Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

ISLAM DAN TAMADDUN MELAYU FINTA FAJAR FADILLAH,SH.,MH

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN DINAMIKA ISLAM DI THAILAND


(PATTANI) DAN MALAYSIA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

M. ALDO REZKI (12020211153)

MUTIA ARI KUSUMA ATI (12020221187)

KELAS A

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TA 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Alhamdulillahi Robbil‟Alamin, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam
karena atas segala karunia dan nikmatnya penulis dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “SEJARAH PERKEMBANGAN DAN
DINAMIKA ISLAM DI THAILAND (PATTANI) DAN MALAYSIA “ dalam rangka
untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Tamaddun Melayu yang di ampu oleh bapak
FINTA FAJAR FADILLAH,SH.,MH.

Meski telah disusun secara maksimal ,penulis sebagai manusia biasa menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dalam segi bentuk penyusunan maupun
materinya. Karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari
pembaca .

Demikianlah apa yang bisa penulis sampaikan ,semoga pembaca dapat mengambil
manfaatdari karya ini. Akhir kata Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Sekian dan terima kasih.

Pekanbaru, 28 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……......................................……………………………2

DAFTAR ISI……......................................…………………………. …………3

BAB I PENDAHULUAN……......................................………………..………4

1. Latar Belakang ……………………..……………………………………….4


2. Rumusan Masalah……........................................……………...……………5
3. Tujuan……...................................... ………… ……………….....................5
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………….………6
1. Sejarah Perkembangan dan Dinamika Islam di Thailand (Pattani)……..…..6
2. Sejarah Perkembangan dan Dinamika Islam di Malaysia ............................10

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………14

1. Kesimpulan ………………………………………………………………..14
2. Saran……………………………………………………………………….15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Masuknya Islam ke negara-negara Asia dimulai pada abad ke-7 hingga ke-16
melalui perdagangan yang dilakukan oleh pedagang-pedagang Muslim seperti Arab,
Persia, dan India di mana sebagian besar wilayah di Asia merupakan wilayah-wilayah yang
dilalui oleh lalu lintas perdagangan.perkembangan, Islam menyebar ke wilayah Asia
Tenggara lainnya khususnya ke Semenanjung Malaya. Islam tersebar ke wilayah di Asia
Tenggara termasuk Thailand dan Malaysia.
Thailand adalah sebuah Negara di wilayah Asia Tenggara yang berbentuk Monarki
Konstitusi (suatu pemerintahan yang didirikan di bawah sistem konstitusional yang
mengakui Raja, Ratu, atau Kaisar sebagai kepala negara). Islam masuk di Thailand
diperkirakan sekitar abad ke-10 atau ke-11 dibawa oleh pedagang Arab dan India. Islam
pernah berkuasa di wilayah Pattani sejak berdirinya Kerajaan Islam Patani abad ke-14.
Namun, sejak berada dalam kekuasaan Kerajaan Siam, hingga sekarang umat Islam
menjadi minoritas dan terdiskriminasi oleh pemerintahan Thailand. Muslim Thailand
sebagian besar tersebar di empat propinsi bagian selatan, yaitu Pattani, Yala, Narathiwat
dan Satun. Mereka kerap memperoleh problem dan kekerasan oleh pemerintah. Hingga
saat ini Muslim Thailand terus berjuang untuk memperoleh hak-haknya.
Thailand merupakan satu-satunya negara Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah
oleh negara Eropa. Meskipun demikian, Thailand tetap mendapat pengaruh dari negara-
negara Barat, sebab Thailand termasuk sekutu Amerika dan sejumlah negara Barat lainnya,
terutama dalam bidang perdagangan. Dalam aspek lain, Thailand merupakan Negara yang
penduduknya minoritas muslim karena mayoritas penduduk disana beragama budha.
Agama ini dianut oleh 95% masyarakat Thailand, selebihnya adalah Islam 4%, Kristen
0,6%,3 dan 0,4% agama-agama lain.

