Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SKI

“Kemajuan Peradaban Islam Pada masa Daulah Ayyubiyah”

Disusun oleh:
Nama Kelompok
1. HERSI DWI YANTI
2. ILASPI LAURA
3. M. SULTAN SEPTIAN
4. M. FAISAL A.S
5. SADA KURNIA RAMADIKA

Kelas : VIII

Guru Pengajar : NIA ELMIATI

MADRASAH TSANAWIYAH AL QOSIMIYAH


KECAMATAN PANGKALAN KURAS
KABUPATEN PELALAWAN
TP. 2022 - 2023
Kata Pengantar

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Iman Kepada Rasul Allah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah Tentang kemajuan Peradaban islam pada masa Daulah Ayyubiyah Dan
kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini sehingga kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Iman Kepada Rasul Allah ini dapat bermanfaat
bagi kita semuanya.

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................... ………. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH BERDIRI DINASTI AYYUBIYAH....................................... 2
A. Proses Berdiri ................................................................................ 2
B. Sistem Pemerintahan...................................................................... 2
2.2 KEMAJUAN PERADABAN ISLAM PADA MASA BAULAH AYYUBIYAH
A. Bidang Politik................................................................................ 3
B. Bidang Keagamaan............................................................................ 4
C. Ilmu Pengetahuan ………................................................................ 5
D. Kebudayaan ……………………………………………………….. 5
E. Arsitektur ..………………………………………………………… 6
F. Bidang Pendidikan ………………………………………………… 6
G. Bidang Ekonomi dan Perdaganan………………………………….. 7
H. Bidang Pertanian…………………………………………………… 7
I. Bidang Militer dan Sistem Petahanan……………………………… 8
2.3 FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KEMAJUAN PERADABAN ISLAM
A. Dukungan Masyarakat Mesir .................................................…. 8
B. Kekuatan Militer yang Tangguh.............................................…. 9
C. Kerjasama dengan Dinasti-dinasti Lain.................................….. 9
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 11
A. Kesimpulan............................................................................................... 11
B. Saran ........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah Peradaban Islam telah memberikan peran yang besar terhadap dunia,
mengeluarkan dunia dari kegelapan dan kebodohan, penyimpangan dan kebinasaan akhlak,
lalu memberikan nilai yang menguasai dunia sebelum Islam dengan berbagai macam ikatan.
Peradaban Islam berlandaskan pada al-Qur„an dan Hadits, dua dasar fundamental penegak
peradaban Islam tanpa membedakan bentuk, jenis, dan agama. Keduannya merupakan asas
bagi peradaban Islam.1 Peradaban Islam telah memainkan peranan yang penting dalam
sejarah kemajuan manusia dan meninggalkan jejaknya dalam akidah, ilmu, hukum, filsafat,
seni, sastra, dan lain sebagainya yang jauh cakupannya dan kuat pengaruhnya terhadap hasil
yang telah dicapai oleh peradaban modern. Kedatangan Islam ibarat mercusuar yang bersinar
cemerlang, mengusir kegelapan malam yang selama ini menyelimuti dunia yang sedang
murung. Hadirnya Islam merupakan awal baru bagi dunia baru. Inilah dia alam peradaban
Islam. Sebuah peradaban yang dimulai seiring lahirnya pemikiran, politik, syariat,
masyarakat, dan ekonomi dunia seluruhnya. Kemajuan peradaban Islam, tidak dapat
dipisahkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sangat berperan aktif
dalam kemajuan suatu peradaban

Ada tiga faktor yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia Islam pada
masa kejayaannya, yakni pertama, faktor agama (religius), kedua, apresiasi masyarakat
terhadap ilmu. Dan ketiga, patronase (perlindungan dan dukungan) yang sangat dermawan
dari para penguasa dan orang-orang kaya terhadap berbagai kegiatan ilmiah

