Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA

ISLAM DI THAILAND
Disampaikan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Islam Asia
Tenggara Program Studi Ilmu Al-Qur’an & Tafsir

Dosen Pengampu:
Nurvia Santi M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 9 :
M. Abdul Qayyumiy (2022.10.IT.059)
M. Shadiq (2022.10.IT.068)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN
KEPULAUAN RIAU
2023-2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita sehingga penyusunan
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam senantiasa kita
panjatkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Karena perjuangan beliaulah
kita dapat merasakan nikmat iman seperti yang kita rasakan saat ini.

Dalam kesempatan kali ini, Pemakalah hendak mengucapkan terima kasih


sebesar-besarnya kepada Ibu Dosen pengampu mata kuliah Sejarah Islam Asia
Tenggara, karena atas bimbingan dan arahannya Pemakalah dapat terarah dalam
membuat makalah ini yang berjudul “ISLAM DI THAILAND”

Pemakalah menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini


masih terdapat banyak kesalahan. Maka dari itu Pemakalah sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk acuan,
petunjuk maupun pedoman untuk menambah ilmu pengetahuan yang berguna bagi
para pembaca.

Batam, 30 November 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
A. Profil Singkat Negara Thailand ................................................................ 4
1. Asal Mula Negara Thailand ................................................................................4
2. Letak Geografis Negara Thailand .......................................................................6
3. Sistem Pemerintahan Di Thailand ......................................................................7
4. Agama-Agama Di Thailand ............................................................................. 11
5. Dinamika Penduduk Di Thailand ..................................................................... 12
B. Sejarah Masuknya Islam Di Thailand ................................................... 13
1. Sejarah Awal Masuknya Islam Di Thailand ..................................................... 13
2. Perkembangan Islam Di Thailand .................................................................... 15
3. Problematika Islam Di Thailand ....................................................................... 18
C. Islam Di Thailand Selatan ...................................................................... 21
1. Kerajaan Pattani ............................................................................................... 21
2. Hubungan Pattani Dengan Negeri Melayu ....................................................... 24
3. Analisis Kondisi Masyarakat Pattani Sebelum Masuk Islam ............................ 26
4. Sejarah Masuknya Islam di Pattani Selatan Thailand ....................................... 29
D. Pendidikan Dan Organisasi Islam di Thailand ..................................... 34
1. Lembaga Pendidikan Islam Di Thailand .......................................................... 34
2. Pendidikan Tinggi Islam Di Thailand ............................................................... 36
3. Perbandingan Pendidikan Islam Thailand Dengan Indonesia ........................... 36
4. Sheikhul Islam Di Negara Thailand ................................................................. 37

ii
E. Minoritas Muslim Thailand dan Kebijakan Pemerintah ..................... 40
BAB III ................................................................................................................. 44
PENUTUP ............................................................................................................ 44
A. Kesimpulan ............................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Sejarah pertumbuhan dan eksistensi Islam mengalami pasang surut dan


periodesasi, yang oleh Harun Nasution membaginya atas lima fase, yaitu (1) klasik
(650-1250); (2) disintegrasi (1000-1250); (3) pertengahan (1250-1800); (4) tiga
kerajaan besar (1500-1800); dan (5) modern (1800-sekarang).1 Ketika tiga
kerajaan besar Islam sedang mengalami kemunduran pada abad ke-18 M, justru
Eropa Barat mengalami kemajuan dengan pesat di berbagai bidang. Tiga kerajaan
besar tersebut antara lain: (1) Kerajaan Safawi yang hancur pada awal abad ke-18;
(2) Kerajaan Mughal hancur pada awal paro kedua abad ke-19 di tangan Inggris
yang kemudian mengambil alih kekuasaan di anak benua India. Kerajaan Islam
terakhir yang masih disegani oleh lawan pada masa itu tinggal (3) Kerajaan
Uśmāni di Turki atau Ottoman. Akan tetapi, kerajaan yang terakhir ini pun terus
mengalami kemunduran demi kemunduran—sehingga ia dijuluki sebagai the sick
man of Europe (orang sakit dari Eropa).2 Kelemahan ketiga kerajaaan Islam itu
menyebabkan Eropa dapat menduduki, bahkan menjajah negeri-negeri Islam
dengan mudah.
Satu demi satu, negeri-negeri Islam yang sedang rapuh itu jatuh ketangan
Barat. Dalam waktu yang tidak lama, kerajaan-kerajaan Eropa sudah membagi-
bagi seluruh dunia Islam. Inggris merebut India dan Mesir. Rusia menyeberangi
Kaukakus dan menguasai Asia Tengah; dan Perancis menaklukkan Afrika Utara.
Bersamaan dengan itu, maka terjadi migrasi besar-besaran, yakni banyak orang
meninggalkan negeri asal mereka untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Sejumlah kaum muslim lalu meninggalkan negeri-negeri mereka, dan bermigrasi
ke negara-negara lain. Oleh karena itu, dewasa ini para imigran muslim dapat

1
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta:
Bulan Bintang, 1975), 13-14.
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Cet. II (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994),
174.

1
ditemukan di sejumlah negara seperti di Amerika Serikat, Inggris, Jerman,
Norwegia, Italia, Selandia Baru, Kanada, Perancis, Australia, Filipina, dan
Thailand. Semua negara ini berpenduduk minoritas muslim.
Di antara negara-negara minoritas muslim yang disebutkan di atas,
Thailand merupakan satu-satunya negara Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah
oleh negara Eropa. Meskipun demikian, Thailand tetap mendapat pengaruh dari
negara-negara Barat, sebab Thailand termasuk sekutu Amerika dan sejumlah
negara Barat lainnya, terutama dalam bidang perdagangan. Dalam aspek lain,
Thailand merupakan negara yang penduduknya mayoritas beragama Budha.
Agama ini dianut oleh 95% masyarakat Thailand, selebihnya adalah Islam 4%,
Kristen 0,6%, dan 0,4% agama-agama lain.3 Dengan berdasar pada data ini,
menunjukkan bahwa eksistensi Islam sebagai agama kedua di Thailand, sangat
menarik untuk dikaji dan dicermati secara mendalam. Karena itu, permasalahan
yang dijadikan objek bahasan dalam tulisan ini adalah bagaimana sejarah dan
eksistensi Islam di Thailand, dan problematika umat Islam di Thailand dewasa ini.

B. Rumusan Masalah

Dalam konteks pembahasan Islam di Thailand di dalam tema yang dibahas,


terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi fokus perhatian. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut mencakup:

1. Bagaimana profil dari negara Thailand?


2. Bagaimana sejarah masuknya Islam di Thailand?
3. Bagaimana sejarah Islam di Thailand selatan?
4. Bagaimana kondisi pendidikan Islam di Thailand?
5. Bagimana kondisi umat Islam Thailand masa kini?

3
Iwan Gayo, Buku Pintar Seri Senior: Plus 20 Negara Baru, Cet. XVII (Jakarta: Upaya
Warga Negara, 2000), 577.

2
Melalui pemahaman tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita dapat
mengetahui lebih mendalam mengenai Islam di negara Thailand.

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui sejarah Islam di Thailand.


2. Mengetahui sejarah Islam Pattani Thailand Selatan.
3. Mengetahui kondisi Pendidikan Islam di Thailand.
4. Mengetahui lembaga-lembaga dan organisasi Islam di Thailand.
5. Mengetahui kondisi Islam di Thailand masa kini.

Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, makalah ini diharapkan dapat


memberikan wawasan yang lebih baik tentang Islam di Thailand.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profil Singkat Negara Thailand

1. Asal Mula Negara Thailand


Asal mula Thailand secara tradisional dikaitkan dengan sebuah kerajaan
yang berumur pendek, yaitu kerajaan Sukhotai yang didirikan pada tahun 1238.
Kerajaan ini kemudian diteruskan kerajaan Ayutthaya yang didirikan pada
pertengahan abad ke-14 dan mempunyai wilayah kekuasaan yang lebih besar
dibandingkan Sukhotai. Kebudayaan Thailand dipengaruhi kuat oleh Tiongkok
dan India. Hubungan dengan beberapa Negara besar Eropa dimulai pada abad ke-
16. Meski mengalami tekanan yang kuat, Thailand tetap bertahan sebagai satu-
satunya Negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh Negara eropa.
Namun demikian, pengaruh Barat termasuk ancaman kekerasan mengakibatkan
berbagai perubahan pada abad ke-19 dan diberikannya banyak kelonggaran bagi
pedagang-pedagang Britania. Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun 1932
menyebabkan perubahan bentuk Negara menjadi monarki konstitusional. Negara
yang semula dikenal dengan nama Siam ini, mengganti namanya menjadi
Thailand pada tahun 1939 dan untuk seterusnya, setelah pernah sekali mengganti
kembali ke nama lamanya pasca Perang Dunia II. Pada perang tersebut, Thailand
bersekutu dengan jepang, tetapi saat Perang Dunia II berakhir, Thailand menjadi
sekutu Amerika Serikat. Beberapa kudeta terjadi dalam tahun-tahun setelah
berakhirnya perang, namun Thailand mulai bergerak ke arah demokrasi sejak
tahun 1980-an.
Negara Thailand mengambil bentuk monarki konstitusional dengan system
demokrasi parlementer, dimana kekuasaan dan wewenang raja bersifat terbatas.
Sedangkan urusan pemerintahan Negara dijalankan oleh perdana mentri, yang
dilantik sang raja dari anggota-anggota parlemen dan biasanya adalah pemimpin
partai mayoritas. Parlemen Thailand yang bikameral dinamakan Majelis Nasional
atau Rathasapha, yang terdiri dari Dewan Perwakilan (Sapha Phuthaen Radsadon)
yang beranggotakan 500 orang dan senat (Wuthissapha) yang beranggotakan 200

4
orang. Anggota keduanya dipilih melalui pemilu rakyat. Anggota Dewan
Perwakilan menjalani masa bakti selama 4 tahun, sementara para senator
menjalani masa bakti selama 6 tahun.
Populasi Thailand didominasi ethnis Thai dan Lao, yang berjumlah ¾ dari
seluruh penduduk. Selain itu juga terdapat komunitas besar etnis Tionghoa yang
secara historis memegang peranan yang besar dalam bidang ekonomi. Etnis
lainnya termasuk etnis melayu di selatan, Mon. Khmer dan berbagai suku orang
bukit. Sekitar 95% penduduk Thailand adalah pemeluk agama budha aliran
Theravada. Ada minoritas pemeluk agama Islam, Kristen, dan hindu. Bahasa
Thailand merupakan bahasa nasional Thailand, yang ditulis menggunakan
aksaranya sendiri tetapi ada banyak juga bahasa daerah lainnya, termasuk bahasa
melayu. Bahasa inggris juga diajarkan secara luas di sekolah. Dalam aspek
ekonomi, Thailand pernah menikmati rata-rata pertumbuhan tertinggi di dunia dari
tahun 1985 -1995, yaitu rata-rata 9% pertahun. Tekanan spekulatif yang
meningkat terhadap uang Thailand, Bath, pada tahun 1997 menyebabkan
terjadinya krisis yang berdampak pada melemahnya sektor keuangan dan
memaksa pemerintah untuk mengembangkan Bath. Setelah sekian lama dipatok
pada nilai 25 Bath untuk satu dolar AS, Bath mencapai titik terendahnya pada
kisaran 56 Bath pada januari 1998 dan ekonomi melemah sebesar 10,2% pada
tahun yang sama.
Krisis ini kemudian meluas ke krisis financial Asia. Ekonomi Thailand
mengalami pemulihan dari krisis pada tahun 1999; menguat 4,2% dan tumbuh
4,4% pada tahun 2000. Pertumbuhan ini, sebagian besar merupakan hasil dari
ekspor yang kuat yang meningkat sekitar 20% pada tahun yang sama.
Pertumbuhan sempat diperlambat ekonomi dunia yang melunak pada tahun 2001,
namun kembali menguat pada tahun-tahun berikut berkat pertumbuhan yang kuat
di RRT dan beberapa program stimulant dalam negeri serta kebijakan dua jalur
yang ditempuh pemerintah Thaksin Shinawatra. Pertumbuhan pada tahun 2003
mencapai 6,3% dan 8% dan 10% pada tahun 2004 dan 2005. Sektor pariwisata
banyak memberikan sumbangan pada ekonomi Thailand. Kedatangan wisatawan

5
tahun 2002 (10,9 jt) mencerminkan kenaikan sebesar 7,3% dari tahun sebelumnya
(10,1 jt). 4

2. Letak Geografis Negara Thailand


Thailand di peta dilukiskan sebagai bunga yang mekar diatas sebuah tangkai
dan tangkai itu adalah baagian Thailand pada semenanjung Malaya. Negeri Asia
Tenggara yang terletak strategis ini berbatas dengan birma disebelah utara dan
barat, laos di sebelah utara dan timur, Kampuchea di sebelah tenggara dan Malaysia
di sebelah paling selatan. Kawasan pendek sungai salwen memisahkan Thailand
dari Myanmar, sedangkan Sungai Mekong bertindak sebagai garis pemisah antara
Thailand bagian timur dan Laos. Negeri itu mempunyai empat wilayah geografis
utama. Daerah sebelah utara, tempat berasal beberapa sungai penting, dirajah oleh
pegunungan yang ditumbuhi pohon jati dan lembah subur. Titik tertinggi negeri itu,
puncak inthanon (2.576 m), terletak diwilayah ini. Kawasan yang berpenduduk
padat adalah daratan sentral aluvial, tempat terpusat kegiatan perdagangan, industri,
dan pertanian negeri itu. Sekelompok besar terusan dan proyek irigasi, yang
mendapat air dari jajaran sungai Chao Praya (Menam), menegairi dataran lahan
rendah. Wilayah geografis kedua adalah kawasan penanaman beras utama dan pusat
ekonomi bangsa itu. Thailand Timur laut, wilayah ketiga terdiri atas plato kering
dan berpasir, yang pada umumnya tidak dapat menahan cukup air untuk irigasi.
Daerah selatan yang berhutan lebat, yaitu bagian semenanjung Malaya yang
panjangnya 750 km, penuh dengan karet dan mineral Thailand. 5
Sungai utama negeri itu, termasuk Chao Praya dan anak sungainya mengalir
masuk ke Teluk Siam. Sungai-sungai disebelah timur laut, yaitu Mundan Chi,
mengalir masuk ke sungai Mekong. Iklim Thailand tropis dan subtropis kebanyakan
ditentukan oleh musim. Musim kemarau timur laut mengantar cuaca lebih sejuk
dari China selama musim dingin (November-Februari), sedangkan musim basah

4
Mania, Perkembangan Sosial Islam Di Thailand, Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Budaya
Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar, (2019) 45-46
5
Saifulllah. Sejarah Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010. hal, 77.

