Anda di halaman 1dari 22

Sejarah Perkembangan Islam

di Thailand

oleh :
Nur Ahmad Kamal

Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas Rahmat dan Hidaya
h-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan salah
satu bagian dalam tugas saya yang berjudul “Sejarah dan Perkembangan Islam
di Thailand”.
Terima kasih juga untuk semua pihak yang telah membantu hingga terselesainy
a makalah ini.
Makalah ini berisi tentang Pembelajaran mengenai “Sejarah dan Perkembangan
Islam di Thailand”.
Tentunya saya sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang m
embacanya.
Masih banyak kekurangan dalam makalah ini untuk itu sekiranya para pembaca
dapat memakluminya.

Daftar Isi

Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan

Bab II
Pembahasan
1. Sejarah masuknya Islam ke Thailand
2. Perkembangan Islam di Thailand
3. Islam di Thailand pada masa Kontemporer
Bab III
Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kedudukan umat Islam di pelbagai Negara di Asia Tenggara ini bermacam-ma


cam. Di Indonesia, Malaysia, dan Brunei, umat Islam adalah sebagai mayoritas, sedan
gkan di Thailand, Singapura, dan Filipina, mereka berada dalam minoritas. Agama ya
ng dipeluk oleh kebanyakan rakyat Thailand adalah Buddhisme. Negara Gajah Putih i
nilah yang akan pemakalah bahas dalam makalah singkat dan sederhana ini.
Buddha adalah agama terbesar di Thailand dan resmi menjadi agama kerajaan.
Kehidupan Budha telah mewarnai hampir seluruh sisi kehidupan di Thailand, dalam p
emerintahan (kerajaan), sistem dan kurikulum pendidikan, hukum, dan lain sebagainy
a. Namun terdapat agama-agama lain, di antaranya adalah Islam, Kristen, Konghucu,
Hindu dan Singh.
Thailand merupakan salah satu negara di antara negara-negara di kawasan anta
ra benua Australia dan daratan China, daratan India sampai laut China. Dengan begitu,
Thailand cukup mudah untuk dijangkau para pelancong dari zaman ke zaman untuk
mencari penghidupan maupun penyebaran agama.
Diperkirakan para penyebar Agama Islam yang paling banyak datang ke Thail
and sekitar tahun 1400 masehi atau secara berturut datang setelah itu hingga keabad 1
5 dan 16, diduga bahwa penyebar-penyebar tersebut adalah keturunan bani Abbasyiah
Adapun pendapat lain mengatakan bahwa Islam diperkirakan datang ke negara Thaila
nd sekitar pada abad ke 10 atau 11 melalui jalur perdagangan. Yang mana penyebaran
Islam ini dilakukan oleh para guru sufi dan pedagang yang berasal dari wilayah Arab
dan pesisir India.
Di bawah jajahan negara-negara Eropa, pelaksanaan hukum Islam di Asia Ten
ggara tidak mengalami perkembangan berarti, sebaliknya malah banyak mengalami p
engebirian. Melalui berbagai kebijaksanaan, kolonial berhasil mereduksi dan membat
asi pelaksanaan hukum islam. Bila sebelumnya pelaksanaan hukum islam mencakup
masalah perdata dan pidana, sekarang menjadi terbatas hanya pada perkara - perkara y
ang berhubungan kekeluargaan.
Hal yang sama juga terjadi pada minoritas Muslim di Thailand. Meski mereka
tidak pernah di jajah oleh bangsa Barat, tetapi keberhasilan invansi Thai Budhis pada t
ahun 1786, perlahan namun pasti, telah mengambil alih seluruh kekuasaan muslim.
Penduduk mayoritas Islam di Thailand sekarang tinggal di empat provinsi bagi
an selatan, yaitu Pattani, Yala, Naratiluat, dan Satul. Juga termasuk bagian dari provin
si Shongkala. Seluruh provinsi ini dahulunya masuk wilayah kerajaan Pattani pada ab
ad ke-12, sebelum kerajaan Sukhotai berdiri. Mereka adalah ras melayu yang hingga k
ini masih mempertahankan bahasa serta budaya melayu dalam praktik kehidupan seha
ri-hari. Disebut dalam sejarah bahwa kerajaan Pattani merupakan salah satu negara ya
ng makmur dan berpengaruh di asia tenggara. Daerah ini merupakan wilayah muda di
negara Thailand, baik secara politik maupun administratif.
Pembahasan akan dimulai dari sejarah masuknya Islam ke wilayah ini serta pr
oses Islamisasi yang ada. Kemudian kondisi pemerintahan yang ada di Thailand, pend
idikan dan kehiduapan keberagamaan yang dihadapi oleh bangsa ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagamaina proses awal masuknya Islam di Thailand ?
2. Bagaimana perkembangan Islam di Thailand ?
3. Bagaimana keadaan Islam di Thailand pada masa sekarang ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui proses awal masuknya Islam di Thailand.
2. Untuk mengetahui perkembangan Islam di Thailand.
3. Untuk mengetahui keadaan Islam di Thailand pada masa sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI THAILAND