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana peranan Daulah Ayyubiyah terhadap perkembangan peradaban Islam?
2. Bagaimana situasi pemerintahan Daulah Ayyubiyah?
3. Mengapa peradaban Islam mengalami kemajuan pada masa Daulah Ayyubiyah?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peranan Daulah Ayyubiyah terhadap perkembangan peradaban
Islam
2. Untuk mengetahui situasi pemerintahan Dinasti Ayyubiyah
3. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mendukung kemajuan dan perkembangan
peradaban Islam pada masa kekuasaan Dinasti Ayyubiyah

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH BERDIRI DINASTI AYYUBIYAH


A. Proses Terbentuknya Daulah Ayyubiyah
Daulah Fathimiyah saat dipimpin oleh khalifah terakhinya bernama Khalifah Al-
Adid Billah (1160-1171 M) mengalami kemunduran dan kondisi. pemerintahan yang
lemah. Selain karena musim peceklik, adanya penyerbuan tentara salib ke Mesir, dan
konflik internal pemerintahan Daulah Fathimiyah. Dalam kondisi Mesir seperti itu,
seorang panglima bernama Assaduddin Syirkuh bersama saudaranya Shalahuddin Al-
Ayyubi ditugaskan oleh gubernur Syiria, Nuruddin Zangi untuk datang ke Mesir dengan
tujuan mengusir tentara salib sekaligus menguasai Mesir. Rupanya proses ini tidak
berjalan mulus, seorang perdana menteri Daulah Fathimiyah bernama Syawwar, telah
melakukan persengkongkolan dengan tentara salib. Akhirnya, panglima Assaduddin
Syirkuh dan Shalahuddin AlAyyubi menagkap perdana menteri Syawwar. Kemudian,
kedudukan Syawwar digantikan oleh Assaduddin Syirkuh yang kemudian wafat setelah
menjabat sebagai perdana menteri selama dua bulan. Salahuddin Al-Ayyubi akhirnya
didapuk menjadi perdana menteri menggatikan Assaduddin Syirkuh. Saat Khalifah Al-
Adid Billah sakit, kedudukan Salahuddin Al-Ayyubi semakin kuat. Shalahuddin Al-
Ayyubi mendapat dukungan penuh dari rakyat Mesir, apalagi Shalahuddin Al-Ayyubi
dan rakyat Mesir sama-sama memiliki faham Islam Sunni. Bertepatan dengan wafatnya
Khalifah Al-Adid Billah pada 10 Muharram 1171 M, Salahuddin Al-Ayyubi
memproklamirkan berdirinya Daulah Ayyubiyah dan berkahirnya pemerintahan Daulah
Fathimiyah

B. Sistem Pemerintahan
Dinasti Ayyubiyah adalah sejenis konfederasi negara-negara yang terpusat di kota-
kota yang berbeda-beda, masing-masing diperintah oleh seorang anggota keluarga
Ayyubiyah, yang menyatakan kesetiaan secara resmi kepada kepala
sifat wilayah dan tradisi panjang pemerintah yang terpusat memungkinkan Dinasti
Ayyubiyah memelihara kendali langsung. Para gubernur provinsi di Suriah, meskipun
ditarik dari elit militer, tidak sepenuhnya di bawah kendali Kairo. Namun, di dataran
tinggi Mesir, Dinasti Ayyubiyah merasa kesulitan memperoleh kendali sepenuhnya,
karena kemunculan sebuah keluarga yang kuat dari para syaikh kabilah. Dinasti
Ayyubiyah juga menemukan kesulitan2 dalam mengendalikan bagian-bagian negara
yang lebih jauh. Beberapa syaikh kabilah dan kota-kota yang jauh relatif lebih otonom.
Seiring dengan berlalunya waktu, kekuasaan pemerintah pusat pun kian meningkat.