6
selatan membawa curah hujan dari Samudra Hindia selama musim penghujan (mei-
oktober). Negeri itu mempunyai musim panas yang keras selama bulan Februari-
Mei. Memang terjadi variasi cuaca pada masing-masing wilayah, di sebelah utara
pada umumnya lebih sejuk dari pada wilayah selebihnya. Namun, pada pokoknya,
cuaca disana panas dan lembab secara keseluruhan negeri itu mempunyai curah
hujan 150 cm setahun. Curah hujan yang terlebat terjadi di sebelah selatan dan
tenggara. Thailand dibagi menjadi 73 wilayah administratif yang di dalamnya
terdapat lebih dari 49.000 kota dan desa yang paling penting adalah kedua kota
Bangkok (Krung Thep) dan Thonburi, yang hanya dipisahkan oleh sungai Chao
Praya. Kedua kota kuno itu, bersama komunitas lain di dekatnya metropolis
Bangkok, yaitu kota terbaik Thailand. Kota utama lain adalah Hat Yai, dekat
Bandar Songkhla di semenanjung sebelah selatan, dan Nakhon Ratchasia, pusat
kawasan bagi daerah timur laut. Bangkok merupakan bandar terpenting di
muangthai.

3. Sistem Pemerintahan Di Thailand


Thailand adalah negara kesatuan Monarki Konstitusional yang dipimpin
oleh yang mulia raja Vajiralongkorn PhraVajiraklaochaoyuhua, sebagai raja
kesepuluh yang berkuasa. Sistem Demokrasi terbagi menjadi tiga partai, Dewan
Menteri, Departemen Legislatif dan Yudikatif.
Perdana Menteri adalah kepala pemerintahan, yang dilantik sang raja dari
anggota-anggota parlemen dan biasanya adalah pemimpin partai
mayoritas.Lembaga legislatif, gedung parlemen terdiri dari Senat, memegang posisi
selama 5 tahun dari pemilihan dan pengangkatan juga Dewan Perwakilan Rakyat,
memegang posisi selama 4 tahun dari pemilihan daerah. (NSO, 2020). Parlemen
Thailand yang menggunakan sistem dua kamar dinamakan Majelis Nasional atau
Rathasapha, yang terdiri dari Dewan Perwakilan (Sapha Phuthaen Ratsadon) yang
beranggotakan 480 orang dan Senat (Wuthisapha) yang beranggotakan 150 orang.
Anggota Dewan Perwakilan menjalani masa bakti selama empat tahun, sementara
para senator menjalani masa bakti selama enam tahun. Badan kehakiman tertinggi

7
adalah Mahkamah Agung (Sandika). Bidang Kehakiman meliputi pengadilan
negeri, mahkamah konstitusi, dan peradilan tata usaha negara, yang anggotanya
berasal dari sistem selektif. Saat ini Thailand berada di bawah Konstitusi 2017.
Administrasi Publik Thailand memiliki tiga tingkatan pemerintahan: Administrasi
Pusat yang terdiri dari kementerian dan birokrasi. Administrasi Provinsi yang terdiri
dari 76 provinsi kecuali Bangkok, dan Administrasi Lokal yang terdiri dari
organisasi administrasi provinsi, organisasi administrasi kota, organisasi
administrasi distrik, Bangkok dan Daerah Administratif Khusus Pattaya. Bangkok
berperan sebagai pusat administrasi publik negara, bangkok juga merupakan ibu
kota dan kota terbesar di negara itu yang punya sejarah panjang (NSO, 2020).

Provinsi-Provinsi Di Thailand

No. Provinsi Ibukota


1 Amnat Charoen Non Nam Thaeng
2 Ang Thong Ang Thong
3 Bueng Kan Bueng Kan SAO Area
4 Buriram Samet
5 Chachoengsao Chachoengsao
6 Chai Nat Chai Nat
7 Chaiyaphum Chaiyaphum
8 Chanthaburi Chanthaburi
9 Chiang Mai Chiang Mai
10 Chiang Rai Chiang Rai
11 Chonburi Chonburi
12 Chumphon Chumphon
13 Kalasin Kalasin
14 Kamphaeng Phet Nong Pling
15 Kanchanaburi Kanchanaburi
16 Khon Kaen Khon Kaen
17 Krabi Krabi

8
18 Lampang Khelang Nakhon
19 Lamphun Lamphun
20 Loei Loei
21 Lopburi Lopburi
22 Mae Hong Son Mae Hong Son
23 Maha Sarakham Waeng Nang Township
24 Mukdahan Mukdahan
25 Nakhon Nayok Nakhon Nayok
26 Nakhon Pathom Thanon Khat
27 Nakhon Phanom Nakhon Phanom
28 Nakhon Ratchasima Nakhon Ratchasima
29 Nakhon Sawan Nakhon Sawan
30 Nakhon Si Thammarat Nakhon Si Thammarat
31 Nan Chai Sathan
32 Narathiwat Narathiwat
33 Nong Bua Lam Phu Nong Bua Lam Phu
34 Nong Khai Nong Khai
35 Nonthaburi Nonthaburi
36 Pathum Thani Pathum Thani
37 Pattani Pattani
38 Phang Nga Phang Nga
39 Phatthalung Phatthalung
40 Phayao Ban Tom
41 Phetchabun Sadiang
42 Phetchaburi Phetchaburi
43 Phichit Phichit
44 Phitsanulok Phitsanulok
45 Phra Nakhon Si Ayutthaya Ayothaya
46 Phrae Phrae

9
47 Phuket Phuket
48 Prachinburi Mai Khet
49 Prachuap Khiri Khan Prachuap Khiri Khan
50 Ranong Bang Rin
51 Ratchaburi Ratchaburi
52 Rayong Map Ta Phut
53 Roi Et Roi Et
54 Sa Kaeo Sa Kaeo
55 Sakon Nakhon Sakon Nakhon
56 Samut Prakan Samut Prakan
57 Samut Sakhon Samut Sakhon
58 Samut Songkhram Samut Songkhram
59 Saraburi Saraburi
60 Satun Satun
61 Sing Buri Sing Buri
62 Sisaket Sisaket
63 Songkhla Songkhla
64 Sukhothai Sukhothai Thani
65 Suphan Buri Sanam Chai
66 Surat Thani Surat Thani
67 Surin Surin
68 Tak Tak
69 Trang Trang
70 Trat Trat
71 Ubon Ratchathani Chaeramae
72 Udon Thani Udon Thani
73 Uthai Thani Uthai Thani
74 Uttaradit Uttaradit
75 Yala Yala

10
76 Yasothon Yasothon
WILAYAH ADMINISTRATIF KHUSUS
1 Bangkok Bangkok

4. Agama-Agama Di Thailand
Seperti yang kita ketahui, Budha adalah agama terbesar di Thailand, karena
resmi menjadi agama kerajaan. Kehidupan Bhuda telah mewarnai hampir seluruh
sisi kehidupan di Thailand, dalam pemerintahan (kerajaan), sistem dan kurikulum
pendidikan, hukum, dan lain sebagainya. Namun, Selain agama Bhuda, di Thailand
juga terdapat agama-agama lain. Di antaranya adalah Islam, Kristen, Confucius,
Hindu, dan Sikh. Islam, sedikitnya sudah dibahas di atas. Tapi akan pemakalah
tambahkan mengenai sikap masyarakat non-muslim (pemerintah) terhadap agama
Islam. Dalam sebuah website Thailand untuk promosi wisata, keberagaman agama
diangkat menjadi komoditi untuk “dijual” kepada masyarakat dunia. Nampaknya
isu pluralisme juga berkembang di Thailand. Hal ini bisa kita lihat dari cara pandang
beberapa kalangan tentang keberagaman agama di Thailand. Pemerintah, dalam hal
ini kerajaan, memberi kesempatan bagi warga muslim untuk beribadah dan
menganut kepercayaan masing-masing. Bahkan, Raja Thailand juga menghadiri
perayaan acara dan hari-hari penting dalam Islam. Kabar baiknya, pemerintah
membantu penerjemahan Al Quran ke dalam bahasa Thai, juga membolehkan
warga muslim mendirikan masjid dan sekolah muslim. Kurang lebih tercatat
terdapat 2000 masjid (100 masjid berada di Bangkok) dan 200 sekolah muslim di
Thailand. Umat islam di Thailand bebas mengadakan pendidikan dan acara-acara
keagamaan.

Kristen, agama ini dikenalkan pertama kali ke Thailand oleh misionaris dari
Eropa pada abad ke-16 dan ke-17. Kristen Katolik pertama datang ke Thailand
disusul oleh Kristen Protestan, bahkan beberapa sekte juga berkembang di sana,
seperti Advent. Umat Kristen Thailand pada umumnya adalah imigran dari Cina.
Sedangkan warga pribumi “siam” hanya sedikit yang berpindah agama dari Budha

11
ke Kristen. Justru yang terjadi adalah seorang siam beragama Kristen tapi tetap
menyembah Sang Budha.

Kongfusius, agak sama dengan Kristen. Agama ini dianut oleh imigran dari
Cina. Karena agama ini bersifat ajaran-ajaran filsafat hidup dan etika Cina kuno.
Maka, pemeluknya pun kadang beragama Kristen, berajaran kongfusius, dan yang
keturunan pribumi tetap menyembah Sang Budha.

Hindu, hampir 20.000 orang India menetap di Thailand. Jumlah mereka


terbagi menjadi dua, Hindu dan Sikh. Umat Hindu berpusat di Bangkok. Mereka
beribadah di pure-pure. Mereka juga menjalankan pendidikan sendiri, akan tetapi
sistem pendidikannya didasarkan pada system pendidikan nasional Thailand.

Sikh, agama Sikh juga berpusat di Bangkok. Terbagi menjadi dua kelompok
dan beribadah di pure yang berbeda juga. Secara bersama, mereka mendirikan
sekolah-sekolah gratis untuk anak-anak miskin. Secara garis besar, Kerajaan
menjamin sepenuhnya keberagaman agama di Negri Gajah Putih ini. Dengan
catatan dalam satu kesatuan nasionalisme “Siam”. Jadi, yang keluar dari
nasionalisme atau dianggap keluar maka akan berurusan dengan kerajaan. Seperti
yang terjadi pada warga muslim, ada yang diserang militer, bahkan dibunuh5

5. Dinamika Penduduk Di Thailand


Muslim di Thailand adalah kelompok minoritas. Di negara ini. Muslim
hanya berjumlah 3,930.0008 orang (5,7%) dari seluruh jumlah penduduk.6
Sementara mayoritas penduduknya menganut agama Buddha, yaitu sekitar 80%.
Mayoritas Muslim (sekitar 1,5 juta jiwa atau 80 persen dari total penduduk) tinggal
di Selatan Thailand, khususnya di Patani, Yala dan Narathiwat, tiga provinsi yang
sangat mewarnai dinamika di Thailand Selatan. Tradisi Muslim di wilayah ini
mengakar sejak kerajaan Sri Vijaya yang menguasai wilayah Asia Tenggara,
termasuk Thailand Selatan.

6
Pew Research Center’s Forum on Religion & Public Life ,Mapping the Global Muslim
Population: A Report on the Size and Distribution of the World’s Muslim Population, (Washington
DC, October 2009) hlm. 28.

