Oleh :
Kelompok 10
Silvi Aulia Rahmah (11190220000122)
Darmansyah ( 11190220000064)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah semoga kita menjadi manusia yang bersyukur atas karunia
nya,dari niat awal yang baik semoga menghantarkan kita kepada kebaikan yang selalu
tercurahkan izinkan saya untuk menyelesaikan makalah ini dan menuntaskan makalah
tersebut.
Sebagai umat dari baginda Nabi Muhammad, saya mengajak untuk kita semua untuk
selalu bershalawat kepada nya dan berkat beliau pula kita dituntun pada jalan kebaikan tak
lepas pula saya hanturkan terimakasih kepada Drs. H. Azhar Saleh, M.A yang memberikan
bimbingan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Sejarah Maritim Thailand.
Pembuat Makalah
Kelompok 10
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 4
A. Latar Belakang .......................................................................... 4
B. Rumusan Masalah...................................................................... 4
C. Tujuan Pembahasan.................................................................... 4
BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................. 5
A. Asal Usul Negara Thailand........................................................ 5
B. Alasan Thailand bebas dari penjajahan Asing........................... 6
C. Meredam Konflik Minoritas Muslim di Thailand...................... 8
D. Potensi Kemaritiman Thailand................................................... 10
E. Proyek Kanal Kra....................................................................... 10
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 12
3
BAB 1
PENDAHULUAN
B.RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Sejarah Thailand.
2. Mengetahui Sistem kemaritiman di Thailand
3. Mengetahui Proyek Kanal Kra di Thailand
4. Bentuk Pemanfaatan Benda-Benda Islam dan tempat-tempat Bersejarah Kerajaan
Islam Indonesia
4
BAB II
PEMBAHASAN
Bangsa Thai merupakan gabungan dari beberapa suku seperti Thai, Mon, Khmer, dan
beberapa suku lain yang memiliki kemiripan bahasa. Bangsa Thai tidak dapat dipastikan
asalnya, dalam sebuah sumber mengatakan bahwa bangsa Thai merupakan suku bangsa yang
datang dari Wilayah Barat Daya Cina yang bermigrasi ke Thailand. Namun beberapa
sejarawan mengemukakan bahwa bangsa Thai telah ada di kawasan Asia Tenggara sejak
lama. Kemudian pada abad ke-8, agama Budha masuk ke wilayah Thailand. Agama Hindu
yang sebelumnya dibawa oleh bangsa Mon dan Budha hidup berdampingan dengan damai,
sejak kala itu agama Budha menjadi agama yang resmi bagi bangsa Mon dan Khmer.
Pada abad ke-12 merupakan awal sejarah bagi Thailand modern, hal ini ditandai dengan
berdirinya Kerajaan Sukhotai pada sekitar tahun 1238, yang merupakan konsep
monarki/kerajaan dalam sejarah Thailand. Dalam rentang waktu dari sekitar 1238-1438,
tercatat bahwa ada sekitar 8 orang raja yang memimpin Kerajaan Sukhotai ini. Dalam
pemerintahannya, Raja memiliki kekuasaan yang absolut atau dapat dikatakan paternalistik.
Kerajaan ini mengalami masa keemasan pada pemerintahan Raja yang ketiga yang bernama
Raja Ramkamhaeng dibidang seni, budaya, juga perdagangan. Hal inj ditandai dengan
penciptaan huruf Thai pertama kali pada tahun 1283. Kemudian pada tahun 1437, kerajaan
ini memutuskan untuk bergabung dan menyerahkan kekuasaannya kepada Kerajaan
Ayutthaya.