Kendali yang kuat oleh sebuah imperium yang luas memerlukan birokrasi yang
terperinci. Di sebagian besar negara, pembagian utama di antara para pejabat masih
tetap sama dengan yang berlangsung di bawah Dinasti Abbasiyah

2.2 KEMAJUAN PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH AYYUBIYAH


Dalam situasi sosial politik seperti inilah Dinasti Ayyubiyah berkuasa
danmengembangkan peradaban Islam. Di tengah keadaan yang sulit tersebut,
DinastiAyyubiah sempat mencapai masa keemasannya. Selain sosok Salahuddin
alAyyubi,Para penguasa Dinasti Ayyubiyah memiliki perhatian yang sangat besardalam
bidang pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.Tak heran jikakota-kota Islam yang
dikuasai Ayyubiyah menjadi pusat pengembangan peradaban dunia pada masanya. Beberapa
kemajuan antaralain sebagai berikut

A. Bidang Politik
Puncak kegemilangan politik Dinasti Ayyubiyah adalah ketika Salahuddinal Ayyubi
mengambil alih Yerusalem dari pasukan Salib pada tanggal 2Oktober 1187 M. Wilayah ini
dapat dipertahankan terus hingga akhir abad ke-13. Keberhasilan ini melanjutkan tradis
kemenangan atas pasukan Salib yangtelah diperoleh sebelumnya oleh pendahulu sekaligus
tempat mengabdiSalahuddin sebelum menjadi Sultan. Imadudin Zangi (Zanki)Amir Mosul
danAleppo pada tahun 1144 juga berhasil memukul pasukan Salib dari Armenia.

Selain itu, beberapa kota penting seperti Aleppo, Suriah, Mesir danPalestina berhasil
ia satukan dalam penguasaan Dinasti Ayyubiyah. Kota-kotaini berkembang menjadi basis
perlawananan melawan tentara Salib. Selain itu,kota-kota tersebut juga dibangun menjadi
pusat-pusat terpentingpengembangan ilmu dan peradaban Islam.
Sistem politik ketatanegaraan Dinasti Ayyubiyah tidak berupa kerajaanyang
terpusat.Sultan sebagai sebutan penguasa dinasti ini hanyamengendalikan wilayah-wilayah
semiotonom. Meskipun para amir di DinastiAyyubiyah setia kepada sultan, mereka memiliki
kebebasan tersendiri diwilayahnya.Penguasa Dinasti Ayyubiyah memiliki hubungan yang erat
dengan penguasa Bani Fathimiyah (Syi’ah-Mesir), Dinasti Zanki (Sunni-Seljuk) dan Bani
Abbasiyah (Sunni-Baghdad). Kedekatan hubungan ini membuat DinastiAyyubiyah dapat
disebut pemersatu dunia Islam pada masa disintegrasi.Bahkan, dari segi politik Dinasti
Ayyubiyah dapat mengisi tugas sebagaisimbol pemersatu dunia Islam yang semestinya pada
3
waktu itu harusdiembanoleh Daulah Bani Abbasiyah