1. Gambaran Umum Negara Thailand


Thailand biasa disebut juga Muangthai, atau Muangthai Risabdah, atau Siam,
atau negeri gajah putih, terletak di sebelah utara Malaysia, dan sering dilukiskan seba
gai bunga yang mekar diatas sebuah tangkai. Thailand berarti negeri yang merdeka, k
arena memang merupakan satu-satunya negeri di Asia Tenggara yang tidak pernah dij
ajah oleh kekuasaan barat atau Negara lain.
Thailand berarti negeri yang merdeka, karena memang merupakan satu-satuny
a negeri di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh kekuasaan Barat atau negara
lain. Di Thailand, negeri yang mayoritasnya beragama Budha, terdapat lebih dari 10%
penduduk muslim dari seluruh populasi penduduk Thailand yang berjumlah kurang le
bih 67 juta orang.
Asal mula Thailand secara tradisional dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang
berumur pendek, yaitu Kerajaan Sukhothai yang didirikan pada tahun 1238 yang kem
udian diteruskan oleh Kerajaan Ayutha yang berdiri pada pertengahan abad ke-14 den
gan wilayah kekuasaan yang lebih luas dibandingkan kerajaan terdahulunya.
Kerajaan Thailand (Muang Thai) adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang
berbatasan dengan Laos dan Kampuchea di Timur, Malaysia dan Teluk Siam di Selata
n, dan Myanmar dan Laut Andaman di Barat. Secara astronomis, negara ini terletak a
ntara 6°LU - 20°LU dan 98°BT - 116°BT. Thailand dulu dikenal dengan nama Siam,
sampai saat ini nama Siam masih digunakan di kalangan orang Thai, terutama kaum
minoritas Tionghoa. Thailand juga sering disebut Negeri Gajah Putih, karena gajah pu
tih merupakan binatang yang dianggap keramat oleh penduduk.
Negara Thailand memiliki penduduk yang berasal dari multietnis yaitu bangsa
75% (Thai), 11% (China) etnis Tionghoa yang memegang peranan besar dalam bidan
g ekonomi, 3,5% (Melayu) dibagian selatan, dan sedikit Mon, Khamer, Puan dan Kha
ren.
Di Thailand, negeri yang mayoritasnya beragama Budha, terdapat lebih dari 1
0% penduduk muslim dari seluruh populasi penduduk Thailand yang berjumlah kuran
g lebih 67 juta orang. Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagia
n selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya
yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Dengan jumlah
umat yang menjadi minoritas ini, walau menjadi agama kedua terbesar setelah Budha,
umat Islam Thailand sering mendapat serangan dari umat Budha (umat Budha garis k
eras), intimidasi, bahkan pembunuhan masal. Islam berada di daerah yang sekarang m
enjadi bagian Thailand Selatan.

2. Sejarah Awal Masuknya Islam di Thailand


Thailand merupakan salah satu negara di antara negara-negara di kawasan anta
ra benua Australia dan daratan China, daratan India sampai laut China. Dengan begitu,
Thailand cukup mudah untuk dijangkau para pelancong dari zaman ke zaman untuk
mencari penghidupan maupun penyebaran agama.
Diperkirakan para penyebar Agama Islam yang paling banyak datang ke Thail
and sekitar tahun 1400 masehi atau secara berturut datang setelah itu hingga keabad 1
5 dan 16, diduga bahwa penyebar-penyebar tersebut adalah keturunan bani Abbasyiah
Adapun pendapat lain mengatakan bahwa Islam diperkirakan datang ke negara Thaila
nd sekitar pada abad ke 10 atau 11 melalui jalur perdagangan. Yang mana penyebaran
Islam ini dilakukan oleh para guru sufi dan pedagang yang berasal dari wilayah Arab
dan pesisir India.
Pendapat lain mengatakan Islam masuk ke Thailand melalui Kerajaan Samudr
a Pasai di Aceh, salah satu bukti yang menguatkan pendapat ini adalah ditemukannya
sebuah batu nisan yang bertuliskan Arab di dekat Kampung Teluk Cik Munah, Pekan
Pahang yang bertepatan pada tahun 1028 M.
Menurut ahli lainnya, mereka berpendapat bahwa sebenarnya kedatangan Isla
m di negeri muangthai telah terasa pada masa kerajaan sukhathai di abad ke-13, yang
merupakan buah dari hubungan dagang yang dibangun oleh para saudagar muslim. Ha
l ini bermula pada dua orang bersaudara dari Persia, yaitu Syeikh Ahmad dan Muham
mad Syaid yang juga disebut Khaek Chao Sen (suatu cabang mazhab syiah), menetap
di kerajaan tersebut yang terus melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan agam
a Islam. Sebelum berdirinya kerajaan Ayyuthaya sebagai pengganti kerajaan Shukhot
ai setelah yang terakhir ini runtih pada abad ke-14, Islam telah memiliki kekuatan poli
tik yang sangat besar. Perdagangan merupakan perintis proses islamisasi dan perkemb
angan politik kerajaan-kerajaan maritim diwilayah kepulauan di abad ke-15, 16 dan 1
7. Perdagangan juga pulalah yang merupakan faktor dominan yang mendekatkan Isla
m dengan kerajaan Ayuthaya.
Ada juga pendapat lainnya yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Negeri G
ajah Putih itu ketika Kerajaan Samudera Pasai ditaklukkan oleh kerajaan Siam (Thaila
nd), banyak orang-orang Islam yang ditawan, yang mana ketika itu Raja Zainal Abidi
n lah salah satu tawanan kerajaan Siam yang kemudian di bawa ke Thailand. Para taw
anan itu akan dibebaskan apabila telah membayar uang tebusan. Kemudian para tawa
nan yang telah bebas itu ada yang kembali ke Indonesia dan ada pula yang menetap di
Thailand dan menyebarkan agama Islam di wilayah Thailand Selatan yang berbatasan
langsung dengan Malaysia.
Pada tahap pertama Islam diwarnai da’wahnya dengan Tasawuf dan Mistik set
idaknya sampai pada abad ke-17. Hal ini karena dirasa paling cocok dengan latar bela
kang masyarakat setempat yang dipengaruhi oleh asketisme Hindu-Budha dan sinkreti
sme kepercayaan local dan tarekat cenderung lebih toleran dengan tradisi semacam itu
Sehingga ditemukan bahwa terdapat nama-nama ulama sufi terkenal sebagai penyeba
r Islam, diantaranya adalah Syiekh Syafiuddin Ahmad Ad Dajjani Al-Qusyasyi, beliau
adalah seorang keturunan Abbas bin Abdul Muthalib (paman Nabi Muhammad s.a.w)
Diceritakan juga bahwa ada dua orang yang sezaman/bersahabat karib yang sama-sa
ma menjalankan aktivitas dakwah Syeikh Syafiuddin di Pattani.
Banyak yang menduga bahwa Beliaulah yang pertama mengislamkan Pattani,
barangkali anggapan ini adalah satu kekeliruan karena Pattani memeluk Islam jauh le
bih awal dari kedatangan beliau ke Pattani, bahkan Pattani dianggap tampat yang tela
h lama menerima Islam tak ubahnya seperti di Aceh juga.