5
Kerajaan Ayutthaya dibangun kembali oleh Raja Naresuan (1590-1605). Pada masa
kekuasaan Raja Narei sekitar tahun 1656-1688 merupakan masa keemasan sebab pada kal itu
hubungan perdagangan dengan Portugis, Belanda, Jepang, dan Inggris juga Tiongkok begitu
pesat. Bahkan kala itu Kerajaan Ayutthaya juga cukup dekat dengan Prancis hal ini
mengurangi pengaruh dari negara-negara barat yang lain, seperti Belanda. Namun Kerajaan
Ayutthaya mengalami konflik internal sepeninggal Raja Narai sehingga terjadinya
perpecahan, hal ini dimanfaatkan kembali oleh Burma untuk menyerang lagi, hingga
akhirnya pada tahun 1767 dibawah kekuasaan Raja Ekkathat, Kerajaan Ayutthaya jatuh lagi
ke bawah kekuasaan Burma1.
Kemenangan Burma kemudian dipatahkan oleh Cina yang kala itu menyerang wilayah
Burma, maka kemudian Burma gagal dalam mempertahankan kuasanya di wilayah
Ayutthaya. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh salah satu jenderal dari Ayutthaya yang
bernama Taksin, yang saat itu melarikan diri ke wilayah Siam Tenggara. Disana Taksin
membangun kelompok baru untuk melancarkan aksinya merebut kembali Ayutthaya dari
tangan Burma, dan berhasil menaklukkan wilayah hingga ke daerah Laos, Kamboja, dan
Semenanjung Malaka bagian Utara. Taksin kemudian dibunuh, sepeninggalnya kekuasaan
dipegang oleh jenderal bawahannya yang bernama Chakkri yang kemudian diberi gelar
“Rama I”. Kekuasaan Rama I merupakan awal mula dinasti modern Siam yang secara turun-
temurun terus memerintah kerajaan hingga saat ini. Raja-raja setelah Rama I yang memimpin
Siam sangat mempertahankan kekuasaannya meskipun beberapa kali semoat diserang lagi
oleh Burma. Selama kurang lebih 700 tahun Kerajaan Siam tidak pernah dijajah oleh bangsa
asing sebab sistem kerjasama yang mereka jalin dengan berbagai negara memiliki regulasi
yang cukup ketat. Maka kemudian pada tahun 1948, Kerajaan Siam resmi mengganti nama
menjadi Kerajaan Thailand yang menerapkan sistem monarki konstitusi dalam
pemerintahannya. Raja yang memimpin saat ini adalah Raja Vajiralongkorn atau Rama X
dari dinasti Chakkri2.
Telah banyak di ketahui bahwa Thailand merupakan wilayah Asia Tenggara yang sama
sekali tidak tersentuh oleh penjajah dari bangsa asing, sedangkan wilayah-wilayah sekitarnya
1
Kedutaan Besar Republik Indonesia Bangkok, Selayang Pandang Hubungan Bilateral Indonesia Indonesia &
Thailand, (Jakarta, 2020) hal. 11-13.
2
http://eprints.umm.ac.id/52929/38/BAB%20II.pdf diakses 17 November 2021
6
mengalami penjajahan dari bangsa asing dengan berbagai kurun waktu. Berikut faktor-faktor
yang membuat Thailand bebas dari jajahan bangsa asing:
a) Buffer State
Faktor pertama adalah Buffer State atau wilayah penyangga. Pada saat Thailand masih
bernama Siam, wilayah sekitar Thailand di Asia Tenggara saat itu sudah banyak dikuasai
oleh Inggris dan Perancis yang bisa menimbulkan konflik antar keduanya. Myanmar sampai
Malaysia dikuasai oleh Inggris, sedangkan Perancis menguasai wilayah Vietnam, Laos, dan
Kamboja. Raja Siam menyadari keadaan itu, maka kemudian dia melakukan diplomasi
kepada Inggris dan Perancis dan menggunakan teknologi dan kebiasaan Eropa guna
melindungi Siam dari kekuasaan penjajah. Kemudian Perancis menyarankan perjanjian agar
Siam dibagi dua wilayah untuk Perancis dan Inggris lewat perjanjian yang ditandatangani
pada tahun 1986. Namun di sepakati bahwa Siam atau Thailand saat itu menjadi wilayah
penyangga atau buffer state antara Perancis dan Inggris.