B. Bidang Keagamaan
Salah satu kebijakan yang diambil oleh Salahuddin di awalpemerintahnanya adalah
menetapkan mazhab Sunni sebagai mazhab resminegara menggantikan mazhab Syi’ah
Ismailiyah yang sebelumnya dianut oleh Bani Fathimiyah. beberapa alasan mengganti mazhab
Syi’ah Islamailiyahmenjadi mazhab Sunni adalah secara faktual syi’ah bukanlah mazhab
yangdianut oleh mayoritas rakyat Mesir. Selama pemerintahan Bani Fathimiyahyang muncul
justru sikap dualisme rakyat mesir terhadap mazhab syia’h yang dianut oleh penguasa.
Sementara, di tubuh dinasti Fathimiyah sendiri Syi’ahIsmailiyah mengalami konflik internal
yang tak kunjung usai sejak perempatpertama abad ke-12. Dua kelompok Syi’ah Ismailiyah di
bawah putra alMustanshir yaitu Nizar (ekstrim) dan al Musta’li (moderat) saling
bertikai.Praktis, ketika khalifah dijabat oleh al Musta’li yang moderat, gelora Syi’ah sudah
mulai luntur. Sebab lainnya adalah perlawanan dari pendukung DinastiFathimiyah. Tercatat
beberapa perlawanan yang membuat Syi’ah Ismailiyahtidak mendapat tempat dalam
kebijakan keagamaan dinasti Ayyubiyah, diantaranya pemberontakan pendukung Fathimiyah
di Sudan yang berkekuatan50.000 tentara. Pemberontakan ini baru berhasil dipadamkan oleh
al Malikal‘Adil saudara Salahuddin pada tahun 1174 M. Berikutnya pemberontakan yang
dipimpin oleh Imarah al Yamani, yang berhasil dipadamkan pada 1173 M.Sekilas, kebijakan
ini terlihat pro Sunni dan mewakili pribadi Shalahudinyang notabene pengikut Sunni. Namun,
kebijakan ini justru penting karenafaktanya muslim Mesir justru hidup dalam dualisme
mazhab yang pada taraf tertentu membawa kepada sikap talfiqyang justru ditolak oleh
mayoritaspenganut Sunni. Implementasi kebijakan ini semakin jelas terlihat ketika ia Qadhi
yang bermazhab Syi’ah menjadi Sunni dan mendirikan madrasah yang mengajarkan fikih
Syafi’i seperti Madrasah Nasriyah, Qamhiyah, Suyufiyah dan Salahiyah di Yerusalem dan
Damaskus.
Sementara dalam bidang hubungan antar agama, Salahuddin dan parapenerusnya
menempatkan diri menjadi pelindung bagi umat Nasrani danYahudi, terutama di Yerusalem
atau Baitul Maqdis, lokasi yang menjadisumber persaingan selama Perang Salib. Pada tahun
1192, Salahuddin danRichard I, Raja Inggris yang bergelar si Hati Singa (Lion Heart )
membuatperjanjian, bahwa kaum muslimin tetap akan memiliki Yerusalem, namunorang
Islam akan melindungi tempat ibadah orang Kristen, membiarkan orangKristen hidup di kota
itu menjalankan iman mereka tanpa gangguan danmembiarkan para peziarah Kristen datang
dan pergi sesuka mereka. 4

Perjanjian ini menjadi dasar kebijakannya dalam bidang hubungan antaragama. Kebijakan
inilah yang membuat Yerusalem dalam waktu yang lamaberada dalamkekuasaan umat Islam,
hingga perang dunia I (1914)

C. Ilmu Pengetahuan
Para penguasa Ayyubiyah merupakan orang-orang yang terdidik danmereka mendukung
kegiatan belajar mengajar. Madrasah-madrasah dibangundi wilayah Ayyubiyah tidak hanya
untuk mendidiksiswa, tetapi juga untuk menyebarkan agama Islam Sunni. KotaDamaskus
pada masa pemerintahanSalahuddin memiliki 20 madrasah, 100 tempat pemandian, serta
biara-biaradarwis Sufi dalam jumlah yang besar. Ia juga membangun madrasah-madrasahdi
Aleppo, Yerusalem, Kairo, Iskandariyah, dan berbagai kota di Hijaz. Banyak pula madrasah
yang dibangun oleh para penerusnya. Bahkan istri parapenguasa Ayyubiyah, para panglima,
dan para bangsawan juga ikut mendirikandan mendanai sejumlah lembaga pendidikan.

Meskipunpara penguasa Ayyubiyah mengikuti mazhab Syafi'i, mereka juga membangun


madrasah-madrasah untuk keempat mazhab Sunni. SebelumBani Ayyubiyah berkuasa, tidak
ada madrasah yang beraliran Hanbali danMaliki di Syam, tetapi Bani Ayyubiyah kemudian
mendirikan sekolah-sekolahkhusus untuk mazhab-mazhab tersebut. Pada pertengahan abad
ke-13, IbnuSyaddad mendirikan 40 madrasah Syafi'i, 34 madrasah Hanafi, 10
madrasahHanbali, dan tiga madrasah Maliki di Damaskus.

