Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA

ISLAM DI THAILAND

Dosen Pengampu: H. Abdul Ghofur M.Ag

DISUSUN OLEH

SUHENI YUNINGSIH 12130224017

SRI REZQI PEBIANTI 12130223243

WIRDA YULIA UTAMI NST 12130222828

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kehadirat


Allah SWT yang telah melipahkan rahmat serta hidayahNya sehingga kita masih
di beri kesempatan untuk tetap melaksanakan perkulihan seperti biasa. Shalawat
serta salam tetap tercurah limpah kepada baginda kita Nabi MUHAMMAD SAW
beserta keluarga, sahabat dan seluruh umat yang beristiqomah hingga akhir
zaman.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat jasmani dan rohani, sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini sebagai pengantar mata kuliah SEJARAH ISLAM
ASIA TENGGARA. Selama pembuatan makalah ini kami banyak mendapat
bantuan, oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekanbaru,

2022 Penulis 2022

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................2
BAB I.....................................................................................................4
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.......................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................4

BAB II....................................................................................................5

A. ISLAM HADIR DI THAILAND.......................................................5


B. PERKEMBANGAN ISLAM DI PATANI, NARATHIWAT, YALA DAN
SETUL..........................................................................................7
C. PERJUANGAN MUSLIM PATTANI UNTUK OTONOMI..................8
D. BENTUK-BENTUK PERJUANGAN MUSLIM PATTANI.................10
E. BENTUK-BENTUK PERJUANGAN MUSLIM PATANI......................12
F. PERJUANGAN HAJI SULONG UNTUK PEMBEBASAN PATTANI..14

BAB III.....................................................................................................
PENUTUP................................................................................................
KESIMPULAN..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Thailand merupakan sebuah negara dengan mayoritas penduduknya penganut


agama Budha aliran Theravada, namun ada minoritas kecil pemeluk agama Islam.
Dari sekian banyak penganut agama Islam di sana, terdapat sebuah etnik Pattani
yang merupakan etnik Melayu yang sama dengan etnik Melayu di beberapa
negara mayoritas Islam di Asia Tenggara seperti Malaysia, Indonesia, dan Brunei.
Meskipun dari segi politik mereka bagian dari negara Thailand, tetapi dari segi
bahasa dan budaya, mereka adalah melayu, yang berbeda dengan etnik Siam
(etnik mayoritas di Thailand). Mereka pada umumnya berada di empat provinsi
yaitu Pattani, Satun, Yala dan Narathiwat. Kedudukan Patani yang sangat
strategik dari segi geografis, menyebabkan kota itu menjadi tujuan pedagang-
pedagang asing baik dari barat maupun timur. Dalam waktu yang singkat, Patani
telah muncul sebagai kerajaan yang penting, maju dari segi ekonomi, dan stabil
dari segi politik dan pemerintahan. Hubungan awal Patani dengan Islam terjadi
akibat hubungan perdagangan antara Arab, India dan China. Saudagar India dan
Arab menduduki pusat-pusat perdagangan Patani pada akhir abad ke- 12 dan
mereka menikahi penduduk setempat dan membentuk masyarakat Islam awal.
Lebih dari tiga abad setelah itu Islam tersebar luas di kawasan tersebut hingga
mempengaruhi golongan istana untuk memeluk Islam. Karena sejalan dengan
tradisi simbiosis antara agama dan sistem pemerintahan kerajaan di Nusantara,
serta kelaziman di kalangan pemegang kekuasaan untuk menerima ”ideologi yang
memberi legitimasi” sebelum rakyat sendiri memeluknya, maka Islam dianut oleh
keluarga para raja. Dengan demikian para alim ulama patani dengan sebulat suara
bersetuju menumbuhkan tempat penyelesaian urusan agama islam

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana islam bisa hadir di thailand

2. Apa perkembangan Islam masa kesultanan ?

3. Bagaimana perjuangan Melayu Muslim memperoleh otonomi ?

4. Apa saja bentuk perjuangan Muslim Patani ?

5. Bagaimana perjuangan Tokoh Muslim Surin Pitswan di Tahun 1980-2000

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam hadir di thailand

Islam Hadir di Thailand Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10 Masehi
bersamaan dengan awal penyebaran Islam oleh para sahabat Rasulullah
Muhammad melalui para pedagang dari jazirah Arab ke Kerajaan Pattani Raya
atau Pattani Darussalam. Penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara merupakan
sebuah ‘paket’ kesatuan dakwah Islam dari jazirah Arab pada masa khalifah Umar
Bin Khaththab. Lebih lanjut secara historis, Islam sudah menyebar di beberapa
kawasan Asia Tenggara sejak lama, di Malakka, Aceh (Nusantara), serta Malayan
Peninsula termasuk daerah Melayu yang ada di daerah Siam (Thailand).
Keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah Pattani menjadi
bukti bahwa Islam sudah ada lebih dulu sebelum Kerajaan sebelum kerajaan
Sukhotai cikal-bakal kerajaan Siam atau Thailand lahir. Secara garis besar kini,
masyarakat Muslim Thailand dibedakan menjadi dua, yaitu:

(1) masyarakat Muslim sebagai penduduk asli, berada di Pattani (Thailand


selatan)
(2) masyarakat Muslim imigran (pendatang) yang berlokasi di kota Bangkok
dan Chiang Mai (Thailand tengah dan utara).

