Anda di halaman 1dari 32

SEJARAH PERADABAN ISLAM DI THAILAND

Makalah ini dibuat uuntuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam Asia Tenggara

Dosen Pengampu:
Ahmad Irfan Mufid, S.Ag., M.A.

Disusun oleh:
Kelompok 5
Ahmad Badry Almunawwar 11200110000070
Fadella Rizky Litama Putri 11200110000078
Nabilah Dhiya Ullhaq 11200110000098

SKI 6 D
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023 H/1444 H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
BAB I ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II .......................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4
2.1 Profil Negara Thailand......................................................................................... 4
2.2 Sejarah masuknya Islam di Thailand .................................................................... 7
2.3 Dinamika Perkembangan Peradaban Islam di Thailand ...................................... 11
2.4 Hubungan Islam dan Negara di Thailand ........................................................... 20
BAB III....................................................................................................................... 27
PENUTUP .................................................................................................................. 27
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 27
3.2 Saran ................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 29

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’álaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Berkat rahmat serta
hidayah-Nya, makalah berjudul “Sejarah Peradaban Islam di Thailand”
sebagai tugas mata kuliah SPI Asia Tenggara.
Salawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, yang
dengan mukjizatnya yakni Al-Qur’an telah memberikan petunjuk jalan
keselamatan di dunia maupun di akhirat bagi makhluk seluruh alam.
Dengan selesainya makalah ini, pemakalah mengucapkan terimakasih
kepada bapak Ahmad Irfan Mufid, S.Ag., M.A. dan seluruh pihak yang
terlibat dalam proses pembuatan makalah ini. Pemakalah menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami sebagai
pemakalah sangat membuka diri dalam menerima masukan serta kritik yang
membangun dari pembaca terkait dengan kepenulisan maupun isi makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita
semua, Aamiin.

Wassamu’álaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 9 April 2023


Pemakalah

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Thailand adalah sebuah Negara di wilayah Asia Tenggara yang
berbentuk Monarki Konstitusi (suatu pemerintahan yang didirikan di
bawah sistem konstitusional yang mengakui Raja, Ratu, atau Kaisar
sebagai kepala negara). Islam masuk di Thailand diperkirakan sekitar abad
ke-10 atau ke-11 dibawa oleh pedagang Arab dan India. Islam pernah
berkuasa di wilayah Pattani sejak berdirinya Kerajaan Islam Patani abad
ke-14. Namun, sejak berada dalam kekuasaan Kerajaan Siam, hingga
sekarang umat Islam menjadi minoritas dan terdiskriminasi oleh
pemerintahan Thailand.
Muslim Thailand sebagian besar tersebar di empat propinsi bagian
selatan, yaitu Pattani, Yala, Narathiwat dan Satun. Mereka kerap
memperoleh problem dan kekerasan oleh pemerintah. Hingga saat ini
Muslim Thailand terus berjuang untuk memperoleh hak-haknya. Ada
beberapa pendapat tentang masuknya Islam ke Asia Tenggara. Yang
pertama pendapat orang-orang Eropa dan yang kedua pendapat sejarawan
arab dan muslim. Pendapat sebagaian besar sejarawan Eropa secara mutlak
berpegang pada apa yang disebutkan oleh pengembara Italia Marcopolo
bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara adalah pada abad ke tiga belas
masehi di sebelah utara pulau Sumatera dan mereka membatasi pendapat
mereka pada perjalanan Marcopolo ini ke daerah tersebut pada 1292 M.
Adapun beberapa pendapat sejarawan Arab dan muslim tentang
sejarah Asia Tenggara sebagai berikut: Muhammad Dhiya’Syahab dan
abdullah bin Nuh dari indonesia mengatakan: “Banyak buku-buku sejarah
dari barat dan orang-orang yang mengikutinya yang mengira bahwa Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke tiga belas Masehi. Tetapi saya

1
berkeyakinan bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara jauh sebelum masa
yang diduga oleh orang-orang asing itu dan para pengikut mereka”. Mufti
kesultanan Johor, Malaysia syarif Alwi bin Thohir Al Haddad mengatakan:
“Pendapat-pendapat para sejarawan tentang masuknya Islam ke Asia
Tenggara adalah tidak tepat. Terutama pendapat sejarawan Eropa yang
menetapkan utama pendapat sejarawan Eropa yang menetapkan masuknya
Islam ke Jawa pada tahun 800- 1300 H, di sumatera dan malaysia pada
abad ke 7 Hijriah. Kenyataan yang benar bertentangan dengan apa yang
mereka katakan. Karena sesungguhnya Islam telah mempunyai raja-raja di
Sumatera pada abad ke enam bahkan ke lima Hijriah”. Dr. Muhammad
Zaitun mengatakan : “Walaupun para sejarawan menyebutkan masuknya
islam ke Malaysia pada abad ke enam Hijriah (abad kedua belas Masehi),
pendapat yang lebih kuat adalah islam telah masuk kesana jauh sbelum itu.
Mungkin tahun yang telah disebutkan oleh mereka hanya menjelaskan
catatan-catatan sejarah (prasasti) yang sampai kepadanya sesudah
pemerintah wilayah-wilayah tersebut memeluk agama islam dan terbentuk
kesulthanankeshultanan Islam di daerah tersebut.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka makalah ini bermaksud
mengidentifikasi dan menjelaskan Profil Negara Thailand, Sejarah
masuknya Islam di Thailand, Dinamika Perkembangan Peradaban Islam di
Thailand dan Hubungan Islam dan Negara di Thailand.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mengidentifikasi dan menjelaskan profil negara Thailand?
2. Bagaimana sejarah masuknya Islam di Thailand?
3. Bagaimana dinamika perkembangan peradaban Islam di Thailand?
4. Bagaimana hubungan Islam dan negara di Thailand?

1.3 Tujuan Penulisan

2
Tujuan penulisan pemakalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah SPI Asia Tenggara serta menambah wawasan
tentang Mengidentifikasi dan menjelaskan Profil Negara Thailand, Sejarah
masuknya Islam di Thailand, Dinamika Perkembangan Peradaban Islam di
Thailand dan Hubungan Islam dan Negara di Thailand, bagi semua yang
membaca makalah ini.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Profil Negara Thailand


Ibukota : Bangkok
Bentuk Negara : Kerajaan
Kepala Negara : Raja
Kepala Pemerintahan : Perdana Menteri
Bahasa : Bahasa Thai
Lagu Kebangsaan : Pleng Chard
Mata Uang : Baht
Agama : Budha, Islam, Kristen Hindu
Luas Wilayah : 513.120 Km2
Kerajaan Thai (nama resmi bahasa
Thai: ราชอาณาจั ก รไทย Ratcha Anachak Thai; atau Prathēt
Thai), yang lebih sering disebut Thailand dalam bahasa Inggris,
atau dalam bahasa aslinya Mueang Thai (dibaca: "meng-thai",
sama dengan versi Inggrisnya, berarti "Negeri Thai"), adala h
sebuah negara di Asia Tenggara yang berbatasan
dengan Laos dan Kamboja di timur,Malaysia dan Teluk Siam di
selatan, dan Myanmar danLaut Andaman di barat. Kerajaan Thai
dahulu dikenal sebagai Siam sampai tanggal 11 Mei 1949. Kata
"Thai" ( ไทย ) berarti "kebebasan" dalam bahasa Thai, namun juga
dapat merujuk kepada suku Thai, sehingga menyebabkan
nama Siam masih digunakan di kalangan warga negara Thai
terutama kaum minoritas Tionghoa. Thailand merupakan negara
penghasil timah terbesar nomor 5 di dunia.
Thailand juga terkenal dengan sebutan “Muangthai”, karena
dari sekian banyak bangsa di Asia, khusunya di Asia Tenggara,