12
Thailand Selatan terdiri dari lima provinsi: Pattani, Yala, Narathiwat, Satun
dan Songkhla, dengan total penduduk 6.326.732 (Kantor Statistik Nasional,
Thailand, 2002). Mayoritas penduduk Muslim terdapat di empat provinsi: Pattani,
Yala, Narathiwat dan Satun, yaitu sekitar 71% di perkotaan, dan 86 % di pedesaan
(YCCI, 2006: 34), sedangkan di Songkhla, Muslim sekitar 19 %, minoritas, dan
76.6 % Buddha. Sementara mayoritas penduduk yang berbahasa Melayu, rata- rata
70 persen berada di tiga provinsi: Pattani, Yala dan Narathiwat, sementara
penduduk berbahasa China, ada di tiga provinsi: Narathiwat, 0.3 %, Pattani, 1.0 %,
dan Yala, 3.0 % (Sensus Penduduk, Thailand, 2000). Songkhla adalah provinsi
terbesar di Thailand Selatan, yang memiliki bandara internasional, dan sebagai
pusat perdagangan di Selatan. Masyarakat Buddha etnis Thai kebanyakan tinggal
di perkotaan. Meskipun mereka minoritas di Selatan, mereka termasuk kelompok
ekonomi menengah, sebagai pegawai pemerintah dan atau pengusaha. Selama masa
integrasi Pattani, istilah untuk keempat provinsi yang mayoritas Muslim,
masyarakat Thai Buddhis mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Karena
mereka selalu mendominasi sebagai pemimpin utama lembaga-lembaga
pemerintah Thailand Selatan. Sementara etnis minoritas lain, China kebanyakan
juga tinggal di perkotaan sebagai pedagang. Sementara penduduk etnis Thai di
pedesaan kehidupan ekonomi dan kedudukannya sama dengan kebanyakan
Muslim, sebagai petani, nelayan atau pedagang kecil.

B. Sejarah Masuknya Islam Di Thailand

1. Sejarah Awal Masuknya Islam Di Thailand


Thailand merupakan salah satu negara di antara negara-negara di kawasan
Asia Tenggara. Secara Geografis, kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan
antara benua Australia dan daratan Cina, daratan India sampai laut Cina. Thailand
cukup mudah untuk dijangkau oleh para pelancong dari zaman ke zaman demi
mencari penghidupan maupun pertebaran agama.
Agama terbesar yang dianut oleh orang Thailand adalah agama Budha, yang
mewarnai hampir diseluruh sisi kehidupan masyarakat di Thailand, dalam
pemerintahan, sistim dan kurikulum pendidikan, hukum dan lainnya. Namun ada

13
juga agama-agama lainnya, di antaranya agama Islam, Kristen, Konghucu, Hindu,
dan Singh.
Masuknya agama Islam di Selatan Thailand (Patani) tidak bisa dilepaskan
dengan masuknya Islam ke Asia Tengggara. Rentetan penyiaran Islam di Nusantara
ini merupakan satu kesatuan dari mata rantai proses Islamisasi di Nusantara. Hal ini
tentu terkait dengan seputar pendapat yang menjelaskan tentang masuknya Islam
ke Nusantara yang secara garis besar di bagi pada dua pendapat, yaitu pendapat
yang mengatakan Islam masuk ke wilayah ini pada abad ke 7 M dan langsung dari
Arab dan pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad
ke 13 M berasal dari India.
Islam masuk ke Patani diduga bukan hanya berasal dari satu daerah, sebab
beberapa pendapat ,di antaranya seperti yang dikutip oleh Asep Ahmad Hidayat
dari A. Bangnara, menyebutkan Islam tersebar ke Patani dari Arab, Cina, India dan
Persia, kira-kira abad ke 10 M.7 Hal senada juga dapat ditemukan dalam
Ensiklopedi Islam Tematis bahwa Islam diperkirakan datang ke kawasan Patani
sekitar abad ke 10 atau 11 melalui jalur perdagangan. Yang mana penyebaran Islam
ini dilakukan oleh para guru sufi dan pedagang yang berasal dari wilayah Arab dan
pesisir India. Pendapat lain ada yang mengatakan Islam masuk ke Thailand melalui
kerajaan Samudera Pasai di Aceh.8
Salah satu bukti yang menguatkan pendapat ini adalah ditemukannya
sebuah batu nisan yang bertuliskan Arab di dekat kampung Teluk Cik Munah,
Pekan Pahang yang bertepatan pada tahun 1028 M.5 Ada juga pendapat lain yang
mengatakan bahwa Islam di Patani datang dari Campa, di Pesisir Annam (Vietnam),
daerah pinggir Laut Cina Selatan. Di sana ada terdapat semacam tulisan tahun 1039
M yang terletak di daerah Pahang Rang, kota Pelabuhan terpenting bagi Campa.

7
Asep Ahmad Hidayat dkk, Studi Islam di Asia Tenggara, (Bandung: Pustaka Setia, 2014),
h. 81
8
Taufik Abdullah, dkk (ed,) Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Asia Tenggara, (Jilid 5),
(Jakarta: PT. Ikhtiar Baru van Hoeve, 2003), h. 466

14
Bukti tersebut tidak cukup karena aliran orang-orang Islam Campa adalah Syi’ah,
sedangkan Patani bemazhab Syafe’i.9
Menurut catatan seorang Portugis yang bernama Emmanuel Gedinho
d’Eredia, disebutkan bahwa Islam lebih dahulu datang ke daerah Patani dan Pahang,
kemudian masuk ke Malaka. Dan seorang pakar sejarah Patani di Thailand, A.
Bangnara, menyebutkan bahwa Islam pada awalnya diterima dikalangan rakyat
biasa. Namun ada juga yang mengatakan bahwa orang Melayu di Malaka adalah
penyebar-penyebar Islam yang rajin di Semenanjung, seperti Patani, telah di
Islamkan dari Malaka selama pertengahan terakhir abad ke-XV, kemudian
Kelantan menerima Islam sebagai bawahan Patani dan Trenggano sebagai negeri
bawahan Malaka.7
Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa teori masuknya Islam
ke Thailand terutama Thailand Selatan (Patani) tidak jauh berbeda dengan
masuknya Islam ke Nusantara. Sebagaimana yang juga dikutip dalam buku Studi
Islam di Asia Tenggara, yaitu: mengenai waktu masuknya agama Islam dan asal
negara yang menjadi perantara atau sumber pembawa agama Islam ke Nusantara.

2. Perkembangan Islam Di Thailand


Proses masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakui
sisi Kerajaan Patani (lebih dikenal oleh penduduk muslim Thai sebagai Patani
Darussalam. Perkembangan Islam di Thailand semakin pesat saat beberapa pekerja
muslim dari Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke 19. Saat
itu mereka membantu Kerajaan Thailand membangun beberapa kanal dan sistem
perairan di Krung Theyp Mahanakhon (PropinsiBangkok). Pusat dakwah terbesar
di Islamic Center Ramkamhaeng.
Hampir semua aktifitas keislaman, mulai dari pengajian, layanan
pernikahan sampai dengan pasar makanan bisa ditemukan di sini. Salah satu orang
yang berjasa di bidang sertifikasi makanan halal adalah Winai Dahlan (cucu dari
KH. Ahmad Dahlan ), yang sudah puluhan tahun tinggal dan menjadi warga

9
Asep Ahmad Hidayat dkk, Studi Islam…, h. 81

15
Thailand, yang menjabat sebagai direktur dari Halal Science center di Universitas
Chulalongkorn, yang giat melakukan promosi mengenai makanan halal ke seluruh
dunia.10
Islamic Center Ramkamhaeng berjarak sekitar 2 km dari kantor kedutaan
besar Repuplik Indonesia di jalan Petchburi. Dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, pemerintah Kerajaan Thailand memberikan kebebasan yang sebesar-
besarnya bagi kaum muslim Thai untuk melaksanakan ibadah haji dan berdakwah.
Di Thailand juga tumbuh kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan oleh
beberapa kegiatan Islam. Seperti pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu, TPA/TKA
dan kajian mingguan mahasiswa adalah beberapa kegiatan rutin yang
dilaksanakannya.
Masyarakat dan pelajar muslim Indonesia juga mengadakan silaturrahmi
bulanan dalam forum pengajian Ngaji-Khun, yang dilaksanakan di berbagai
wilayah di Thailand. Kabar baiknya pemerintah membantu penerjemahan al-Quran
ke dalam bahasa Thai, juga membolehkan warga muslim mendirikan mesjid dan
sekolah muslim. Kurang lebih tercatat lebih dari 2000 mesjid, dan 200 sekolah
muslim di Thailand.
Umat Islam di Thailand bebas mengadakan pendidikan dan acara-acara
keagamaan. Juga pengembangan pendidikan Islam di Thailand sudah mencapai
level yang lebih dari sekedar nasional dan regional. Umat Islam bekerja sama
dengan beberapa lembaga pendidikan negara lain, baik yang nasional maupun yang
internasional guna mengadakan Seminar Internasional pendidikan Islam. Mereka
mengirimkan kader-kadernya ke berbagai universitas dunia, seperti Al-Azhar Mesir
dan Madinah. Dan juga beberapa universitas tanah air, seperti UII, UIN, Universitas
Muhammadiyah dan lainnya. Termasuk juga mengirimkan putra-putra Thailand ke
berbagai pesantren di Indonesia, termasuk Gontor. Namun demikian, tidak semua
lokasi di Thailand menjadi tempat yang aman untuk kaum muslim. Daerah Thailand
Selatan masih menjadi daerah yang mencekam karena hampir setiap hari operasi

10
http://alhusnakuwait.blogspot.com/2012/11/perkembangan islam-di-thailand.html

16
militer digelar di kampung penduduk dengan alasan mencari dalang peledakan bom
di wilayah selatan.
Dalam tatanan sosial, muslim Thailand mendapat julukan yang kurang enak
untuk didengar, yaitu khaek (orang luar, pendatang atau tamu). Istilah ini juga
digunakan untuk menyebut tamu-tamu asing atau imigran kulit berwarna.
Meskipun pada mulanya khaek merupakan term untuk makro-etnis bagi orang
selain thai tapi lama kelamaan khaek tersebut dipakai pemerintah untuk
mendeskripsikan kaum Melayu muslim di Selatan Thailand. Istilah Thai pada 1940-
an akan tetapi istilah ini menimbulkan kontradiksi karena istilah ‘thai’ merupakan
sinonim dari kata “budha” sedangkan “Islam” identik dengan kaum muslim
Melayu, maka dari itu kaum muslim Melayu lebih suka dipanggil “Malay-Islam”
dari problem rasial tersebut timbullah pengelompokkan kaum muslim di Thailand
menjadi dua golongan:
a. Assimilated Group atau golongan terasimilasi atau bergaul .dengan kaum
mayoritas yaitu agama masyarakat thai-Budha pada segala tatanan
kehidupan hanya saja tidak sampai pada masalah keagamaan.
b. Unassimilated Group. Atau golongan yang tidak berbaur namun menyendiri
di Thailand bagian selatan. Yang masih menunjukkan kultur Melayu-Islam
pada nama, bahasa dan adat. Golongan ini bertempat tinggal di daerah Yala,
Narathiwat dan Patani. Kecuali daerah Satun yang terasimilasi dengan
kelompok mayoritas Thai.

Yang dilakukan oleh Kerajaan Thailand telah melahirkan masalah utama


mengenai minoritas muslim di pencaplokan Thailand. Orang-orang muslim Patani
yang dibawa ke Bangkok oleh tentara Thailand sebagai tawanan perang pada awal
perang pertama dan kedua. Dan orang- orang inilah kemudian menjadi bagian
utama masyarakat Islam di Thailand Tengah dan sebahagian dari mereka tetap
memelihara budaya dan bahasa mereka.
Keterpaksaan masyarakat Melayu muslim di Thailand Selatan dirasakan
selama puluhan tahun, sejak integrasi Melayu Thailand menjadi bagian dari
Kerajaan Thailand penggunaan bahasa Thai wajib digunakan di kantor kerajaan,

17
pemerintahan, sekolah, radio, media cetak, media elektronik, dan kehidupan sehari-
hari. Terintegrasi dengan Thailand, bersaing dengan mayoritas masyarakat etnis
thai buddies adalah pilihan saat ini. Strategis yang perlu dibangun adalah
memajukan pendidikan, mendukung pembangunan nasional, dan menjaga stabilitas
lokal. Hal yang terakhir masih menjadi kendala bagi penciptaan perdamaian di
wilayah selatan.
Berbagai teror, pembunuhan dan pengeboman sering terjadi dan banyak
korban. Anehnya belum ditemukan kelompok yang bertanggung jawab dalam
kerusuhan tersebut. Ketika terjadi penyerangan dan pembunuhan yang melibatkan
tentara, polisi, dan masyarakat Budha, yang dituduh adalah muslim. Pencitraan
negatif yang diciptakan oleh pemerintah menyebutnya dengan “bandit muslim”. Di
bidang politik, persoalan masyarakat muslim Melayu yang ingin memisahkan diri
sangat meresahkan kerajaan. Gerakan pemberontakan kaum separatis Melayu
Muslim melahirkan sejumlah organisasi seperti Patani United Liberatin
Organization (PULO), Barisan Nasional Pembebasan Pattani (BNPP), Barisan
Revolusi Nasional.11