Proses masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisisi


kerajaan Pattani Raya atau Pattani Darussalam (Pattani berasal dari kata al-Fattani
yang berarti kebijaksanaan). Bermula dari masa dimana jauh sebelumnya, pada
masa awal sejarah Thailand berdiri, ditandai dengan lahirnya sebuah kerajaan
berumur pendek bernama Sukhotai, dimana sejak abad ke-12 sudah hadir kerajaan
Pattani Raya atau Pattani Darussalam di wilayah selatan kerajaan tersebut. Di
wilayah bagian selatan Kerajaan Thailand dimana mayoritas penduduknya adalah
Muslim, berada di wilayah yang dikenal sebagai wilayah Pattani Raya atau Pattani
Darussalam dahulu itu. Dan sekarang ini dapat kita dijumpai di Provinsi

(1) Pattani

(2) Yala

(3) Narathiwat

(4) Satun

(5) dan Songkhla.

5
Kerajaan Thailand adalah sebuah negara dengan karakter terbuka
berlandaskan spiritual Budha Trevada yang memiliki karakter baik serta terbuka.
Sehingga, secara harmoni mampu berkompromi menciptakan manajemen
komunikasi produktif bagi kepercayaan lainnya. Yaitu salah atunya adalah dengan
‘memberikan ruang’ bagi para pemeluk agama Islam untuk melaksanakan
ibadahnya, serta melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya. Di bawah
naungan kementerian dalam negeri dan kementerian pendidikan yang langsung
bertanggungjawab langsung kepada raja Thailand, seseorang mufti yang
memperoleh gelar Syaikhul Islam atau Chularajmontree di Thailand,
bertanggungjawab atas masalah keagamaan Islam, di dalam hal kewenangannya
mengatur kebijakan atau policy yang terkait dengan kehidupan masyarakat
Muslim atau ummatnya. Ummat Islam di Thailand bebas mengadakan pendidikan
dan acara-acara keagamaan. Pemerintah Thailand juga membantu penerjemahan
Al-Quran ke dalam bahasa Thai, serta membolehkan warga Muslim mendirikan
masjid dan sekolah Muslim. Secara umum di seluruh penjuru Thailand terlihat
kantong pemukiman Muslim untuk mengembangkan pendidikan Islam-nya.
Proses pendidikan Islam Thailand mengalami perkembangan dan kemajuan,
dilihat dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh beberapa lembaga Islam seperti
pada umumnya di Indonesia. Semisal

(1) pengajian pria dan wanita

(2) TPA (Taman Pendidikan Al-Quran)/TKA (Taman Kana-kanak Al-Quran)

(3) kajian mingguan mahasiswa.

Bahkan kini dalam kontek Indonesia, masyarakat dan pelajar Muslim


Indonesia di Thailand juga tak ketinggalan mengadakan silaturrahim bulanan di
dalam forum pengajian Ngaji Khun, yang dilaksanakan di berbagai wilayah di
seluruh wilayah Kerajaan Thailand Ajaran Islam yang pertama dibawa oleh orang
Persia (sekarang Iran) ke Ayutthaya dengan tujuan untuk berdagang, juga
sekaligus membawa kabar Islam. Tokoh utama Iran yang paling terkenal adalah
“Sheikh Ahmad Qumi” dari negeri Qum. Di bawah naungan kementerian dalam
negeri dan kementerian pendidikan yang langsung bertanggungjawab langsung
kepada raja Thailand, seseorang mufti yang memperoleh gelar Syaikhul Islam
atau Chularajmontree di Thailand, bertanggungjawab atas masalah keagamaan
Islam, di dalam hal kewenangannya mengatur kebijakan atau policy yang terkait
dengan kehidupan masyarakat Muslim atau ummatnya. Di dalam sebuah
wawancara mendalam Marifah Rambhai Dahlan sebagai cucu tertua dari Haji
Muhammad Saleh pendiri Masjid Jawa di Sathorn, Bangkok mengungkapkan
bahwa bahwa sang kakek menjadi makmur bukan hanya karena berdagang batik
semata, namun juga termasuk transaksi perdagangan beragam hasil bumi dari

6
kampung asalnya di Jawa Tengah dengan mancanegara, dengan fokus
perdagangan dengan China. Lebih jauh lagi pada tahun 1860-an ke atas, oleh
karena didorong oleh perjanjian antara kolonial Belanda di Indonesia dengan
Kerajaan Siam (kini Thailand), migrasi penduduk Indonesia ke sana menjadi
semakin besar. Kemungkinan untuk bermigrasi menjadi lebih terbuka lagi, oleh
karena di dalam perjanjian yang dilakukan juga termasuk menerapkan prinsip
“ekstrateritorialitas” yang memperluas hak hukum bagi orang Indonesia
(masyarakat jajahan Belanda di wilayah Hindia Belanda atau (Oost Indische),
yang juga ‘boleh dianggap’ sebagai warga Belanda. Hasil dari penerapan prinsip
“ekstrateritorialitas” tadi kemudian jadi bermunculan kluster-kluster pemukiman
orang asal Indonesia, khususnya di kota Bangkok. 1

B. Perkembangan agama islam di pattani,

Ahli sejarah telah mencatat bahwa patani adalah sebuah negara yang
berdaulat, bernegara dan ia juga pernah menjalankan hukum sya’riah islam pada
masa itu. Namun setelah patani yang berdaulat dan bernegara sudah kehilangan
kekuasaan yang direbut oleh negara siam (thailand) sekarang kebudayaan melayu
islam patani berada dalam kekacauan, semakin hari semakin kacau sebagai akibat
dari penjajahan siam yang menjajah umat melayu islam. Hal ini sesuai dengan
pendapat salah satu tokoh ulama patani yaitu hj. Sulong sebagaimana dikutip dari
dalam buku islam munghtai sebagai berikut “orang melayu menyadari bahwa
mereka tidak ditempatkan di bawah kekuasaan siam karena kekalahan” 2