4
Thailand lah yang tidak pernah dijajah oleh bangsa barat. Selain
itu, Thailand juga terkenal dengan sebutan “Negeri Gajah Putih”,
dan Thailand pula lah yang terkenal sebagai “Lumbung Padi
Asia”, karena banyaknya beras yang dihasilkan oleh negara itu.
Di Thailand pula berdiri pabrik abu soda.
Kerajaan Thai yang lebih sering disebut Thailand dalam bahasa
Inggris, atau dalam bahasa aslinya Mueang Thai (dibaca: "meng-thai",
sama dengan versi Inggrisnya, berarti "Negeri Thai"), adalah sebuah negara
di Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur,
Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di
barat. Kerajaan Thai dahulu dikenal sebagai Siam sampai tanggal 11 Mei
1949. Kata "Thai" berarti "kebebasan" dalam bahasa Thai, namun juga
dapat merujuk kepada suku Thai, sehingga menyebabkan nama Siam masih
digunakan di kalangan warga negara Thai terutama kaum minoritas
Tionghoa.
Sisi geografi, Kerajaan Thai merupakan tempat terletaknya
beberapa wilayah geografis yang berbeda. Di sebelah utara,
keadaannya bergunung-gunung, dan titik tertingginya berada
di Doi Inthanon (2.576 m). Sebelah timur laut terdiri
dari Hamparan Khorat , yang dibatasi di timur oleh
sungai Mekong. Wilayah tengah negara didominasi lembah
sungai Chao Phraya yang hampir seluruhnya datar, dan mengalir
ke Teluk Thailand. Di sebelah selatan terdapat Tanah Genting
Kra yang melebar ke Semenanjung Melayu. Cuaca setempat
adalah tropis dan bercirikan monsun. Ada monsun hujan, hangat
dan berawan dari sebelah barat daya antara pertengahan Mei dan
September, serta monsun yang kering dan sejuk dari sebelah
timur laut dari November hingga pertengahan Maret. Tanah
genting di sebelah selatan selalu panas dan lembap. Kota -kota
besar selain ibu kota Bangkok termasuk Nakhon

5
Ratchasima, Nakhon Sawan, Chiang Mai, dan Songkhla.
Kerajaan Thai berbatasan dengan Laos dan Myanmar di sebelah
utara, dengan Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dengan
Myanmar dan Laut Timur di barat dan dengan Laos
dan Kamboja di timur. Koordinat geografisnya adalah 5°-
21° LU dan 97°-106° BT.
Sisi demografi populasi Kerajaan Thai didominasi etnis
Thai dan etnis Lao, yang berjumlah 3/4 dari seluruh penduduk.
Selain itu juga terdapat komunitas besar etnis Tionghoa yang
secara sejarah memegang peranan yang besar dalam bidang
ekonomi. Etnis lainnya termasuk etnis Melayu di
selatan, Mon, Khmer dan berbagai suku orang bukit. Sekitar 95%
penduduk Thailand adalah pemeluk agama budha aliran Theravada. Ada
minoritas pemeluk agama Islam, Kristen, dan hindu. Bahasa Thailand
merupakan bahasa nasional Thailand, yang ditulis menggunakan aksaranya
sendiri tetapi ada banyak juga bahasa daerah lainnya, termasuk bahasa
melayu. Bahasa inggris juga diajarkan secara luas di sekolah.
Muslim di Thailand sekitar 15 persen, dibandingkan penganut Budha,
sekitar 80 persen. Mayoritas Muslim tinggal di Selatan Thailand, sekitar
1,5 juta jiwa, atau 80 persen dari total penduduk, khususnya di Pattani,
Yala dan Narathiwat, tiga provinsi yang sangat mewarnai dinamika di
Thailand Selatan. Thailand Selatan terdiri dari lima provinsi: Pattani, Yala,
Narathiwat, Satun dan Songkhla, dengan total penduduk 6.326.732 (Kantor
Statistik Nasional, Thailand, 2002). Mayoritas penduduk Muslim terdapat
di empat provinsi: Pattani, Yala, Narathiwat dan Satun, yaitu sekitar 71%
diperkotaan, dan 86 % di pedesaan sedangkan di Songkhla, Muslim sekitar
19 %, minoritas, dan 76.6 % Buddha. Sementara mayoritas penduduk yang
berbahasa Melayu, ratarata 70 persen berada di tiga provinsi: Pattani, Yala
dan Narathiwat, sementara penduduk berbahasa China, ada di tiga provinsi:

6
Narathiwat, 0.3 %, Pattani, 1.0 %, dan Yala, 3.0 % (Sensus Penduduk,
Thailand, 2000).
Dalam aspek ekonomi, Thailand pernah menikmati rata-rata
pertumbuhan tertinggi di dunia dari tahun 1985 -1995, yaitu rata-rata 9%
pertahun. Tekanan spekulatif yang meningkat terhadap uang Thailand,
Bath, pada tahun 1997 menyebabkan terjadinya krisis yang berdampak
pada melemahnya sektor keuangan dan memaksa pemerintah untuk
mengembangkan Bath. Setelah sekian lama dipatok pada nilai 25 Bath
untuk satu dolar AS, Bath mencapai titik terendahnya pada kisaran 56 Bath
pada januari 1998 dan ekonomi melemah sebesar 10,2% pada tahun yang
sama. Krisis ini kemudian meluas ke krisis financial Asia.
Ekonomi Thailand mengalami pemulihan dari krisis pada tahun 1999;
menguat 4,2% dan tumbuh 4,4% pada tahun 2000. Pertumbuhan ini,
sebagian besar merupakan hasil dari ekspor yang kuat yang meningkat
sekitar 20% pada tahun yang sama. Pertumbuhan sempat diperlambat
ekonomi dunia yang melunak pada tahun 2001, namun kembali menguat
pada tahun-tahun berikut berkat pertumbuhan yang kuat di RRT dan
beberapa program stimulant dalam negeri serta kebijakan dua jalur yang
ditempuh pemerintah Thaksin Shinawatra. Pertumbuhan pada tahun 2003
mencapai 6,3% dan 8% dan 10% pada tahun 2004 dan 2005. Sektor
pariwisata banyak memberikan sumbangan pada ekonomi Thailand.
Kedatangan wisatawan tahun 2002 (10,9 jt) mencerminkan kenaikan
sebesar 7,3% dari tahun sebelumnya (10,1 jt). 1

2.2 Sejarah masuknya Islam di Thailand


Ada beberapa teori tentang masuknya Islam di Thailand. Diantaranya
ada yang mengatakan Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10 melalui

1
Mania, Perkembangan Sosial Islam di Thailand, (Al Ma' arief: Jurnal Pendidikan Sosial dan
Budaya, Uin Alauddin Makassar, Vol.1, No.1, 2019), h. 46.