B. PERKEMBANGAN ISLAM DI THAILAND


1. Kesultanan Islam Di Thailand
Kerajaan Pattani
Penduduk mayoritas Islam di Thailand sekarang tinggal di empat provinsi bagi
an selatan, yaitu Pattani, Yala, Naratiluat, dan Satul. Juga termasuk bagian dari provin
si Shongkala. Seluruh provinsi ini dahulunya masuk wilayah kerajaan Pattani pada ab
ad ke-12, sebelum kerajaan Sukhotai berdiri. Mereka adalah ras melayu yang hingga k
ini masih mempertahankan bahasa serta budaya melayu dalam praktik kehidupan seha
ri-hari. Disebut dalam sejarah bahwa kerajaan Pattani merupakan salah satu negara ya
ng makmur dan berpengaruh di asia tenggara. Daerah ini merupakan wilayah muda di
negara Thailand, baik secara politik maupun administratif.
Islam masuk ke daerah kerajaan Pattani melalui pedagang-pedagang muslim d
ari Arab dan India, karena daerah Pattani merupakan daerah yang maju dan strategis u
ntuk disinggahi. Yang mana mereka disebut sebagai khek Islam atau orang muslim se
belum kerajaan Siam (Thailand) dibentuk. Karena pada awalnya, Pattani merupakan d
aerah yang terpisah dari Siam (saat ini Thailand), Muslims have been in Thailand sinc
e before the formation of the Thai kingdoms in the ninth century.
Daerah Patani pada awal abad ke-17 pernah menjadi salah satu pusat penyebar
an Islam di Asia Tenggara. Patani dijuluki tempat kelahiran Islam di Asia Tenggara.
Bahkan, seorang Patani, Daud ibn Abdillah ibn Idris al-Fatani diakui sebagai seorang
ulama terkemuka mengenai ilmu-ilmu Islam di Asia Tenggara.
Pada mulanya, Pattani sendiri merupakan kerajaan yang terletak di sebelah sel
atan Thailand dengan mayoritas penduduk melayu yang dipimpin oleh penguasa musl
im yang bernama Sulaiman. Kerajaan Siam pada waktu itu berusaha untuk menguasai
Pattani dengan mengirimkan pasukannya berkali kali akan tetapi selalu gagal. Hingga
pada pemerintahan Sultan Muzhaffar, Pattani menuju zaman keemasannya, sehingga
menarik ketamakan Siam untuk kembali meguasai Pattani dan akhirnya dapat mengua
sainya setelah perang bertahun tahun.
Dari sinilah permulaan pemberontakan kaum muslim Pattani untuk melepaska
n diri dari Thailand yang telah menguasainya. Pasalnya, Siam bersikap keras dan men
ekan kaum minoritas muslim dengan menyuruh mengganti nama nama mereka denga
n nama Thailand serta mengambil adat istiadatnya.
Daerah Patani pada awal abad ke-17 pernah menjadi salah satu pusat penyebar
an Islam di Asia Tenggara. Patani dijuluki tempat kelahiran Islam di Asia Tenggara.
Bahkan, seorang Patani, Daud ibn Abdillah ibn Idris al-Fatani diakui sebagai seorang
ulama terkemuka mengenai ilmu-ilmu Islam di Asia Tenggara.
Daerah yang sekarang disebut Thailand selatan pada masa dahulu berupa kesul
tanan-kesultanan yang merdeka dan berdaulat, diantara kesultanan yang terbesar adala
h Patani. Pada abad ke empat belas masuklah Islam ke kawasan itu, raja Patani pertam
a yang memeluk Islam ialah Ismail Syah. Pada 1603 kerajaan Ayuthia di Siam menye
rang kerajaan Patani namun serangan itu dapat digagalkan.
Pada 1783 Siam pada masa raja Rama I Phra Culalok menyerang Patani dibant
u oleh oknum-oknum orang Patani sendiri hingga pada tahun 1768 Sultan Mahmud gu
gur dan Kesultanan jatuh ke tangan Kerajaan Siam atau juga dikenal dengan nama Th
ai-Budha. Kerajaan ini mengambil meriam Sri Patani dan harta kerajaan dirampas Sia
m untuk dibawa ke Bangkok.
Maka Tengku Lamidin diangkat sebagai wakil raja atas perintah Siam tetapi k
emudian ia pun berontak lalu dibunuh dan digantikan Dato Bangkalan tetapi ia pun m
emberotak pula.
Pada masa raja Phra Chulalongkorn tahun 1878.M Siam mulai mensiamisasi P
atani sehingga Tengku Din berontak dan kerajaan Patani pun dipecahlah dan unit kera
jaan itu disebut Bariwen.
Sebelum peristiwa itu terjadi sesungguhnya pada 1873 M Tengku Abdulqadir
Qamaruzzaman telah menolak akan penghapusan kerajaan Patani itu. Kerajaan Patani
kemudian dipecah dalam daerah-daerah kecil Patani, Marathiwat, Saiburi, Setul dan J
ala.
Institusi sosial politik kesultanan berupaya untuk menopang proses islamisasi
namun terhalang setelah Pattani memasuki periode “Ratu-ratu Pattani” (1568-1688
M) yang berawal dari pemberontakan Raja Kali terhadap singgasana Raja Lela. Di sa
mping itu, Pattani juga harus di hadapkan dengan gencarnya upaya kerajaan Thai-Bud
ha di Bangkok yang ingin menyatukan Kesultanan Pattani ke dalam wilayah kekuasaa
nnya.
Pada 1909 M Inggris pun mengakui bahwa daerah-daerah itu termasuk kawasa
n Kerajaan Siam. Dan pada tahun 1939 M, Nama Siam diganti dengan Muang Thai. B
ahasa Siam menjadi bahasa kebangsaan di kawasan Selatan, di sekolah-sekolah merup
akan bahasa resmi, tulisan Arab Melayu digantikan tulisan Siam yang berasal dari Pal
awa.
Pencaplakan yang dilakukan oleh kerajaan Thailand telah melahirkan masalah
utama mengenai minoritas muslim di Thailand. Orang-orang muslim yang berasal dar
i Pattani yang dibawa ke Bangkok oleh tentara Thailand sebagai tawanan peran pada
masa awal perang pertama dan kedua. Dan orang-orang inilah kemudian menjadi bagi
an utama masyarakat Islam di Thailand Tengah dan sebahagian dari mereka tetap me
melihara budaya dan bahasa mereka.

