at beliau lebih di kenal dengan sebutan Ibnu wardan.
Dalam bidang Qira’at Al-qur’an, selain belajar dan membaca kepada
imam Abu Ja’far, beliau juga belajar membaca kepada imam Nafi’ dan
termasuk murid seniornya.

Imam al- Dani berkomentar “ Dia (Ibnu Wardan) termasuk murid senior
imam Nafi’ dan masih bersekutu dalam sanad ( Qira’at ). Dia seorang
muqri’ yang cerdas, perawi yang teliti dan dhabit.

b. Ibnu Jammaz
Namanya adalah Sulaiman bin Muhammad bin Muslim bin Jammaz al-
Zuhri al- madani. Dia seroang muqri’ yang agung dhabit dan pintar.
Dalam dunia Qira’at beliau lebih di kenal dengan sebutan Ibnu Jammaz

Dalam bidang Al-qur’an, beliay berguru keppada Abu ja’far dan Syaibah
bin Nashshah, dan Nafi’ Abu Ruwaim. Dalam perjalanannya ini, beliau
satu perguruan dengan Ibny Wardan hanya saja dari hasil berguru kepada
tiga imam di atas, beliau hanya berikthiar memadukan bacaan Abu Ja’far

D. Kaidah bacaan Imam Abu Ja’far

Dalam pembacaan Imam Abu Ja’far akan meliputi kaidah yang di gunakan
oleh Abu Ja’far dalam membaca Al-Qur’an dan menjadi ciri khas dari bacaannya.

1. Mim Al-jam’
Abu Ja’far menyambung mim al-jam’ dengan huruf wau jika huruf
sebelumnya berharakat ( hidup ).
2. Mad
Abu Ja’far tidak membaca panjang mad Jaiz Munfashil, membaca
sedang berkisar 4 harakat untuk mad Wajib Muttashil, dan hukum
mad lainnya tidak beda dengan hukum yang telah ditetapkan oleh
imam.
3. Hukum-hukum Hamzah
4

Dalam pembahasan bacaan Hamzah menurut Abu Ja’far terbagi


menjadi beberapa bagian yang di antaranya:
1) Dua Hamzah dalam satu kalimat
Jika ada dua hamzah berkumpul dalam satu kalimat, maka
Abu> Ja’far membaca Tashil hamzah kedua baik hamzah
tersebut berharakat fathah, kasrah, atau dhamah.
2) Dua Hamzah dalam dua kalimat
Bagian ini terbagi menjadi 8 bagian yang mana bisa
dirangkum menjadi dua bagian besar. Pertama, antara
kedua hamzah harakatnya sejenis dan Kedua, harakatnya
berberbeda. Di bawah ini adalah rincian dari 2 bagian
tersebut:
Pertama, dua hamzah sejinis dalam harakatnya terbagi
menjadi tiga bagian yaitu:
a) Sama-sama berharakat fathah
b) Sama-sama berharakat dhamah
c) Sama-sama berharakat kasrah

Hamzah kedua harus dibaca Tashil dari tiga bagian di atas.


Kedua, dua hamzah berbeda dalam harakat terbagi menjadi
5 bagian sebagaimana berikut:

a) Hamzah pertama berharakat fathah dan kedua


berkarahat dhamah, seperti
b) Hamzah pertama berharakat fath}ah dan kedua
berkarahat kasrah
Dua bagian di atas hamzah kedua harus dibaca tashil.
c) Hamzah pertama berharakat dhamah dan kedua
berkarahat fathah. Bacaan ini, hamzah kedua harus
diganti dengan wau.
d) Hamzah pertama berharakat dhamah dan kedua
berkarahat kasrah.
Hal ini hamzah kedua bisa dibaca dua bacaan yaitu,
dibaca tashil atau menganti huruf wau yang berharakat
kasrah.
e) Hamzah pertama berharakat kasrah dan kedua
berkarahat fathah, seperti. Hamzah kedua harus diganti
dengan Ya’ berharakat fathah.
3) Hamzah tunggal
Hamzah tunggal memiliki beragam bacaan di antaranya:
5

a) Mengganti hamzah yang berharakat sukun dengan


huruf mad yang mencocoki pada harakat huruf
sebelumnya. Tidak ada beda hamzah yang mati
tersebut di awal, tengan atau akhir kalimat.
Dikecualikan dari kaidah di atas ayat 33 dari surah
al-Baqarah ‫اﻧبﺌﻬﻢ ﺑﺄﺳﻤﺎ��م‬, ayat 51 al-Hajr dan 28

al-Qamar ‫ ﻧبﺌﻬﻢ‬.
b) Mengganti hamzah yang berharakat fathah dengan
huruf wau, apabila hamzah tersebut berada pada
awal kalimat (fa’ kalimah) yang terletak setelah
huruf yang berharakat dhamah.
c) Mengganti hamzah dengan Ya’ yang berharakat
fathah pada kalimat-kalimat
4. Sakta
Jika imam Hafs membaca sakta dari kalimat-kalimat ‫ ﻣﻦ‬,‫)ﻋﻮ�ﺎ ﻗﻴﻤﺎ‬

