Kelas 4E
Di susun oleh :
Rifqi : ((12130212930))
FAKULTAS USHULUDDIN
PEKANBARU
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya Sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Imam
qira’at abu ja’far al-madaniy pada waktunya, adapun tujuan dari penulis makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas bapak mata kuliah ilmu qira’at. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah ilmu
qira’at. Namun, penulis sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kekurangan baik isi maupun penulisan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat di gunakan sebagaimana mestinya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan
Lalu di antara banyaknya imam pasti akan ada banyaknya salah seorang imam
satu dengan imam yang lainnya memiliki bacaan yang berbeda pula di dalam
pembacaan al-Qur’annya, salah satu imam terkenal yakni adalah imam abu ja’far
al- madaniy, dengan terkenal bacaan Qira’at dengan al-qur’an, ia termasuk salah
satu imam yang terkenal bacaan-nya, dalam bidang al-qur’an abu ja’far belajar
kepada para sahabat dan pembesar lain seperti para tabi’in salah satunya adalah
Abdullah bin Ayyasy bin Abi Rabi’ah dan Abu hurairah, seorang sahabat nabi.
1
Nabil Ibn Ibrahim Ãlĩ Ismail, Ilmu al-Qira’at (Nasha’tuhu AthWaruhu Atsaruhu Fi al-Ulum
alSyar’iyah) (Riyadh: Maktabah al-Taubah, 2000), 27-28.
2
Amroeni Drajat. (2017). hlm. 107.
iv
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu prestasi seorang guru adalah mampu melahirkan generasi yang
berkualitas. Prestasi itu tidak akan tercapai kecuali diserta ketulusan. Nama
lengkap Abu Ja’far Al-Madaniy bin Al- Qa’qa Al Makhzumi Al- Madani. Nama
panggilan akrabnya ialah Abu Ja’far. Beliau lahir di kota madinah yang bertepatan
pada tahun 35H. Beliau tergolong salah satu imam Qira’at 10 (Qira’at Asyrah al-
mutawatirah) dari kalangan Tabi’in dan seorang panutan masyarakat Madinah
dalam bidang Qira’atnya, ia terkenal berakhlak mulia dan ingatan yang kuat,
memiliki ketelitian dan kredibilitas yang sempurna.
Semasa Abu Ja’far masih kecil, kepalanya pernah di usap oleh salah satu istri
nabi muhammad yakni ummu salamah dan mendoakannya 3 diriwayatkan dari
ibnu jama’a bahwasannya beliau berpuasa seperti puasanya nabi daud 4 dari
mujahid “tidak ada seorang pun yang lebih baik bacaanya di madinah kecuali
Abu ja’far” 5. Imam malik berkata Abu ja’far adalah seorang laki-laki yang saleh
dan selalu memberi fatwa di madinah, perjalanan Abu Ja’far dimulai sejak kecil,
ia sudah belajar membaca Al-Qur’an dan menghafalkannya. Tidak sulit baginya
untuk belajar dan memperdalam agama islam sebab pada masa itu adalah masa ia
hidup berdampingan dengan Orang-rang yang memiliki semangat keagamaan
yang kuat.
Ummu salamah juga merupakan salah satu karakter yang di ingat Abu ja’far,
karna masa kecilnya Ummu salamah selalu mendoakan beliau sambil mengusap-
usap kepala Abu Ja’far maka berkah doa dari Ummu salamah.
Diceritakan oleh imam Nafi’ bahwa imam Abu Ja’far pada malam hari
mendirikan shalat dan pada saat pagi beliau membuka majelis pengajian,
mengajarkan murid-muridnya, maka wajar pada saat mengajar beliau mengantuk
hingga tertidur. Untuk menghilangkan rasa kantuknya Imam Abu ja’far menyuruh
muridnya untuk mengambil kerikil dan diletakkan di sela-sela jemarinya.