2. Islam di Thailand Setelah Jatuhnya Kesultanan Pattani


Setelah jatuh ke tangan kerajaan Thailand, mobilitas ulama di wilayah Pattani
masih tetap berlangsung. Pendidikan Islam bagi anak-anak Muslim pun masih berjala
n seperti biasa karena kebijakan invasi damai yang dilakukan oleh Kerajaan Thai. Na
mun, di sisi lain, tradisi dan peradaban Hindu-Budha cenderung menguat.
Di bawah jajahan negara-negara Eropa, pelaksanaan hukum Islam di Asia Ten
ggara tidak mengalami perkembangan berarti, sebaliknya malah banyak mengalami p
engebirian. Melalui berbagai kebijaksanaan, kolonial berhasil mereduksi dan membat
asi pelaksanaan hukum islam. Bila sebelumnya pelaksanaan hukum islam mencakup
masalah perdata dan pidana, sekarang menjadi terbatas hanya pada perkara - perkara y
ang berhubungan kekeluargaan.
Hal yang sama juga terjadi pada minoritas Muslim di Thailand. Meski mereka
tidak pernah di jajah oleh bangsa Barat, tetapi keberhasilan invansi Thai Budhis pada t
ahun 1786, perlahan namun pasti, telah mengambil alih seluruh kekuasaan muslim. K
ekuatan dan keunggulan kekuasaan Thai Budha atas Pattani Islam semakin terbukti ke
tika agama Budha berhasil menempel pada institusi politik Thai modern, yang kemudi
an juga berhasil menempel pada ideologi negara Thailand.
Perasaan terasing dan ketidakpuasaan Muslim Thailand menguat setelah kaum
bangsawan Pattani dicopot dari semua kekuatannya dan jabatan mereka dialihkan kep
ada birokrat dari Bangkok.
Pada masa pemerintahan PM Phibul Songkhram (1938-1957) diberlakukan per
aturan seperti memakai pakaian bergaya Barat, mengadopsi nama-nama Thai jika ingi
n memasuki sekolah pemerintah atau melamar pekerjaan di jajaran pemerintahan. Bah
asa Melayu dilarang diajarkan dalam sekolah negeri dan dalam lingkungan pemerinta
h. Para pejabat juga dilarang menggunakan percakapan menggunakan bahasa Melayu.
Masyarakat Muslim secara tradisional menggunakan bahasa Melayu dibandin
gkan bahasa Thai yang digalakkan oleh pemerintah pusat sebagai bahasa resmi negara.
Keterpaksaan masyarakat Melayu Muslim di Thailand Selatan dirasakan selama pulu
han tahun, sejak integrasi Melayu di selatan Thailand menjadi bagian dari Kerajaan T
hailand. Upaya menjaga ’tradisi nenek moyang’ menjadi bagian dari identitas terkuat
bagi keluarga Muslim Melayu di Thailand Selatan.
Kebanyakan masyarakat Muslim Thailand cenderung mengisolasi diri mereka.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan Bahasa Thai mereka sehingga sul
it untuk berkomunikasi dengan orang China atau Thai-Budha. Selain itu, siaran televis
i dan radio memakai bahasa Thai sebagai bahasa pengantar mereka, hanya koran yang
memasukkan kolom bahasa Melayu sehingga mereka lebih cenderung membaca kora
n atau menonton siaran negara Malaysia.
Pada 1923 M, beberapa Madrasah Islam yang dianggap ekstrim ditutup, dalam
sekolah-sekolah Islam harus diajarkan pendidikan kebangsaan dan pendidikan etika b
angsa yang diambil dari inti sari ajaran Budha.
Pada saat-saat tertentu anak-anak sekolah pun harus menyanyikan lagu-lagu b
ernafaskan Budha dan kepada guru harus menyembah dengan sembah Budha. Kement
rian pendidikan memutar balik sejarah : dikatakannya bahwa orang Islam itulah yang j
ahat ingin menentang pemerintahan shah di Siam dan menjatuhkan raja.
Orang-orang Islam tidak diperbolehkan mempunyai partai politik yang berasas
Islam bahkan segala organisasi pun harus berasaskan: Kebangsaan. Pemerintah pun m
embentuk semacam pangkat mufti yang dinamakan Culamantri, biasanya yang diangk
at itu seorang alim yang dapat menjilat dan dapat memutar balik ayat sehingga ia me
mfatwakan haram melawan kekuasaan Budha.
Pada saat-saat tertentu dipamerkan pula segala persenjataan berat, alat-alat mil
iter. Lalu mereka mengundang ulama Islam untuk melihat-lihat, dengan harapan akan
tumbuh rasa takut untuk berontak. Akan tetapi orang-orang yang teguh dalam keislam
annya itu tetap berjuang, menegakkan sebuah negeri yang berdaulat berasas Islam Re
publik Islam Patani.
Segala upacara yang sekuler dikerjakan dan Islam hanya terbatas pada adat, pa
rtai-partai pun tidak mau berdasarkan Islam dan tetap sekuler walaupun adat agama ad
akalanya dibawa juga seperti salam dan bismillah seperti tercantum dalam konstitusin