4
Tidak berbeda dengan Indonesia, penduduk Malaysia mayoritas adalah penganut
Islam. Jumlahnya mencapai lebih 60 persen dari total populasi yang sekitar 27 juta jiwa.
Islam pun menjiwai segenap aspek kehidupan. Islam di Malaysia diwakili oleh mazhab
Syafi'i dari teologi dan yurisprudensi Suni. Islam diperkenalkan oleh para pedagang yang
datang dari Arab, Tiongkok dan India. Corak Islam di Malaysia mengikuti tradisi suku
Melayu. Pakaian keagamaan menggunakan pakaian tradisional Melayu dengan abjad Jawi
sebagai aksara utama dalam pendidikan agama Islam di pesantren, madrasah dan pusat
kajian Islam. Islam menjadi agama mayoritas di Malaysia. Pada 2013, terdapat sekitar 19.5
juta penduduk Muslim, atau 61.3% dari keseluruhan penduduk Malaysia.[5] Berbagai hari
libur Islam seperti Maulid Nabi Muhammad ditetapkan sebagai hari libur nasional bersama
dengan Natal, Tahun Baru Imlek dan Deepawali.
DDengandemikian di makalah ini penulis akan membahas tentang sejarah
perkembangan dan Dinamika Islam di Thailand (Pattani) dan Malaysia.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan dan Dinamika Islam di Thailand (Pattani)?
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan dan Dinamika Islam di Malaysia?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan dan Dinamika Islam di Thailand
(Pattani)
2. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan dan Dinamika Islam di Malaysia

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Perkembangan dan Dinamika Islam di Thailand (Pattani)


1.1. Sejarah Masuknya Islam ke Thailand

Sejarah Islam di Thailand tidak terlepas dari perjalanan sejarah negara Thailand itu
sendiri. Thailand dahulu dikenal dengan nama “Siam”, kemudian berganti menjadi “Thai”.
Asal mula penamaan Thailand, dikaitkan dengan dengan sebuah kerajaan yang berumur
pendek, yakni Sukhothai yang didirikan pada tahun 1238. Kata akhir dari kerajaan tersebut,
yakni “Thai” yang berarti “bebas”, kemudian menjadi “Thailand” pada 1939. Sejak
berdirinya sampai sekarang, negara ini berbentuk kerajaan. Kepala negaranya adalah
Perdana Menteri yang dilantik oleh sang raja. Dalam sejarah diketahui bahwa Ayutthaya
sebagai raja Sukhothai pada abad XIII sangat mementingkan perdagangan. Jalur
perdagangan ini yang menjadi faktor-faktor dominan mendekatkan Islam kepada
Ayutthaya.

Saudagar-saudagar muslim yang dekat dengan raja memiliki pengaruh di Istana,


bahkan sebagian di antara mereka ada yang menjadi menteri. Berdasarkan pada data
sejarah ini, maka dapat dipastikan bahwa Islam mulai masuk di Thailand sejak abad ke-13
melalui jalur perdagangan. Dapat dipahami bahwa sejak datangnya Islam di Thailand, umat
muslim tidak hanya berperan sebagai pengontrol jalur perdagangan yang melintasi
semenanjung, namun juga mereka mampu memainkan peran siginifikan dalam bidang
administratif di seluruh kerajaan Sukhotai. Tentu saja, dengan peran seperti ini mereka juga
gunakan sebagai wahana dalam pengembangan dakwah Islam. Itulah sebabnya, sehingga
pada masa-masa berikutnya umat Islam mampu menguasai Thailand bagian selatan.

6
Salah satu wilayah bagian selatan Thailand yang dikuasai oleh Islam, adalah
Provinsi Pattani. Bahkan, dalam sejarah dikatakan bahwa Pattani merupakan salah satu
kerajaan Melayu Islam yang berada di bawah pengaruh Kerajaan Siam Sukhotai dan
Ayutthaya sampai pada tahun 1767. Provinsi Pattani di bagian selatan Thailand dihuni oleh
mayoritas muslim yang jumlahnya mencapai angka 80%. Sebagian kecilnya lagi, muslim
bermukim Thailand Tengah dan Utara. Muslim yang bermukim di Thailand Selatan,
disebut muslim Melayu, sedangkan yang bermukim di Thailand Tengah dan Utara disebut
muslim Thai. Populasi muslim Thai jauh lebih majemuk daripada penduduk muslim
Melayu di Thailand. Muslim Thai mencakup keturunan muslim Iran, Champa, Indonesia,
India, Pakistan, China, dan Melayu yang bermukim di daerah-daerah yang didominasi oleh
pemeluk Budha Thai di Thailand Tengah dan Utara. Meskipun mereka sadar akan warisan
etnis mereka yang berbeda dan mempertahankan tradisi keagamaan mereka sendiri,
mayoritas besar dari muslim ini berbicara dalam bahasa Thai dan telah berasimilasi dengan
masyarakat Thai kebanyakan. 1