Salah satu lembaga dakwah yang sangat berpengaruh dalam dakwah islam di
patani selatan thailand adalah majelis agama islam wilayah narathiwat. Majelis
agama islam ini dalah lembaga dakwah islam berupaya untuk menyusun langkah-
langkah mencapai tujuan yang dimaksud. Oleh karna itu menyusun langkah yang
baik serta menjalankan dengan istiqomah menjadi sangat penting dalam lembaga
dakwah ini. Strategi majelis agama islam wilayah narathiwat digolongkan kepada
dua aspek yaitu aspek pendidikan dan pengajaran islam seperti mengurus dan
mengatur sekolah tadika, majelis agama islam narathiwat mengatur semua yang
berkaitan dengan proses pembelajaran yang ada di tadika

Mengadakan program-program ceramah agama yaitu ceramah setiap hari di


hari jum’at di setiap masjid yang ada di wilayah narathiwat yang bertujuan
penting, dua aspek sosial budaya dan keagamaan, dalam aspek sosial budaya

1
Islam datang di thailand Marissa Grace Haque, 2Nelmida, 3Vidiyanna Rizal Putri, 4Denok
Sunarsi, 5Rr Vemmi Kesuma Dewi, STIE Indonesia Banking School, Kota Jakarta Selatan, DKI
Jakarta, Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia 5STAI Al-Aqidah Al
Hasyimiyyah, Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia
2
Surin pisuan di munghtai (jakarta LP 3 ES, 1989) h 133

7
keagamaan majelis agama islam wilayah narathiwat juga melaksanakan kegiatan
dakwah islam. Strategi yang digunakan merupakan kegiatan agama diantaranya
kegiatan kursus pra nikah untuk memberi ilmu pengetahuan atau materi kepada
calon pasangan suami istri tentang pernikahan menurut syariah islam

C. Perkembangan Islam Masa Kesultanan

Dalam tinjauan sejarah berkembangnya Islam di Thailand sudah berlangsung


sejak lama yaitu sejak abad ke-12 M yang berasal dari kesultanan Pattani 3
Kelompok Muslim mayoritas yang memeluk Islam hingga sekarang tinggal di
tempat wilayah provinsi di Thailand Selatan yaitu Pattani, Yalla, Naratiwat dan
Setul. Sebagian mu slim lain juga banyak mendiami provinsi di Songkala. Seluruh
provinsi yang mayoritas Muslim ini dulunya adalah termasuk wilayah kesultanan
Pattani hingga akhirnya terpaksa mereka berintegrasi dengan kerajaan Sukhotai.

Penyebaran Islam di wilayah kerajaan Pattani pada umumnya melalui dua


peringkat, yaitu peringkat pengenalan dan peringkat pengislaman secara besar-
besaran. Peringkat pengenalan adalah suatu proses yang lama dan penerimaannya
adalah terbatas yang tersebar di kalangan individu tertentu saja. Masuknya Islam
pada peringkat permulaan berhubungan dengan kedatangan peniaga Arab, Persia,
dan India ke negara di Asia Tenggara yang hubungan perdagangan secara erat
sudah terbentuk semenjak abad ke-10M. Keadaan ini turut berlaku dikawasan
Thailand Selatan yang menjadi pelabuhan maju pada abad ke-10 M dan menjadi
jalan perniagaan yang dilalui oleh para pedagang Arab dan Persia. Masuknya
Islam di Pattani pada peringkat kedua bermula dengan Islamnya Raja Pattani yaitu
Raja Paya Tunkapa. Dengan Islamnya raja, menteri, serta sebagian rakyatnya,
maka tersebarlah Islam di seluruh negeri Pattani 4

Nama Raja diganti menjadi Sulthan Isma’el Syah. Memeluk Agama Islam
secara besar-besaran ini berlaku sekitar tahun 1457 M. Dengan Islamnya Patani
kedudukan politik di semenanjung tanah Melayu mengalami perubahan besar
karena Patani menjadi sebagian dunia Melayu yang berasaskan Islam. Islam
berkembang dan dibangunkan di Patani atas runtuhan asas budaya Hindu dan
Budha yang bertapak sudah sekian lama. Secara garis besar masyarakat Islam
tergabung ke dalam tiga kelompok Negara. Pertama, di negara Islam, antara lain
Pakistan, Iran dan Saudi Arabia. Kedua, negara-negara yang mayoritas penduduk

3
Istilah Pattani berasal dari kata Petani yang diambil dari perkataan paktani yang berarti
pekebun, peladang atau pesawah. Lihat Dinamika dan Problematika Muslim di Asia Tenggara,
2000, hlm, 24. Lihat juga dalam buku Zaini Muzani, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia
Tengara, (Jakarta: LP3ES, 1993), hlm, 345.
4
Nik Anuar Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Pattani 1785-1954, (Bangi: University
Kebangsaan Malaysia, 2006), hlm, 117.

8
beragama Islam, antara lain Indonesia, Turki dan Mesir. Ketiga, negara-negara
yang mayoritas penduduknya beragama lain, antara lain Filipina, Thailand dan
beberapa negara di kawasan Afrika dan Eropa. Ketika Sultan Ismail Syah masuk
Islam, banyak rakyat Patani yang kemudian menjadi pemeluk Islam pada sekitar
tahun 1457. Hal itu menjadi tanda bahwa Islam berkembang di Pattani, dan sejak
saat itu, Islam menjadi agama resmi di Kesultanan Pattani.