7
para pedagang dari Arab. Ada pula yang mengatakan Islam masuk ke
Thailand melalui Kerajaan Samudra Pasai di Aceh. Jika melihat peta
Thailand, akan mendapatkan daerah-daerah yang berpenduduk muslim
berada persis di sebelah Negara-negara melayu, khususnya Malaysia. Hal
ini sangat berkaitan erat dengan sejarah masuknya Islam di Thailand, “jika
dikatakan masuk”. Karena kenyataanya dalam sejarah, Islam bukan masuk
Thailand, tapi lebih dulu ada sebelum Kerajaan Thailand “ Thai Kingdom”
berdiri pada abad ke-9. Islam berada di daerah yang sekarang menjadi
bagian Thailand Selatan sejak awal mula penyebaran Islam dari jazirah
Arab.
Hal ini bisa dilihat dari fakta sejarah, seperti lukisan kuno yang
menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di Thailand dan
juga keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah Pattani
menjadi bukti bahwa Islam sudah ada lebih dulu sebelum Kerajaan Thai.
Lebih dari itu, penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara merupakan
suatu kesatuan dakwah Islam dari Arab, masa khilafah Umar Bin Khatab”
(teori arab). Entah daerah mana yang lebih dahulu didatangi oleh utusan
dakwah dari Arab. Akan tetapi secara historis, Islam sudah menyebar di
beberapa kawasan Asia Tenggara sejak lama, di Malakka, Aceh
(Nusantara), serta Malayan Peninsula termasuk daerah melayu yang berada
di daerah Siam (Thailand). Pada tahun 1613, d’Eredia memperkirakan
bahwa Patani masuk Islam sebelum Malaka yang secara tradisional dikenal
sebagai “darussalaam (tempat damai) pertama” dikawasan itu (mills
1930:49). Dalam penelitiannya mengenai kedatangan Islam di Indonesia
G.W.J Drewes menemukan bahwa di Trengganu, yang merupakan salah
satu tetangga Patani, agama baru itu sudah dianut secara mapan menjelang
1386 atau 1387.
Dari penemuan ini Wyatt dan Teeuw menarik kesimpulan bahwa tidak
ada alasan mengapa (agama itu) belum sampai di Patani menjelang tahun
itu terutama jika diingat bahwa Patani terkenal sebagai sebuah pusat Islam

8
yang awal. Pada puncak kekuasaan patani awal abad ke 17 diletakkan
dasar-dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Ini dimungkinkan
oleh hubungan yang semakin intensif antara negeri Arab yang merupakan
pusat Islam dan Asia Tenggara yang ketika itu pusat perdagangannya.
Masa kejayaan yang sudah lampau itu dilambangkan oleh kaum
bangsawan dan hubungan kekerabatan mereka dengan keluarga Melayu
dan oleh citra Patani sebagai “tempat kelahiran Islam” dikawasan itu.2
Adapula yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Thailand sejak
pertengahan abad ke-19. Proses masuknya islam di Thailand dimulai sejak
kerajaan Siam mengakuisisi kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh
penduduk muslim Thai dengan sebutan Pattani Darussalam). Pattani
berasal dari kata Al Fattani yang berarti kebijaksanaan atau cerdik karena
di tempat itulah banyak lahirnya ulama dan cendekiawan muslim yang
terkenal. Berbagai golongan masyarakat dari tanah Jawa pun banyak pula
yang menjadi pengajar Al Qur'an dan kitab-kitab islam berbahasa Arab
Jawi disana. Beberapa kitab Arab Jawi sampai saat ini masih diajarkan di
beberapa sekolah muslim dan pesantren di Thailand Selatan. Provinsi
Pattani di bagian selatan Thailand yang disebutkan, dihuni oleh mayoritas
muslim yang jumlahnya mencapai angka 80%. Sebagian kecilnya lagi,
muslim bermukim Thailand Tengah dan Utara. Muslim yang bermukim di
Thailand Selatan, disebut muslim Melayu, sedangkan yang bermukim di
Thailand Tengah dan Utara disebut muslim Thai. Populasi muslim Thai
jauh lebih 3 majemuk daripada penduduk muslim Melayu di Thailand.
Muslim Thai mencakup keturunan muslim Iran, Champa, Indonesia, India,
Pakistan, China, dan Melayu yang bermukim di daerah-daerah yang
didominasi oleh pemeluk Budha Thai di Thailand Tengah dan Utara.
Meskipun mereka sadar akan warisan etnis mereka yang berbeda dan
mempertahankan tradisi keagamaan mereka sendiri, mayoritas orang

2
Ibid, h. 47.

9
muslim disana berbicara dalam bahasa Thai dan telah berasimilasi dengan
masyarakat Thai kebanyakan.3
Serta pendapat lain mengatakan, masuknya agama Islam ke Selatan
Thailand (Patani) tidak bisa dilepaskan dengan masuknya Islam ke Asia
tenggara. Rentetan penyiaran Islam di Nusantara ini merupakan satu
kesatuan darimata rantai peroses Islamisasi di Nusantara. Hal ini tentu
terkait dengan seputar pendapat yangmenjelaskan tentang masuknya Islam
ke Nusantara yang secara garis besar di bagi pada duapendapat, yakni
penadapat yang mengatakan Islam masuk ke wilayah ini pada abad ke
tujuh Masehi dan langsung dari Arab dan pendapat lain mengatakan Islam
masuk ke Nusantara padaabad ketiga belas Masehi berasal dari India.
Dalam buku buku sejarah indonesia yang diajarkan di sekolah sekolah
menengah, dikatakan bahwasannya islam diwa dari pedagang pedagang
persia dan gujarat. Yang dimaksud dengan gujarat disini ialah india. Maka
bila merujuk kepada penyebaran islam di nusantara, maka penyebaran
tersebut dimulai sekitar abad ke tiga belas. Adapun Sebagai bukti awal
yang bisa ditunjukkkan tentang kedatangan Islam ke Patani adalah
padatulisan bertarikh 4 Rajab tahun 702 H. bersamaan dengan 22 Februari
1387. Ada juga batu nisandi Champa yang bertarikh 1039, sedangkan di
semenanjung Tanah Melayu ditemukan batu nisan seorang wali Allah
keturunan Arab bertarikh 1029 (419 H) ditemukan di Pihan, Pahang.
pendapat lain mengatakan bahwa Islam diperkirakan datang ke negara
Thailand sekitar pada abad ke-10 atau 11 melalui jalur perdagangan. Yang
mana penyebaran Islam ini dilakukan oleh para guru sufi dan pedagang
yang berasal dari wilayah Arab dan pesisir India. Pendapat lain ada yang
mengatakan Islam masum ke Thailand melalui Kerajaan Samudra Pasai di
Aceh.

3
Sanuardi, Islam Di Thailand, (Tasmuh: Jurnal Studi Islam, 2018), Volume 10, h. 383.

10
Salah satu bukti yang menguatkan pendapat ini adalah ditemukannya
sebuah batu nisan yang bertuliskan Arab di dekat Kampung Teluk Cik
Munah, Pekan Pahang yang bertepatan pada tahun 1028 M. 10 Tetapi yang
jelas, kerajaan islam di patani barulah berdiri tahun 1500 an, setelah raja
mereka, Sultan Ismail Syah memeluk agama Islam. Maka Berdirilah
kerajaan Islam yang pertama di Thailand selatan. Sampai saat ini agama
Islam berkembang di daerah selatan Thailand walaupun terjadi berbagai
konflik antara ras dan agama, sedangkan di daerah daerah lain belum
menunjukan adanya perkembangan agama Islam.4

2.3 Dinamika Perkembangan Peradaban Islam di Thailand


Adapula yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Thailand sejak
pertengahan abad ke-19. Proses masuknya islam di Thailand dimulai sejak
kerajaan Siam mengakuisisi kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh
penduduk muslim Thai dengan sebutan Pattani Darussalam). Pattani
berasal dari kata Al Fattani yang berarti kebijaksanaan atau cerdik karena
di tempat itulah banyak lahirnya ulama dan cendekiawan muslim yang
terkenal. Berbagai golongan masyarakat dari tanah Jawa pun banyak pula
yang menjadi pengajar Al Qur'an dan kitab-kitab islam berbahasa Arab
Jawi disana. Beberapa kitab Arab Jawi sampai saat ini masih diajarkan di
beberapa sekolah muslim dan pesantren di Thailand Selatan. Provinsi
Pattani di bagian selatan Thailand yang disebutkan, dihuni oleh mayoritas
muslim yang jumlahnya mencapai angka 80%. Sebagian kecilnya lagi,
muslim bermukim Thailand Tengah dan Utara. Muslim yang bermukim di
Thailand Selatan, disebut muslim Melayu, sedangkan yang bermukim di
Thailand Tengah dan Utara disebut muslim Thai. Populasi muslim Thai
jauh lebih 3 majemuk daripada penduduk muslim Melayu di Thailand.