3. Problematika Islam Di Thailand


Problematika umat Islam di Thailand, tidak terlepas dari problematika yang
dihadapi kaum muslim Melayu di bagian Selatan. Mereka diharuskan memakai
pakaian bukan Melayu dan mengadopsi nama-nama Thai bila mereka ingin
memasuki sekolah-sekolah pemerintah atau mencari pekerjaan dalam dinas
pemerintahan. Bahasa Melayu dilarang diajarkan di sekolah-sekolah negeri atau
digunakan dalam percakapan dengan para pejabat pemerintah. Di Thailand, kaum
minoritas muslim dipandang dengan sikap negatif sebagai orang Khaek. Secara
harfiah dalam bahasa Thai, kata ini berarti “tamu”. Istilah ini juga digunakan untuk
menyebut tamu-tamu asing atau imigran kulit berwarna, dan dalam konotasi ini
dikenakan kepada orang-orang muslim dari Thailand Selatan, sebagai orang
Melayu. Secara resmi mereka disebut “orang-orang Thai”. Penyebutan “Muslim

11
Ajib Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam

18
Thai” bagi “Muslim Melayu” merupakan upaya yang disengaja untuk mengaburkan
jati diri mereka sebagai orang-orang yang sama sekali berbeda dari orang-orang
Thai lainnya.12 Dengan demikian, istilah Thai-Islam atau Thai-Muslim atau Khaek
digunakan secara resmi untuk menyebut mereka. Pada beberapa kalangan, kaum
muslim disebut Khaek, adalah sebuah julukan yang berkonotasi penghinaan bagi
umat Islam.
Akibat dari itu semua, maka pada gilirannya masyarakat muslim Melayu
selalu mengadakan perlawanan dengan pihak pemerintah (kera- jaan).
Konsekuensinya adalah, mereka melahirkan sejumlah organisasi seperti Pattani
United Liberation Organization (PULO) dan Barisan Nasional Pembebasan Pattani
13
(BNPP). Organisasi ini, berusaha keras memperjuangkan wilayah Thailand
selatan untuk mendapat otonomi.
Strategi pemerintah dalam mengantisipasinya adalah dengan memberikan
keleluasaan kepada umat Islam untuk menjalankan ajaran agama, serta mengajak
masyarakat muslim Melayu berperan dalam pembangunan Thailand. Pemerintah
juga menyediakan dana untuk keg iatan keagamaan. Kaum muslim diperbolehkan
melaksanakan dakwah, membentuk organisasi, dan mengelolah penerbitan literatur
keagamaan yang sekarang sedang tumbuh, meskipun kaum muslim sendiri tidak
bebas dari perpecahan. Ada empat kelompok yang mengklaim dirinya sebagai
14
pihak yang mewakili kepentingan masyarakat muslim, yaitu Chularatmontri,
sebuah kelompok yang didukung negara; kelompok ortodoks yang menerbitkan al-
Rabītah; dan kelompok muslim Melayu Tradisional di daerah selatan yang
menentang Chularatmontri, namun menolak disebut sebagai rival al-Jihād al-
Rabītah.15

12
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2004), 270
13
Ibid.,273
14
Chularatmontri adalah nama sebuah lembaga yang diberikan kepada seorang pemimpin
dalam Islam (syaikhul Islam) oleh pemerintah Thai. Chulatatmontri bertang-gung jawab kepada raja
Thai dan merupakan pemimpin birokrasi keagamaan Islam di seluruh Thailand yang berhubungan
dengan semua masjid yang terdaftar di Thailand pada semua tingkat.
15
Thohir, Perkembangan Peradaban, 274.

19
Pada awal tahun 2004, beberapa insiden kerusuhan dan huru hara telah
terjadi di selatan Thailand, terutama di Narathiwat, Yala, dan pattani. Kawasan-
kawasan ini, didiami oleh mayoritas penduduk Melayu Islam dan aktivitas gerakan
separatis yang telah aktif sejak tahun 1980-an. Penduduk-penduduk di sini tidak
merasa senang dengan reaksi keras kerajaan pusat terhadap gerakan separatis
tersebut. Kebanyakan mereka juga tidak puas hati dengan beberapa kebijakan
kerajaan yang memperlakukan mereka dengan cara berbeda dengan dari kaum etnis
Thai.16 Insiden ini, telah mengorbakan ratusan kaum muslim Thailand.
Satu hal lagi yang bersifat menyepelekan umat Islam ialah adanyaintegrasi
administrasi yang dirancang untuk memasukkan daerah-daerahmuslim ke dalam
sistem politik nasional yang berpusat di Bangkok. Karena orang-orang muslim
tidak berpengalaman dengan sistem-sistem ini, dianggap perlu menempatkan
mereka di bawah pejabat pemerintah Kristen dan Budhis Thailand.17 Bisa
dibayangkan, umat Islam yang dari segi populasi lebih mayoritas ketimbang
penganut Kristiani yang lebih minoritas, justru kaum mayoritas (muslim) tersebut
di bawah pemerintah kaum minoritas (kristiani).
Dewasa ini, Kristen sering diidentikkan dengan dunia Barat.18 Apa- bila ada
gejolak dalam suatu negara, dan umat Islam yang terlibat di dalamnya, maka dengan
segera negara-negara Barat selalu turut serta mencampuri gejolak internal negara
tersebut. Hanya saja, negara-negara Barat tersebut terutama Amerika kelihatannya
tidak pernah berpihak kepada umat Islam. Berdasar dari persepsi ini, maka dapat
dipastikan bahwa Barat telah turut campur terhadap beberapa gejolak dan insiden
di kawasan Thailand selatan sebagai yang telah disebutkan.

16
Lihat, http://id.wikipedia.org/wiki/Provinsi_Pattani.
17
Seni Mudmar, “Negara, Kekerasan dan Bahasa, Tinjauan atas Sejumlah hasil Stdi
Mengenai Kaum Muslim Mungthai,” Saiful Muzani (ed.), Pembangunan dan Kebangkitan Islam di
Asia Tenggara (Jakarta: LP3ES, 1993), 325-330.
18
Muhammad Husain menegaskan bahwa dunia Barat adalah sebuah istilah baru yang
identik dengan Kristen, dan didengungkan oleh orang-orang Eropa pada fase kolonialisasi, dalam
upaya membagi dunia menjadi Barat dan Timur. Yang mereka maksud dengan dunia Barat adalah
diri mereka sendiri (bangsa Eropa), sedangkan dunia Timur adalah penduduk Asia dan Afrika yang
menjadi sasaran penindasan, pengeksploitasian dan penjajahan mereka. Muhammad Husain, al-
Islām wa al-Hadhārāt al-Gharbiyah, Cet. I (Beirūt: Dār al-Irsyād, 1969), 11.

20
C. Islam Di Thailand Selatan

1. Kerajaan Pattani
Patani kekinian merupakan beberapa provinsi sebagian dari Thailand bagian
Selatan, Thailand salah satu Negara di Asia Tenggara yang apabila ditinjau dari
sudut agama yang dianut oleh pendudukannya, mayoritas beragama Buddha. Umat
Islam penduduk minoritas dari jumlah keseluruhan penduduk Thailand, mayoritas
umat Islam di Thailand tinggal di wilayah Thailand Selatan, yaitu daerah yang
disebut dengan “Patani” daerah ini meliputi provinsi Patani, yala, Naratiwat, setul
dan sebagian Senggora, dihuni oleh sekitar 5 juta jiwa yakni 8% dari jumlah seluruh
penduduk Thailand yang berjumlah 65% juta jiwa. Diwilayah ini dihuni sekitar
95% masyarakat Muslim yang bersuku etnis Melayu.
Patani diantara pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang ada di ASEAN,
dan dikenal sebagai bekas negari Melayu yang terbanyak para ulama dan
cendekiawan Muslim. Bahkan para ulama merupakan golongan yang paling
berperan dalam pengembangan Islam di Patani. Mereka mempunyai kedudukan
penting dalam pemerintahan, juga di kalangan masyarakat. Seperti diungkapkan Dr.
Ahmad Omar Chapakia dari fatoni University, melalui peran-peran ulama, Patani
menjadi sebuah negeri Islam yang dikenal dengan sebuah “Patani Darussalam”
bahkan menilai, bahwa ulama Patani telah memainkan peran besar dalam
menumbuhkan dan membangun di Dunia Melayu atau Nusantara. Apalagi banyak
diantara mereka hijrah meninggal Patani untuk mengembangkan Islam di negeri-
negeri Melayu di Nusantara. Diantara sumbangan besar yang paling kentara adalah
mendirikan institusi pendidikan pondok. Proses Islamisasi ini tidak bisa dilepaskan
dari peranan dakwah ulama dan pendidikan. Pada tahap awal pendidikan yang
berkembang adalah pendidikan informasi yaitu kontak informasi antara mubaliqh
dengan masyarakat setempat, selanjutnya ditindaklanjuti dengan munculnya
pendidikan non formal, dan terakhir pendidikan formal, yang diawali dengan
pendidikan pondok dan kemudian terjadi perubahan, dengan munculnya madrasa

21
(Faisol Mamang, 2017: 149-151). Baik dari segi geografis maupun geologis, Patani
banyak mempunyai
Sumber Daya Alam (SDA) seperti emas, timah dan gas alam. Dan perairan
yang banyak ikan mulai dari semenanjung patani laut Cina selatan timur dan
semenanjung patani laut Andaman sebelah barat, serta banyak daratan rendah di
pesisir dan lembah-lembah (Surin Pitsuwan, 1989: 14). Patani kini menjadi salah
satu dari lima provinsi di Thailand Selatan dengan disebut provinsi Patani, Yala,
Naratiwat, Satun (setul) dan Songkhla, banyak dihuni oleh umat Islam. Jumlah
penduduk Muslim di Thailand sekitar 15 persen dibanding penganut Budha sekitar
80 persen. Mayoritas muslim tinggal di selatan Thailand sekitar 1,5 juta, atau 80
persen dari total penduduk khusunya di provinsi Patani, Yala, Naratiwat, tiga
provinsi yang sangat mewarnai dinamika di Thailand selatan. Tradisi 17 Muslim di
Wilayah ini menguasai wilayah Asia tenggara, termasuk Thailand Selatan
(Helmiati, 2011: 231).
Thailand selatan terdiri dari lima provinsi yaitu Patani, yala, Naratiwat,
Songkhla, dan Satun, dengan total penduduk sejumlah 6.326.732 orang (Kator
statistik Nasional, Thailand, 2002:34). Sedangkan di provinsi songkhla terdapat
muslim sekitar 19 persen minoritas 76.6 persen masyarakat Bhuda. Sementara
mayoritas penduduk yang berbahasa Melayu, rata-rata 70 persen berada di tiga
provinsi tersebut yaitu Patani, Yala, Naratiwat. Kemadian penduduk yang
berbahasa China berada di tiga provinsi tersebut yaitu Naratiwat, 0.3%. Patani 1.0%
dan Yala 3.05 (Senus Penduduk Thailand, 2000) (Helmiati, 2011: 231-232).
Mengenai jumlah masjid yang berada di Thailand, ada sekitar 2.500 masjid tetap
pada tahun 1976, ada hanya 2.078 masjid terdaftar menurut dekrit raja 1947
mengenai masjid . Seperti ada 414 masjid di provinsi songkhla, 196 masjid di
provinsi Yala dan 139 di kota Bangkok. Berdasar wilayah, ada 1.695 masjid di
selatan, 364 masjid di provinsi tengah, 18 masjid di timur-laut dan satun hanya satu
masjid terdaftar di provinsi Timur. Namun sangat sedikit iman yang kualified, kitab
suci alQur‟an telah diterjemahkan ke dalam bahasa Thai (M.Ali Kettani, 2005: 201-
202).

22
Beberapa ribu Muslim Thailand melaksanakan ibadah haji setiap tahun.
Hukum keluarga Muslim berlaku hanya berlaku empat provinsi di bagian selatan
yaitu provinsi Patani, Yala, Naratiwat, dan songkhla. Dua 18 qadi oleh pemerintah
untuk masing-masing provinsi ini sebagaimana juga Komite Negara Urusan untuk
seluruh Thailand dikepalai oleh Sheikh-ul-Islam tertinggi tidak dipilih oleh Muslim
tetapi diangkat oleh Negara. Ada sekitar empat ratus sekolah Muslim (pondok atau
pasantren). Islam tidak diajarkan di sekolah negeri, pemerintah mendirikan lembaga
Pendidikan Islamnya sendiri, dan sebuah perguruan tinggi Islam. Jadi pemerintah
berusaha mengendalikan pendidikan Islam juga. Sedikit orang Muslim mencapai
pendidikan tingkat perguruan tinggi, hanya beberapa ratus lulusan perguruan tinggi
di kalangan Muslim, di antara empat puluh doctor dan tiga puluh insinyur. Banyak
Organisasi Muslim lokal, tetapi tidak ada Organisasi nasional yang dapat
menyatukan semua Muslim. yang terpenting di antara asosiasi ini adalah asosiasi
kesejahtraan Thai (Bangkok), asosiasi Angkatan muda muslim thai dan asosiasi
Muslim Thai (M. Ali Kettani, 2005: 203).
Songkhla dalah provinsi terbesar di Thailand selatan, yang memiliki
bandara internasional dan sebagai pusat perdagangan di selatan. Masyarakat Budha
etnis Thai kebanyakan tinggal di perkotaan, meskipun mereka minoritas di selatan,
mereka termasuk kelompok ekonomi menengah uaitu ada sebagai pemerintah dan
pengusahaan. Selama masa integrasi Pattani, istilah untuk keempat provinsi yang
minoritas Muslim, masyarakat Thai Bhuda mendapat perhatian khusus dari
pemerintah. Karena mereka selalu mendominasi sebagai pemimpin 19 utama
lembaga-lembaga pemerintah di Thailand selatan. Sementara etnis minoritas lain
seperti china kebanyakan juga tinggal di perkotaan sebagai pedagang. Kawasan
“percinaan terbesar di selatan adalah di kabupaten betong, provinsi Yala. Sementara
penduduk etnis Thai di perdesakan kehidupan ekonomi dankedudukannya sama
dengan masyarakat Muslim, sebagai pertani, nelayan dan pendagang kecil
(Helmiati, 2011: 232).