Pada abad ke-17, ditemukan bahwa Kesultanan Pattani telah menerapkan


kebijakan dengan mengembangkan ilmu pengetahuan islam. Hal ini kemungkinan
pengaruh dari hubungan yang intensif antara Asia Tenggara dengan para
pedagang dari Arab. Pattani kemudian menjadi salah satu pusat pengajian
tamadun berunsur sastra Islam dan keilmuan yang melahirkan ulama-ulama
terkemuka. Selain itu, Pattani juga menjadi disegani sebagai tempat kegiatan
Islam yang mengajarkan hukum Islam berlandaskan al-Qur’an dan hadis. Sistem
pendidikan di Pattani juga berkembang dengan meniru sistem asrama atau
pesantren seperti di Timur Tengah. Sistem pendidikan pesantren tersebut banyak
dibangun oleh para tokoh ulama Pattani. Selain membangun pesantren, para tokoh
ulama juga membangun masjid 5 setelah Kesultanan Pattani runtuh, Islam masih
berkembang di Pattani dan wilayah selatan Thailand.

Masuknya pekerja Muslim dari Malaysia dan Indonesia ke Thailand menjadi


salah satu penyebabnya. Mereka menjadi pekerja pelabuhan di wilayah Thailand
saat itu. Bahkan jauh setelah itu, keluarga para pekerja tersebut mampu
mendirikan masjid dan membangun komunitas Muslim di Thailand pada sekitar
tahun 1949. Selain itu, ada pula warga lokal Thailand yang mendirikan komunitas
Islam. Bahkan ada beberapa kelompok gerakan Islam yang kuat dan aktif di
Thailand, seperti berikut:

1. Golongan tradisional di selatan

2. Golongan ortodoks yang menerbitkan majalah Rabbitah

3. Golongan modernis yang menerbitkan jurnal Al Jihad

4. Golongan Chulajamontri 66 didukung pemerintah

Kelompok itu membuktikan bahwa Islam masih berkembang dan eksis di


Thailand meski menjadi minoritas. Umat Islam Thailanad Selatan, percaya bahwa
Islam adalah Agama yang sempurna dalam segala aspeknya. Islam merupakan
anugerah Allah SWT untuk manusia. Maka Islam sangatlah bernilai dan dengan
ini setiap orang Islam wajib menjaganya diri setiap hinaan serta ancaman. Umat

5
Apipudin, Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana), hlm, 28-29

9
Islam juga berpandangan bahwa mereka senantiasa siap mengorbankan semua
harta yang dimiliki, meskipun nilainya sama dengan hidup mereka untuk
kepentingan Agama Allah. Dalam keadaan tertentu, berkorban bahkan hukumnya
wajib. Mengorbankan hidup seseorang dalam rangka membela Agama atau Allah
disebut sabilillah. Sebagian orang menggunakan istilah fanatisme untuk menjuluki
kondisi umat Islam di Thailand Selatan. Dengan menggunakan ukuran non-Islam,
anggapan ini boleh jadi benar. Oleh karena itu pemerintah memberi kebebasan
dalam urusan hukum keluarga bagi umat Islam Thailand Selatan, urusan tersebut
dikecualikan dari perundang-undang negara Thai. Tindakan ini, disamping
menujukkan sikap dan tindakan politik, seandainya pemerintah menutut ketaatan
penuh kepada kode hukum pidana dan kode hukum perdata yang telah
diperlakukan, pasti akan menghadapi perlawanan dan tantangan yang lebih
dahsyat dari apa yang telah terjadi, seperti dalam persoalan kemerdekaan tanah
Melayu Patani.

D. Perjuangan Melayu Muslim Patani dalam Memperoleh Otonomi

Usaha-usaha yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Muslim Patani untuk


memperjuangkan hak-hak meraka yang ditindas, ditekan oleh pemerintah Thai,
mengalami perubahan-perubahan dari waktu ke waktu. Pada tahap awal
perlawanan bersifat massif dilakukan pada masa kekuasaan Thai yang dipimpin
oleh raja Chulalongkron dan anaknya RajaWachiravut. Kemudian perlawanan
berlanjut dalam bentuk partisispasi terbatas dalam proses politik negara dalam
bentuk pembrontakan; Gerakan bawah tanah dan Gerakan saparatis. 6 Namun
sayangnya,perjuangan Melayu Muslim Pattani yang dilakukan selama bertahun-
tahun tersebut pada tahap awal tidak mempunyai rumusan politik yang jelas dan
tegas. Karena itu, orientasi Gerakan perjuangan itu mengalami perubahan dari
yang semula menginginkan kemerdekaan dan bebas dari kungkungan pemerintah
Thai atau menyatu dengan negara Malaysia yang Ketika dijajah Inggris kemudian
berubah dan mengarah kepada perjuangan yang menuntut otonomi daerah khusus
dalam kerangka untuk mengatur negeri-negeri yang berbasis Melayu dengan
aturan atau identitas islam.