Adopsi teknologi dan kebiasaan Eropa saat itu sangat terlihat di wilayah Siam, mulai dari
penerapan pendidikan Eropa hingga mengajarkan keluarga kerajaan bahasa Inggris.
Sebelumnya Raja Mongkut memerintahkan agar di sekolah-sekolah diadakan pelajaran
geografi dan astronomi modern agar bangsa Siam mengetahui bangsa barat terlebih dahulu
sebelum mereka memasuki wilayah Siam. Raja juga menyadari bahwa misionaris Kristen
saat itu sudah banyak yang masuk ke wilayah Siam, maka dijadikanlah mereka sebagai
pengajar bahasa Inggris. Raja juga sampai menyewa tentara bayaran dari barat guna melatih
tentara Siam, para selir juga dibebaskan memilih pasangan mereka dan dihindari dari
menikah dibawah paksaan atau penjualan istri demi hutang. Cara-cara itu kemudian di
teruskan oleh Rama V penerus dari Raja Mongkot yang bernama Chulalongkorn. Bahkan
Rama V mengubah politik Thailand menjadi versi yang lebih Eropa. Rama V juga sampai
mewajibkan rakyat menggunakan sepatu-sepatu dari barat, arsitek-arsitek Benua Biru juga
didatangkan untuk membangun bangunan-bangunan di wilayah Siam. Dengan begitu
Kerajaan Siam dikenal terbuka kepada bangsa barat saat itu.
7
barat, namun dengan begitu membuat penguasa Kerajaan saat itu memiliki kekuatan untuk
mengendalikan pemimpin lokal. Maka karena hak itu, pemimpin-pemimpin lokal di
gulingkan dan pemerintahan Kerajaan dipusatkan ke Bangkok.
d) Perjanjian Browing
Pada tahun 1854, perjanjian Browing dilakukan oleh gubernur Hong Kong John Browing
yang kala itu masih diduduki Inggris kepada Siam untuk menghapuskan pajak perdagangan
luar negeri. Hal ini tentu saja banyak menguntungkan Inggris dan merugikan Siam, namun
hal inj dilakukan oleh Raja Siam saat itu untuk menghindari Siam dari Penjajahan. Dengan
dihapuskannya pajak itu membuat Siam terintegrasi dengan sistem perdagangan dunia. Siam
menjadi pasar perdagangan industri dan investasi barat, Siam juga dapat mengekspor beras,
kayu jati, dan timah.
Kemudian pada tahun 1917, Siam memutuskan untuk ikut serta dalam Perang Dunia I
melawan Jerman dan Austria-Hungaria, untuk mendapatkan dukungan dari Inggris dan
Perancis karena musuh mereka saat itu sama. Siam mengirimkan pasukannya ke Perancis
untuk bertugas di Front Barat, karena telah menguasai taktik dan strategi perang bangsa barat.
Dari hal itu membuat Siam mendapatkan kursi pada Konferensi Perjanjian Versailles pada
Januari tahun 1919.
Faktor terakhir bebasnya Thailand dari jajahan bangsa asing karena wilayahnya minim
hasil bumi. Tidak seperti negara-negara sekelilingnya yang banyak menghasilkan hasil bumi
seperti rempah dan lain-lain, Siam saat itu tidak memiliki tanah yang subur sehingga
mempengaruhi dari hasil bumi mereka. Hal ini mengurangj ketertarikan bangsa asing untuk
menguasai Thailand3.
3
https://www.kompas.com/global/read/2021/09/10/163536970/6-alasan-kenapa-thailand-tidak-pernah-
dijajah-oleh-negara-lain?page=all#page3 diakses 17 November 2021
8
Selatan memiliki karakteristik yang sama dengan Muslim di melayu. Patani menjadi centra
perdagangan Islam yang kuat berpengaruh di perairan Laut Cina Selatan, mengingat
posisinya sebagai kota pelabuhan satu-satunya. Muslim Melayu pada eranya.