Kemudian mereka mengumpulkan batu dan melakukan apa yang di suruh imam
Abu Ja’far, namun jika beliau masih tertidur maka beliau menyuruh untuk
menarik satu jenggotnya.
3
Taufiq ibrahim damrah itba’ al-athar fi qira’ah Abu ja’far (Urdyn al-maktabah al-
wathaniyah, 2007) hlm 9
4
ibid hlm 10
5
Sa’bir hasan al-nujum al-zahirah, hlm 35
2
Dalam bidang hadis, ia termasuk ulama yang sedikit meriwayatkan hadis, dari
sisi penilaian perawi hadis (jarh wa ta’dil ) para ulama hadis menilai Abu ja’far
dengan beragam, namun hampir semuanya menilai positif, meskipun demikian,
itu tidak menjatuhkan kredibilitas beliau sebagai seorang imam Qira’at Al-qur’an.
Bahkan dengan sedikitnya periwayatan hadis itulah menunjukkan bahwa beliau
konsisten dan memantapkan posisinya sebagai ahli pakar dalam bidang Qira’at.
Imam Al-Ashmu’i berkata : imam ibnu ziyad menyatakan bahwa tidak ada di
madinah seorang pun yang lebih mengerti tentang sunnah Nabi SAW, daripada
imam Abu Ja’far. Pada masa Abu Ja’far lebih didahulukan daripada imam
Abdurrahman bin Hurmuz Al-A’raj (kedua-keduanya adalah gurunya imam Nafi’),
sehingga imam Abu Ja’far adalah salah satu imam Qira’at yang memiliki prestasi
itu, tulus dalam beribadah dan tulus dalam beramal, sehingga Allah
memperlihatkan kemuliaan padanya. Kemuliaan itu adalah sebuah cahaya yang
melingkari di belahan dadanya saat ia menghadap kepada kematiannya sendiri.
Pada tahun 130 H Nafi’ berkata “ketika Abu Ja’far dimandikan, orang-orang
memandikannya melihat antara dada dan hatinya, mereka heran melihatnya,
sebab di antara hati dan dada bagaikan lembaran kertas mushaf Al-qur’an”. Dan
masih banyak lagi perkataan para ulama mengenai kepribadian Abu Ja’far al-
madaniy.
Abu ja’far belajar Qira’at pada Abdullah bin Iyash bin Abi’ Rabi’ah al
makhzumi, Abdullah bin Abbas (W 71H) dan kepada Abu Hurairah ( W 57H).
6
Adapun di antara murid-murid beliau ialah :
Meskipun banyak murid yang telah di asuh oleh Abu Ja’far dalam membaca
AL-Qur’an namun yang paling terkenal dalam periwayatan Qiraatnya versi Abu
Ja’far yakni Ibnu Wardan dan ibnu Jammaz
Dari sekian banyak murid Abu ja’far hanya ada dua murid yang tercatat
sebagai perawi, yaitu Ibnu Wardan dan Ibnu Jammaz
a. Ibnu Wardan
Nama lengkapnya adalah isa bin wardan al- madani, beliau di kenal
dengan panggilannya Abu al- Harits dan di juluki al- Hadzdza’. Dalam
dunia ilmu Qira’at beliau lebih di kenal dengan sebutan Ibnu wardan.
Dalam bidang Qira’at Al-qur’an, selain belajar dan membaca kepada
imam Abu Ja’far, beliau juga belajar membaca kepada imam Nafi’ dan
termasuk murid seniornya.
Imam al- Dani berkomentar “ Dia (Ibnu Wardan) termasuk murid senior
imam Nafi’ dan masih bersekutu dalam sanad ( Qira’at ). Dia seorang
muqri’ yang cerdas, perawi yang teliti dan dhabit.
b. Ibnu Jammaz
Namanya adalah Sulaiman bin Muhammad bin Muslim bin Jammaz al-
Zuhri al- madani. Dia seroang muqri’ yang agung dhabit dan pintar.