1.2. Masyarakat Muslim Patani.

Dahulunya, Patani bukanlah bagian dari Thailand (Siam), melainkan daerah Islam
yang berkembang dan maju di Selatan Siam. Sepeninggalnya, raja digantikan oleh
putranya, Sultan Muzaffar Shah. Dia meneruskan dan memajukan negerinya. Tidak hanya
itu, Sultan Muzaffar Shah juga melakukan lawatan ke negara tetangga, termasuk Siam.
Tapi lawatan Sultan Muzzafar tidak di terima baik oleh Raja Siam. Karena kesombongan
Raja Siam, yang menganggap dirinya lebih terhormat, membuat Sultan Patani marah dan
merasa direndahkan. Sehingga dia dan adiknya mengerahkan pasukan dan menyerang
Siam yang ketika itu sedang diserang oleh Burma. Akhirnya, Siam jatuh ketangan Sultan
Muzaffar saat itu juga. Tak lama kemudian, Raja Patani meninggal dan digantikan oleh
adiknya. Sepeninggal adiknya, tahta diturunkan kepada putra Sultan Ismail Shah, yang
menimbulkan masalah pada kesultanan. Mulailah terjadi perpecahan di dalam istana yang
melibatkan keluarga raja juga putera-putera selir beliau.

1 Sanurdi, Islam Di Thailand, TASAMUH: JURNAL STUDI ISLAM, Volume 10, Nomor 2, September 2018,
hlm: 381-383

7
Puncak keemasan dan runtuhnya Patani mencapai puncak keemasanya dizaman
empat ratu yaitu; Ratu Hijau (1584-1616), Ratu Biru (1616-1624), Ratu Ungu (1624-1635),
dan Ratu Kuning (1635-1651). Pada masa ratu-ratu tersebut, Patani sangat makmur dan
kaya raya. Kekuasaannya pun meluas sehingga terkenal dengan sebutan Negeri Patani
Besar. Kejayaan ini berlangsung selama 67 tahun. Ketika Ratu Kuning meninggal pada
1651, kejayaan Patani berkurang dan terjadi kemerosotan secara politik, ekonomi dan
militer. Negeri Patani Besar meliputi; Kelantan, Terengganu, Patani Awal, Senggora dan
Pethalung, yang tadinya bersatu mulai memisahkan diri. Bersamaan dengan kemerosotan
ini, Siam bangkit dan berhasil mengusir Burma dari seluruh negeri. Patani ditaklukkan oleh
Siam pada tahun 1785. Sejak saat itulah patani berada di bawah pemerintahan Siam. Pada
tahun 1909, Patani resmi menjadi bagian dari Siam, yang kemudian mengganti nama
dengan Thailand sampai saat ini.

Kedudukan masyarakat Melayu Patani di Muang Thai (Thailand) berbeda dengan


masyarakat Thai-Budha yang dominan dan berkuasa di Muang Thai dalam berbagai aspek.
Aspek-aspek tersebut meliputi segi keagamaan, etnis, bahasa, budaya dan sejarah. Selain
itu, masyarakat Melayu Patani mempunyai persamaan dan hubungan akrab dari segi
agama, bangsa, budaya dan bahasa yang dominan di negara jiran Malaysia.Hal ini
menjadikan masyarakat Melayu Patani sebagai masyarakat yang sensitif dalam isu-isu
keagamaan dan kebudayaan di Muang Thai.