Posisinya yang strategis disertai sumber daya alam yang melimpah, serta mempunyai
pelabuhan penting yang terhubung ke perairan Laut Cina Selatan, menyebabkannya sejak
lama diincar Kerajaan Siam yang ingin menguasai kesultanan ini melalui ekspansi wilayah
dan kerajaan. Ketegangan antara Muslim di Thailand Selatan dan pemerintah pusat di
Bangkok terus terjadi dan intensif setelah negara berusahamemodernisasidiri.
Patani terbentuk untuk menolak kebijakan ini yang dianggap sebagai upaya negara untuk
menghancurkan identitas Muslimnya. Resistensi terhadap asimilasi telah mengambil berbagai
bentuk dan sebagian didasarkan pada alasan etno-religius, tetapi sebagian pada narasi sejarah-
budaya yang melihat klaim negara Thailand sebagai ungkapan dari okupasi dan penjajahan
pada abad lalu oleh kekuatan Siam.
Sebuah lembaga/agen multi-sektoral yang dipimpin warga sipil dan Pusat Administrasi
menghasilkan beberapa tingkat kemauan baik dari penduduk setempat. Faktanya sebuah
generasi baru sedang dipersiapkan dan keluhan lama akan menciptakan generasi baru yang
militan yang akan muncul kembali kurang dari satu dekade kemudian. Ini terutama karena
pendekatan baru pemerintah yang efektif dalam mengurangi kekerasan dengan menekankan
partisipasi masyarakat serta pembangunan sosial dan ekonomi dari pada strategi militer
murni. Kemudian selama masa pemerintahan Tanksin di awal 2000 an, kepemimpinannya
yang keras dan apa yang banyak dilihat orang sebagai kebijakan yang keras, memberikan
kondisi kondusif bagi eskalasi kerusuhan. Sebaliknya, memandang generasi baru
pemberontak sebagai jaringan pemuda Muslim yang marah yang diajarkan tentang sejarah
yang terdistorsi dan menganut paham Islam yang (salah).
9
lama, adalah untuk melihat seluruh gerakan berevolusi sedemikian rupa dimana militan di
wilayah itu menjadi sayap militer, sementara penjaga tua akan berfungsi sebagai front
politik. Tapi agar itu terwujud, Thailand harus mengembangkan secara jelas kebijakan
tentang masalah negosiasi dengan separatis. Negara-negara tetangga, yaitu Malaysia dan
Indonesia, serta OKI. Secara umum, Bangkok terus mempertahankan bahwa konflik adalah
masalah dalam negeri dan bahwa militan lebih kurang adalah penjahat yang termotivasi oleh
ajaran Islam yang salah dan sejarah yang terdistorsi. Tapi diam-diam selama beberapa tahun
terakhir telah terjadi proliferasi inisiatif yang bertujuan mendirikan proses perdamaian formal
atau saluran komunikasi4.
Negara Thailand hampir sama dengan Indonesia potensi lautnya, Thailand memiliki laut
dengan luas laut 205.600 km2. Luas tersebut merupakan merupakan wilayah yang kecil jika
dibandingkan dengan Indonesia. Indonesia memiliki 30 kali lebih luas dibanding wilayah laut
negara Thailand, namun Thailand sangat sukses dibidang kemaritiman apalagi dengan sistem
perdagangan kemaritiman yaitu ekspor SDA ke berbagai wilayah baik itu lingkup asia
maupun eropa. Bahkan prestasi negara Thailand dalam bidang ekspor membuktikan SDA
negara Thailand yang berlimpah, Thailand menjadi pengekspor tuna tertinggi di ASEAN
yang mencapai 800.000 ton pertahun sedangkan Indonesia yang luasnya sepuluh kali lipat
hanya 600.000 ton pertahun.