ya itu. Pondok Pesantren yang berfungsi sebagai tulang punggung identitas dan pertah
anan Islam hilang dan digantikan dengan sistem sekolah agama modern.
Transformasi dari loyalitas primordial ke loyalitas kepada negara dalam rangk
a menciptakan intergrasi nasional biasanya merupakan agenda utama di negara-negara
yang proses perwujudan gagasan negara-negaranya belum selesai.
Agenda ini menjadi sangat pelik apabila negara bersangkutan dengan pluralita
s etnis, budaya dan agama. Berdasarkan kategori itu, negara tersebut memiliki kelomp
ok mayoritas dan minoritas, dimana kelompok minoritas hendak dipaksa untuk diinte
grasikan ke dalam kelompok mayoritas.
Dengan jumlah umat yang menjadi minoritas ini, walau menjadi agama kedua
terbesar setelah Budha, umat Islam Thailand sering mendapat serangan dari umat Bud
ha (umat Budha garis keras), intimidasi, bahkan pembunuhan masal.
Pada periode berikutnya, pemerintah mencabut kebijakan ekstrim rezim terdah
ulu dan memberikan kebebasan terhadap kaum Muslim untuk menjalankan agamanya.
Hal ini membuat Muslim Thailand mulai terbuka dan berpartisipasi dalam pembangun
an nasional Muangthai serta dalam politik sebagai warga negara Muangthai sejak tahu
n 1979. Sejak saat itu, Muslim Thailand mulai terpecah menjadi empat kelompok, yait
u kelompok kepala kantor masyarakat Muslim di Muangthai, kelompok modernis, kel
ompok ortodoks, dan kelompok Muslim Melayu di Selatan. Meski terpecah karena pe
rbedaan kepentingan, namun sama-sama memiliki komitmen terhadap Islam.
Sebenanya, Muslim Thailand lebih memilih untuk memisahkan diri dari Keraj
aan Thailand atau bergabung dengan Malaysia, meskipun berada di bawah pemerintah
an Inggris agar dapat hidup dengan masyarakat yang seagama, sebahasa, sebudaya da
n sebangsa dengan mereka.
Minoritas Muslim Pattani berusaha untuk mendapatkan otonomi penuh untuk
mengatur politik dan kebudayaan mereka sendiri agar dapat menegakkan Islam dalam
masyarakat Melayu-Pattani setelah melihat ketidakmungkinan mereka untuk memisah
kan diri dan bersatu dengan Malaysia.
Berbagai pemberontakan terjadi dimana-mana sejak tahun 1909. Hingga pada
tahun 1950 pemerintah mulai memberlakukan hukum Islam, meliburkan sekolah pada
hari Jum’at, memberi bantuan untuk pembangunan mesjid, tidak mewajibkan siswa M
uslim untuk mengikuti pelajaran etika Budha, dan mengangkat seorang pejabat Musli
m untuk membantu menangani persoalan-persoalan Islam. Namun kebijakan ini tidak
pernah terwujud secara konsisten dan tidak terpelihara.
Untuk mewujudkan cita-citanya, baik memisahkan diri maupun otoritas penuh,
minoritas Muslim tergabung dalam organisasi seperti Pattani United Liberation Orga
nization (PULO), Barisan Nasional Pembebasan Pattani (BNPP), Barisan Revolusi Na
sional dan lain-lain.
Pada tahun 1982 diadakan pertemuan di Malaka yang diikuti oleh utusan bebe
rapa negara Asia tenggara termasuk Thailand. Pada kesempatan itu, hadir 800 melayu
muslim Thailand dan terdapat bebrapa lulusan Al Azhar mesir. Mereka berceramah te
ntang kehidupan minoritas Muslim di Thailand.
Pada tahun 2004 bertepatan pada bulan April, pada masa kepekimpinan Thaks
in Shinawarta, insiden berdarah telah terjadi sehingga mengakibatkan 30 pemuda mus
lim tewas di masjid Kru Se. Peristiwa keji terjadi yang kedua kalinya pada bulan okto
ber 2004 yang mengakibatkan 175 tahanan pejuang Muslim Takbai meninggal dunia,
akibat dijejalkan militer Thailand dalam sebuah truk dengan kondisi tangan di belakan
g.
Pada perkembangan Muslim Pattani antara 2004 hingga Mei 2007. Periode ini
sangat urgen tidak hanya karena banyaknya korban dalam kurun waktu ini, setidaknya
2000 korban meninggal. Sehingga di penghujung tahun 2008, Thailand ingin memilik
i Perdana Menteri baru yang diharapkan dapat membawa angin perubahan. Dengan re
zim barunya harus berjuang keras mencari alternatie dalam menangani masalah konfli
k Thailand Selatan.
Rupanya perdamaian Aceh (Gerakan Aceh Merdeka) menjadi model upaya pe
rdamaian dan rekonsiliasi di Thailand Selatan meskipun sebenarnya Identitas lokal di
Thailand Selatan lebih dekat dengan Kelantan dan Kedah, Malaysia. Sampai saat inip
un masyarakat muslim Pattani Thailand menghadapi diskriminasi komplek dan teror y
ang berlarut-larut. Sehingga kehidupan sosial maupun politik menjadi sangat terbatas.

