ISLAM DI THAILAND
DISUSUN OLEH
FAKULTAS USHULUDDIN
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................2
BAB I.....................................................................................................4
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.......................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................4
BAB II....................................................................................................5
BAB III.....................................................................................................
PENUTUP................................................................................................
KESIMPULAN..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Islam Hadir di Thailand Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10 Masehi
bersamaan dengan awal penyebaran Islam oleh para sahabat Rasulullah
Muhammad melalui para pedagang dari jazirah Arab ke Kerajaan Pattani Raya
atau Pattani Darussalam. Penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara merupakan
sebuah ‘paket’ kesatuan dakwah Islam dari jazirah Arab pada masa khalifah Umar
Bin Khaththab. Lebih lanjut secara historis, Islam sudah menyebar di beberapa
kawasan Asia Tenggara sejak lama, di Malakka, Aceh (Nusantara), serta Malayan
Peninsula termasuk daerah Melayu yang ada di daerah Siam (Thailand).
Keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah Pattani menjadi
bukti bahwa Islam sudah ada lebih dulu sebelum Kerajaan sebelum kerajaan
Sukhotai cikal-bakal kerajaan Siam atau Thailand lahir. Secara garis besar kini,
masyarakat Muslim Thailand dibedakan menjadi dua, yaitu:
(1) Pattani
(2) Yala
(3) Narathiwat
(4) Satun
5
Kerajaan Thailand adalah sebuah negara dengan karakter terbuka
berlandaskan spiritual Budha Trevada yang memiliki karakter baik serta terbuka.
Sehingga, secara harmoni mampu berkompromi menciptakan manajemen
komunikasi produktif bagi kepercayaan lainnya. Yaitu salah atunya adalah dengan
‘memberikan ruang’ bagi para pemeluk agama Islam untuk melaksanakan
ibadahnya, serta melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya. Di bawah
naungan kementerian dalam negeri dan kementerian pendidikan yang langsung
bertanggungjawab langsung kepada raja Thailand, seseorang mufti yang
memperoleh gelar Syaikhul Islam atau Chularajmontree di Thailand,
bertanggungjawab atas masalah keagamaan Islam, di dalam hal kewenangannya
mengatur kebijakan atau policy yang terkait dengan kehidupan masyarakat
Muslim atau ummatnya. Ummat Islam di Thailand bebas mengadakan pendidikan
dan acara-acara keagamaan. Pemerintah Thailand juga membantu penerjemahan
Al-Quran ke dalam bahasa Thai, serta membolehkan warga Muslim mendirikan
masjid dan sekolah Muslim. Secara umum di seluruh penjuru Thailand terlihat
kantong pemukiman Muslim untuk mengembangkan pendidikan Islam-nya.
Proses pendidikan Islam Thailand mengalami perkembangan dan kemajuan,
dilihat dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh beberapa lembaga Islam seperti
pada umumnya di Indonesia. Semisal
6
kampung asalnya di Jawa Tengah dengan mancanegara, dengan fokus
perdagangan dengan China. Lebih jauh lagi pada tahun 1860-an ke atas, oleh
karena didorong oleh perjanjian antara kolonial Belanda di Indonesia dengan
Kerajaan Siam (kini Thailand), migrasi penduduk Indonesia ke sana menjadi
semakin besar. Kemungkinan untuk bermigrasi menjadi lebih terbuka lagi, oleh
karena di dalam perjanjian yang dilakukan juga termasuk menerapkan prinsip
“ekstrateritorialitas” yang memperluas hak hukum bagi orang Indonesia
(masyarakat jajahan Belanda di wilayah Hindia Belanda atau (Oost Indische),
yang juga ‘boleh dianggap’ sebagai warga Belanda. Hasil dari penerapan prinsip
“ekstrateritorialitas” tadi kemudian jadi bermunculan kluster-kluster pemukiman
orang asal Indonesia, khususnya di kota Bangkok. 1
Ahli sejarah telah mencatat bahwa patani adalah sebuah negara yang
berdaulat, bernegara dan ia juga pernah menjalankan hukum sya’riah islam pada
masa itu. Namun setelah patani yang berdaulat dan bernegara sudah kehilangan
kekuasaan yang direbut oleh negara siam (thailand) sekarang kebudayaan melayu
islam patani berada dalam kekacauan, semakin hari semakin kacau sebagai akibat