Perlawanan yang sangat intens dilakukan oleh masyarakat Melayu Muslim


Patani adalah pada masa pemerintah Thai yang dipimpin oleh Peerdana Menteri
Phibul Songkram (1938- 1957) dan tahun (1947-1957) masa pemerintahannya
banyak dikeluarkan kebijakankebijakan menekan kamum Mealyu Muslim Pattani
sebagaimana dijelaskan diatas yang menjadikan symbol bahwa ia adalah
pemimpin yang diktator. Pada masa pemerintah phibul mumcul perlawanan dari
pihak Melayu Muslim Pattani yang dikomandai oleh seorang ulama kharismatik
6
Surin Pitswan, Op.cit.,hlm. 111-112

10
Haji Sulong. 7 Ia berusaha memeperjuangakn otonomi dobidang keagamaan, sosial
dan budaya bagi rakyat Melayu Muslim Pattani Yaitu dalam bentuk desentralisasi
wewenang kekuasaan Otonomi yang diperjuangkan Melayu Muslim Patani
mengalami hambatan setelah beralihnya kekuasaan dengan jelas kudeta dari
Perdana Menteri Pridi Phanomyang yang demokratis kepada Perdana Menteri
Phibul Songkaran yang diktator pada tanggal 9 Juni 1946 M.

Situasi ini memperlihatkan terjadinya perubahan arah kebijakan, bahkan


intervensi pemerintah sampai menyentuh masalah hukum keluarga dan hukum
waris. Karena itulah Haji Sulong membuat serangan dalam bentuk gagasan-
gagasan yang cemerlang untuk mempertahankan kemandirian dan kemurnian
Islam. Perjuangan Melayu Muslim yang banyak menggunakan jalan
pemberontakan dan kekerasan adalah ketika Phibul Songkram memangku jabatan
Perdana Menteri periode kedua 8 April 1948 M, karena kebijakan asimilasi
paksaannya akan diberlakukan lagi, sehingga muncul kecurigaan besar dari
kalangan Melayu Muslim. Bentrokan kekerasan antara Melayu Muslim dengan
polisi dan tentara keamanan terjadi di mana-mana di empat provinsi bagian
selatan. Hal ini mengakibatkan ratusan orang terbunuh dan ribuan orang
mengungsi ke wilayah Malaya (sekarang Malaysia). 8

Bentrokan hebat terjadi di kampung Dusong Nyor provinsi Narativat. Ulama


Haji Abdurrahman memimpin 1000 orang menghadapi pasukan pemerintah dalam
pertempuran terbuka, akibatnya ratusan orang mati dari pihak Melayu Muslim.
Peristiwa ini terjadi tanggal 26-27 April 1948 tidak lama berselang setelah
pengangkatan Phibul jadi Perdana Menteri kedua, setelah merebut melalui jalan
kudeta dari Pridi Panongyang.

E. Bentuk-Bentuk Perjuangan Muslim Patani

Perjuangan Menuntut Otonomi oleh Haji Sulong dan Gerakan Rakyat Patani
(GRP) Tahun 1947- 1948 Para ulama yang baru saja pulang dari Mekkah tidak
dapat memberikan pimpinan yang efektif, karena mereka belum berpengalaman
dalam berurusan dengan penguasapenguasa Thai. Lunturnya kekuatan politik dan
hilangnya peran elit tradisonal mereka menimbulkan efek melemahkan umat 9
Orang-orang Islam Patani akhirnya menemukan pemimpin yang ideal itu dalam

7
Nama lengkap ulama Haji Sulong adalah Hajo Sulong ibn Abdul Kadir ibn Muhammad Fattani.
Ayahnya adalah raja terakhir kerajaan Pattani. Haji Sulong dikenal sebagai bapak Perjuangan
Pattani. Oleh sejumlah kalangan Muslim Minoritas waktu itu. Ia punya pendirian tegas terhadap
kemurniaan ajaran Islam, namun mampu menjalin hubungan baik dengan pejabat-pejabat
Pemerintahan Thai., Surin Pitsuwan, Op.cit., hlm. 115.
8
Surin Pitswan, Op.cit., hlm. 125.
9
Ajid Thohir (2), Op.cit., hlm. 357.

11
diri Haji Sulong bin Abdul Kadir bin Muhammad al-Fatani, yang lebih dikenal
dengan nama Haji Sulong 10 Haji Sulong kembali ke Patani pada tahun 1924 dan
memulai karirnya sebagai guru agama di wilayah itu. Ia telah mendirikan
Madrasah alMu’aruf al-Wataniah. Akan tetapi madrasah tersebut tidak dapat
bertahan lama setelah pemerintah Siam memerintahkan untuk menutup madrasah
tersebut. Dengan penutupan madrasah tersebut, Haji Sulong mulai mengajar di
masjid Patani dalam bidang ilmu Ushuludin dan Tafsir. Menyadari bahwa
identitas agama dan kebudayaan orang Islam Patani telah tertantang di rezim
Pibul Songgram, pemimpin-pemimpin agama Islam di bawah pimpinan Haji
Sulong telah mendirikan sebuah lembaga agama yang dikenal sebagai He’et al-
Napadh alLahkanal Shariat (Lembaga Untuk Mempertahankan Undang-Undang
Syari’at). 11 Haji Sulong tergolong ulama yang mencurigai keterlibatan pemerintah
dalam urusan agama komunitas di Thailand. 12 Ia juga dikatakan sebagai salah
seorang yang menentang campur tangan kerajaan Thai dalam urusan agama
Islam. 13 Dengan mengikuti rumusan Muhammad Abduh mengenai suatu
hubungan yang jelas antara kemanusiaan, keberagaman, keadilan, bersama-sama
dengan manifestasimanifestasinya di kalangan umat Islam, maka menjelang Juni
1946, Haji Sulong memperoleh keyakinan bahwa komunitas seperti itu tidak
dapat ditegakkan selama Patani Raya masih berada dalam kekuasaan Thai. Haji
Sulong yang diilhami oleh pandangan Pridi yang menganjurkan suatu federalisme,
otonomi kebudayaan untuk golongan-golongan etnis dalam lingkungan Thai,
desentralisasi kekuasaan, dan dari segi moral menentang kesewenang-wenangan
kaum fasis dan militeris dalam memperlakukan golongan-golongan minoritas.
Sebagai kepala pemerintah, Pridi telah membentuk sebuah panitia pada tingkat
kabinet untuk mencari jalan guna memperbaiki situasi yang semakin memburuk di
selatan Thai. Ia juga memulihkan ”otonomi hukum” kepada golongan Islam