4
Chapakia, Ahmad Omar, Politik Thai dan Masyarakat Islam di Selatan Thailand,
(Kedah:Pustaka Darussalam, 1996), h.6.

11
Muslim Thai mencakup keturunan muslim Iran, Champa, Indonesia, India,
Pakistan, China, dan Melayu yang bermukim di daerah-daerah yang
didominasi oleh pemeluk Budha Thai di Thailand Tengah dan Utara.
Meskipun mereka sadar akan warisan etnis mereka yang berbeda dan
mempertahankan tradisi keagamaan mereka sendiri, mayoritas orang
muslim disana berbicara dalam bahasa Thai dan telah berasimilasi dengan
masyarakat Thai kebanyakan.5
Adapun pendapat lain bahwa perkembangan Islam di Thailand melalui
beberapa proses, yaitu:
1) Melalui proses perdagangan
Perkembangan Islam di Patani melalui perdagangan yang dilakukan
oleh pedagang-pedagang Islam yang saat itu berkunjung kenegara-
negara yang sudah bekerjasama. Pertama-tama para pedagang Islam ini
biasanya datang kepemukiman warga yang dekat dengan pelabuhan.
Disela-sela waktu senggang para pedagang ini mereka menceritakan
perihal ihwal kepada masyarakat sekitar dimana tempat mereka
berdagang. Dari waktu kewaktu masyarakat sekitar dapat menerima
agama Islam dan penganutnya semakin bertambah. Meskipun pada saat
itu penyebaran Islam belum merata, hanya beberapa daerah saja di
Patani. Namun, diterima baiknya Islam ini menambah semangat para
penyebar Islam untuk terus memperkenalkan Islam kedaerah-daerah
yang belum terjamah.

2) Melalui proses struktur sosial


Perkembangan Islam pada saat itu dimulai dari golongan teratas,
seperti para raja dan para menteri-menterinya. Dari sinilah dimulai
penyebaran secara bertahap dan bersetuktur, dari mulai raja-raja, para
bangsawan, ulama dan sebagainya. Dengan cara seperti ini rakyat-rakyat

5
Sanuardi, Islam Di Thailand, (Tasmuh: Jurnal Studi Islam, 2018), Volume 10, h. 383.

12
biasa yang cenderung bekerja sebagai pelayan istana, petani, dan
pelayan akan dengan sendirinya akan mengikuti jejak para raja dan
bangsawan maupun para ulama. Dari kontak-kontak sosial seperti inilah
selanjutnya menyebar kepada yang lainnya, seperti keluarga, kerabat,
tetangga, teman dekat, dan yang lainnya sampai batas pulau sekalipun.
Dengan cara seperti inilah penyebar Islam semakin efektif dan
bertambah pengikutnya di Asia Tenggara.

3) Melalui proses pengajaran


Selain dengan proses berdagang dan melalui struktur sosial
masyarakat, Islam juga berkembang dengan cara pengajian atau
pengajaran, yaitu dengan membuka lembaga-lembaga pendidikan
keagamaan yang selanjutnya berubah menjadi pesantren atau pondok.
Dengan telaten para pendakwah memberi pengajaran yang dimulai dari
mengajarkan rukun Islam, rukun Iman, baca tulis Al-quran bahkan
sampai mengajarkan hadis-hadis yang berkaitan langsung dengan
kehidupan masyarakat. Pengajaran yang diberikan pada saat itu tidak
terlalu muluk-muluk karna disesuaikan dengan alam pemikiran mereka
yang masih awam terhadap agama Islam. Tidak jarang juga pada saat itu
banyak pengajar yang diperlakukan tidak baik 8 oleh murid-muridnya.
Namun, berkat keuletan dan kerja keras para pengajar, secara perlahan-
lahan semua materi pengajaran dapat disampaikan dan dipahami,
sehingga menimbulkan semangat dalam mengikuti pengajian-pengajian
yang disampaikan oleh para pendakwah. Dengan pesatnya penyebaran
Islam ini maka para pendakwah pada saat itu mulai berjuang mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan dan mulai memproses pengkaderan supaya
Islam dapat tersebar secara luas dan merata kenegara-negara yang lain.6

6
Muzakkir. Dinamika Perjuangan Muslim Patani, (Bandung: Cita Pustaka, 2007), hal. 15-17.

13
4) Dakwah Islam
Dakwah Islam yang senantiasa di seluruh penjuru dunia. Islam
adalah agama yang tidak mengenal batas dan sekat-sekat nasionalisme.
Pun di sebuah negeri yang mayoritas penduduknya bukanlah pemeluk
agama Islam Thailand. Thailand dikenal sebagai negara yang pandai
menjual potensi pariwisata sekaligus sebagai salah satau negara agraris
yang cukup maju di Asia Tenggara. Mayoritas penduduk Thailand
adalah bangsa Siam, Tionghoa dan sebagian kecil bangsa Melayu.
Jumlah kaum muslim di Thailand memang tidak lebih dari 10% dari
total 65 juta penduduk, namun Islam menjadi agama mayoritas kedua
setelah Budha.
Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian
selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan
sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah
Pattani. Kultur melayu sangat terasa di daerah selatan Thailand,
khususnya daerah teluk Andaman dan beberapa daerah yang berbatasan
langsung dengan Malaysia. Bahkan beberapa nama daerag berasal dari
bahasa Melayu, seperti Phuket yang berasal dari kata bukit dan Trang
yang berasal dari kata terang.7

5) Dalam Perkembangan Islam di Thailand dibidang Pendidikan


Pendidikan yang digalakkan oleh pemerintah Kerajaan Thailand
tergolong bersifat deskriminatif terhadap Islam. Pada tahun 1923 M,
beberapa Madrasah Islam yang dianggap ekstrim ditutup, dalam
sekolah-sekolah Islam harus diajarkan pendidikan kebangsaan dan
pendidikan etika bangsa yang diambil dari inti sari ajaran Budha. Pada
saat-saat tertentu anak-anak sekolah pun harus menyanyikan lagu-lagu

7
Mania, Perkembangan Sosial Islam di Thailand, (Al Ma' arief: Jurnal Pendidikan Sosial dan
Budaya, Uin Alauddin Makassar, Vol.1, No.1, 2019), h. 49-53.