23
2. Hubungan Pattani Dengan Negeri Melayu
Hubungan di antara negeri Patani dan negeri-negeri Melayu (Malaysia dan
Indonesia sekarang) adalah terbagi kepada beberapa bahagian hubungan seperti:
hubungan ras keturunan, bahasa, kebudayaan agama, dan politik

a. Hubungan ras keturunan


Patani mempunyai tali perhubungan yang sangat erat dengan negeri-negeri
Melayu kerena pendududk-penduduk negeri Patani mempunyai keturunan
yang sama yaitu berketurunan melayu baik di peringkat raja atau peringkat
rakyat. Ismail Hussein telah menyatakan dalam “Tamadun Melayu
Menyosong Abad kedua puluh satu” Alam melayu itu pula telah membina
kerajaan Agung Funan, Campa, Langkasuka, Seriwijaya, Majapahit dan
Melaka, dan hasil seni budaya di Campa atau di Jawa, tidak kalah hebatnya
dengan ada di India atau Yunani.
b. Hubungan bahasa
Selain dari hubungan keturunan, maka bahasa tutur juga sama sebahasa
yaitu bahasa Melayu, bahasa yang digunakan di Semenanjung Tanah
Melayu ini, bahkan lebih luas dari itu sebagaimana yang dinyatakan oleh
Nik Safiah Karim dan rakanrakannya dalam Tatabahasa Dewan Edisi Baru,
1995 bahwa seorang pendeta dan ahli sejarah bangsa belanda bernama
Francis Valentanjn berkata: Bahasa mereka, bahasa melayu bukan saja
dituturkan di Daerah pinggir laut, tetapi juga digunakan di seluruh
kepulauan melayu dan di segala negeri-negeri Timur, sebagai suatu bahasa
yang difahami di mana-mana saja oleh setiap orang, tidak berubah seperti
bahasa Lati, Eropa, atau sebagai bahasa Lingua Franca di Itali dan Lavant.
Sungguh luas tersebar bahasa melayu sehingga kalau kita kehilangan jejak,
kerena bahasa itu bukan saja di mengerti di perancis bahkan lebih jauh
daripada negeri itu, dan di sebelah Timurnya sehingga kepulauan Filipina.
c. Hubungan kebudayaan
Selain dari dua hubungan diatas maka umat Patani mempunyai hubungan
rapat dengan dengan negeri-negerui Melayu lain disegi adat istiadat dan

24
kebudayaan seperti: Seni bina Masjid, pakain ada baju kurung, baju
kebudayaan, baju bandung dan baju telukbelanga, bidang hiburan,
mempunyai Mak yong, Wayang kulit, Layang-layang, pintu gerbang dan
adat istiadat orang melayu berpegang dengannya. Pepatah melayu berkata
“Biar mati anak jangan mati adat‟‟ antara adat yang masih dilakukan oleh
orang-orang melayu ialah adat mandi 37 Safar, adat bermain pantai, adat
menyembah pantai, adat menziarahi kubur, adat bernazar dam melepas
nazar, adat berinai, adat turun tanah, adat bergotong royong, adat
meminang, adat membelah mulut, adat berlimau, adat bunga telor dan
sebagainya (Ismail Awang, 1996: 10).
d. Hubungan ras keturunan
Penduduk negeri Patani beragama Islam kerena mempunyai hubungan
dengan negeri-negeri melayu lain dalam menganuti agama Islam kecawali
pada penduduk Patani yang berketurunan Siam dan Cina mereka beragama
Budha. Diantara perkaraperkara yang menunjukan yang dimikian itu ialah
sistem pendidikan agama atau carfa memperkembangkan agama adalah
dilakukan dalam sistem pondok, dan Patani adalah sebagai pencetak ulama-
ulama yang sangat banyak sebagaimana Ahmad Fathy al-Fatani dalam
mukadimah “Ulama besar Patani” (Ahmad Fathy al-Fatani,2001: 19).
e. Hubungan politik
Negeri Patani Darussalam pada suatu ketika adalah pernah bersama dengan
negeri Kelantan dalam satu pemerintahan, Haji Abdul Halim Bashah
menyatakan dalam mukadimah bukunya Raja Campa & Dinasti Jawa dalam
Patani besar katanya: Sewaktu keduanya (ketika itu bernama Langkasuka
dan medang Gana) berada dalam Negara “YAWADWIPA” atau Chryse
Chesonesos dalam abad pertama dahulu maka telah 38 muncul sebagai ibu
kepada sejarah (tamaddun) bangsa Melayu (al-jauwiyah) di Nusantara.

3. Analisis Kondisi Masyarakat Pattani Sebelum Masuk Islam


Kedudukan masyarakat Patani terletak di daerah yang sangat strategis, yang
dilalui lintas perdagangan timur-barat, menyebabkan kerajaan Patani cepat

25
berkembang dan menjadi kerajaan penting di selatan Siam dan utara Semenanjung
Malaka. Pedagang-pedagang muslim telah mendatangi Patani untuk berdagang dan
berdakwah. Kehadiran Islam di Patani dimulai dengan kedatangan Syeikh Said
Mubaligh dari Pasai, yang ketika itu berhasil menyembuhkan Raja Patani bernama
Phya Tu Antara yang sedang sakit parah. Phya Tu Intira (1486-1630 M) beragama
Budha dan masuk Islam berganti nama menjadi Sultan Ismail Syah. Sejak itu agama
Islam mempengaruhi budaya dan kehidupan keagamaan rakyat Patani.
Menurut Hikayat Patani, kedatangan para ulama seperti Syekh dan
muridnya Abdul Al-Mu‟min dari Minangkabaw, dan Syeikh Faqih Safi Al-Din dari
pasai pada paruh kedua abad ke-16. Mereka semua sangat berperan penting dalam
kehidupan beragama di Kesultanan Patani. Safi Al-Din, misalnya mendorong raja
untuk mendirikan sebuah mesjid istana dan akhirnya ia diangkat menjadi penasehat
Sultan Muzaffar Syah dalam bidang keagamaan. Kemudian pada pertengahan abad
ke-17, sejumlah 50 ulama datang ke Patani, seperti Sayyid Abdullah dari Yerusalam
ViaTtrengganu, Haji Abdul Ar-Rahman dari Jawa, dan Faqih Abdul AlManan.
Seorang Minang Kabau dari Kedah, dan Syeh Abdul Al-Qodir dari Pasai. Mereka
melakukan usaha-usaha dalam menyebarkan Islam lebih jauh dikalangan
masyarakat Patani.
Pada awalnya, Patani merupakan sebuah kerajaan Melayu Islam yang
berdaulat, mempunyai kesultanan dan perlembagaan yang tersendiri. Patani adalah
sebahagian dari 'Tanah Melayu'. Namun pada pertengahan abad ke-19 Patani telah
menjadi korban penaklukan Kerajaan Siam. Kehadiran Islam di Pattani dimulai
dengan kedatangan Syeikh Said, mubalig dari Pasai, yang berhasil menyembuhkan
raja Patani bernama Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah. Phaya Tu Nakpa
(1486-1530) beragama Budha kemudian masuk Islam dan bergelar Sultan Ismail
Syah. Kesultanan Pattani mengalami kemajuan pesat setelah menjalin hubungan
dagang dengan Kesultanan Malaka. Kesultanan Patani kemudian menjadi pusat
perdagangan dan pelabuhan, terutama bagi pedagang dari Cina dan India. Kejayaan
Pattani berakhir setelah dikalahkan Kerajaan Siam dari Bangkok. Peninggalan
sejarah Patani berupa nisan kubur yang disebut Batu Aceh yang melambangkan
kedekatan hubungan dengan Samudera Pasai.

26
Zaman kesultanan Patani, Sultan Muzafar Syah (1530-1594) dikenali
sebagai seorang pemerintah yang berminat meluaskan pengetahuan dalam pelbagai
bidang pengajian Islam dan banyak memberikan perhatian dalam 51 mendirikan
tempat beribadah dimerata tempat. Kedatangan seorang ulama bernama Syeikh
Safiyuddin telah meningkatkan lagi penyebaran Islam dan penerapan syariah di
bumi Patani. Syeikh Safiyuddin telah dikurniakan gelaran Raja Seri Faqih oleh
baginda kerana segala jasanya itu. Zuriat keturunan Syeikh Safiyuddin melahirkan
ramai ulama terkenal yang memainkan peranan penting dalam penegakan syariah
di Patani.
Mengenai kemunculan Patani yang lain pula terdapat dua versi yang
berbeda. Versi pertama menyatakan Patani dibuka oleh Phya Na Tukpa yang
kemudiannya memeluk Islam melalui Syeikh Syafiyuddin pada akhir 1400 Masehi.
Phya Na Tukpa ini kemudian menukar nama baginda kepada Sultan Ismail Syah,
mangkat dalam tahun 1530 Masehi.Versi kedua sejarah pembukaan Patani pula
menyebut Raja Indera Wangsa yang membuka mengasaskan negeri Patani.
Raja Indera Wangsa inilah yang memeluk Islam melalui Syeikh Said dan
ditabalkan dengan nama Sultan Muhammad Syah. Menurut kajian lanjut, Raja
Indera Wangsa inilah yang berketurunan Raja Sri Wangsa yang melahirkan zuriat
sehingga Sultan Ismail Syah, selanjutnya Raja terakhir berketurunan ini, Raja
Kuning (1635 – 1649). Manakala, Syeikh Said pula ialah ulama dari Pasai yang
dilantik sebagai Penasihat Sultan Patani dengan gelaran Datuk Seri Raja Fiqih.
Penurut pandangan penulis, Syeikh Said dari Pasai telah mengislamkan Raja Seri
Wangsa dan menukarkan nama baginda kepada Sultan Muhammad Syah.

Manakala Syeikh Shafiyuddin pula telah datang 52 ke Patani pada semasa


pemerintahan Sultan Muzaffar Syah (1530 – 1564). Ketika itu raja-raja Patani telah
pun memeluk Islam, tetapi pengamalannya masih belum meluas. Syeikh
Shafiyuddin inilah yang digelar Tok Raja Fiqih. Raja Indera Wangsa pula
melahirkan putera bernama Raja Andiradha Wangsa, dan ditabal pula sebagai Raja
Patani setelah kemangkatan baginda. Raja Andiradha Wangsa berkahwin dengan
Puteri Raja Singgora dan melahirkan pula Raja Andiradha Dewa Wangsa. Apabila

27
Raja Andiradha Wangsa mangkat, Raja Andiradha Dewa Wangsa pula ditabal
sebagai Raja Patani. Keturunan Raja Seri Wangsa berketurunan Sri Wijaya ini terus
menerus memerintah negeri Patani sehingglah lahirnya Phya Tu Nakpa atau Sultan
Ismail Syeikh serta keturunannya. Di dalam riwayat lain, dikatakan seorang yang
bernama Syeikh Syafiuddin telah mengislamkan Phya Tu Nakpa. Setelah
ditabalkan semula oleh Syeikh Syafiuddin, Phya Tu Nakpa telah diberikan gelaran
Sultan Ismail Syah Zillullah Fi al-„Alam. Syeikh Syafiuddin juga diberikan gelaran
Datuk Seri Raja Fiqih yang menjadi Penasihat Agama kepada Kerajaan Patani.
Semasa pemerintahan Sultan Ismail Syeikh, baginda telah menugaskan Syeikh
Syafiuddin menyeru dakwah Islam seluruh kepada kaum kerabat baginda dan
pembesar-pembesar istana.
Kemudian Islam tersebar luas dan diterima oleh rakyat Patani dengan hati
terbuka. Agama 53 Hindu sudah tidak dipedulikan lagi bahkan tempat ibadat
ditinggalkan sehingga habis runtuh binasa dengan sendirinya. Jawatan menteri dan
pembesar telah ditukar oleh Syeikh Syafiuddin dengan panggilan orang Datuk dan
Orang Kaya. Setelah memeluk Islam, Sultan Ismail Syeikh juga telah
memperkukuhkan hubungan dengan Sultan Melaka terakhir, Sultan Mahmud
Syeikh (1488 – 1528).