(‫ ﺑﻞ ران‬,‫ ﻣﻦ راق‬,‫ﻣﺮﻗﺪﻧﺎ‬, namun Abu Ja’far tidak membacanya


dengan sakta. Adapun sakta menurut Abu> Ja’far adalah setiap
huruf hijaiyah yang ada pada pembuka surat seperti, -‫��م‬-‫ )اﻟﻒ‬: ‫اﻟﻢ‬

(‫ﻣﻴﻢ‬.
5. Idgham
Abu Ja’far meng-idghamkan huruf-huruf di bawah ini:
ُ َ
1) Tha’ pada Ta’. Seperti ‫ ﻟبﺜﺘﻢ‬,‫ ﻟبﺜﺖ‬,‫ﻟبﺜﺖ‬

2) Dha>l pada Ta’. Seperti ‫ ا��ﺬت‬,‫ا�ﺬت‬


3) Abu> Ja’far tidak meng-idghamkan
huruf Tha’ pada Dhal yang terpadat pada rifman
Allah ‫ﻳﻠﻬﺚ ذلﻚ‬, akan tetapi beliau membaca dengan idhhar.

4) Beliau juga membaca idhhar huruf Ba’ dalam ‫ارﻛﺐ ﻣﻌﻨﺎ‬.


6. Imalah
Dalam bacaan Abu Ja’far tidak ada satupun dari kalimat al-Qur’an
yang dibaca dengan imalah.
6

7. Ya’ Mutakalim
Abu Ja’far membaca fathah setiap Ya’ Mutakalim yang terletak
sebelum Hamzah Qata’, baik Hamzah Qata’ tersebut berharakat
َ ,‫ا�ي ا�ﻠﻢ‬
fathah, Dhamah, maupun Kasrah. Seperti contoh .‫ا�ي ا�ﺎف‬ َ

َ
.‫ﺣﺰﺑ�ي ا�ى اﷲ‬ َ ,‫ا�ي ارﻳﺪ‬
,‫ �نﺎ�ى ان‬.‫ا�ى اوف الﻜﻴﻞ‬ َ

BAB III

PENUTUPAN

Qira’at adalah menyempurnakan bacaan al-qur’an yang berbeda pula,


maka dari itu seharusnya, seseorang mengetahui perbedaan bacaan ini agar tidak
dikira menggunakan bacaan yang salah padahal ada imam tersendiri untuk diikuti
bacaannya, .sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, adanya ragam bacaan
merupakan sebuah rahmat bagi semua umat Islam, sebab tidak semua lisan bisa
melafadkan sebagaimana al-Qur’an diturunkan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad
meminta agar al-Qur’an bisa dibaca dengan beragam bacaan sehingga semua umat
Islam bisa membacanya dengan mudah.

Tergolong salah satu model bacaan al-Qur’an adalah bacaan Abu Ja’far al-
Madani. Beliau memiliki kaidah tersendiri dan berbeda dengan bacaan yang
sering kita dengarkan. Meski beliau memiliki kaidah dalam membaca al-Qur’an,
namun kaidah tersebut tidak bersifat paten, sebab masih ada pengecualian-
7

pengecualin yang tidak boleh dibaca sebgaimana kaidah yang telah dibakukan.
Hal ini membuktikan bahwa dalam membaca al-Qur’an tidak tunduk pada kaidah,
melainkan harus tundung kepada pendengarang sang guru yang sanadnya sampai
pada Nabi Muhammad.

SARAN

Maka sebagai manusia yang menjadi khalifah, maka hendaknya


memahami dan mempelajari Qira’at al-qur’an juga dengan memahami imam
Qira’at saat membaca al-qur’an selain memperindah bacaan saat membaca al-
qur’an, kita juga akan mengetahui apa saja perbedaan cara baca setiap imam yang
baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Imam Al-Dzhabi, juz II, hal 336; dan kitab "Makrifat al-Qurra’ al-Kibar ‘Ala Al-
Tabaqat wa al-A’shar" karya Imam Al-Dzhabi juz II, hal. 64.

Muhammad H{asan H{asan Jabal. al-Rad ‘ala> al-Mustashriq al-


Yahu>di> Galdziher fi> Mut}a>’anih ‘ala> al-Qira>’a>t al-Qur’a>niyah.
T{ant}a: Ja>mi’at al-Azhar. 2002.

Muhammad Nabha>n bin H{asan Mas}ri>. ‘Abi>r min al-Tah}bi>R fi> al-
Qira>’a>t al-Thala>th al-Mutamimah li al-Qira>’a>t al-‘Ashr Abu> Ja’far
wa Ya’qu>b wa Khalaf al-‘A<shir. Madinah: Ja>mi’at Umm al-Qura>.
2006.

Anda mungkin juga menyukai