D. Kebudayaan
Meskipun Dinasti Ayyubiyah berbangsaKurdi, namunpara penguasaAyyubiyah yang
memerintah pada abad ke-12 sudah jauh dari budaya Kurdi,tidak seperti para pendahulu
mereka di Seljuk dan para penerus mereka diMamluk, para penguasa Ayyubiyah telah
"terarabisasi".Bahasa dan budayaArabmenjadiunsur utama dalam jati diri mereka alih-alih
bahasa dan budayaKurdi.
Mereka sendiri sudah cukup terasimilasi ke dalam budaya Arabsebelum mereka mulai
berkuasa, dan marga-marga Arab pun jauh lebih lazimdaripada marga-marga non Arab di
kalangan penguasaBani Ayyubiyah.Salahsatu sumbangan terpenting Dinasti Ayyubiyah
adalah menjadikan bahasa Arabsebagai bahasa tutur bangsa Mesir.Kebanyakan orang Mesir
menuturkanbahasa Arab pada masa Dinasti Ayyubiya.

5
E. Arsitektur
Bangunan dan arsitektur merupakan salah satu sumber sejarah yangpenting. Di antara
bangunan arsitektur yang dapat dijadikan sumber sejarahkejayaan dinansty Ayyubiyah antara
lain:-Tembok Kota Aleppo yang dibangunSultan Az-Zahir Ghazipada tahun1183. Tembo kota
tergolong arsitektur militer. Pembangunan ini telahmengubah wajah kota Aleppo secara total.

-Menara Masjid Agung Aleppo yang dibangun oleh Sultan Az-Zahir Ghazipada 1214 M.
Bangunan menara menjulang ke langit, terdiri atas limatingkat dengan puncak mahkota yang
dikelilingi oleh beranda. Menarabanyak dihiasi berbagai ornamen. Dalam ilmu arsitektur
menara inidigolongkan kepada arsitektur keagamaan.-TembokAyyubiyah di Kairo yang
ditemukan selama pembangunan TamanAl-Azhar, Januari 2006.-Madrasah Al-Firdaus
didirikan pada tahun 1236 di kota Aleppo dengandukungan dari Dhaifa Khatun. Madrasah ini
merupakan bukti peranwanitayangmenjadi pendukung proyek-proyek arsitektur keagamaandi
masa Ayyubiyah.

F. Bidang Pendidikan

Bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan salah satu sektor yang mendapat perhatian besar dari
Khalifah Ayyubiyah. Diantara usaha yang dilakukan untuk memajukan pendidikan:

1.      Membentuk Departemen Khusus Pendidikan dan Penerjemahan.

Khalifah Al-Hakim (Daulah Fatimiyah) 1021 M pernah membentuk lembaga Darul Hikam
pada masanya. Daulah Ayyubiyah, mengubah lembaga tersebut menjadi Departemen
Pendidikan dan Penerjemahan. Departemen tersebut mampu dan berhasil menerjemahkan dari
bahasa  asing ke bahasa Arab.

2.      Mengubah Al-azhar.

            Al-Azhar dibangun oleh Mu’iz li Dinillah (341-365H/952-975M) (Daulah Fatimiyah)


melalui panglima Jauhar As-Saghiri membangun Mesjid Al-Azhar pada tahun 363H / 974M.
mesjid tersebut berkembang menjadi lembaga pendidikan sebagai corong pengajaran paham
Syi’ah.
Oleh Daulah Al-Ayyubiyah untuk mengajarkan ajaran agama dan ajaran Suni ditambah
dengan disiplin ilmu lainnya seperti: fisika, kimia, biologi, dan ilmu hitung. Dengan perubahan
tersebut Al-azhar semakin berkembang dengan pesat. Karena itu lebih banyak para pelajar
muslim yang datang dari berbagai penjuru untuk menuntut ilmu sampai saat sekarang.

6
3.      Membangun lembaga pendidikan di setiap kota.

Pusat-pusat ilmu pengetahuan terdapat di berbagai kota seperti Kairo, Damaskus, Hadramaut,
dan Yaman. Contoh lembaga-lembaga tersebut, ialah:

a.         As-Sauhiyah(1239M), sebagai pusat pengajaran hukum menurut empat mazhab.

b.         Darul Hadist Al-Kamilah (1222M), sebagai pusat pengajaran hadist dan ilmu hadist.