4. Sejarah Masuknya Islam di Pattani Selatan Thailand


Kedatangan agama Islam ke Patani mahupun Nusantara Melayu sendirin
terus diperdebatkan oleh para sarjana tetapi belum dapat memberikan kata puts
yang setepatnya. Sepakat ini bukti paling awal permulaan Islam di Semenanjung
Melayu ditemui pada inskripsi Batu bersurat, Sungai Tersat, Terangganu.
Penegasan Syed Naguib Al-Attas berhubung dengan tariknya pada 22 Februari
1303 M. Kajian yang dilakukan ke atas batu nisan Rja Patani yang pertama
beragama Islam pula membuktikan jenis dan bentuknya adalah sama dengan batu
nisan Raja Pasai yang pertama beragama Islam yaitu Sultan Malik As-Salleh, 1297
M. Sebagai bukti terawal kemasukan Islam ke Nusantara. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pendapat beberapa orang sarjana Barat bahwa Patani pernah

28
menjadi pusat Islam tertua di Asia Tenggara. Sejajar dengan kemasukan Islam di
Semenanjung menerus bukti inskripsi Sungai Tersat, maka penjelasan de Eredia
sekali lagi telah memberikan penegasan. Jelas beliau, (Mohd Zamberi A.Malek,
1993: 22).
HIKAYAT Patani telah mengisahkan bahawa ada seorang raja dari Kota
Mahligai bernama Paya Tu Krub Mahajana. Baginda mempunyai seorang putera
yang bernama Paya Tu Antara yang telah mewarisi takhta pemerintahan
ayahandanya. Setelah beberapa lama berkerajaan bagindapun mangkat dan
pemerintahan seterusnya telah digantikan oleh anakandanya Payu Tu Nagpa di
sekitar tahun 1500M. Sewaktu pemerintahannya baginda dikatakan gemar
memburu binatang. Pada suatu hari baginda menerima perkhabaran yang
menyatakan di kawasan tepi laut banyak terdapat Binatang buruan. Dengan itu
berangkatlah angkatan perburuan diraja pergi ke hutan yang diiringi turut oleh
sekalian hamba rakyat. Apabila tiba di Kawasan tersebut maka jerat dan jaring pun
dipasang sambil baginda menitahkan supaya pengepungan binatang buruan
dilakukan dari pagi hingga kepetang. Ketika itu juga kedengaran suara anjing-
anjing perburuan menyalak tidak berhenti-henti berhampiran sebuah tasik. Oleh itu
baginda Paya Tu Nagpapun bertanya, apakah yang disalakkan oleh anjing itu
sembah seorang menteri, Daulat Tuanku, patik mohonkan ampun dan kurnia, ada
seekor pelanduk putih besarnya sepertikambing, tubuhnya gilang-gemilang, itulah
yang diperhambatkan oleh anjing itu, maka pelanduk itupun tiba-tiba lenyap dari
pantai ini. Setelah mendengar kisah aneh yang diceritakan maka Angkatan
perburuan itu beredar dari tempat kejadian pelanduk putih itu.
Tidak berapa jauh darisana terdapat sebuah perkampungan nelayan,
ketuanya seorang nelayan tua bernama Tani, kehidupan sehariannya bersama isteri
ialah membuat kerja merawa dan menjerat. Budi bahasanya bersopan santun, beliau
mengakui dirinya sebagi rakyat kota Mahligai. Sewaktu mengiringi paduka
nendanya berangkat ke kota Ayutaya dulu, beliau telah jatuh sakit dan tidak berdaya
meneruskan perjalanan lalu berkampung disana. Memandangkan tempatnya yang
baik maka baginda Paya Tu Nagpa telah bersepakat dengan para pembesar
memutuskan rancangan membuka negeri yang baru di kawasan kejadian pelanduk

29
putih. Dua bulan kemudian usaha- usaha meneroka kawasan sekitarnya telahpun
siap dan kawasan tersebut dinamaka Patani. Mengikut pendapat ramai nama
tersebut diambil dari nama orang tua nelayan itu. Sejajar dengan penumbuhan
kerajaan yang baru beberapa buah bangunan penting telah didirikan, sebuah istana
besar tempat mersemayam telah dibina di daerah Gerisik yang dikeliling dengan
kota. Pintu gerbangnya bernama Pintu Gajah mengadap sungai penyeri. Baginda
juga telah menyusun struktur kerajaan. Mengadaka peralatan kebesaran kerajaan,
pancaragam nobat dan sebagainya. (Mohd Zamberi A.Malek, 1993: 29-30).
Patani memeluk Islam terdapat suatu cerita yang menarik mengenai
bagaimana Raja Patani memeluk Islam. Hikayat Patani menceritakan kira- kira.
Syahadat pada suatu ketika. Raja Patani ditimpa sakit. Diubati oleh segala dukui
istana tetapi tidak juga sembuh. Akhirnya seorang Pasai, Sheikh Said namanya.
Memberi kesanggupan untuk mengubatinya. Tetapi dengan syarat apabila sembuh
nanti. Raja harus memeluk Agama Islam. Syarat itu diterima oleh Raja, tetapi
apabila sembuh, baginda tidak menepati janjinya. Beberapa tahun kemudian.
Penyakit lamanya timpa lagi. Lalu orang Pasai itu datang lagi mengubati penyakit
baginda dengan syarat yang sama seperti dahulu. Apabila sudah sembuh lagi,
baginda tetap menyalahi janjinya lagi. Akhirnya penyakit itu menyerang lagi bagi
kali yang ketiga. Kali ini baru baginda bersumpah. Katanya: Jikalau sembuh
penyakit kali ini, tiadalah kuubahkan janjiku dengan dia itu. Demi berhala yang ku
sembah ini, jikalau aku mengubahkan janjiku ini, janganlah sembuh penyakitku ini
selama-lamanya. Setelah baginda sembuh dari sari sakitnya. Baginda bersama
keluarga dan pembesar istana memeluk Islam. Sejak itu mulailah Islam berkembang
di Patani. Terdapat perbedaan pendapat mengenai nama Raja Patani yang memeluk
Islam itu.
Hikayat Patani menyebutkan sebagai Phya Tu Nakpa sendiri, Raja yang
membuka negeri patani, lalu menukar nama kepada Sultan Ismail Shah, sementara
buku Sejarah kerajaan Melayu Patani pula menyebutkan sebagai Raja Antira Putera
kepada Phya Tu Nakpa. Lalu menukar kepada nama Islam. Sultan Muhammad
Shah. Sultan Ismail Shah kemudiannya melantik Sheikh Said menjadi guru Agama
Islam di dalam istananya dan diberi gelaran “Datuk Sri Raja Faqeh” Setelah Raja

30
memeluk Islam yang segera kemudinnya diikuti oleh pembesar. Pengaruh Hindu-
Budda mulai berkurang, lemah dan akhirnya hilang dari Patani. Pada masa inilah
patung-patung Hindu-Budda dipercayai telah dimusnahkan.
Raja Ismail Shah telah mengadakan hubungan luar negeri dengan dua buah
kerajaan jiran: Melaka dan Siam. Utusan Raja Patani ke Melaka telah disambut
dengan baik oleh Sultan Mahmud Shah (1488-1511). Kemudian juga dengan utusan
ke Ayuthaya.(Ahmad Fathi-Fatani, 1994: 13-14). Masyarakat keturunan Melayu
Patani dalam sejarah lampaunya telah menempuh satu peradaban yang unggul.
Ianya telah di kesan wujud sejak abad pertana Meshi apabila kemunculan Negara
kota Langkasuka yang disyaki di sekitar Patani. Pengaruh luar seperti Funan,
Sriwijaya, Majapahit dan Siam telah melahirkan Patani sebagai pusat yang dipenuhi
kegiatan tamadun Melayu Islam di zaman kegemilangannya. Ini telah dipersetujui
oleh para pengkaji budaya dan sejarah bahwa Patani pernah menjadi pusat
kebudayaan Melayu semenanjung.
Menurut Mubin Sheppard, seorang tokoh budaya Melayu asal-usul seni
muzik, tarian, dramatari, perushaan logam, tenunan, seni ukiran dan sebagainya
adalah dari Patani yang pada suatu ketika pernah mencapai tamadun yang tinggi.
Begitu juga pakain tradisi kaum bangsawan raja-raja Melayu Semenanjung
Malaysia. Keseluruhanna setiap unsur kebudayaan, kesenian dan peradaban
Melayu Patani telah diwarisi oleh orang-orang Melayu Kelantan seprti Mak yong,
Tarian Asyik, rebana, kertok, permainan gasing leper, permainan wau bulan, seni
ukiran dan sebagainya. (Mohd Zamberi A.Malek, 1993: 237). Etnis Melayu-
Muslim di Negara ini merupakan kelompok minoritas. Karena menurut data pada
tahun 1979 jumlah mereka yang berada di Muangthai hanya 2.84% atau 977.282
jiwa dari 46 juga jiwa. Akan tetapi di daerah selatan, yang berbatasan dengan
Malaysia, yaitu di provinsi Patani, Yala, Satunan Narativat, Melayu-Muslim
merupakan kelompok mayoritas, yaitu mencapai 74% dari seluruh penduduk di
keempat provinsi tersebut. Secara historis, keempat provinsi tersebut merupakan
satu Kerajaan yang disebut sebagai kerajaan Patani Raya yang menjadikan Islam
sebagai agama resminya. Kapan tepatnya kerajaan Patani beralih ke agama Islam
hingga kini belum diketahui dengan pasti. Namun proses Islamisasi dikalangan

31
penduduknya secara lebih intensif terjadi pada abad ke -12 hingga ke-15 Syekh Said
dari Kampong Pasai memainkan peranan yang sangat menentukan bagi proses
Islamisasi kerajaan Patani yang berikutnya berubah menjadi kesultanan.
Dengan berdirinya kesultanan Patani, wilayah ini kemudian tidak hanya
meneguhkan diri sebagai pusat kekuasaan politik dan dunia dagang, namun juga
menjadi tempat persemaian agama dan intelektual. Dengan ketiga unsur tersrbut,
Patani pada zaman kesultanan termasuk satu wilayah yang kosmopolit. Dibidang
intelektual misalnya, terdapat nama seperti buku Tadzkirah al-maudh‟at ialah
seorang ulama Patani yang paling terkenal. Tokoh lainny yang cukup terkenal
adalah Ali bin Ishaq al-fatani dan Muhammad Shali bin add al-Rahman al-fatani.
Dari kedua nama yang disebut terakhir ini lah, Daud bin Abdullah bin Idris Alfatani
memperoleh Ijazah dan pengetahuan Tarekat Samaniyah, tidak langsung kepada
Muhammad al Samani al Madani.(Arisman, 2017: 369-370).

D. Pendidikan Dan Organisasi Islam di Thailand

Proses Islamisasi di Patani tidak bisa dilepaskan dari peranan pendidikan.


Pada tahap awal pendidikan informal sangat penting, yaitu kontak informal antara
mubaligh dengan rakyat setempat. Selanjutnya ditindaklanjuti dengan munculnya
pendidikan nonformal dan terakhir Pendidikan formal. Pada tahap awal pendidikan
agama Islam di Kawasan Thailand Selatan dilaksanakan pendidikan al-Quran.
Pengajian al-Quran adalah suatu yang mesti dipelajari oleh setiap muslim.
Pengajian al-Quran ini dilaksanakan di mesjid dan di rumah-rumah tok guru. Di
setiap kampung ada rumah tok guru yang dijadikan tempat pengajian al-Quran.19
Selanjutnya muncul pendidikan pondok. Pondok berposisi sebagai lembaga
pendidikan yang amat penting di Thailand Selatan. Alumnus pondok memiliki
posisi yang amat penting dan memiliki peranan yang strategis di tengah-tengah
masyarakat, mereka memimpin masyarakat khususnya dalam bidang keagamaan
menjadi imam, khotib, bilal, menjadi ahli jawatan mesjid, paling tidak menjadi “to

19
http://alhusnakuwait.blogspot.com/2012/11/perkembangan islam-di-thailand.html

32
lebai” Pendidikan formal yang dilaksanakan pemerinah dimulai pada masa raja
Chalongkarn atau Rama V ada tahun 1899. Sekolah ini kurang mendapat sambutan
masyarakat. Melihat itu pada tahun 1821 pemerintah mengeluarkan undang-undang
yang mewajibkan sekolah mulai tingkat sekolah dasar kelas satu sampai kelas
empat. Kendatipun undang-undang itu dikeluarkan namun masyarakat Islam di
kawasan Thailand Selatan, khususnya wilayah Patani, Yala, Narthiwat, dan Satun
tidak mmenyambut dengan baik pemberlakuan undang-undang tersebut. Terbukti
statistik tahun 1960 tamat sekolah dasar kelas satu sampai kelas empat di wilayah
tersebut hanya 13,67% masyarakat masih terkait erat dengan Pendidikan pondok.
Kebijaksanaan pemerintah Thailand berikutnya pada tahun 1966, adalah
mewajibkan seluruh institusi pondok untuk mendaftarkan diri ke pemerintah di
bawah Akta Rongrian Rat Son Sasna Islam (Sekolah Swasta Mengajar Agama
Islam). Sejak itu mulai berubah pendidikan pondok di Selatan Thailand. Perubahan
itu memunculkan timbulnya madrasah. Peran ulama-ulama Patani sangat dominan
dalam proses Islamisasi tersebut, bahkan peranan mereka tidak hanya di Patani saja,
tetapi juga sampai ke luar negeri, seperti ke Indonesia. Di antaranya yang terkenal
adalah syekh Wahid bin Syarif Sulaiman al-Patani, yang telah berhasil
mengislamkan Raja Buton yaitu Raja “Walio”20 Syekh Abdul Jalil al-Fathoni telah
menyebarkan agama Islam di Kalimantan Barat (lebih kurang tahun 1700). Syekh
Daud Abdullah al-Fathoni juga seorang ulama Patani, yang bermukim di Mekah
dan menulis banyak kitab-kitab agama. Dipandang dari sudut interen yakni
munculnya lembaga pendidikan Islam di Patani, setelah berproses dari lembaga
pendidikan informal, non formal dan selanjutnya muncul lembaga pendidikan
pondok sebagai lembaga formal.