Ketika kerajaan Kesultanan Islam Melayu Patani Darussalam dihapuskan pada


tahun 1902 M., secara mutlak masyarakat Melayu Patani dalam keadaan sangat tertekan,
khususnya pada periode pemerintahan Jenderal Luang Pibul Songgram (1939-1944 M.)
dan Marshal Sarit Thanarath (1958-1963 M.), orang Melayu Patani menjadi mangsa dasar
program asimilasi nasionalisme dan kebudayaan. Bahkan sampai sekarangpun masyarakat
Melayu Patani masih menghadapi diskriminasi konflik keagamaan dan kebudayaan dan
aksi teror yang berlarut-larut, sehingga kehidupan social keagamaan, kebudayaan,
kependidikan, politik dan ekonomi orang Melayu

Patani sangat terbatas dan sempit. Sejak penaklukan yang dilakukan Kerajaan
Muang Thai terhadap wilayah-wilayah Melayu Patani lebih dari dua abad yang silam,
status keagamaan, kebudayaan, kependidikan, ekonomi dan politik masyarakat orang

8
Melayu Patani makin terdesak. Desakan-desakan tersebut telah mengakibatkan timbulnya
reaksi di kalangan orang Melayu Patani. Bagi orang Melayu Patani perubahan dalam sistem
pemerintahan ini merupakan penjajahan atas bangsa mereka. Dalam kasus golongan orang
Melayu Patani, bahwa faktor agama, bangsa, bahasa, budaya dan kesadaran akan suatu
identitas tersendiri telah dimobilisasi untuk mengkonsolidasikan solidaritas keislaman dan
kemelayuan dalam menahan upaya-upaya pengintegrasian dan pengasimilasian yang
dilakukan oleh Pemerintah Muang Thai. Strategi Pemerintah Muang Thai terhadap
masyarakat orang Melayu Patani dengan memberi keleluasan dan kelonggaran dalam
melaksanakan aktivitas keagamaan dan kebudayaan, telah memberi hasil dan kesan dalam
mendorong masyarakat Melayu Patani untuk bersikap pro dan terbuka terhadap
pemerintah. Pemerintah Muang Thai menyediakan bantuan dalam mengurus masalah yang
berkaitan dengan aktivitas keagamaan dan kebudayaan. Program ini disusun oleh
Pemerintah Muang Thai dalam rangka memberikan dukungan terhadap kegiatan
keagamaan dan kebudayaan. 2

1.3. Islam di Thailand

Di Muang Thai, orientasi dunia Islam dan Budha berbeda, sesuai dengan perjalanan hidup
mereka masing-masing. Keturunan Thai-Budha lebih dekat kepada negara Cina, India,
Jepang, dan Sri Langka, karena mereka penganut Budha Theravada, sementara masyarakat
muslim Melayu Patani lebih mendekati dunia Melayu Nusantara dari kebudayaan dan
peradaban Islam negara Arab. Dalam menelaah asal-usul keturunan muslim di Muang Thai
secara keseluruhan dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Kelompok keturunan dari Syeikh Ahmad dan Muhammad Sa'id dari Persia, yang
dikenal dengan Kheak Cou Sen (satu cabang Mazhab Syi'ah di Muang Thai), yang
menetap dan berdagang di Muang Thai sejak kerajaan dinasti Ayudya, pada abad ke-
13 M. Karena kontribusi mereka terhadap Kerajaan Muang Thai serta pelayanan
pribadinya kepada Raja, Syeikh Ahmad diberi jabatan penting dalam kerajaan dan
dianugrahi gelar Phra Ya Syeikh AhmadRatana Raja Setthi yang bertanggung jawab

2
Mr. Niaripen Wayeekao, Berislam dan Bernegara bagi Muslim Patani: Perspektif Politik Profetik, Jurnal
Agama dan Hak Azazi Manusi, Vol. 5, No. 2, Mei 2016, hlm: 361-362