Pemerintahan Daulah Ayyubiyah terutama pada masa kekuasaan Nuruddin dan Shalahuddin
telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan.

Madrasah yang didirikan Nuruddin di Aleppo (Halb), Emessa, Hamah dan Ba’labak mengikuti
madzhab Syafi’i.

G. Bidang Ekonomi dan Perdagangan

Dalam hal perekonomian pemerintahan  Daulah Ayyubiyah mempunyai kebijakan sebagai


berikut:

1.         Bekerja sama dengan penguasa muslim di wilayah lain, membangun perdagangan
dengan kota-kota di laut Tengah, lautan Hindia dan

2.         Menyempurnakan sistem perpajakan.

3.         Dunia ekonomi dan perdagangan sudah menggunakan sistem kredit, bank  termasuk
Letter of Credit, bahkan ketika itu sudah ada mata uang yang terbuat dari emas.

4.         Dimulai percetakan mata uang dirham campuran/fulus (tembaga) pada masa
Muhammad Al- Kamil ibn Al Adil Al- Ayyubi

5.         Bidang industri, industri enamel glass merupakan jenis kaca yang paling berharga
dalam sejarah Islam, dibuatnya kincir oleh seorang Syiria yang lebih canggih dibanding buatan
orang Barat. Juga sudah ada pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.

H. Bidang pertanian
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Mesir dan daerah lainnya pada sektor pertanian,
Daulah Ayyubiyah telah menggunakan sistem irigasi, pembangunan waduk dan bendungan
serta terusan untuk mengairi kebun dan pertanian. Para petani merasakan manfaat dari fungsi
irigasi, waduk, dan terusan yang dibangun ini. Salah satu hasilnya produk panen berlimpah
seperti, kurma, gula, dan gandum.  

7
I.  Politik, Militer dan Sistem Pertahanan

1. Dalam bidang Politik, membuat berbagai kebijakan dalam membangun pemerintahan


diantaranya:

a.    Mengganti Qadhi-qadhi (Hakim) Syiah dengan Qadhi-qadhi dari kalangan ulama sunni.
b.    Mengganti pegawai pemerintahan yang melakukan korupsi.
c.    Memecat pegawai yang bersengkokol dengan penjahat dan perampok.

2.  Di bidang Mviliter, kekuatan militernya terkenal sangat tangguh. Pasukannya diperkuat
oleh pasukan Barbar, Turki dan Afrika. Selain juga memiliki alat-alat perang, pasukan
berkuda, pedang dan panah. Daulah ini juga memiliki burung elang sebagai kepala burung-
burung dalam peperangan.

3.  Sistem pertahanan, Membuat benteng berupa tembok kota di Kairo dan Muqattam yaitu
benteng Qal’al Jabal Sultan Salahuddin al-Ayubi atau lebih dikenal dengan sebutan benteng
Salahuddin Al-Ayubi.

Di bagian utara benteng terletak Masjid Mohammad Ali Pasha yang terbuat dari marmer dan
granit.Terdapat juga di dalam kawasan benteng ini Muzium Polis, Qasrul Jawhara (Muzium
Permata) yang menyimpan perhiasan raja-raja Mesir. Terdapat juga Mathaf al-Fan al-Islami
(Muzium Kesenian Islam) yang terletak di bab (pintu) Khalk yang menyimpan  ribuan barang
yang melambangkan kesenian Islam semenjak zaman Nabi Muhammad  Saw, termasuk 
diantaranya surat Rasulullah Saw  untuk penguasa Mesir saat itu bernama Maqauqis, agar
beriman kepada Allah Swt