C. ISLAM DI THAILAND PADA MASA KONTEMPORER

1. Hukum Islam di Thailand


Meskipun Thailand terkenal sebagai negeri Budha, akan tetapi sekarang keraja
an cukup mendukung kehidupan Islam untuk penduduknya. Tanggungjawab masalah
berkaitan agama Islam di Thailand diemban oleh seseorang mufti yang memperoleh g
elar Syaikhul Islam (Chularajmontree).
Mufti ini berada di bawah kementerian dalam negeri dan kementerian pendidi
kan serta bertanggungjawab pada raja. Mufti bertugas mengatur kebijakan yang bersa
ngkutan dengan kehidupan muslim, seperti penentuan awal serta akhir bulan Hijriyah.
Mufti membawahi dewan propinsial Islam yang beranggotakan 26 orang dari tiap pro
pinsi. Dan dewan tersebut membawahi sekitar 3494 masjid yang ada di Thailand
Wewenang untuk mengadili urusan yang berkaitan dengan keluarga dan waris
an diserahkan kepada hakim agama yang disebut Dato Yutitham. Inipun hanya berlak
u di empat propinsi daerah Muslim di Thailand Selatan, yaitu Pattani, Yala, Naratiwa
t, dan Satun. Dato Yuttitam di pilih oleh imam - imam masjid dan langsung dikontrol
oleh pengadilan umum setempat. Seluruh keputusan yang dikeluarkan tentunya memp
unyai kekuatan hukum, meski terbatas di propinsi tersebut.
Hukum Islam (mengenai keluarga dan warisan) hanya berlaku di empat provin
si bagian selatan. Bagi muslim di propinsi lain, karena syari’ah tidak diakui secara hu
kum, satu - satunya jalan adalah melalui lembaga negara bila ingin di akui secara sah.
Belum adannya perangkat kodifikasi syariah yang dapat di terima secara umu
m, sebenarnya sejak tahun 1940-an telah diterapkan kodifikasi syari’ah yang sistemati
s mengenai keluarga dan warisan. Kodifikasi ini tercakup dalam Undang-Undang Sipi
l Thailand. Seluruh sistemnya berkaitan langsung dengan fiqih syafi’ih, karena mayori
tas Muslim Thailand menganut Mazhab ini. Dengan demikian, pertentangan antara M
uslim yang berbeda Mazhab tidak dapat di selesaikan oleh sistem peradilan yang ada.
Selain itu pihak yang berurusan terutama akan menghadapi persoalan dalam memilih
otoritas keagamaan dan prosedur yang dapat diterima oleh semuanya. Kontroversi ini
kadang-kadang dapat memperburuk pertentangan yang terjadi dalam masyarakat Isla
m bahkan dalam suatu keluarga.
Keterbatasan ikatan hukum bagi hukum islam karena keterbatasan subjek mate
rinya. Misalnya ; Secara hukum adalah sah perkawinan atau perceraian yang dilaksan
akan oleh Dato yuttitam atau imam. Namun, karena hukum negara tidak membenarka
n poligami, maka perkawinannya dengan wanita berikutnya, istri-istri dan anak cucun
ya tidak diakui secara resmi. Semua hal selain dengan istri pertama dianggap tidak sah.
Konsekuensinya, bagi mereka yang menganut poligami, istri berikut serta keturunan t
idak mendapatkan hak secara hukum, seperti biaya pendidikan dan kesehatan yang di
peroleh oleh sang suami.