9
dalam urusan dalam dan luar negeri. Inilah cikal bakal orang Islam di Muang Thai, dan
sekarang keturunan mereka tersebar di bagian tengah Muang Thai.
2. Kelompok mayoritas di bagian selatan adalah orang Islam Melayu (Provinsi Pattani,
Narathiwat, Yala, Satun, dan sebagian dari Songkla). Daerah Muang Thai bagian
selatan ini, merupakan basis masyarakat muslim Melayu adalah daerah konflik agama,
budaya dan persengketaan wilayah dengan latar belakang etnis, budaya dan agama
yang berkepanjangan. Wilayah bagian selatan merupakan daerah pusat muslim
Melayu, dari perbatasan Malaysia sampai kawasan Kho Kra (Segenting Kra
3. Kelompok yang terdapat di bagian utara, mereka adalah kelompok minoritas yang
dikenal sebagai orang Cina Ho, dan terdapat juga kelompok yang berasal dari ras India
atau Pathan, hanya sedikit yang beragama Islam dan Konghucu.

Konsep Melayu dalam bahasa lebih popular dikenal dengan istilah Thai Muslim
atau Thai Islam oleh pemerintah Muang Thai. Dalam Undang- undang Kenegaraan, tahun
1945 M., untuk pertama kalinya umat Islam di Muang Thai secara resmi menjadi rakyat
Thai yang menganut agama Islam (Prachachon Chau Thai Thi Nabtue Sasna Islam), hingga
istilah Thai-Muslim ini memicu kontradiksi antara Thai-Muslim dengan Thai-Budha,
karena istilah Thai dalam pemahaman masyarakat Islam merupakan sinonim dari kata
Budha, sedangkan kata Melayu identik dengan Islam pada waktu itu. 3

Ummat Islam di Thailand tidak seberuntung seperti Ummat Islam di Malaysia yang
mana hampir semua sarana da’wah seperti masjid-masjid disediakan oleh pemerintah
Malaysia. Demikian pula dengan Imam, Khotib, Bilal, dan pengurus-pengurus masjid
digaji langsung oleh pemerintah. Sarana media seperti TV maupun radio di Malaysia
diberikan waktu tiap malam untuk da’wah Islam. Kawasan Thailand bagian selatan yang
merupakan basis masyarakat melayu-muslim adalah daerah konflik agama dan
persengketaan wilayah dengan latar belakang ras dan agama yang berkepanjangan. Konflik
Thailand selatan terjadi sejak diserahkannya wilayah utara Melayu oleh pemerintah
colonial Inggris kepada kerajaan Siam. Saat itu dibuatlah Traktat Anglo-Siam yang
menabut hak-hak dan martabat Muslim Pattani. Akibatnya, muncul aksi-aksi perlawanan

3
Mr. Niaripen Wayeekao, Berislam dan Bernegara bagi Muslim Patani: Perspektif Politik Profetik, Jurnal
Agama dan Hak Azazi Manusi, Vol. 5, No. 2, Mei 2016, hlm: 359-360

10
dan ditanggap pemerintah pusat sebagai separatisme, hingga diberlakukan darurat militer
di wilayah tersebut. Di beberapa kota pelabuhan, Islam bukanlah agama bagi komunitas
perkampungan melainkan agama para individu yang mobil yang menyatu dalam jaringan
asosiasi internasional. Dari Singapura pembaharuan Islam menyebar ke seluruh Asia
Tenggara melalui perdagangan, haji, dan melalui gerakan pelajar, guru dan sufi. Sudah
pada tempatnya dunia Islam segera meyampaikan appeal kepada pemerintah supaya
elindng, menyelamatkan Ummat Islam dan memberikan persamaan hak di segala bidang
kepada mereka, termasuk hak-hak untuk beribadah dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam,
hak yang sama dengan hak-hak yang dmiliki penduduk yang beragama Budha. 4

2. Islam di Malaysia
A. Masuknya Islam ke Semenanjung Malaya.
Tidak adanya dokumen yang lengkap mengenai kedatangan Islam ke Malaysia
menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam pertama kali
menyebar di negara ini. Azmi misalnya, berpendapat bahwa Islam datang pertama kali ke
Malaysia sejak abad ke-7 M. Pendapatnya ini berdasarkan pada sebuah argumen bahwa
pada pertengahan abad tersebut, pedagang Arab Islam sudah sampai ke gugusan pulau-
pulau Melayu, di mana Malaysia secara geografis tidak dapat dipisahkan darinya. Para
pedagang Arab Muslim yang singgah di Pelabuhan dagang Indonesia pada paruh ketiga
abad tersebut, menurut Azmi, tentu juga singgah di pelabuhan-pelabuhan dagang di
Malaysia.5 Sejalan dengan pendapat Azmi, Abdullah dkk. Menegaskan:
Para pedagang ini singgah di pelabuhan-pelabuhan Sumatera untuk mendapatkan
barang-barang keperluan dan sementara menanti perubahan angin Mosun, ada di antara
mereka yang singgah di pelabuhan-pelabuhan Tanah Melayu seperti Kedah, Trengganu