2.3 FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KEMAJUAN PERADABAN ISLAM


A. Dukungan Masyarakat Mesir
Kekuatan terhebat Shalahuddin adalah bahwa pengabdian religiusnya yang baru memungkinkan
dirinya terlihat di mata rakyat biasa sebagai seorang pemimpin muslim yang taat beribadah, yang
melaksanakan dan bahkan dalam beberapa hal melampaui sifat-sifat kesarjanaan dan perjuangan
Nuruddin. Shalahuddin berjaya mengambil hati rakyat Mesir supaya tidak bersepakat dengan amir-
amir lain yang menentangnya. Ia memberikan bantuan yang melimpah ruah kepada rakyat dan
berurusan dengan mereka dengan lembut dan penuh toleransi, menyebabkan ia sangat disukai dan
dikasihi oleh rakyat jelata. Shalahuddin bukan hanya cermat dengan pola kehidupannya yang
sederhana dan senantiasa membagikan sedekahnya yang berlimpah, melainkan ia juga menunjukkan
keteladanan yang cemerlang dalam hal aksesibilitas yang harus dimiliki seorang pemimpin muslim
ketika berhadapan dengan rakyatnya. Shalahuddin selalu mengejutkan rekan-rekan sezamannya
dengan sikap inklusif, informal serta bersahabat dengan rakyat biasa dan para prajuritnya. Maka dari
sinilah kekaguman dan keberpihakan rakyat terhadap Shalahuddin dalam memajukan peradaban Islam
di kawasan Arab, khususnya Mesir

B. Kekuatan Militer yang Tangguh


Tidak mudah untuk mengetahui secara pasti proporsi berbagai suku dalam angkatan bersenjata Islam
abad ke-12 M, mengingat bahwa asal pemimpin pasukan tidak dapat dijadikan patokan untuk asal
anggota pasukan yang dipimpin. Balatentara Shalahuddin berasal dari pasukan Dinasti Zengi
pendahulunya, dan sebagaimana segala negara yang lahir dari perpecahan kesultanan Seljuk pada awal
abad ke-12 M, Dinasti Zengi terkenal sangat mengutamakan militer dan berpedoman pada nilai-nilai
Timur dalam permasalahan budaya, politik dan militer. Balatentara yang dikerahkan oleh Nuruddin
Zengi ke Mesir pada 565 H/1162 M, termasuk Shalahuddin yang ketika itu bertugas sebagai opsir,
terdiri atas 60000 orang Turkuman, 20000 orang Kurdi, dan satu pasukan elit Mamluk beranggotakan
500 orang. Dari pasukan itulah Shalahuddin membangun balatentaranya sendiri ketika dia mengambil
alih kekuasaan Mesir beberapa tahun kemudian.

Pasukan Shalahuddin berpijak pada prinsip pembagian pasukan menjadi beberapa kelompok, yang
kedudukannya sama dengan batalion. Di Pucuk pimpinan setiap 200, 100, atau 10 prajurit berkuda
terdapat seorang komandan berpangkat setingkat mayor atau letnan kolonel. Tiap-tiap unit dari
pasukan yang berperang dan pasukan dan pasukan cadangan memiliki pasukan khusus yang menjadi
pembedanya dari unit-unit lain.14 Pasukan Shalahuddin dibagi menjadi beberapa satuan dengan
berbagai ukuran, dan nama satuan-satuannya seringkali tumpang-tindih. Satuan terkecil disebut jarida
(10 orang) dan tulb (10-200 orang), yang punya bendera sendiri dan peniup terompet. Jama’ah
mungkin adalah formasi taktis yang terdiri atas tiga jarida. Sariya adalah kelompok tidak tetap,
beranggotakan sekitar 20 serdadu kavaleri, yang seringkali digunakan untuk menyergap, sedangkan
saqa adalah kelompok kecil prajurit perintis atau pasukan pengintai. Berbeda dengan pihak Latin,
pasukan Muslim memiliki beberapa jenjang kepangkatan amir (perwira), mulai dari isfahsalar
(panglima angkatan bersenjata), kemudian komandan senior ustadz al-dar dan hajib (pengurus
rumahtangga raja), lalu amir hajib, amir jandar, khazindar (gubernur benteng kota penting), amir kabir
(perwira tinggi), dan amir biasa