14
bernafaskan Budha dan kepada guru harus menyembah dengan sembah
Budha. Kementrian pendidikan memutar balik sejarah, dikatakannya
bahwa orang Islam itulah yang jahat ingin menentang pemerintahan
shah di Siam dan menjatuhkan raja. Dampak yang menonjol dari
perkembangan yang berorientasi ke dalam hal ini. Misalnya, pada tahun
1966, sekitar 60% anak-anak di Pattani tidak dapat berbicara bahasa
nasional. Hal itu berkaitan dengan banyaknya orang tua Muslim yang
lebih senang mengirimkan anak-anaknya ke sekolah agama.
Strategi yang perlu dibangun masyarakat muslim di Thailand
Selatan pada saat ini adalah memajukan pendidikan, mendukung
pembangunan nasional, dan menjaga stabilitas local. Namun, sampai
saat inipun masyarakat muslim Pattani Thailand menghadapi
diskriminasi komplek dan teror yang berlarut-larut. Sehingga kehidupan
sosial maupun politik menjadi sangat terbatas. Akhirnya pemerintah
Thailand juga belum mampu memberi pendidikan merata terhadap kaum
muslim. Tekanan berbasis keamanan selalu mengancam mereka.
Kesenjangan ini menurunkan nasionalisme mesyarakat di luar mayoritas
Thai-Budha.8
Perkembangan islam di Thailand semakin pesat saat beberapa
pekerja muslim dari Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada
akhir abad ke-19. Saat itu mereka membantu kerajaan Thailand untuk
membangun beberapa kanal dan sistem perairan di Krung Theyp
Mahanakhon (yang sekarang dikenal sebagai Propinsi Bangkok).
Beberapa keluarga muslim bahkan mampu menggalang dana dan
mendirikan masjid untuk sarana ibadah masyarakat muslim di Thailand.
Masjid tersebut bernama Masjid Jawa yang didirikan pada tahun 1949
oleh warga Indonesia dan komunitas muslim asli Thailand. Tanah

8
Mania, Perkembangan Sosial Islam di Thailand, (Al Ma' arief: Jurnal Pendidikan Sosial dan Budaya,
Uin Alauddin Makassar, Vol.1, No.1, 2019), h. 49.

15
masjid tersebut merupakan hasil wakaf dari Almarhum Haji Muhammad
Saleh, seorang warga Indonesia yang berasal dari Jawa. Pemerintah juga
membolehkan warga muslim Thailand menyelenggarakan pendidikan
Islam. Kesempatan ini tidak dilewatkan begitu saja oleh umat Islam
Thailand untuk mengembangkan pendidikan Islam di Thailand.
Proses pendidikan Islam di Thailand sudah mengalami banyak
perkembangan dan kemajuan. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan-kegiatan
yang diadakan oleh beberapa lembaga Islam, seperti pengajian bapak-
bapak dan ibu-ibu, TPA/TKA dan kajian mingguan mahasiswa.
Masyarakat dan pelajar muslim Indonesia juga dapat mengadakan
silaturrahim bulanan dalam forum pengajian Ngaji Khun, yang
dilaksanakan di berbagai wilayah di Thailand. Pemerintah Thailand juga
membantu penerjemahan al-Quran ke dalam bahasa Thai, serta
membolehkan warga muslim mendirikan masjid dan sekolah muslim.
Kurang lebih tercatat lebih dari 2000 masjid dan 200 sekolah muslim di
Thailand. Selain itu pemerintah Thailand selama 10 tahun terakhir ini
memberikan pelayanan ibadah haji dan umrah gratis bagi umat Islam
yang tinggal di Thailand. pihak pemerintah Thailand telah menyiapkan
penerbangan langsung dari bandara di Narathiwat sehingga tidak perlu
lagi ke bandara di Bangkok atau bandara Hat Yai.

6) Sarana Prasarana dan tempat ibadah


Dan seiring berkembangnya Islam di Thailand negara ini, Thailand
pun juga berfokus pada pariwisata halal nya, dalam menunjang aktivitas
orang muslim Thailand atau pun wisatawan muslim mancanegara.
Thailand sendiri memiliki banyak tempat dengan berbagai fasilitas
pelayanan yang ramah Muslim (Muslimfriendly services). Sebagai
contoh, negara ini memiliki 3.600 masjid dan pusat perbelanjaan yang
menyediakan ruang ibadah bagi umat Islam. Terdapat banyak restoran

16
halal yang terdaftar dalam aplikasi ramah Muslims (Muslim-friendly
app)dan buku panduan bagi wisatawan Muslim.
Selain itu berbagai fasilitas disediakan untuk memikat para
wisatawan Muslims, seperti Muslim-friendly hotels yang menyediakan
pilihan makanan halal, ruang sholat dan arah kiblat, Muslim-friendly
space yang memisahkan antara laki-laki dan perempuan, Muslim-
friendly beach resorts, Muslim-friendly medical facilities dan Muslim-
friendly airports.
Mengingat bahwa masjid sangat penting bagi umat islam sebagai
tempat beribadah, sebagai tempat menuntut ilmu didalam nya,atau
bahkan sebagai tempat silaturahmi antar umat Islam, berikut beberapa
masjid bersejarah di Thailand.
1. Masjid Wadi Al Hussein
Masjid Wadi Al Hussein atau lebih dikenal dengan nama Masjid
Telok. Masjid Telok Manok dibangun pada abad ke-18 pada masa
Kerajaan Melayu Pattani, kerajaan Islam yang terletak tidak jauh
dari provinsi Narathiwat, hingga kini menawarkan populasi
wilayahnya yang memiliki akar tradisi Islam dan melayu yang
sangat kuat. Dimana saat ini usia masjid ini sudah mencapai kurang
lebih sekitar 300 tahun berdirinya. Penamaan masjid ini sendiri
diambil dari nama orang yang pertama kali membangun masjid ini
5 yaitu Wadi Al Hussein, beliau seorang alim ulama Narathiwat,
dan sekarang masjid ini di urus oleh generasi ketujuh nya yaitu
Ramli Talokding yang merupakan imam masjid Wadi Al Hussein
ini. Arsitektur masjid ini bisa dikatakan jauh dari kata megah dan
terkesan sangat sederhana. Bangunannya pun mirip rumah
panggung dan sekitar 99 persen seluruhnya terbuat dari kayu.
Bangunan masjid ini Arsitekturnya menggunakan kayu yang orang
Melayu sebut kayu Cengah. Di masjid ini ada perpaduan budaya
Melayu dan Cina (di segi arsitektur masjid). Budaya Melayu terlihat

17
pada ukiran bunga yang ada di ujung-ujung atap dan budaya Cina
terlihat pada atap masjid. Selain itu dalam Arsitekturnya juga
terdapat falsafah-falsafah seperti dibangun rendah karena apabila
berdiri saat mengerjakan sholat pandangan tidak ke luar, sehingga
sholat pun bisa khusyuk. Kemudian saat kita duduk terasa angin
terus masuk. Dan masjid ini bisa menapung 400 jamaah.
2. Masjid Jawa
Masjid Jawa di Thailand terletak di Soi Charoen, Rat 1 Yaek 9,
Sathorn, Bangkok, Thailand. Masjid ini di beri nama jawa karena
pendiri nya orang Jawa di atas tanah wakafnya yaitu milik Haji
Muhammad Saleh. Masjid ini didirika di Bangkok pada Juni-
September pada masa Rathanakosin (periode Rama V) bulan
Muharam 1326 hijriah. Pada kalender Masehi, masjid ini berdiri
tahun 1906. Masjid Jawa ini memiliki arstektur yang khas dari
Jawa. Masjid ini bentuknya sama dengan masjid-masjid yang ada di
Tanah Jawa, yaitu bentuk atapnya. Atapnya berupa limas berundak
tiga yang serupa dengan masjidmasjid tua di Indonesia. Jika dilihat
dari dekat, masjid ini memang memiliki kemiripan dengan Masjid
Agung Kauman di Yogyakarta, tetapi versi lebih kecil. Secara
keseluruhan, masjid ini didominasi oleh warna hijau muda.
Sementara itu, bangunan utama masjid berbentuk segi empat
dengan ukuran 12 x 12 meter dengan saka guru (empat pilar di
tengah masjid yang digunakan sebagai penyanggah). Masjid ini
memiliki empat pintu kayu. Di bagian depan mihrab, ada mimbar
kayu yang dilengkapi tangga. Kanan kirinya diapit dua 6 buah jam
lonceng yang juga terbuat dari kayu. Di luar bangunan utama
masjid yang luas itu, masih ada ruangan khusus berbenuk rumah
panggung yang biasanya digunakan untuk mengaji dan ruang kelas
untuk warga Indonesia dari Jawa mempelajari bahasa Jawa dan