4 Mania, Perkembangan Sosial Islam di Thailand, AL MA' ARIEF: JURNAL PENDIDIKAN SOSIAL DAN
BUDAYA, Vol 1 No 1 2019, hlm: 48-49
5. Wan Hussein Azmi, ‘Islam di Malaysia: Kedatangan dan Perkembangan (abad 7-20M)’, dalam Azizan bin

Abdul Razak, Tamadun Islam di Malaysia, Kuala Lumpur: Persatuan Sejarah Malaysia, 1980, hlm. 142.

11
dan Malaka. Oleh yang demikian bolehlah dikatakan bahwa Islam telah tiba di Tanah
Melayu pada abad ke- 7M.6
Pendapat ini, masih sangat meragukan karena hipotesis tersebut terlalu umum
dan masih dapat diperdebatkan. Hipotesis lain dikemukakan oleh Fatimi, bahwa Islam
datang pertama kali di sekitar abad ke-8 H (14 M). Ia berpegang pada penemuan Batu
Bersurat di Trengganu yang bertanggal 702H (1303M). Batu Bersurat itu ditulis dengan
aksara Arab. Pada sebuah sisinya, memuat pernyataan yang memerintahkan para penguasa
dan atur pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam dan ajaran Rasulullah.
Sisi lainnya memuat daftar singkat mengenai 10 aturan dan mereka yang melanggarnya
akan mendapat hukuman.7
Selain itu, Majul mengatakan bahwa Islam pertama tiba di Malaysia sekitar abad
ke-15 dan ke-16 M. Kedua pendapat ini, baik Fatimi maupun Majul, juga tidak dapat
diterima karena ada bukti yang lebih kuat yang menunjukkan bahwa Islam telah tiba jauh
sebelum itu yaitu pada abad ke-3 H (10 M). Pendapat terakhir ini didasarkan pada
penemuan batu nisan di Tanjung Inggris, Kedah pada tahun 1965. Pada batu nisan itu
tertulis nama Syeikh Abd al-Qadir ibn Husayn Syah yang meninggal pada tahun 291 H
(940 M). Menurut sejarawan, Syeik Abd al-Qadir adalah seorang da’i keturunan Persia.
Penemuan ini merupakan suatu bukti bahwa Islam telah datang ke Malaysia pada sekitar
abad ke-3 H (10M). 174 Baik Fatimi maupun Majul agaknya tidak mengetahui tentang
penemuan batu nisan di Tanjung Kedah ini dan tulisan tentangnya di majalah Mastika,
karena tulisan tersebut baru diterbitkan tahun 1965, sedangkan penelitian mereka masing-
masing dihasilkan tahun 1963 dan 1964. Tidak adanya konsensus dikalangan sarjana ini
bisa dimengerti. Bagaimanapun juga problem utama untuk mempelajari Islam di wilayah
ini dalam istilah Johns, adalah karena keragaman dan keluasan wilayah, di mana pada
kenyataannya tidak setiap wilayah atau masing-masing bagian dari wilayah itu sama-sama
bisa diketahui dengan baik, sehingga menimbulkan distorsi penekanan, anakronisme dan
ekstrapolasi yang tidak akurat. Sumber-sumber spekulasi lainnya adalah menyangkut cara
dan situasi di mana islamisasi di Semenanjung Melayu ini terjadi. Mengenai asal-usul

6. Hashim Abdullah dkk., Perspektif Islam di Malaysia, (Kuala Lumpur : Jabatan Pengajian Media
Universitas Malaya & Hizbi Sdn. Bhd, 1998), hlm. 2
7. S.Q. Fatimi, Islam Comes to Malaysia, Singapore: Sociology Research Institute, 1963, hlm. 60-69.