C. Kerjasama dengan Dinasti-dinasti Lain


1. Kerjasama dengan Khilafah Abbasiyah Hubungan antara Shalahuddin dengan Khilafah Abbasiyah
selalu baik, jika ada perselisihan, tidak sampai ketingkat permusuhan. Loyalitas Shalahuddin ini tidak
lepas dari keterikatannya dengan keluarga Zanki, Nuruddin Mahmud sangat menyukai Khalifah
Abbasiyah, al-Mustadhi, karena rasa puasnya terhadap akidahnya yang bermazhab Sunni. Dia sangat
serius dalam mendukung dan menghormatinya.

2. Kerjasama dengan Kekaisaran Bizantium Kaisar Andrew Nicos Kommenos naik tahta kekaisaran
pada tahun 517 H (1172 M). Ia membina hubungan 9 baik dengan Shalahuddin. Dia merasa perlu

bekerjasama dengan Shalahuddin untuk menghadapi kesultanan Saljuk Romawi, yang telah
mengalahkannya dalam perang Myriokephalon pada akhir 511 H (1116 M). Sejak awal Bizantium
sudah tidak suka dengan kaum Salib Latin (merujuk ke Vatikan) dan orang-orang Italia, lantaran
mereka telah menguasai berbagai kekayaan dan sumber ekonomi Bizantium.

3. Kerjasama dengan Kelompok Hasyasyin Pada tahun 512 H/1116 M, Shalahuddin memimpin
serangan ke Mashyad, markas besar Rasyid al-Din Sinan, pemimpin kelompok Hasyasyin27 yang
bergelar “Orang Tua dari Gunung”, yang kemudian menyerah dengan syarat Shalahuddin tidak akan
menyerangnya lagi di kemudian hari.
10 III
BAB
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dinasti Ayyubiyah adalah dinasti yang berdiri setelah keruntuhan Dinasti Fatimiyah yang tidak
mampu menghalau kekuatan serangan tentara Salib pada masa itu. Dinasti Ayyubiyah berdiri pada
tahun 6611 M oleh Shalahuddin alAyyubi, yang dulunya adalah seorang panglima perang raja
Nuruddin. Dinasti Ayyubiyah berkembang menjadi dinasti yang besar dan tangguh di bawah
kepemimpinan Shalahudin al-Ayyubi. Ia menjulang reputasinya ketika berhasil melawan tentara Salib
dan berhasil membebaskan Yerussalem. Shalahuddin al-Ayyubi dengan sekuat tenaga bersama
pasukannya menghalau tentara Salib hingga kaum muslim menguasai kota Yerussalem. Selain
mempertahankan dan memperluas kekuasaan, Shalahuddin al-Ayyubi juga mendirikan sarana
pendidikan untuk generasi penerus yang mana lebih menekankan pada nilai-nilai ajaran Sunni. Pada
masa pemerintahan Dinasti Ayyubiyah, al-Azhar selain dijadikan sebagai tempat pendidikan juga
sebagai wadah politik dan pertahanan ajaran Sunni. Hal ini dilakukan setelah runtuhnya Dinasti
Fatimiyah. Selain itu, khalifah setelahnya pun banyak mendirikan perguruan-perguruan tinggi yang
semakin pesat

3.2 Saran

1. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang perkembangan peradaban Islam pada masa Dinasti
Ayyubiyah.

2. Perlunya penulisan kembali tentang Situasi politik, ekonomi dan peradaban Islam pada masa
pemerintahan Dinasti Ayyubiyah yang lebih rinci dan ilmiah.

3. Sebaiknya penulisan sejarah tentang peranan Dinasti Ayyubiyah terhadap


11
Daftar Pustaka

https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/al_hikmah/article/view/4136
https://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Ayyubiyah
https://www.gurusiana.id/read/nuruljubaedah/article/peradaban-islam-pada-masa-daulah-al-
ayyubiyah-841662

Anda mungkin juga menyukai