dari penjajahan siam yang menjajah umat melayu islam. Hal ini sesuai dengan
pendapat salah satu tokoh ulama patani yaitu hj. Sulong sebagaimana dikutip dari
dalam buku islam munghtai sebagai berikut “orang melayu menyadari bahwa
mereka tidak ditempatkan di bawah kekuasaan siam karena kekalahan” 2
Salah satu lembaga dakwah yang sangat berpengaruh dalam dakwah islam di
patani selatan thailand adalah majelis agama islam wilayah narathiwat. Majelis
agama islam ini dalah lembaga dakwah islam berupaya untuk menyusun langkah-
langkah mencapai tujuan yang dimaksud. Oleh karna itu menyusun langkah yang
baik serta menjalankan dengan istiqomah menjadi sangat penting dalam lembaga
dakwah ini. Strategi majelis agama islam wilayah narathiwat digolongkan kepada
dua aspek yaitu aspek pendidikan dan pengajaran islam seperti mengurus dan
mengatur sekolah tadika, majelis agama islam narathiwat mengatur semua yang
berkaitan dengan proses pembelajaran yang ada di tadika
1
Islam datang di thailand Marissa Grace Haque, 2Nelmida, 3Vidiyanna Rizal Putri, 4Denok
Sunarsi, 5Rr Vemmi Kesuma Dewi, STIE Indonesia Banking School, Kota Jakarta Selatan, DKI
Jakarta, Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia 5STAI Al-Aqidah Al
Hasyimiyyah, Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia
2
Surin pisuan di munghtai (jakarta LP 3 ES, 1989) h 133
7
keagamaan majelis agama islam wilayah narathiwat juga melaksanakan kegiatan
dakwah islam. Strategi yang digunakan merupakan kegiatan agama diantaranya
kegiatan kursus pra nikah untuk memberi ilmu pengetahuan atau materi kepada
calon pasangan suami istri tentang pernikahan menurut syariah islam
Nama Raja diganti menjadi Sulthan Isma’el Syah. Memeluk Agama Islam
secara besar-besaran ini berlaku sekitar tahun 1457 M. Dengan Islamnya Patani
kedudukan politik di semenanjung tanah Melayu mengalami perubahan besar
karena Patani menjadi sebagian dunia Melayu yang berasaskan Islam. Islam
berkembang dan dibangunkan di Patani atas runtuhan asas budaya Hindu dan
Budha yang bertapak sudah sekian lama. Secara garis besar masyarakat Islam
tergabung ke dalam tiga kelompok Negara. Pertama, di negara Islam, antara lain
Pakistan, Iran dan Saudi Arabia. Kedua, negara-negara yang mayoritas penduduk
3
Istilah Pattani berasal dari kata Petani yang diambil dari perkataan paktani yang berarti
pekebun, peladang atau pesawah. Lihat Dinamika dan Problematika Muslim di Asia Tenggara,
2000, hlm, 24. Lihat juga dalam buku Zaini Muzani, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia
Tengara, (Jakarta: LP3ES, 1993), hlm, 345.
4
Nik Anuar Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Pattani 1785-1954, (Bangi: University
Kebangsaan Malaysia, 2006), hlm, 117.
8
beragama Islam, antara lain Indonesia, Turki dan Mesir. Ketiga, negara-negara
yang mayoritas penduduknya beragama lain, antara lain Filipina, Thailand dan
beberapa negara di kawasan Afrika dan Eropa. Ketika Sultan Ismail Syah masuk
Islam, banyak rakyat Patani yang kemudian menjadi pemeluk Islam pada sekitar
tahun 1457. Hal itu menjadi tanda bahwa Islam berkembang di Pattani, dan sejak
saat itu, Islam menjadi agama resmi di Kesultanan Pattani.
5
Apipudin, Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana), hlm, 28-29
9
Islam juga berpandangan bahwa mereka senantiasa siap mengorbankan semua
harta yang dimiliki, meskipun nilainya sama dengan hidup mereka untuk
kepentingan Agama Allah. Dalam keadaan tertentu, berkorban bahkan hukumnya
wajib. Mengorbankan hidup seseorang dalam rangka membela Agama atau Allah
disebut sabilillah. Sebagian orang menggunakan istilah fanatisme untuk menjuluki
kondisi umat Islam di Thailand Selatan. Dengan menggunakan ukuran non-Islam,
anggapan ini boleh jadi benar. Oleh karena itu pemerintah memberi kebebasan
dalam urusan hukum keluarga bagi umat Islam Thailand Selatan, urusan tersebut
dikecualikan dari perundang-undang negara Thai. Tindakan ini, disamping
menujukkan sikap dan tindakan politik, seandainya pemerintah menutut ketaatan
penuh kepada kode hukum pidana dan kode hukum perdata yang telah
diperlakukan, pasti akan menghadapi perlawanan dan tantangan yang lebih
dahsyat dari apa yang telah terjadi, seperti dalam persoalan kemerdekaan tanah
Melayu Patani.