12
penyebaran, perdebatan akademis berpusat di Arabia dan India. Sebagaimana diketahui
secara umum, sebelum Islam datang ke Tanah Melayu, orang-orang Melayu adalah
penganut animisme, hinduisme dan budhisme. Namun demikian, sejak kedatangannya,
Islam secara berangsur-angsur mulai diyakini dan diterima sebagai agama baru oleh
masyarakat Melayu Nusantara.

B. Islam sebagai Identitas Melayu

Sejak periode paling awal di Malaysia, Islam telah mempunyai ikatan yang erat
dengan politik dan masyarakat Melayu. Islam bagi orang Melayu, bukan hanya sebatas
keyakinan, tetapi juga telah menjadi identitas mereka, dan menjadi dasar kebudayaan
Melayu. 8 Pakaian tradisional Melayu, misalnya telah disesuaikan dengan apa yang
dianjurkan oleh Islam. Berbaju kurung dan rok panjang bagi wanita yang disertai oleh tutup
kepala dengan maksud untuk menutup aurat. Pakaian laki-laki juga disesuaikan dengan
tuntutan ajaran Islam. Etika berumah tangga, bertetangga dan bermasyarakat juga
mengalami penyesuaian dengan ajaran Islam. Ini berarti bahwa adat, tradisi dan budaya
Melayu telah diwarnai oleh ajaran-ajaran Islam. Di sepanjang sejarah, hubungan yang
sangat erat antara Islam dengan kebudayaan dan identitas Melayu ini merupakan sesuatu
yang diterima secara umum. “Sejak membuang kepercayaan animisme dan memeluk Islam
selama masa kerajaan Malaka (abad XV), bangsa Melayu tak pernah berubah agama”. 9

Pengaruh Islam pun berakar dalam pada berbagai dimensi kehidupan Melayu.
Barangkali tak semua mereka itu Muslim yang taat; tapi kesetiaan, nilai-nilai, keyakinan
dan sentimen Islami, selalu hadir menembus kebudayaan Melayu serta sistem nilai dalam
berbagai tingkat kekentalan. Islam telah menjadi bagian yang menyatu dengan identitas
nasional, sejarah, hukum, entitas politik, dan kebudayaan Melayu. Oleh karena itu tidak
mengherankan bila Islam dianggap sebagai komponen utama budaya Melayu, dan sebagai
unsur utama identitas Melayu. Identifikasi Melayu dan Islam, di antaranya bisa dilekatkan
pada hakikat kepemimpinan politik Melayu tradisional (kesultanan), yang dipimpin oleh

8. Johns L. Esposito, hlm. 165; dan Fred R Von der Mehden, Islamic Resurgence in Malaysia, Dalam Jhon L
Esposito (ed), Islam and Development Religion and Socio-political Change, (Syracuse: Syracuse University Press,
1980), hlm. 164
9. S. Hussin Ali, Melayu: Masalah dan Masa Depannya, (Petaling Jaya: Heinemann Educational Books

(Asia) Ltd., 1981), hlm. 42.

13
sultan. “Sultan” adalah istilah yang digunakan untuk menyebut penguasa Muslim. Istilah
ini berasal dari bahasa Arab dan melambangkan kekuasaan Islam di negeri itu. Kitab
Undang-Undang Melaka bahkan menyebut sultan Malaka sebagai ”Khalifa al-mu’minin,
zill Allah fi al-alam” yang berarti Khalifah orang-orang beriman, bayang-bayang Allah di
muka bumi. Ini mengandung makna bahwa sultan bertanggung jawab langsung kepada
Tuhan untuk memelihara dan mengembangkan agama Islam. Karena itu, para sultan tidak
hanya punya peranan vital dalam pemapanan kesultanan sebagai institusi politik Muslim,
dan pembentukan serta pengembangan institusi-institusi muslim seperti pendidikan dan
peradilan agama, tetapi juga terlibat langsung dalam berbagai aktivitas keagamaan dan
kajian-kajian keislaman sehingga Islam terasa begitu mewarnai kebudayaan Melayu.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Salah satu wilayah bagian selatan Thailand yang dikuasai oleh Islam,
adalah Provinsi Pattani. Bahkan, dalam sejarah dikatakan bahwa Pattani merupakan
salah satu kerajaan Melayu Islam yang berada di bawah pengaruh Kerajaan Siam
Sukhotai dan Ayutthaya sampai pada tahun 1767. Provinsi Pattani di bagian selatan
Thailand dihuni oleh mayoritas muslim yang jumlahnya mencapai angka 80%.
Kedudukan masyarakat Melayu Patani di Muang Thai (Thailand) berbeda dengan
masyarakat Thai-Budha yang dominan dan berkuasa di Muang Thai dalam berbagai
aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi segi keagamaan, etnis, bahasa, budaya dan
sejarah. Selain itu, masyarakat Melayu Patani mempunyai persamaan dan
hubungan akrab dari segi agama, bangsa, budaya dan bahasa yang dominan di