Dalam dunia Qira’at beliau lebih di kenal dengan sebutan Ibnu Jammaz
Dalam bidang Al-qur’an, beliay berguru keppada Abu ja’far dan Syaibah
bin Nashshah, dan Nafi’ Abu Ruwaim. Dalam perjalanannya ini, beliau
satu perguruan dengan Ibny Wardan hanya saja dari hasil berguru kepada
tiga imam di atas, beliau hanya berikthiar memadukan bacaan Abu Ja’far
Dalam pembacaan Imam Abu Ja’far akan meliputi kaidah yang di gunakan
oleh Abu Ja’far dalam membaca Al-Qur’an dan menjadi ciri khas dari bacaannya.
1. Mim Al-jam’
Abu Ja’far menyambung mim al-jam’ dengan huruf wau jika huruf
sebelumnya berharakat ( hidup ).
2. Mad
Abu Ja’far tidak membaca panjang mad Jaiz Munfashil, membaca
sedang berkisar 4 harakat untuk mad Wajib Muttashil, dan hukum
mad lainnya tidak beda dengan hukum yang telah ditetapkan oleh
imam.
3. Hukum-hukum Hamzah
4
al-Qamar ﻧبﺌﻬﻢ.
b) Mengganti hamzah yang berharakat fathah dengan
huruf wau, apabila hamzah tersebut berada pada
awal kalimat (fa’ kalimah) yang terletak setelah
huruf yang berharakat dhamah.
c) Mengganti hamzah dengan Ya’ yang berharakat
fathah pada kalimat-kalimat
4. Sakta
Jika imam Hafs membaca sakta dari kalimat-kalimat ﻣﻦ,)ﻋﻮ�ﺎ ﻗﻴﻤﺎ
(ﻣﻴﻢ.
5. Idgham
Abu Ja’far meng-idghamkan huruf-huruf di bawah ini:
ُ َ
1) Tha’ pada Ta’. Seperti ﻟبﺜﺘﻢ, ﻟبﺜﺖ,ﻟبﺜﺖ
7. Ya’ Mutakalim
Abu Ja’far membaca fathah setiap Ya’ Mutakalim yang terletak
sebelum Hamzah Qata’, baik Hamzah Qata’ tersebut berharakat
َ ,ا�ي ا�ﻠﻢ
fathah, Dhamah, maupun Kasrah. Seperti contoh .ا�ي ا�ﺎف َ
َ
.ﺣﺰﺑ�ي ا�ى اﷲ َ ,ا�ي ارﻳﺪ
, �نﺎ�ى ان.ا�ى اوف الﻜﻴﻞ َ
BAB III
PENUTUPAN
Tergolong salah satu model bacaan al-Qur’an adalah bacaan Abu Ja’far al-
Madani. Beliau memiliki kaidah tersendiri dan berbeda dengan bacaan yang
sering kita dengarkan. Meski beliau memiliki kaidah dalam membaca al-Qur’an,
namun kaidah tersebut tidak bersifat paten, sebab masih ada pengecualian-
7
pengecualin yang tidak boleh dibaca sebgaimana kaidah yang telah dibakukan.
Hal ini membuktikan bahwa dalam membaca al-Qur’an tidak tunduk pada kaidah,
melainkan harus tundung kepada pendengarang sang guru yang sanadnya sampai
pada Nabi Muhammad.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Imam Al-Dzhabi, juz II, hal 336; dan kitab "Makrifat al-Qurra’ al-Kibar ‘Ala Al-
Tabaqat wa al-A’shar" karya Imam Al-Dzhabi juz II, hal. 64.
Muhammad Nabha>n bin H{asan Mas}ri>. ‘Abi>r min al-Tah}bi>R fi> al-
Qira>’a>t al-Thala>th al-Mutamimah li al-Qira>’a>t al-‘Ashr Abu> Ja’far
wa Ya’qu>b wa Khalaf al-‘A<shir. Madinah: Ja>mi’at Umm al-Qura>.
2006.