10
Haji Sulong. 7 Ia berusaha memeperjuangakn otonomi dobidang keagamaan, sosial
dan budaya bagi rakyat Melayu Muslim Pattani Yaitu dalam bentuk desentralisasi
wewenang kekuasaan Otonomi yang diperjuangkan Melayu Muslim Patani
mengalami hambatan setelah beralihnya kekuasaan dengan jelas kudeta dari
Perdana Menteri Pridi Phanomyang yang demokratis kepada Perdana Menteri
Phibul Songkaran yang diktator pada tanggal 9 Juni 1946 M.
Perjuangan Menuntut Otonomi oleh Haji Sulong dan Gerakan Rakyat Patani
(GRP) Tahun 1947- 1948 Para ulama yang baru saja pulang dari Mekkah tidak
dapat memberikan pimpinan yang efektif, karena mereka belum berpengalaman
dalam berurusan dengan penguasapenguasa Thai. Lunturnya kekuatan politik dan
hilangnya peran elit tradisonal mereka menimbulkan efek melemahkan umat 9
Orang-orang Islam Patani akhirnya menemukan pemimpin yang ideal itu dalam
7
Nama lengkap ulama Haji Sulong adalah Hajo Sulong ibn Abdul Kadir ibn Muhammad Fattani.
Ayahnya adalah raja terakhir kerajaan Pattani. Haji Sulong dikenal sebagai bapak Perjuangan
Pattani. Oleh sejumlah kalangan Muslim Minoritas waktu itu. Ia punya pendirian tegas terhadap
kemurniaan ajaran Islam, namun mampu menjalin hubungan baik dengan pejabat-pejabat
Pemerintahan Thai., Surin Pitsuwan, Op.cit., hlm. 115.
8
Surin Pitswan, Op.cit., hlm. 125.
9
Ajid Thohir (2), Op.cit., hlm. 357.
11
diri Haji Sulong bin Abdul Kadir bin Muhammad al-Fatani, yang lebih dikenal
dengan nama Haji Sulong 10 Haji Sulong kembali ke Patani pada tahun 1924 dan
memulai karirnya sebagai guru agama di wilayah itu. Ia telah mendirikan
Madrasah alMu’aruf al-Wataniah. Akan tetapi madrasah tersebut tidak dapat
bertahan lama setelah pemerintah Siam memerintahkan untuk menutup madrasah
tersebut. Dengan penutupan madrasah tersebut, Haji Sulong mulai mengajar di
masjid Patani dalam bidang ilmu Ushuludin dan Tafsir. Menyadari bahwa
identitas agama dan kebudayaan orang Islam Patani telah tertantang di rezim
Pibul Songgram, pemimpin-pemimpin agama Islam di bawah pimpinan Haji
Sulong telah mendirikan sebuah lembaga agama yang dikenal sebagai He’et al-
Napadh alLahkanal Shariat (Lembaga Untuk Mempertahankan Undang-Undang
Syari’at). 11 Haji Sulong tergolong ulama yang mencurigai keterlibatan pemerintah
dalam urusan agama komunitas di Thailand. 12 Ia juga dikatakan sebagai salah
seorang yang menentang campur tangan kerajaan Thai dalam urusan agama
Islam. 13 Dengan mengikuti rumusan Muhammad Abduh mengenai suatu
hubungan yang jelas antara kemanusiaan, keberagaman, keadilan, bersama-sama
dengan manifestasimanifestasinya di kalangan umat Islam, maka menjelang Juni
1946, Haji Sulong memperoleh keyakinan bahwa komunitas seperti itu tidak
dapat ditegakkan selama Patani Raya masih berada dalam kekuasaan Thai. Haji
Sulong yang diilhami oleh pandangan Pridi yang menganjurkan suatu federalisme,
otonomi kebudayaan untuk golongan-golongan etnis dalam lingkungan Thai,
desentralisasi kekuasaan, dan dari segi moral menentang kesewenang-wenangan
kaum fasis dan militeris dalam memperlakukan golongan-golongan minoritas.