1. Lembaga Pendidikan Islam Di Thailand


Lembaga-Lembaga pendidikan Islam di Thailand:

a. Pondok

20
Haidar Putera Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2009), h. 135

33
Pondok adalah lembaga pendidikan tertua di Patani dan di antara pondok-
pondok tertua itu adalah Pondok Dala, Bermin, Semela, Dual, Kota, Gersih, Telok
Manok, yang mempunyai pengaruh besar bagi pertumbuhan pendidikan Islam di
daerah ini, oleh kerena pondok-pondok ini banyak didatangi oleh pelajar (di luar
Patani). Maka pondok ini banyak sekali pengaruhnya bagi pembangunan bahasa
Melayu, pengaruhnya juga sampai ke Burma dan Kamboja. Pondok mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :

1. Sistemnya dipengaruhi dengan sistem Pendidikan abad pertengahan, yaitu


halaqah, murid-murid duduk melingkari guru.
2. Tidak memakai sistem kelas (non klassikal).
3. Pelajaran berpedoman pada kitab-kitab yang dibaca disebuah hal terbuka
dikenal namanya dengan sebutan balaisah, tiga kali sehari.
4. Sang murid mencatat penjelasan dan komentar yang mereka dengar dari
guru mereka.
5. Pelajar-pelajar pemula belajar bersama dengan pelajar senior tidak
klasifikasi berdasarkan latar belakang mereka.
6. Tidak ada ujian dan tugas-tugas.
7. Tidak ada batas lamanya studi, seseorang bisa saja sampai bermukim
sepuluh tahun di pondok tersebut.

Ada tiga unsur pendidikan pondok di Patani, yaitu unsur pendidikan ibadah
yaitu menanamkan keteguhan iman. Tabligh, yaitu penyebaran ilmu, ketiga amal
untuk mewujudkan ajaran Islam dikalangan masyarakat. Materi pelajaran yang
diutamakan di pondok adalah berdasarkan pada pembacaan dan pemahaman kitab-
kitab klasik, baik dalam bahasa Arab maupun Melayu tulisan Jawi. Ciri khas dari
pengajaran pondok itu adalah “No System of education non syllabus, each professor
(tok guru) is having his own method of eaching and syllabus”. Di antara kiab-kitab
yang dipaparkan dan dipelajari di pondok adalah: Nahw dan sarf, figh,tafsir, hadits,
dan balaghah. Pondok (sekolah agama) di Thailand Selatan secara keseluruhan

34
dapat dikatakan sama dengan pesantren di Jawa 1950/60-an sebelum mengalami
modernisasi.21
Pondok Patani umumnya masih sangat tradisional, bagi kaum Melayu
Muslim Thailand Selatan ia adalah lebih dari sekedar lembaga pendidikan Islam.
Tetapi juga merupakan salah satu identitas keagamaan dan budaya. Jadi ancaman
penutupan pondok oleh pemerintah, langsung maupun tidak merupakan
pembunuhan “genocide” religius-kultural. Ada dua fatwa utama yang
menyebabkan terjadinya dinamika dikalangan pondok di Thailand Selatan, yaitu
tuntutan kemajuan dan perubahan zaman. Keikutsertaan pemerintah Thailand untuk
memasukkan mata pelajaran umum ke pondok. Sehingga pondok berubah menjadi
madrasah.22
b. Madrasah

Ciri-ciri madrasah di Thailand:

1. Sistem klasikal.
2. Mempunyai kurikulum, silabus yang telah ditetapkan pokok-pokok bahasan
serta jadwal pelajaran.
3. Diajar oleh tenaga pengajar yang memiliki spesialisasi dalam bidang mata
pelajaran yang diajarkan di madrasah tersebut.
4. Diajarkan dua jenis ilmu pengetahuan, pengetahuan pendidikan agama dan
pengetahuan umum.
5. Disamping tenaga pengajar, memerlukan juga tenaga administrasi, bagian
akademik dan keuangan.
6. Sistem manajemen tidak lagi terkonsentrasi pada satu orang/tok guru telah
berubah adanya pembagian tanggung jawab (sharing patner) antara
pimpinan madrasah.

21
Fatimahuzzahro fadhil, Pendidikan di Thailand dan filipina,
http;//fatimauzzahrofadhil.com.2011/09/pendidikan –di-thailand-dan-filipina.html
22
Haidar Putera Daulay, Dinamika Pendidikan Islam …, h. 151

35
7. Oleh kerena itu di madrasah mata pelajaran yang diajar bervariasi, maka
madrasah memerlukan fasilitas pendidikan dan pengajaran seperti
laboratorium bahasa, labor komputer, labor sains dan sarana olah raga.
Institusi madrasah di Thailand dapat dibagi pada tiga tingkatan: Yaitu
Ibtidaiyyah, Mutawassithah, dan Tsanawiyyah. Dari sekian banyak yang
melaksanakan model madrasah adalah:
a) Ma’had Attarbiyyah. Buku-buku umum diambil dari buku-buku yang
diterapkan oleh pemerintah sedangkan buku agama dibuat sendiri oleh
ma’had.
b) Madrasah Ar-Rahmaniyyah Fatani. Tingkat pendidikan yang
dilaksanakan di sini adalah: Taman kanak-kanak 2 tahun, Ibtidaiyyah 4
tahun, Mutawassitah 3 tahun, Tsanawiyyah 3 tahun.

2. Pendidikan Tinggi Islam Di Thailand


Sebagai sampel dari Perguruan Tinggi Islam di Thailand dikemukakan
seperti College of Islamic Studies prince of Songkla University. College of Islamic
Studies mempunyai status yang sama dengan fakultas. Universitas ni didirikan pada
tahun 1989 untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Muslim Thailand dalam bidang
pengajian tinggi Islam. Lembaga ini merupakan satu-satunya College negeri (yang
diasuh pemerintah) Thailand.

3. Perbandingan Pendidikan Islam Thailand Dengan Indonesia


Pendidikan (termasuk pendidikan Islam) yang dilaksanakan di Thailand
memiliki persamaan dengan pendidikan Islam di Indonesia di antaranya:

a. Sistem pendidikan Thailand dan Indonesia sama-sama memiliki pendidikan


formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal.
b. Lembaga pendidikan Islam di Thailand dan Indonesia sama-sama memiliki
nama yang sama seperti pondok, madrasah dan dari segi materi yang
diajarkan juga relative sama karena pondok di Thailand adalah mengadopsi
pondok dari Jawa.

36
c. Di lembaga pendidikan madrasah juga menggunakan sistem klasikal dan
materi yang diajarkan sama dengan madrasah di Indonesia yaitu
memadukan materi agama dengan umum.
d. Di Thailand juga mengenal wajib belajar 9 tahun seperti halnya di
Indonesia.
e. Di Thailand juga dilaksanakan UN (Ujian Nasional)

Meskipun secara garis besar sistem pendidikan di Thailand sama dengan di


Indonesia, namun perbedaan yang

dapat dilihat adalah:

1) Meskipun sama-sama melaksanakan UN, namun mata pelajaran yang diuji


lebih banyak dari pada yang di UN kan di Indonesia.
2) Mewajibkan mempelajari bahasa Thai. Hal ini dilakukan pemerintah
dengan dalih nasionalisme, namun di sisi lain ada unsur untuk
menghilangkan bahasa Melayu yang biasa digunakan oleh penduduk
muslim.
3) Di Thailand terdapat mata pelajaran Art, Carceer, dan technology. Jika
dibandingkan dengan Singapura, kedua negara ini sama-sama merupakan
negara di mana masyarakat muslim minoritas, namun kedua negara ini
pendidikan Islam mendapat dukungan dari pemerintah, walaupun di
Thailand terutama di Thailand Selatan sempat terjadi kesenjangan
pendidikan dan diskriminasi pemerintah terhadap mereka.

4. Sheikhul Islam Di Negara Thailand

Untuk menetapkan kewenangan bagi masyarakat muslim Thailand,


didirikanlah sebuah lembaga Dewan Pusat Islam Thailand yang
bernama Sheikhul Islam. Sheikhul Islam adalah organisasi keagamaan yang
terletak di Nu Mai Khlong Sip, Nong Chok, Bangkok, Thailand.
Sheikhul Islam adalah sebuah organisasi yang mewadahi muslim di Thailand dan

37
lembaga yang bertanggung jawab terhadap urusan umat muslim Thailand.
Lembaga ini didirikan berdasarkan regulasi The Royal Act tentang
Administrasi Islam bahwa adanya organisasi yang memberikan struktur dasar dari
berbagai tingkatan organisasi Islam Thailand dan fungsi manajerialnya.

Seorang pemimpin Sheikhul Islam ditunjuk langsung oleh Yang Mulia Raja
sebagai pemimpin urusan Islam di Thailand setelah Perdana Menteri Thailand
mengajukan nama dari semua komite Islam di seluruh negeri. alam proses
perkembangannya, Sheikhul Islam telah memberikan fatwa yang menjaga
kerukunan umat muslim di Thailand. Thailand yang dikenal sebagai negara yang
mayoritas Buddha, tidak menjadikan umat Islam yang minoritas mengalami
kesenjangan dalam kerukunan kehidupan di Thailand. Dalam perkembangannya,
hingga kini tidak terjadi perselisihan antara pemuka-pemuka agama
di Thailand yang menyudutkan Islam. Sepanjang berdirinya Sheikhul Islam, belum
ada perselisihan yang menyudutkan masyarakat muslim.

Ustad Abdul Aziz Phitakkhumpol Pemimpin Sheikhul Islam Thailand yang


ditunjuk pada Juni 2010 dan masih menjabat hingga kini. Dalam menjalankan
tugasnya, seorang Sheikhul Islam Mufti (Chularajmotri) didukung secara finansial
sesuai yang diatur dalam keputusan Kerajaan Thailand. Sheikhul Islam memiliki
kekuasaan dan tugas:

a. mengumumkan keputusan tentang aturan Islam;


b. menerbitkan sertifikasi produk halal;
c. menerbitkan dokumen terjemahan bahasa Inggris dan Arab;
d. menerbitkan sertifikasi dokumen/surat nikah/cerai;
e. menerbitkan sertifikasi masuk Islam;
f. menjawab masalah-masalah agama;
g. dakwah dan promosi Islam melalui jurnal, radio, televisi, website, dll;
h. mendiagnosis, mediasi/penghakiman atas perselisihan antarorganisasi
sesuai dengan hukum; dan
i. mengurus kepentingan umum dan tanggung jawab sosial.

38
Organisasi Dewan Islam Thailand berada di bawah Komite “The
Central Islamic Council of Thailand (CICOT)” yang terdiri
atas Sheikhul Islam sebagai presidennya bersama dengan Komite Eksekutif
(Provincial Islamic Committee, disingkat PIC) ditunjuk oleh Yang Mulia Raja. The
Central Islamic Council of Thailand (CICOT) ini menjalankan tugas sebagai
manajerial Islam di Thailand.
Menurut Undang-Undang Administrasi Ormas Islam B.E.2540 (A.D.1997),
Yang Mulia Raja menunjuk seorang Sheikhul Islam sebagai pemimpin
urusan Islam di Thailand. Secara hukum, Perdana Menteri mengajukan nama orang
yang mendapat persetujuan dari semua Komite Islam provinsi di seluruh negeri
menjadi Sheikhul Islam kepada Yang Mulia Raja untuk Penunjukan Kerajaan
sebagai Sheikhul Islam. Sheikhul Islam adalah presiden dari “The Central Islamic
Council of Thailand (CICOT)” dengan komite yang ditunjuk oleh Yang Mulia Raja
dari 39 Dewan Islam Provinsi (PIC). Anggota CICOT lainnya dipilih
oleh Sheikhul Islam, yang anggotanya adalah sepertiga dari seluruh jumlah
perwakilan dewan provinsi.
Sheikhul Islam sebagai sebuah lembaga di bawah
kebudayaan Thailand yang mengakomodasi seluruh kepentingan umat muslim
di Thailand, meliputi tanggal masuknya bulan Ramadhan, zakat, haji, dan seluruh
kepentingan umat muslim. Lembaga ini berada dalam pengawasan
Kerajaan Thailand yang diberi wewenang dalam memfatwakan dan menetapkan
pengaturan terkait umat muslim di Thailand. Sebagai lembaga yang diberikan
wewenang dalam penetapan pengaturan umat muslim, Sheikhul Islam menjadi
tempat rujukan segala hal yang berkaitan dengan umat muslim Thailand dalam
praktik Islam dan gaya hidup umat muslim Thailand.23

23
Sheikhul Islam, Organisasi yang Mewadahi Muslim Thailand - Tribunnews
(liputaninformasi9.blogspot.com)

39
E. Minoritas Muslim Thailand dan Kebijakan Pemerintah

Secara kultural, baik dari segi agama, bahasa dan budaya, minoritas Muslim
Muangthai yang tinggal di Thailand Selatan, merupakan bagian dari bangsa
Melayu, apalagi tempat tinggalnya secara geografis berbatasan dengan negara-
negara Melayu Malaysia. Namun dari segi politik, mereka merupakan bagian dari
bangsa Muangthai, sejak mereka secara definitif dimasukkan ke dalam Kerajaan
Thai, di bawah kekuasaan Chulalongkorn atau Rama V pada tahun 1902.24 Letak
geografis keempat propinsi itu, serta ikatan-ikatan budayanya telah membantu
memupuk suatu rasa keterasingan di kalangan mereka terhadap lembaga sosial,
budaya dan politik Thai. Sebenarnya, Muslim Thailand lebih memilih untuk
memisahkan diri dari kerajaan Muangtha atau bergabung dengan Malaysia,
meskipun berada di bawah pemerintahan Inggris, karena dengan begitu mereka
dapat hidup bersama dengan masyarakat yang se-agama, se-bahasa, se-budaya dan
se-bangsa. Di bawah pemerintahan Muangthai yang menganut agama Budha
sebagai agama resmi negara, mereka merasa diperlakukan tidak adil sebagai
minoritas.