Selain untuk diekspor dalam perdagangan, Thailand juga terkenal dengan wisata-
wisata maritim kelautan yang sangat indah dan ramai akan wisatawan dari berbagai negara.
Hal ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah Thailand dengan penjagaan dan
pelestarian laut yang dijadikan destinasi wisata oleh wisatawan sehingga tetap terlihat indah
dan tidak menimbulkan kesan buruk.
Teluk Thailand juga merupakan suatu keuntungan yang besar bagi sektor kelautan
Thailand. Teluk ialah tubuh perairan yang menjorok ke daratan dan dibatasi oleh daratan
pada ketiga sisinya. Oleh karena letaknya yang strategis, teluk banyak dimanfaatkan sebagai
pelabuhan. Chao Phraya, Teluk Siam Pulau Samul dan Tao merupakan teluk yang
dimanfaatkan sebagai destinasi wisata oleh pemerintah Thailand kepada wisatawan.
4
Dr. Hj. Helmiati, M. Ag, PERGULATAN MINORITAS MUSLIM THAILAND Menelisik Peran Akademisi, Tokoh
Agama & LSM dalam Upaya Mencari Solusi Konflik Berkepanjangan, hal. 22-27
10
Kanal Kra merupakan proyek yang sudah dirancang dan dikonsep sejak tahun 1677 atas
perintah raja Thailand untuk menghubungkan teluk Thailand dengan teluk Andaman dan
Laut Cina Selatan dan Samudra Hindia, proyek ini dilanjutkan atas kerjasama antara Thailand
dan China. Fungsi teluk inihal ini dapat menjadi transit alternatif untuk transit melalui selat
Malaka dan memperpendek transit pengiriman minyak ke negara-negara asia timur seperti
jepang dan china dengan 1.200 km lebih hemat.
Setelah proyek yang tersendat dan tidak jelas, akhirnya pada 15 mei 2015 terjadi
pertemuan antara pihak China dan Thailand untuk merundingkan kembali terkait
pembangunan kanal Kra ini. Pada saat itu akhirnya terjadi MoU antara China dan Thailand
dalam program pembangunan Kannal Kra yang di estimasikan menghabiskan dana sebesar $
28 Miliar dengan perkiraan selesai pada 2025. Nantinya pembangunan ini dapat menampung
79.334 kapal kargo/ tahun atau 217 kapal perhari.
Hal ini merupakan terobosan yang sangat besar dan akan memberikan dampak besar
kepada negara-negara disekitarnya termasuk, Indonesia, Malaysia, Singapura. Negara-negara
yang menggunakan Selat Malaka sebagai jalur perdagangan akan mengalami dampak yang
besar karena Kanal Kra ini seperti Singapura yang memang jalur perdagangnnya hanya
melalui selat malaka.
11
BAB III
KESIMPULAN
Dari Makalah Ini kita dapat mengetahui bagaimana Sejarah Thailand yang
sangat panjang serta keikutsertaan Thailand dalam Perang Dunia 1 juga menjelaskan
bagaimana kaum minoritas mendapat intervensi dari mayoritas di beberapa daerah di
Thailand. Serta kemaritiman negara Thailand yang sangat berkembang serta SDA
yang dimaksimalkan sehingga membuat ekspor di negara Thailand sangat
berpengaruh pada ekonomi mereka. Pemanfaatan Kemaritiman seperti membuat
destinasi wisata juga merupakan langkah yang bagus yang diambil oleh Thailand
karena sekarang sangat banyak wisatawan mancanegara yang berlibur ke Thailand
untuk menikmati pemandangan laut yang aestetik.
Proyek Kanal Kra juga merupakan proyek yang berpengaruh pada semua
sektor dan negara yang berada di dekatnya. Proyek ini nantinya akan memberikan
dampak positive dan negatif kepada negara-negara tersebut. Oleh karenanya harus
memikirkan solusi jangka panjang jikalau proyek ini telah selesai.
12