Sebagai kepala pemerintah, Pridi telah membentuk sebuah panitia pada tingkat
kabinet untuk mencari jalan guna memperbaiki situasi yang semakin memburuk di
selatan Thai. Ia juga memulihkan ”otonomi hukum” kepada golongan Islam
Patani pada tahun 1946. Tidak lama setelah itu, Pridi dijatuhkan dari
jabatannya oleh orang-orang yang duduk dalam parlemen dan yang aktif dalam
politik ditangkap oleh polisi dengan dalih bahwa orang-orang itu sedang
berkomplot untuk menghasut suatu gerakan separatis di wilayah selatan Thai
dengan bantuan orangorang yang bersimpati di Kelantan. Setelah kepergian Pridi,
Haji Sulong tidak dapat menghentikan momentum perjuangan otonomi politik
yang sudah berjalan.
10
Mengenai biografi lengkap Haji Sulong, terdapat dalam Ahmad Fathy Al-Fatani, Ulama Besar
Dari Patani, (Bangi: University Kebangsaan Malaysia, 2002).
11
Ahmad Fathy Al-Fatani, Ulama Besar Dari Patani, (Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia,
2002), hlm. 57.
12
Surin Pitswan, Islam di Muangthai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani, terjemah: Hasan
Basari, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 115.
13
Nik Anuar Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954, (Bangi: University
Kebangsaan Malaysia, 2006), hlm, 58.
12
Oleh karena hal tersebut, Haji Sulong membentuk Gerakan Rakyat Patani
(GRP).Haji Sulong berhasil menggalang dukungan dari kaum ulama dan politisi
Melayu Muslim, yang telah dikecewakan oleh sistem parlementer yang tidak
menghasilkan sesuatu perbaikan di daerah mereka. Akhirnya, pada 1 April 1947,
sebuah pertemuan antara pemimpin-pemimpin masyarakat Islam di wilayah
selatan diadakan di Patani. Keputusannya satu kata sepakat dicapai untuk
menyerahkan sebuah momerandum yang mengandung beberapa tuntutan dari
masyarakat Islam di selatan kepada wakil-wakil kerajaan Thai ketika mereka
datang membuat tinjauan ke Patani (tinjauan ini dilakukan oleh anggota-anggota
Suruhan Jaya yang dibentuk oleh Pridi dalam usahanya menangani masalah orang
Islam di selatan Thai).14 Pada tanggal 3 April 1947, GRP di bawah pimpinan Haji
Sulong menyampaikan kepada pemerintah Thai sebuah Rencana Tujuh Pasal
untuk pembentukan sebuah daerah otonom.15 Inilah momerandum yang
kemudian dikenal dengan nama ”Tujuh Tuntuan Haji Sulong” kepada kerajaan
Thai. 14 Pasal-pasal itu adalah
6. Semua hasil pajak di daerah ini akan digunakan untuk kesejahteraan rakyat
daerah ini.
14
Ahmad Fathy al-Fatani, Pengantar Sejarah Patani, (Alor Setar: Pustaka Darussalam, 1994), hlm.
89-91.
15
Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),
hlm. 91-92.
13
1947, ketika militer mengambil alih negara yang menyebabkan Phibul kembali ke
kekuasaannya, golongan Melayu merasa takut bahwa kemba- linya Phibul akan
berarti penindasan yang sama terhadap mereka. Akibatnya, Haji Sulong dan para
pendukungnya melakukan tekanan yang lebih besar dengan jalan akan memboikot
pemilihan umum yang akan direncanakan untuk akhir Januari 1948.
Pemberontakan tersebut menjadi lambang semangat perlawanan Melayu dan
masih terus mengilhami gerakan-gerakan kemerdekaan hingga kini. 16 Sementara
itu, pemerintah tetap menahan Haji Sulong karena ia menolak memberikan uang
jaminan. Pada tahap selanjutnya, ketegangan semakin meningkat di empat
wilayah selatan Thai setelah penangkapan Haji Sulong.
14
Asia dan negaranegara Arab untuk membawa isu Patani ke Majelis Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). GAMPAR terpaksa dibubarkan lebih awal.
19
Surin Pitsuwan, Islam di Muangthai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani, terjemah: Hasan
Basari, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 175.
15
segaja meluaskan imbauannya kepada semua unsur dalam masyarakat Melayu
Muslim.
20
W. K. Che. Man, “Institusi Agama dan Politik di Patani”, dalam Farid Mat Zain dan Zulkarnain
Mohamed (Eds), Muslim Selatan Thai: Konflik dan Perjuangan, (Selangor: Karisma Publications
Sdn. Bhd. Shah Alam, 2008), hlm. 77.
16
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
B.Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Zain, Farid Mat, Islam di Tanah Melayu Abad ke 19, Selangor: Karisma
Publications Sdn. Bhd. Shah Alam, 2007.
18