Di samping itu, mereka terisolasi dari birokrasi negara dan pemerintahan,


bukan saja karena pusat pemerintahan jauh dari daerah itu, dan perasaan terasing
dari birokrasi negara, tetapi lebih disebabkan oleh perbedaan agama, bahasa dan
kebudayaan. Sehingga asimilasi dan integrasi yang diharapkan pemerintah
menjadi sulit tercapai. Kaum Muslim Thailand sebaliknya terkesan cenderung
mengisolasi diri, hal itu karena mengalami kesulitan beradabtasi. Pertama, karena
kebanyakan mereka (terutama yang tinggal di daerah rural seperti Pattani, Yala
dan Naratiwat) hanya dapat berbicara sedikit bahasa Thai atau tidak bisa sama
sekali. Ini membuat mereka tidak mampu berkomunikasi dengan kaum Cina dan
Thai Budha. Kedua, berdasarkan keyakinan agama, kaum Muslim Thailand secara
militan menolak prilaku sosial yang berkaitan dengan kedua kelompok tersebut.

24
Surin Pitsuwan, Islam and Malay Nationalism : A Case Study of the Malay Muslims of
Souther Thailand, terjemahan Hasan Basri, ( Jakarta : LP3ES, 1989), hlm. 21.

40
Misalnya mereka tidak dibolehkan mengahadiri perayaan agama lain atau
menikah dengan penganut agama lain. Ketiga, ketakutan kaum Muslim Thailand
bahwa interaksi dengan Thai Budhis akan mengakibatkan anak-anak mereka
menerima budaya Thai, melalui proses asimilasi dan berakibat mengikis tradisi
Melayu serta nilai-nilai ajaran agama Islam.
Selain itu, proses isolasi terhadap kaum Muslim Thai, sebagian disebabkan
oleh self impossed, sebagian juga disebabkan oleh tekanan orientasi komunikasi
media.25 Perasaan terasing dan ketidakpuasan itu semakin kuat ketika kaum
bangsawan Patani dicopot dari semua kekuasaannya, dan semua jabatan yang dulu
mereka pegang dialihkan kepada birokrat dari Bangkok atau dari propinsi-propinsi
utara, yang memiliki bahasa, agama dan budaya yang berbeda dengan masyarakat
Muslim Patani.
Karena itu, yang menjadi persoalan bagi minoritas Muslim di Thailand
sejak dulu adalah : bagaimana mereka seharusnya berpartisipasi dalam proses
politik sebuah negara yang didasarkan atas kosmologi Buddhis, birokrasi yang
mewakili negara didominasi oleh orang Thai-Buddhis. Berbagai upacara dan ritual
kenegaraan seluruhnya Buddhis dari segi bentuk dan isinya, dan yang paling
penting adalah bahwa birokrasi memiliki kekuasaan untuk mengubah nilai-nilai
dan lembaga-lembaga sosial dan budaya, termasuk nilai-nilai keagamaan untuk
disesuaikan dengan kebutuhan negara.

Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Phibul Songkhram (1938-1944)


dan (1947-1957) misalnya, dikeluarkan kebijakan dan program integrasi
pemerintahan Muangthai yang sangat mengkhawatirkan rakyat Muslim Patani.
Sebagai seorang yang diktator, Phibul Songkhram berusaha men-Siamkan semua
kelompok minoritas non-Budhis di Muangthai. Pada tahun 1940 mulai
diberlakukan dan dipaksakan aturan-aturan kultural tertentu seperti ; memakai
pakaian bergaya Barat, mengadopsi nama-nama Thai bila ingin memasuki
sekolah-sekolah pemerintah atau bila ingin melamar pekerjaan di dalam jajaran

25
Duncan McCarge, The International Media and the Domestic Political Coverage of the
Thai Press, Modern Asian Studies, Vol. 33, Part., 3, (July 1997), hlm. 551-67.

41
pemerintahan. Bahasa Melayu dilarang diajarkan di sekolah-sekolah negeri atau
digunakan dalam percakapan dengan para pejabat pemerintah.26

Kebijakan Phibul di atas, didukung oleh system politik yang berlaku di


Muangthai, dimana otoritas penguasa bersifat absolut, tak dapat diganggu-gugat.
Penguasa cenderung menggunakan berbagai cara untuk menjamin kesesuaian
dengan kelompok minoritas dan mengontrol setiap contervailing power. Sistem
seperti ini berlaku dalam sistem pemerintahan Muangthai yang dikenal dengan
“politik birokrasi” yang berarti kuatnya kontrol pemerintah terhadap kehidupan
rakyat.27

Kebijakan yang dipaksakan ini justru mempertegas identitas mereka untuk


menentang Pada periode selanjutnya, pemerintah Thai mencabut beberapa
kebijakan ekstrem khususnya maklumat Ratthanayom dari rezim lama dan
menunjukkan sikap politik terhadap kaum Muslimin, seperti memberikan
kebebasan kepada minoritas Muslim untuk menjalankan agamanya. Cara ini
berhasil membuat masyarakat Muslim mau terbuka dan mau menggandeng
saudaranya sesame Muslim untuk berperan dalam pembangunan nasional
Muangthai. Partisipasi Muslim Melayu dalam system politik dan sebagai warga
negara Muangthai mulai tumbuh sejak bangkitnya demokrasi pada tahun 1979.

Kaum Muslim di Muangthai terpecah menjadi empat kelompok, yaitu


Chularajmontri (kepala kantor masyarakat Muslim di Muangthai), kelompok
modernis yang menerbitkan jurnal al-Jihad, kelompok ortodok yang menerbitkan
Al-Rabithah, dan kelompok Muslim Melayu di Selatan yang menentang kelompok
Chularajmontri, namun menolak dikatakan sebagai rival Al-Jihad dan Al-

26
Peter G. Growing, Op.cit., hlm. 111. Menurut Deliar Noer, kebijakan asimilasi ini
dimulai pada tahun 1932. Pemerintah mewajibkan masyarakat Muslim untuk belajar dan berbicara
dengan bahasa Thai, memakai pakaian Thai serta meninggalkan pakaian Melayu, bahkan anak- anak
Muslim dihalangi untuk belajar ke sekolah-sekolah Islam. Deliar Noer, dalam M.B. Hooker, Islam
in South-East Asia, (Leiden : E.J. Brill, 1988), hlm. 211.
27
Arong Suthasasna, Hukum Islam dalam Sistem Politik Thailand, dalam Sudirman Tebba,
Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara, (Bandung : Mizan, 1993), hlm. 133.
Mengenai sistem politik birokrasi ini, Kukrit Prakoje menggambarkannya sebagai berikut : “ Tidak
ada satu moment dalam kehidupan rakyat yang terlepas dari control pemerintah. Kesejahteraan
masyarakat serta kepentingan masyarakat seluruhnya bergantung pada pemerintah…”. Meskipun
hanya untuk menggali selokan di sawah misalnya, seseorang harus mendapat izin dari pemerintah.

42
Rabithah. Semua kelompok ini, meski terpecah-pecah karena perbedaan
kepentingan, namun sama-sama memiliki komitmen terhadap Islam.

43
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapatlah diambil kesimpulan:


1. Thailand yang bisa juga disebut Muangtai, aau Muangthai Risabdah,
atau Siam, atau Negeri Gajah Putih yang terletak di sebelah utara
Malaysia dan sering dilukiskan sebagai bunga yang mekar di atas
sebuah tangkai, yang secara resmi negaranya beragama Budha aliran
Teravada.
2. Masuknya agama Islam ke Selatan Thailand (Patani) tidak bisa
dilepaskan dengan masuknya Islam ke Asia Tenggara. Rentetan
penyiaran Islam di Nusantara ini merupakan satu kesatuan dari mata
rantai proses Islamisasi di Nusantara.
3. Dalam tatanan sosial, masyarakat muslim Thailand mendapatkan
julukan yang kurang enak didengar yaitu khaek (orang luar,
pendatang atau tamu). Istilah ini juga digunakan unuk menyebut
tamu-tamu asing atau imigran kulit berwarna.
4. Tentang pendidikan yang dilaksanakan di Thailand memiliki
persamaan dengan pendidikan Islam yang ada di Indonesia. Seperti
pondok dan madrasah. Perbedaanya hanya pada jumlah mata
pelajaran yang diujikan pada UN dan berkewajiban mempelajari
bahasa Thai.
5. Kondisi masyarakat Patani Selatan Thailand sebelum Islam datang,
Patani dikenal sebagai kerajaan Hindhu Brahma. Rajanya yang
terkenal adalah Bhaga Datta (515M) yang berarti “pembawa kuasa”
ketika Kerajaan Sriwijaya berhasil memelukan Nakorn Sri Thamrat
(sekarang legordi Thailand). Patani kini menjadi salah satu dari lima
provinsi di Thailand selatan dengan disebut provinsi Pattani, Yala,
Naratiwat, Satun dan Songkhla, banyak dihuni oleh umat Islam.
6. Proses masuknya Agama Islam di Patani Selatan Thailand,

44
berdasarkan pendapat yang populur serta terima secara umum oleh
ahli sejarah bahwa Islam masuk ke Patani melalui jalur perdagangan.
Kerena perdagangan melalui Samudra Hindia dan laut Cina selatan
mulai sejak abad ke-10 dan bergembang sampai abad ke-11 M

45
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fathi al-Fatani,Pengantar Sejarah Patani, (Alor Setar: Pustaka
Darussalam,1994)

Al-Aydrus Muhammad Hasan. Penyebaran Islam di Asia Tenggara. Jakarta:


Lentera, 1996.

Daulay, Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta:


Rineka Cipta, 2009

Duncan McCarge, The International Media and the Domestic Political Coverage of
the Thai Press, Modern Asian Studies, Vol. 33, Part., 3, (July 1997)

Esposito, John L. The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World


(Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern), terj. Eva Y.N, et.al. Cet. II;
Bandung: Mizan, 2002.

Mania, Perkembangan Sosial Islam Di Thailand, Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan


Budaya Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar, (2019)

Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan.


Jakarta: Bulan Bintang, 1975

Helmiati, Sejarah Islam Asia tenggara, (Bandung: Nusa Media,2011)

Hidayat, Asep Ahmad dkk, Studi Islam di Asia Tenggara, Bandung: Pustaka Setia,
2014

Husain, Muhammad. al-Islām wa al-Hadhārāt al-Gharbiyah, Cet. I. Beirūt: Dār al-


Irsyād, 1969.

Iwan Gayo, Buku Pintar Seri Senior: Plus 20 Negara Baru, Cet. XVII (Jakarta:
Upaya Warga Negara, 2000),

Khoiro Ummatin, Sejarah Islam & Budaya Lokal,(Yogyakarta: Kalimedia,2015)

Mohd Zamberi A.Malek, Umat Islam Patani Sejarah dan Politik, (Shah
Alam:HIZBI,1993)

Pew Research Center’s Forum on Religion & Public Life ,Mapping the Global
Muslim Population: A Report on the Size and Distribution of the World’s
Muslim Population, (Washington DC, October 2009)

Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam (Jakarta:


Rajawali Pers,2014)

46
Saifulllah. Sejarah Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010.

Seni Mudmar, “Negara, Kekerasan dan Bahasa, Tinjauan atas Sejumlah hasil Stdi
Mengenai Kaum Muslim Mungthai,” Saiful Muzani (ed.), Pembangunan
dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta:LP3ES, 1993

Taufik Abdullah, dkk (ed,) Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Asia Tenggara, (Jilid
5), (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru van Hoeve, 2003).

Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Cet. II. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
1994

http://alhusnakuwait.blogspot.com/2012/11/perkembangan islam-di-
thailand.html

Fatimahuzzahro fadhil, Pendidikan di Thailand dan filipina,


http;//fatimauzzahrofadhil.com.2011/09/pendidikan –di-thailand-dan-filipina.html

Sheikhul Islam, Organisasi yang Mewadahi Muslim Thailand - Tribunnews


(liputaninformasi9.blogspot.com)

47

Anda mungkin juga menyukai