14
negara jiran Malaysia.Hal ini menjadikan masyarakat Melayu Patani sebagai
masyarakat yang sensitif dalam isu-isu keagamaan dan kebudayaan di Muang Thai.

Sejak periode paling awal di Malaysia, Islam telah mempunyai ikatan yang
erat dengan politik dan masyarakat Melayu. Islam bagi orang Melayu, bukan hanya
sebatas keyakinan, tetapi juga telah menjadi identitas mereka, dan menjadi dasar
kebudayaan Melayu. Pengaruh Islam pun berakar dalam pada berbagai dimensi
kehidupan Melayu. Barangkali tak semua mereka itu Muslim yang taat; tapi
kesetiaan, nilai-nilai, keyakinan dan sentimen Islami, selalu hadir menembus
kebudayaan Melayu serta sistem nilai dalam berbagai tingkat kekentalan. Islam
telah menjadi bagian yang menyatu dengan identitas nasional, sejarah, hukum,
entitas politik, dan kebudayaan Melayu. Oleh karena itu tidak mengherankan bila
Islam dianggap sebagai komponen utama budaya Melayu, dan sebagai unsur utama
identitas Melayu. Identifikasi Melayu dan Islam, di antaranya bisa dilekatkan pada
hakikat kepemimpinan politik Melayu tradisional (kesultanan), yang dipimpin oleh
sultan.

2. Saran

Demikianlah makalah Sejarah Perkembangan dan Dinamika Islam di


Thailand atau Pattani dan Malaysia selesai kami buat, semoga penjelasan dalam
makalah kami dapat bermanfaat bagi pembaca , terima kamis atas perhatian nya,
kami memohon kritik dan saran yang membangun atas kekurangan yang ada dalam
makalah kami.

15
DAFTAR PUSTAKA
Sanurdi, Islam Di Thailand, TASAMUH: JURNAL STUDI ISLAM, Volume 10, Nomor
2, September 2018.
Mr. Niaripen Wayeekao, Berislam dan Bernegara bagi Muslim Patani: Perspektif Politik
Profetik, Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusi, Vol. 5, No. 2, Mei 2016
Mania, Perkembangan Sosial Islam di Thailand, AL MA' ARIEF: JURNAL
PENDIDIKAN SOSIAL DAN BUDAYA, Vol 1 No 1 2019
Abdullah, Hashim, dkk. 1998. Perspektif Islam di Malaysia. Kuala Lumpur: Jabatan
Pengajian Media Universitas Malaya & Hizbi Sdn. Bhd.
Ali, S Hussin. 1991. Melayu: Masalah dan Masa Depannya, (Petaling Jaya: Heinemann
Educational Books (Asia) Ltd.
Esposito, John L (ed). 1980. Islam and Development Religion and Socio-political Change.
Syracuse: Syracuse University Press.

16
Fatimi,, S.Q. 1963. Islam Comes to Malaysia. Singapore: Sociology Research Institute.
Helmiati. 2014. Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekanbaru: Lembaga penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat UIN Suska Riau.
Razak, Azizan bin Abdul. 1980. Tamadun Islam di Malaysia. Kuala Lumpur: Persatuan
Sejarah Malaysia.

17

Anda mungkin juga menyukai