18
bahasa Indonesia. Sementara itu, di seberang masjid terdapat
pemakaman Islam. Masjid ini sangat ramai saat masuk jam salat.
3. Masjid Tonson
Masjid Tonson atau Tonson Mosque terletak di daerah Yai,
Bangkok, Thailand. Bisa dikatakan bahwa masjid ini merupakan
masjid pertama di Bangkok. Masjid ini didirikan tahun 1688 pada
masa pemerintahan Raja Narai dari Kerajaan Ayutthaya atau Siam
Thailand. Jika dihitung hingga tahun 2020, masjid ini sudah berusia
sangat tua, yaitu mencapai 332 tahun. Meskipun sudah tua,
bangunan masjid ini masih dipertahanan sehingga masih bagus
sampai sekarang. Awalnya, bangunan Masjid Tonson memiliki
bentuk yang menyerupai wihara Buddha. Secara keseluruhan,
bangunan masjid menggunakan kayu jati. Namun, pada tahun 1952,
masjid ini direnovasi sehingga memiliki bentuk bangunan yang
modern. Kubah mini berbentuk oval dengan cat hijau dipasang di
atas masjid agar masjid memiliki bentuknya yang lazimnya sebagai
masjid. Arsitekturnya yang khas Thailand juga masih dipertahankan
agar warisan budaya setempat masih tertinggal. Dinding masjid
juga dihiasi dengan relief daun atau motif flora. Bagian bawah
masjid juga menggunakan desain lengkungan-lengkungan setengah
lingkaran yang mendominasi. Lengkungan-lengkungan ini dibentuk
dengan pola dua dimensi sehingga terlihat berlapis dua. Pintu
utamanya berbahan baku kayu jati, begitu juga jendelanya. Hal itu
membuat masjid ini semakin khas dengan budaya setempat. Warna
yang digunakan untuk mengecat dinding masjid ini bukan warna
buatan seperti yang biasa digunakan untuk mengecat bangunan lain.
Warna masjid ini berasal dari warna batu pualam yang digunakan
sebagai bahan dasar untuk melapisi dinding masjid. Warna dasar ini
membuatnya terlihat semakin elegan, klasik, dan memikat. Dengan
hal itu, masjid ini pun mendapat julukan sebagai masjid dengan

19
tampilan khas Islam tradisional, cerminan seni, dan budaya
Thailand. Di dalam masjid, terdapat mimbar dan mihrab dengan
gambar kaligrafi Arab, gambar Ka’bah dan Masjid Nabawi Makkah
dalam ukuran besar. Mimbar dan mihrab ini akan semakin indah
tampilannya ketika lampu dinyalakan. Cahaya biru akan memendar
keluar dari dalam masjid. Selain mimbar dan mihrab, bagian langit-
langit masjid juga sangat bagus karena bangunan langit-langit
menggunakan eternity berbahan dasar kapur yang dipadu dengan
lempengan kayu jati. Lempengan itu memiliki motif bintang
sehingga semakin menawan. Eternit yang digunakan juga bermotif
bintang. Kemudian, lempengan kayu jati yang berwarna coklat itu
juga digunakan untuk anak tangga menuju lantai dua. Di lantai dua,
semua bagian masjid menggunaka granit, baik dindingnya maupun
lantai dasarnya. Granit inilah yang membuat Masjid Tomson
semakin memukau saat lampu dinyalakan.9

2.4 Hubungan Islam dan Negara di Thailand


Umat Islam di Thailand tidak seberuntung seperti Umat Islam di
Malaysia yang mana hampir semua sarana da’wah seperti masjid-masjid
disediakan oleh pemerintah Malaysia. Demikian pula dengan Imam,
Khotib, Bilal, dan penguruspengurus masjid digaji langsung oleh
pemerintah. Sarana media seperti TV maupun radio di Malaysia diberikan
waktu tiap malam untuk da’wah Islam. Kawasan Thailand bagian selatan
yang merupakan basis masyarakat melayumuslim adalah daerah konflik
agama dan persengketaan wilayah dengan latar belakang ras dan agama
yang berkepanjangan. Konflik Thailand selatan terjadi sejak diserahkannya
wilayah utara Melayu oleh pemerintah colonial Inggris kepada kerajaan

9
Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2014), h. 223

20
Siam. Saat itu dibuatlah Traktat Anglo-Siam yang menabut hak-hak dan
martabat Muslim Pattani. Akibatnya, muncul aksi-aksi perlawanan dan
ditanggap pemerintah pusat sebagai separatisme, hingga diberlakukan
darurat militer di wilayah tersebut. Di beberapa kota pelabuhan, Islam
bukanlah agama bagi komunitas perkampungan melainkan agama para
individu yang mobil yang menyatu dalam jaringan asosiasi internasional.
Dari Singapura pembaharuan Islam menyebar ke seluruh Asia Tenggara
melalui perdagangan, haji, dan melalui gerakan pelajar, guru dan sufi.
Sudah pada tempatnya dunia Islam segera meyampaikan appeal kepada
pemerintah supaya elindng, menyelamatkan Ummat Islam dan memberikan
persamaan hak di segala bidang kepada mereka, termasuk hak-hak untuk
beribadah dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam, hak yang sama dengan
hak-hak yang dmiliki penduduk yang beragama Budha.
Perlulah kita membatasi definisi atau pengertian tentang minoritas
muslim, karena terdapat sejumlah pertimbangan dalam masalah ini, dengan
pengertian bahwa Negara yang jumlah penduduk kaum musliminnya lebih
dari setengah jumlah penduduk, itu tergolong Negara Islam. Akan tetapi
apabila jumlah kaum musliminnya kurang dari setengah jumlah penduduk,
maka digolongkan (minoritas) masuk ke dalam Negara yang bukan Islam.
Negara bukan Islam yang berjulukan Negara Gajah Putih, tercatat
minoritas kaum Muslim yang berjumlah sekitar 5% atau 1,5 juta jiwa dari
penduduk Thailand, Mayoritas Muslim tinggal di wilayah selatan
khususnya Pattani, Yala, dan marathiwat. Mereka kerap terdiskriminasi
dalam segala sektor kehidupan. Pada saat ini mayoritas penduduk Thailand
yang beragama Budha sekitar 80%. Daerah-daerah tersebut awalnya
merupakan bagian dari sebuah kerajaan Melayu Islam Pattani Darusalam.
Daerah yang sekarang disebut Thailand selatan pada masa dahulu berupa
kesultanan-kesultanan yang merdeka dan berdaulat, diantara kesultanan
yang terbesar adalah Patani. Thailand sebelumnya bernama Siam yang
kemudian pada tahun 1939 M, Nama Siam diganti dengan Muangthai.