Patani pada tahun 1946. Tidak lama setelah itu, Pridi dijatuhkan dari
jabatannya oleh orang-orang yang duduk dalam parlemen dan yang aktif dalam
politik ditangkap oleh polisi dengan dalih bahwa orang-orang itu sedang
berkomplot untuk menghasut suatu gerakan separatis di wilayah selatan Thai
dengan bantuan orangorang yang bersimpati di Kelantan. Setelah kepergian Pridi,
Haji Sulong tidak dapat menghentikan momentum perjuangan otonomi politik
yang sudah berjalan.
10
Mengenai biografi lengkap Haji Sulong, terdapat dalam Ahmad Fathy Al-Fatani, Ulama Besar
Dari Patani, (Bangi: University Kebangsaan Malaysia, 2002).
11
Ahmad Fathy Al-Fatani, Ulama Besar Dari Patani, (Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia,
2002), hlm. 57.
12
Surin Pitswan, Islam di Muangthai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani, terjemah: Hasan
Basari, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 115.
13
Nik Anuar Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954, (Bangi: University
Kebangsaan Malaysia, 2006), hlm, 58.

12
Oleh karena hal tersebut, Haji Sulong membentuk Gerakan Rakyat Patani
(GRP).Haji Sulong berhasil menggalang dukungan dari kaum ulama dan politisi
Melayu Muslim, yang telah dikecewakan oleh sistem parlementer yang tidak
menghasilkan sesuatu perbaikan di daerah mereka. Akhirnya, pada 1 April 1947,
sebuah pertemuan antara pemimpin-pemimpin masyarakat Islam di wilayah
selatan diadakan di Patani. Keputusannya satu kata sepakat dicapai untuk
menyerahkan sebuah momerandum yang mengandung beberapa tuntutan dari
masyarakat Islam di selatan kepada wakil-wakil kerajaan Thai ketika mereka
datang membuat tinjauan ke Patani (tinjauan ini dilakukan oleh anggota-anggota
Suruhan Jaya yang dibentuk oleh Pridi dalam usahanya menangani masalah orang
Islam di selatan Thai).14 Pada tanggal 3 April 1947, GRP di bawah pimpinan Haji
Sulong menyampaikan kepada pemerintah Thai sebuah Rencana Tujuh Pasal
untuk pembentukan sebuah daerah otonom.15 Inilah momerandum yang
kemudian dikenal dengan nama ”Tujuh Tuntuan Haji Sulong” kepada kerajaan
Thai. 14 Pasal-pasal itu adalah

1. Diangkat seorang Komisaris tinggi untuk memerintah Patani Raya yang


berasal dari putra daerah dan dipilih oleh rakyat dalam pilihan raya yang bebas,
dengan hak otonomi yang luas.

2. Delapan puluh persen pejabat pemerintah di keempat propinsi ini Patani


hendaklah Melayu Muslim, sehingga mencerminkan rasio penduduk.

3. Bahasa Melayu dan bahasa Siam menjadi bahasa resmi.

4. Bahasa Melayu menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah dasar.

5. Hukum Syari’ah diberlakukan di daerah ini, dengan pengadilan yang


terpisah dan bebas dari sistem peradilan pemerintah.

6. Semua hasil pajak di daerah ini akan digunakan untuk kesejahteraan rakyat
daerah ini.

7. Majelis Ulama Islam propinsi akan diberi wewenang penuh dalam


menjalankan hukum Syariah dan kebudayaan. 15 Berdasarkan isi momerandum
tersebut, terlihat bahwa Haji Sulong tidak mengusulkan pembentukan sebuah
negara yang merdeka, tetapi hanya sebuah daerah yang otonom untuk
mempertahankan kebudayaan dan identitas serta sifat-sifatnya yang khas. Akan
tetapi, harapan-harapan ini segera buyar dan sirna. Karena pada bulan November

14
Ahmad Fathy al-Fatani, Pengantar Sejarah Patani, (Alor Setar: Pustaka Darussalam, 1994), hlm.
89-91.
15
Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),
hlm. 91-92.

13
1947, ketika militer mengambil alih negara yang menyebabkan Phibul kembali ke
kekuasaannya, golongan Melayu merasa takut bahwa kemba- linya Phibul akan
berarti penindasan yang sama terhadap mereka. Akibatnya, Haji Sulong dan para
pendukungnya melakukan tekanan yang lebih besar dengan jalan akan memboikot
pemilihan umum yang akan direncanakan untuk akhir Januari 1948.
Pemberontakan tersebut menjadi lambang semangat perlawanan Melayu dan
masih terus mengilhami gerakan-gerakan kemerdekaan hingga kini. 16 Sementara
itu, pemerintah tetap menahan Haji Sulong karena ia menolak memberikan uang
jaminan. Pada tahap selanjutnya, ketegangan semakin meningkat di empat
wilayah selatan Thai setelah penangkapan Haji Sulong.