2. Kehidupan Sosial-Budaya Masyarakat Muslim Thailand


Jumlah kaum muslimin di Thailand saat ini sekira 6 juta dari total 65 juta pend
uduknya dan meskipun Islam adalah agama minoritas di Thailand – negara berjuluk G
ajah Putih yang berpenduduk mayoritas Budhis – masjid terus dibangun di luar wilaya
h yang didominasi Muslim di perbatasan Malaysia, dengan Bangkok dan resor wisata
di wilayah selatan, Phuket.
Salah satu bangunan keagamaan di resor wisata saat ini misalnya, sedang diba
ngun di jantung distrik Phuket, Kamala, teluk tertutup dan desa pemancingan yang dik
elilingi oleh bukit-bukit berhutan di utara pantai Patong.
Pembangunan Masjid Phadungsat dimulai beberapa tahun lalu setelah seorang
Imam mengunjungi Phuket selama bulan Ramadhan. Pembangunan tempai ibadah ka
um Muslim tersebut diharapkan selesai tahun depan, dengan Arab Saudi menjadi dona
tur yang menyumbangkan 1 juta Baht atau setara 35.000 USD. Menurut Kantor Statist
ik Nasional Thailand pada tahun 2007, negara ini memiliki 3.500 masjid, dengan juml
ah terbesar (636) di provinsi Pattani .Menurut Departemen Agama (RAD), 99 persen
dari masjid yang berhubungan dengan Sunni cabang Islam dengan 1persen sisanya Sy
iah.
Di luar Phuket, provinsi yang didominasi Muslim adalah Pattani, Yala, Narath
iwat dan sebagian dari Songkhla dan Chumphon yang memiliki populasi Muslim yan
g dominan, yang terdiri dari Muslim etnis Thailand dan etnis Melayu.
Muslim lainnya banyak dijumpai di beberapa provinsi wilayah selatan negeri k
erajaan ini, antara lain Provinsi Pattai (80 persen, Yala (68,9 persen), Narathiwat, Sat
un (67,8 persen) juga Songkhla, seluruh provinsi tersebut dahulunya masuk wilayah k
erajaan Pattani Raya pada abad ke-12, sebelum kerajaan Sukhotai berdiri. Sebagian ke
cil pemeluk Islam lainnya berasal dari Indonesia, Afrika, Pakistan, dan lainnya.
Shalat lima waktu di masjid selalu ramai – saf-saf terisi penuh. Komunitas-ko
munitas kecil seperti mahasiswa muslim di kawasan ini kerap membuat halaqah-halaq
ah guna meningkatkan keimanan mereka. Pusat dari kegiatan tersebut berada di Bang
kok, yaitu Islamic Center yang terletak di daerah Ramkhamhaeng. Selain itu, di setiap
Universitas biasanya terdapat Muslim Student Club. Biasanya kelompok tersebut men
dapat tempat khusus yang juga dapat digunakan untuk melaksanakan shalat.
Selain itu, hari Jumat menjadi ‘hari raya kecil’ yang disambut gembira oleh w
arga muslim di Bangkok yang berbondong-bondong shalat Jumat. Banyak orang Isla
m yang berasal dari kawasan berbeda datang untuk melaksanakan kewajiban shalat Ju
mat. Para pedagang berjejer menjajakan makanan tepat di depan masjid, sehingga jam
aah shalat dapat membeli makanan yang terjamin kehalalannya seusai Jumatan.
Toleransi antarumat beragama di Thailand sangatlah kuat. Saling menghormat
i adalah kuncinya. Di kawasan ini juga terdapat banyak tempat peribadatan bagi peme
luk Budha. Patung-patung Budha dan sesajian berupa air soda, bunga melati, kemenya
n, dan buah-buahan menjadi pemandangan biasa saat warga berjalan-jalan di kawasan
ini.
Para pemeluk Budha juga menghormati umat Islam. Saat perayaan Hari Raya I
dul Adha yang lalu misalnya, umat Islam dapat merayakannya dengan bebas tanpa ga
ngguan. Walaupun suasananya sangat berbeda dengan Indonesia umumnya – di mana
gema takbir tak terdengar nyaring karena jumlah masjid yang minim – tetapi umat Isl
am di sini tetap mempersiapkan diri merayakan hari besar Islam tersebut. Namun kare
na Thailand merupakan Negara Budha, sehingga hari besar kaum muslimin (Idul Fitri
dan Idul Adha) tidak mereka liburkan. Selain itu, dalam tatanan sosial, muslim Thaila
nd mendapat julukan yang kurang enak, yaitu khaek (pendatang, orang luar, tamu). Ist
ilah ini juga digunakan untuk menyebut tamu-tamu asing atau imigran lain.
Di zaman kontemporer sekarang ini, pemerintah Thailand lebih akomodatif da
lam memberikan kebijakan kepada masyarakat muslim. Masyarakat diberi kebebasan
dalam menjalankan ibadah. Pemerintah menyediakan dana untuk membantu mereka d
alam masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan. Kaum m
uslimin juga diperbolehkan melaksanakan dakwah, membentuk organisasi, dan menge
lola penerbitan literatur keagamaan yang sekarang sedang tumbuh.
Ketersedian makanan halal di Bangkok memang sangat sedikit, hanya ada di b
eberapa lokasi di mana banyak orang Islam yang datang atau bermukim seperti di pus
at perbelanjaan, universitas, dan area sekitar masjid. Umumnya hanya ada beberapa m
akanan halal di Thailand yang di impor dari Malaysia. Meski demikian Pemerintah Th
ailand sudah lebih dulu punya aturan mengenai sertifikasi dan label produk halal jika
dibandingkan dengan Indonesia, sehingga negara itu bisa menjadi pengekspor bahan p
angan terbesar keenam ke berbagai negara lainnya.

3. Pendidikan Islam di Thailand


Dalam bidang pendidikan, Pemerintah Thailand memperbolehkan warga musli
m Thailand untuk menyelenggarakan pendidikan Islam. Kesempatan ini tidak dilewat
kan oleh umat Islam untuk mengembangkan pendidikan Islam disana. Proses pendidik
an Islam di Thailand sudah mengalami perkembangan dan kemajuan. Hal itu bisa kita
lihat dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh beberapa lembaga Islam. Seperti peng
ajian bapak-bapak dan ibi-ibu, TPA/TKA dan kajian mingguan mahasiswa adalah beb
erapa kegiatan rutin yang diadakan mingguan.
Selain itu, pemerintah membantu penerjemahan Al Quran ke dalam bahasa Th
ai, juga membolehkan warga muslim mendirikan masjid dan sekolah muslim. Kurang
lebih tercatat lebih dari 3000 masjid , dan 200 sekolah muslim di Thailand. Umat isla
m di Thailand bebas mengadakan pendidikan dan acara-acara keagamaan. Tidak hany
a itu saja, Program pengembangan pendidikan Islam di Thailand sudah mencapai leve
l yang lebih dari sekedar nasional dan regional. Umat muslim Thailand bekerjasama d
engan beberapa lembaga pendidikan negara lain, baik yang nasional maupun internasi
onal untuk mengadakan seminar internasional pendidikan Islam. Mereka mengirimka
n kader-kadernya ke berbagai universitas dunia, seperti Al Azhar Mesir dan Madinah.
Dan juga beberapa universitas tanah air, seperti UII, UIN, Universitas Muhammadiya
h dan lainnya. Termasuk juga mengirimkan putra-putra Thailand ke berbagai pesantre
n di Indonesia, termasuk Gontor. Pusat dakwah Islam terbesar di Bangkok terletak di I
slamic Center Ramkamhaeng.