21
Derita yang dialami masyarakat muslim di Thailand Selatan yang
sebagai minoritas ini adalah akibat dari pembatasan ruang gerak mereka
untuk memperoleh hakhaknya dalam bidang ekonomi, politik, dan
keagamaan. Juga karena problematika klasik yang telah berlangsung lama
yang menyalahi keyakinan dan nilai-nilai keislamannya. Minoritas ini
menuntut pemisahan diri dan kemerdekaan seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya, bahwa perdamaian Aceh (Gerakan Aceh Merdeka) menjadi
model upaya perdamaian dan rekonsiliasi di Thailand Selatan.
Dalam tatanan sosial, muslimin Thailand mendapatkan julukan yang
kurang enak untuk didengar. Yaitu Kheik atau khaek yang berarti orang
luar, yang secara harfiah berarti pendatang atau orang yang datang
menumpang. Dalam bahasa Thai, istilah ini juga selama berabad-abad
sudah dikenal untuk menyebut kaum pendatang berkulit hitam dari daerah
Melayu dan Asia Selatan, orang-orang Thai-Islam menolak sebutan ini dan
menyatakan bahwa kedatangan mereka (khususnya di kawasan Thailand
Selatan), jauh lebih awal daripada kedatangan orang-orang Budha
Thailand. Hingga istilah Thai-Islam dibuat pada 1940-an. Akan tetapi
istilah ini menimblkan kontradiksi karena istilah Thai merupakan sinonim
dari kata Budhasedangkan Islam identik dengan kaum muslim melayu pada
waktu itu. Jadi bagaimana mungkin seseorang menjadi budha dan muslim
pada satu waktu? Maka dari itu kaum muslim melayu lebih suka dipanggil
Malay-Islam.
Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antar kerajaan Thai dengan
masyarakat melayu-muslim tampak membaik. Putra mahkota kerajaan
sering berkunjung ke propinsi-propinsi yang berbatasan dengan Malaysia
itu. Pembangunan jalan dan gedung-gedung sekolah menandai adanya
perhatian yang serius dari pihak kerajaan. Dan yang tak kalah pentingnya
bagi melayu muslim adalah bahwa sejak tahu 1990-an mereka mulai
mendapat kebebasan dalam menjalankan syari’at islam. Namun keinginan

22
untuk memberlakukan hokum islam diwilayah mereka itu tetap terus
mereka perjuangkan.
Hubungan pemerintah dan melayu-muslim yang mulai membaik ini
tak dapat dipisahkan dari semakin segarnya angin demokrasi yang bertiup
dinegara-negara sedang berkembang termasuk Thailand. Seperti
dikemukakan Abdul Rozak, seorang tokoh patani, bahwa perubahan sikap
pemerintah Thailand itu agaknya lebih karena tekanan internasional
sehubungan dengan sedang menghangatnya isu Hak Asasi Manusia
(HAM). Akan tetapi, meski pemerintah mencoba memperbaiki
hubungannya dengan melayu-muslim, mereka masih belum bisa
menghilangkan trauma masa lalunya, terutama kalangan generasi tua.
“kami masih ingat beberapa tahun yang lalu untuk pakai kopiah dan sarung
saja tidak diperbolehkan. Sehari-hari pun kami diharuskan menggunakan
bahasa thai”, ujar seorang bapak di Narathifat mengenag pahitnya masa
lalu. Kuatnya kesadaran akan masa lalu yang pahit, ditambah oleh
kenyataan masih adanya “kaki tangan kerajaan yang menganggap umat
islam di kawasan selatan Thai seperti api dalam sekam” membuat melayu-
muslim ini tetap menjaga jarak dengan pemerintah Thailand.
Hal ini antara lain terindikasi dari cara mereka yang menjaga
kemandirian financial lembaga pendidikan tradisional pesantren. Dengan
menolak menerima bantuan pemerintah mereka bisa terbebas dari sikap
pemerintah untuk mendikte mereka.
Konflik di Thailand Selatan sangat kental dengan nilai-nilai gama.
Mereka melihat konflik ini adalah pertarungan antara Muslim Melayu dan
Buddis Thai. Kata ‘Muslim’ dan ‘Buddhis’ mengarahkan pada kuatnya
pengaruh agama dalam masingmasing masyarakat. Apabila dilihat lebih
dekat, identitas Muslim Melayu di Selatan memang sangat kuat.
Masyarakat khususnya di tiga provinsi: Pattani, Yala, dan Narathiwat
memiliki identitas keislaman dan keMelayuan yang tidak bisa dipisahkan.

23
Masyarakat lebih welcome dengan orang Melayu dari pada dengan etnis
lain, terutama Thai.
Penggunaan bahasa melayu menurut statistik nasional Thailand juga
sangat kuat di tiga provinsi ini, di atas 70%, dibandingkan provinsi lain di
Selatan: Satun dan Songkhla. Tetapi bahasa melayu ‘dilarang’ digunakan
sebagai bahasa resmi di perkantoran, lembaga pendidikan pemerintah, dan
tempat atau acara resmi lainnya. Larangan ini tidak menyurutkan
masyarakat untuk menggunakan bahasa Melayu, karenabahasa ini memberi
spirit identitas mereka, yang berbeda dengan mayoritas warga Thailand,
yang berbahasa Thai dan Buddha.
Dalam tiga tahun terakhir, lebih dari 200 orang meninggal berkaitan
dengan konflik di Thailand Selatan. Korban lebih banyak ditembak dan
dibom oleh kelompok yang tidak dikenal, juga oleh pendekatan militer dan
polisi terhadap muslim. Pada April 2004, 30 pemuda Muslim ditembak
oleh tentara di Masjid Krue Se. Masjid ini sangat bersejarah karena
didirikan pada abad 15, masjid tertua di Thailand. Satu periode dengan
masa kejayaan Islam pada Khalifah Abbasiyah.
Peristiwa kedua adalah pada Oktober 2004, sekitar 175 Muslim Takbai
meninggal di perjalanan, setelah mereka demonstrasi kepada pemerintah
dan dimasukkan dalam truk dalam kondisi terikat tangan di belakang. Dua
peristiwa ini sangat membekas dihati Muslim, dan banyak pemuda dan
masyarakat Muslim semakin meningkatkan penyerangan terhadap berbagai
organ pemerintah maupun masyarakat Buddha. Reaksi Musli Selatan ini
direspon negative oleh pemerintah, dengan tetap memberlakukan darurat
militer di kelima provinsi ini.
Peristiwa Takbai yang menewaskan Muslim sekitar 200 orang
menimbulkan reaksi pa;ing keras dari milisi Muslim, yang kemudian
membalas dengan penembakan dan pemboman misterius yang
menargetkan korban tentara, polisi, pegawai pemerintah Thai, etnis China
dan pendeta Buddha. Hampir setiap bulan sejak peristiwa 2004, terjadi