F. Perjuangan haji sulong untuk pembebasan pattani

Terdapat beberapa organisasi besar Muslim di Thailand Selatan setelah GRP


pimpinan Haji Sulong. Semua organisasi ini berjuang untuk pembebasan Patani
dari pemerintahan Thai. Dalam istilah lain disebut ”perjuangan pemisahan” atau
”gerakan separatis”. 17 Organisasi-organisasi itu antara lain:

a) Gabungan Melayu Patani Raya ( GAMPAR ) Kelompok-kelompok pengungsi


Melayu, mengadakan pertemuan dengan kerjasama Partai Kebangsaan Melayu
(PKM) cabang Kelantan, perwakilan orang-orang Melayu di selatan Thai
bertempat di Kota Bharu, Kelantan, awal Februari 1948, untuk membicarakan
masalah orang-orang Melayu Patani. Dalam pertemuan yang dihadiri sebanyak
500 orang peserta disepakati untuk mendirikan sebuah organisasi persatuan orang-
orang Melayu Patani, yang dinamai ”Gabungan Melayu Patani Raya” atau
GAMPAR (dalam abjad Jawi dibaca : ga, mim, pa, ra) pada tanggal 5 Maret 1948
(bertepatan tanggal 24 Rabi’ul Akhir 1367 H), tidak lama setelah Haji Sulong
ditangkap. 18 Sejak berdirinya GAMPAR, beberapa aktivitas diusahakan dengan
kerjasama Partai Kebangsaan Melayu di Tanah Semenanjung Melayu untuk
menyebarkan pemberitaan mengenai Patani. Hasil dari kegiatan GAMPAR ini, isu
Patani mulai mendapat perhatian surat kabar dan organisasiorganisasi politik di
Semenanjung Tanah Melayu dan Singapura. Walaupun GAMPAR berhasil
menarik perhatian masyarakat internasional terhadap masalah yang dihadapi
orang Melayu di Thailand Selatan, tetapi gagal mempengaruhi beberapa negara
16
Surin Pitsuwan, Islam di Muangthai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani, terjemah: Hasan
Basari, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 123-124.
17
Ahmaf Fathy al-Fatani, Pengantar Sejarah Patani, (Alor Setar: Pustaka Darussalam, 1994), hlm.
125.
18
Ahmad Fathy al-Fatani, Pengantar Sejarah Patani, (Alor Setar: Pustaka Darussalam, 1994), hlm.
101. Dari beberapa sumber menyatakan bahwa organisasi itu disingkat dengan GEMPAR, tapi
dalam sumber yang lain disingkat dengan GAMPAR. Dalam hal ini penulis lebih cenderung untuk
menggunakan singkatan GAMPAR karena singkatan ini lebih cocok apabila dibaca dengan tulisan
Jawi

14
Asia dan negaranegara Arab untuk membawa isu Patani ke Majelis Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). GAMPAR terpaksa dibubarkan lebih awal.

b) Barisan Nasional Pembe-basan Patani (BNPP) Setelah GAMPAR dibubarkan,


kemudian orang-orang mantan anggota organisasi itu membentuk organisasi
Barisan Nasional Pembebasan Patani (BNPP). Organisasi ini didirikan oleh
Tengku Mahmood Mahyiddeen, putera Raja Patani yang terakhir. Ketika
Mahyidden meninggal pada tahun 1953, Adul Na Siburi mengambil alih pimpinan
BNPP. 19 Tujuan organisasi ini adalah untuk memulihkan kedudukan lama Patani
di bawah kesultanan Melayu dengan status sebagai ”negeri otonomi” dalam
Persekutuan Malaysia. BNPP dianggap berjasa memperkenalkan masalah kaum
Muslim kepada dunia Arab. Melalui jaringan-jaringannya di Timur Tengah,
organisasi-organisasi ini berhasil mengirimkan pelajar-pelajar Patani ke banyak
universitas. Organisasi ini dikabarkan telah mendirikan sebuah kantor pusat di
kota Mekkah untuk mengkoordinasikan kegiatannya. Setiap tahun, bertepatan
dengan musim haji, diadakan pertemuan untuk membahas dan mengevaluasi
strategi perjuangan BNPP. Pemerintah Bangkok merasa cemas dengan kenyataan
bahwa organisasi itu dapat mengutus wakil-wakilnya ke berbagai pertemuan
Islam.

c) Barisan Revolusi Nasional (BRN) Organisasi ini nama lainnya adalah


Liberation Front of Republic Patani (LFRP). Organisasi ini didirikan pada 13
Maret 1960 oleh Haji Karim bin Hasan. Tujuan utama BRN adalah untuk
menyatukan kembali kumpulan pejuang yang ada ke dalam sebuah organisasi
tunggal untuk memperjuangkan Patani. Seperti yang terlihat dari namanya,
organisasi ini juga bertujuan ”republik”, dan cenderung ke arah suatu bentuk
sosialisme Islam. Menurut sumbersumber pemerintah Thai, basis organisasi ini
berada di kota dan memiliki pasukan gerilya yang baik perlengkapannya.
Kebanyakan pemimpin organisasi ini berpendidikan luar negeri, khususnya di
Malaysia dan Indonesia.

d) Patani United Liberation Organization (PULO) Organisasi ini dalam bahasa


Melayu bernama Pertubuhan Persatuan Pembebasan Patani (PPPP) atau dalam
bahasa Inggris Patani United Liberation Organization (PULO). Didirikan di India
pada tanggal 22 Januari 196868 oleh Tengku Bira Kotanila (Kabir Abdul
Rahman) seorang mahasiswa tamatan Alighar University bersama-sama dengan
kumpulan pelajar Patani yang lain dari universitas yang sama. Organisasi ini
merupakan organisasi induk yang mengkoordinasikan banyak kelompok gerilya
yang menentang pemerintah Thai. PULO dianggap lebih praktis dan dengan

19
Surin Pitsuwan, Islam di Muangthai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani, terjemah: Hasan
Basari, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 175.