4. Lembaga Islam di Thailand

Gerakan dakwah yang terus dilancarkan umat Islam diselatan mengenai kebeb
asan dan otoritas beragama menghasilkan beberapa konsesi yang diberikan oleh peme
rintah dan akhirnya terbentuk organisasi-organisasi Islam yang menjadi corong kegiat
an umat secara nasional yang mendapatkan legal dari pemerintah organisasi tersebut
meliputi :

a. Kantor chularajamantri atau shaikhul islam.


Kantor ini dianggap sebagai kantor tertinggi masyarakat muslim Thailand. Ka
ntor ini terdiri dari 26 provinsi yang memiliki banyak penduduk muslim. Chula yang
dipilih harus mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari raja. Posisi chularazamon
tri, lebih memiliki kekuatan simbolis administrasi ketimbang kekuatan yang sebenarn
ya karena badan ini hanya berfungsi sebagai konsultan Departemen Agama dari keme
ntrian pendidikan, sejauh hubungan dengan Islam. Sampai tingkat tertentu kepemimpi
nan informalnya cukup diakui dan dipakai. Dia menyelesaikan konflik agama dalam
masyarakat Islam, dan memimpin fungsi-fungsi agama pada tingkat nasional, bahkan
dia memberikan fatwa bila terdapat persoala yang menyangkut umat Islam dan negara.
Akan tetapi, bagaimanapun keputusannya tidak memiliki kekuatan hukum yang men
gikat atau legal, kecuali negara mengesahkan keputusan tersebut.
b. Komite Islam nasional
Lembaga ini dimaksudkan sebagai lembaga tertinggi untuk urusan administras
i Islam di Thailand. Di ketahui secara ex-officio oleh chularajamontri Islam di thailan
d, komite terdiri dari 26 kepala komite Islam propinsi dan beberapa individu yang ditu
njuk.

c. Komite masjid
Ini adalah komite setiap masjid yang diketahui oleh imam yang diseleksi dan d
ipilih oleh segenap anggota masyarakat. Sesuai dengan jumlah mesjid yang ada di Th
ailand.
d. Komite Islam Provinsi
Merupakan komite di setiap provinsi yang memiliki banyak penduduk muslim.
Anggotanya dipilih dari banyak imam yang salah satu anggotanya dijadikan ketua.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN

Muslim di Thailand mempunyai sejarah tersendiri yang bisa dibilang tragis dan berlik
u. Mulai dari abad ke-13 dimana Agama Islam menapakkan kakinya di kerajaa
n Pattani dan kemudian menjadi mayoritas di wilayah tersebut. Masyarakat mu
slim Thailand saat ini telah menjadi bagian integral dari keseluruhan pemerinta
han dan komunitas Thailand dari beberapa abad yang lalu. Secara historis, kult
ur dan ekonomi, masyarakat minoritas muslim di Thailand selatan telah menga
lami peningkatan yang signifikan dari waktu ke waktu. Akan tetapi mereka tet
ap berusaha menjadi bagian komunitas yang dipahami.
Hal ini memunculkan era baru antara muslim-pemerintah yang memberikan ruang lebi
h luas bagi umat muslim Thailand merambah dunia politik dan ekonomi. Hal i
ni tampak dari pertumbuhan masjid di Thailand yang berkembang pesat; Bang
kok 159 masjid, Krabi 144 masjid, Narathiwat 447 masjid, Pattani 544 masjid,
Yala 308 masjid, Songkhla 204 masjid, Satun 147 masjid. Dan beberapa masji
d di berbagai kota di thailand. Biarpun begitu, minoritas muslim thailand masi
h jauh dari kelapangan dalam hidup. Karena mereka tetap menjadi minoritas y
ang mendapatkan tekanan dan diskriminasi yang tak henti henti.

2. SARAN

Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi Islam di Thailand. Tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan kemampuan pe
nulis dalam menulis makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan sara
n yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga m
akalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya, juga para pembaca yang budima
n pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Helmiati. 2007Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekanbaru : Nusamedia.
http://kota-islam.blogspot.co.id/2013/01/islam-di-thailand.html
http://aliumarumar.blogspot.co.id/2015/03/makalah-sejarah-agama-islam-di-thailand .
html
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=130875967090214&id=12386
2071124937
http://indramunawar.blogspot.co.id/2009/04/sejarah-perkembangan-islam-di-patani.
html
http://sejarah-peradabanislam.blogspot.co.id/2011/11/sejarah-peradaban-islam-di-th
ailand.html
http://mirajnews.com/2016/10/islam-agama-kedua-terbesar-di-thailand.html/132843
https://muslim.or.id/5940-kehidupan-islam-di-negeri-gajah-putih.html
http://alhusnakuwait.blogspot.co.id/2012/11/perkembangan-islam-di-thailand.html

Anda mungkin juga menyukai