24
korban dipihak tentara atau Buddha. Kerusuhan ini sempat menjadi
perhatian Amerika Serikat yang menawarkan bantuan keamanan untuk
mengatasi ‘gerilyawan’ dari Selatan.
Pada bulan Februari 2004, Organisasi Konferensi Islam (OKI) minta
pemerintah Thailand untuk mengakhiri tindak kekerasan terhadap warga
Muslim di wilayah selatan Thailand. Seruan ini menjadi salah satu point
dalam pernyataan hasil pertemuan di Jeddah antara Sekretaris Jendral OKI
Prof. Ekmeleddin Ihsanoglu dan Perdana Mnteri Malaysia Abdullah
Badawi, yang mengetuai Konferensi Tingkat Tinggi Islam ke-10.
Prof. Ihsanoglu mengungkapkan rasa ketidakpuasannya, karena tindak
kekerasan terhadap warga Muslim di Thailand masih terus terjadi
meskipun OKI dan dunia internasional sudah mendesak pemerintah
Thailand untuk segera mengakhirinya. Sekjen OKI itu kembali
mengingatkan Thailand pentingnya menegakkan keadilan dan investigasi
atas kasus-kasus kekerasan terhadap warga Muslim. Ihsanoglu juga
menekankan agar pemerintah Thailand tidak bersikap diskriminasi dalam
hal pembangunan ekonomi dan sosial di wilayah selatan Thailand yang
mayoritas penduduknya beragama Islam.
Upaya rekonsiliasi telah dilakukan oleh pemerintah pusat dalam lima
tahun terakhir, dengan terbentuknya Komisi Rekonsiliasi Nasional yang
mengantarkan dan memediasi perdamaian di Selatan. Kuatnya peran
tentara di Thailand, membuat banyak rekomendasi komisi tidak bisa
dijalankan. Pendidikan, pekerjaan dan fasilitas pemerintah lainnya tetap
saja tidak leluasa dinikmati bagi Muslim Melayu. Persyaratan pemakaian
ketat bahasa nasional Thai dan sikap yang mencerminkan nasionalisme pro
kebijakan pusat menjadi penghambat rekonsiliasi yang telah dilakukan baik
oleh lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, dan komisi
rekonsiliasi. Kehadiran masyarakat inetrnasional, antara lain Nahdlatul
Ulama yang menjembatani ulama di Thailand Selatan dan pemerintah
kerajaan Thailand akan banyak membuahkan hasil jika pemerintah pusat

25
mengakomodasi gagasan dan harapan Muslim Melayu di Selatan, yaitu
penggunaan tradisi Muslim Melayu lebih terbuka, dan pengakuan
pemerintah pusat atas tradisi ini, khususnya di Pattani, Yala, dan
Narathiwat. Sementara itu, Partai Demokrat yang menekankan persatuan
kuat Negara Thailand tidak berbuat banyak dalam perdamaian di Selatan,
khususnya mendukung kepentingan Muslim. Kritik ini tentu penting
diperhatikan oleh pihak politisi, yang memainkan isu Selatan untuk
kepentingan mereka. Partai Thai Rak Thai yang dalam periode Thaksin
memenangi parlemen secara sengaja meniunggalkan Selatan dalam proses
pembangunan dan modernisasi Thailand secara umum. Bahkan
membiarkan kerusuhan di Selatan. Sejak tahun 2004, kekerasan di
Thailand Selatan yang mayoritas penduduknya beragama Islam telah
menewaskan 2.200 orang. Kerusuhan yang muncul di pelihara oleh
kelompok tertentu yang memiliki kepentingan. Di antara mereka adalah
aparat pemerintah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan, tumbuhnya sikap anti
pemerintah pusat yang dilakukan oleh Muslim di Selatan Thailand
diakibatkan banyak hal. Kesenjangan ekonomi menjadi kunci atas terus
berlangsungnya gerakan ‘separatisme’ atau dalam istilah David Brown
sebagai ‘separatime etnis’ atas dominasi kolonialisme internal Thailand.
Kesenjangan ini telah berlangsung puluhan tahun. Akibatnya, masyarakat
muslim yang mendapat tekanan politis dan keamanan dari pemerintah tidak
bisa berbuat banyak. Sebagian dari mereka secara diam-diam mendukung
gerakan anti pemerintah. Bahkan beberapa diantara mereka aktif terlibat
dalam aksi kekerasan.10

10
Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2014), h. 232-244.

26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Muslim di Thailand mempunyai sejarah tersendiri yang bisa dibilang tragis dan
berliku. Mulai dari abad ke-13 dimana Agama Islam menapakkan kakinya di
kerajaan Pattani dan kemudian menjadi mayoritas di wilayah tersebut. Masyarakat
muslim Thailand saat ini telah menjadi bagian integral dari keseluruhan
pemerintahan dan komunitas Thailand dari beberapa abad yang lalu. Secara historis,
kultur dan ekonomi, masyarakat minoritas muslim di Thailand selatan telah
mengalami peningkatan yang signifikan dari waktu ke waktu. Akan tetapi mereka
tetap berusaha menjadi bagian komunitas yang dipahami.
Hal itu berangkat daari background masyarakat muslim sendiri, yaitu
komunitas melayu Pattani yang dari awalnya berdiri sendiri dan kemudian dikuasai
oleh Siam atau Thailand. Dan saat ini, dimana modernisme merambah semua negara
dan Thailand menjadi negara demokrasi, muslim Thailand mulai dipandang positif
oleh komunitas yang lainnya. Hal ini memunculkan era baru antara muslim-
pemerintah yang memberikan ruang lebih luas bagi umat muslim Thailand
merambah dunia politik dan ekonomi. Hal ini tampak dari pertumbuhan masjid di
Thailand yang berkembang pesat; Bangkok 159 masjid, Krabi 144 masjid,
Narathiwat 447 masjid, Pattani 544 masjid, Yala 308 masjid, Songkhla 204 masjid,
Satun 147 masjid. Dan beberapa masjid di berbagai kota di thailand. Biarpun begitu,
minoritas muslim thailand masih jauh dari kelapangan dalam hidup. Karena mereka
tetap menjadi minoritas yang mendapatkan tekanan dan diskriminasi yang tak henti
henti.
Ketidakinginan masyarakat Melayu-Muslim untuk berasimilasi dengan
budayaThai disebabkan oleh kepercayaan mereka yang sangat kuat tentang asal-usul
mereka, baik secara historis maupun budaya, yang mempunyai hubungan dekat
dengan bangsaMelayu. Pengaruh Islam dan budaya Melayu yang kuat dari negara

27
Malaysia juga turutandil membentuk identitas yang demikian mengakar dalam
masyarakat di Selatan,terutama Pattani.
3.2 Saran
Dalam rangka menganalisis Sejarah Peradaban Islam di Thailand
tersebut, kepada para pemuda bangsa serta seluruh pihak yang membaca
makalah ini diharapkan memahami bagaimana proses sejarah tersebut.
Informasi sejarah ini menarik bagi generasi muda untuk diteliti dan
dipelajari, maka akan berdampak baik bagi negara kita Indonesia.

28
DAFTAR PUSTAKA

Chapakia, Ahmad Omar. 1996. Politik Thai dan Masyarakat Islam di Selatan
Thailand. Kedah: Pustaka Darussalam.
Helmiati. 2014. Sejarah Islam Asia Tenggara, Pekanbaru: Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau.
Mania 2019. Perkembangan Sosial Islam di Thailand. Al Ma' arief: Jurnal
Pendidikan Sosial dan Budaya, Uin Alauddin Makassar. Vol.1 No.1.
Muzakkir. 2007. Dinamika Perjuangan Muslim Patani. Bandung: Cita Pustaka
Sanuardi. 2018. Islam Di Thailand. Tasmuh: Jurnal Studi Islam. Volume 10.

29

Anda mungkin juga menyukai