15
segaja meluaskan imbauannya kepada semua unsur dalam masyarakat Melayu
Muslim.

e) Barisan Bersatu Mujahidin Patani (BBMP) Pada tahun 1985, Wahyudin


Muhammad, mantan wakil pengurus BIPP dan beberapa orang pimpinan lainnya
membentuk Barisan Bersatu Mujahidin Patani (BBMP) dalam usaha membekali
organisasi yang memayungi perjuangan separatis di Patani. Walaupun organisasi
ini berbeda dalam banyak hal, tetapi mereka memandang pemerintahan Siam
terhadap Patani merupakan suatu kekuasaan yang tidak berubah. Pada masa
aktivitas organisasi ini meningkat, istilah ”kerajaan ghaib” digunakan oleh
beberapa penduduk kampung yang beragama Islam untuk mengacu kepada
organisasi ini. Organisasi tersebut meningkatkan tahap pengaruhnya di berbagai
kawasan yang beragama Islam. Penduduk kampung beragama Islam yang tinggal
dalam kawasan ini secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam aktivitas
organisasi ini. Walaupun tidak semua penduduk Islam dipengaruhi oleh organisasi
ini tetapi kebanyakan mereka mengetahui politik pembebasan. 20

20
W. K. Che. Man, “Institusi Agama dan Politik di Patani”, dalam Farid Mat Zain dan Zulkarnain
Mohamed (Eds), Muslim Selatan Thai: Konflik dan Perjuangan, (Selangor: Karisma Publications
Sdn. Bhd. Shah Alam, 2008), hlm. 77.

16
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa


perjuangan Muslim Patani di Thailand Selatan berakar dari penaklukan kerajaan
Siam atas kerajaan Patani. Semenjak itu, Patani tidak lagi menjadi kerajaan yang
merdeka, akan tetapi menjadi kerajaan jajahan Siam. pada saat itu Patani
dikenakan bermacam-macam jenis eksploitasi dari kerajaan Siam. Perjuangan
umat Islam terhadap pemerintahan Thai muncul sebagai akibat akomodasi secara
paksa (coercion) oleh pemerintah Thai terhadap masyarakat Patani yang
mengakibatkan konflik di antara kedua belah pihak tersebut. Tujuan perjuangan
yang dilakukan mengalami perubahan, yang dimulai dengan menuntut otonomi
dan berubah untuk memperoleh kemerdekaan. Hal tersebut dilakukan karena
untuk memperoleh otonomi tidak mungkin, maka mereka berjuang untuk merdeka
dengan melakukan perjuangan bersenjata menentang pemerintah. Perjuangan
yang dilakukan oleh Muslim Patani mengalami beberapa perubahan, seperti
perjuangan dari menuntut otonomi sampai menuntut kemerdekaan, dari
perjuangan yang bersifat lunak hingga perjuangan dengan kekerasan dan
menggunakan senjata. Perjuangan tersebut mengalami pasang surut dan mendapat
berbagai tantangan, baik tantangan dari pihak luar seperti pemerintah Thai,
maupun tantangan dari dalam, seperti adanya pengkhianat dalam perjuangan dan
kurangnya dukungan dari sebagian masyarakat Muslim Patani. Kelompok Islam di
Thailand, yang menjadi penduduk dinegeri ini sekarang tinggal di tempat provinsi
dibagian selatan, yaitu Pattani, yala, Naratiwat, dan satul. Juga termasuk bagian di
provinsi Shongkala. Dengan demikian, secara historis kelompok masyarakat muslim telah
ada sejak awal berdirinya negara Thailand dan memiliki peran penting dalam masyarakat.
Pada perkembangan selanjutnya Muangthai dikenal secara luas. Dengan periode
pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi, muangthai juga mengalami perkembangan
yang sangat cepat dibidang ekonomisosial-budaya.

B.Saran

Dari beberapa uraian diatas tentunya banyaksekali kesalah kekurangan. Semua


itu dikarenakan keterbatasan penulis. Untuk itu, demi kemajuan bersama kami mengharap
kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk lebih sempurna.

17
DAFTAR PUSTAKA

Apipudin, 2008, Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Akbar Media Eka


Sarana.

Al-Fatani, Ahmad Fathy, Pengantar Sejarah Patani, Alor Setar: Pustaka


Darussalam, .............1994.

Nik Mahmud, Nik Anuar, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954,


Uni.versitas .............Kebangsaan Malaysia, Bangi, 2006.

Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam:


Melacak AkarAkar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, Jakarta: PT.
Raja Grafindo .............Persada, 2004.

Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, Yogyakarta:


Pustaka .............Pelajar, 2010.

Mahmud, Nik Anuar Nik, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954,


Bangi: .............Universiti Kebangsaan Malaysia, 2006.

Pitsuwan, Surin, Islam Di Muangthai: Nasionalisme Melayu Masyarakat


Patani, .............Jakarta: LP3ES, 1989.

Zain, Farid Mat, Islam di Tanah Melayu Abad ke 19, Selangor: Karisma
Publications Sdn. Bhd. Shah Alam, 2007.

18

Anda mungkin juga menyukai