Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PERADABAN ISLAM DI MASA DINASTI

MAMLUK
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradapan
Islam Dosen Pengampu : Zainul Arifin M.S.I

Disusun oleh:

1. Endang Semiati (1121005)


2. Rosyidatun Ni'mah (1121023)
3. Siti Aisyah (1121024)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
Peradaban Islam dimasa dinasti mamluk ini tepat pada waktunya. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah saw yang selalu kita tunggu
syafaatnya hingga hari kiamat nanti. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dengan dosen
Pengampu Zainul Arifin M.S.I.

Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan


wawasan kita semua. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi kami
khususnya.

Pati, 23 Mei 2021

Penulis
ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.. ................................................................ ii


Daftar Isi ............................................................................. iii
Bab I Pendahuluan ............................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................... 1
B. Rumusan Makalah ................................................... 2
C. Tujuan Makalah ....................................................... 2
Bab II Pembahasan ............................................................ 3
A. proses terbentuknya dinasti mamluk ........................ 3
B. sistem dan penataan organisasi pemerintaham ........ 4
C. peran dinasti mamluk dalam sejarah islam .............. 10
D. proses dan sebab kehancuran dinasti mamluk ......... 20
Bab III ................................................................................. 22
A. Kesimpulan .............................................................. 22
Daftar Puataka ................................................................... 24

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negeri Islam yang selamat dari kehancuran akibat serangan-serangan
bangsa Mongol, baik serangan Hulagu Khan maupun Timur lenk, Negeri itu
adalah Mesir yang ketika itu berada dibawah kekuasaan Mamalik. Karena, negeri
ini terhindar dari kehancuran, maka persambungan perkembangan peradaban
dengan masa klasik relative terklihat dan beberapa diantara prestasi yang pernah
dicapai pada masa klasik bertahan di Mesir. Walaupun demikian, kemajuan yang
dicapai oleh Dinasti Mamalik masih dibawah prestasi yang pernah dicapai oleh
umat islam pada masa klasik. Hal itu mungkin karena metode berfikir tradisioanl
sudah tertanam sangat kuat sejak berkembangnya aliran teologi Asy’ariyah, juga
karena Bagdad dengan fasilitas-fasilitas ilmiahnya yang banyak memberi inspirasi
kepusat-pusat peradaban islam telah hancur.
Kemunculan dan kebangkitan Dinasti Mamalik merupakan satu fenomena
yang sangat sulit dipahami. Fenomena ini terbilang ajaib atau unik. Dinasti
Mamalik, sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, merupakan dinasti para
budak, yang berasal dari berbagai suku dan bangsa menciptakan suatu tatanan
kekuasaaan militer diwilayah asing. Para sultan-budak ini menegaskan kekuasaan
mereka atas wilayah Suriah-Mesir, yang sebelumnya dikuasai tentara salib.
Selama beberapa waktu mereka berhasil menahan laju serangan pasukan Mongol
pimpinan Hulagu Khan dan Timur Lenk. Seandainya mereka gagal bertahan, tentu
seluruh tatanan sejarah dan kebudayaan di Asia Barat dan Mesir akan berubah
drastis. Berkat kegigihan mereka, Mesir bisa bertahan, dan selamat dari serangan
Mongol yang telah menghancurkan Suriah dan Iraq, sehingga penduduk Mesir
bisa tetap menyaksikan kesinambungan budaya, suatu fenomena yang tidak
dinikmati oleh Negara-negara islam lain di luar daratan Arab. Sekitar dua atau
tiga perempat abad (1250-1517) Dinasti-dinasti Mamalik menguasai satu kawasan
panas di dunia dan memelihara keutuhan daerah tersebut, meskipun mereka terdiri
atas berbagai ras yang berbeda-beda.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terbentuknya dinasti mamluk?
2. Bagaimana sistem dan penataan organisasi pemerintaham ?
3. Bagaimana peran dinasti mamluk dalam sejarah islam ?
4. Bagaimana proses dan sebab-sebab kehancuran dinasti mamluk?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui proses terbentuknya dinasti mamluk.
2. Untuk mengetahui sistem dan penataan organisasi pemerintaham.
3. Untuk mengetahui peran dinasti mamluk dalam sejarah islam.
4. Untuk mengetahui proses dan sebab-sebab kehancuran dinasti
mamluk.

BAB II PEMBAHASAN

2
A. Proses terbentuknya dinasti mamluk

Kata Mamalik merupakan bentuk jamak dari Mamluk yang berarti budak.
Dinasti ini disebut Mamalik karena didirikan oleh para budak. Orang-orang
Mamalik awalnya adalah orang-orang yang menjadi tawanan Dinasti Ayyubiyah
yang didirikan oleh Shalahuddin al-Ayyubi yang kemudian dididik menjadi
tentara.1 Dinastik ini berkuasa tahun 648-935 H/1250-1517 M di Mesir.

Sejarah Dinasti Mamalik bermula dari meninggalnya al-Malik al-Shalih,


penguasa Ayyubiyah berakhir pada tahun 1249. Ketika al-Malik al-Shalih
meninggal dunia, anaknya yang bernama Turansyah naik tahta menggantikannya
sebagai sultan. Golongan Mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat
dengan tentara asal Kurdi daripada mereka. Pada tahun 1250 M, kaum Mamalik di
bawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah dan
kemudian Aybak berhasil membunuh Musa. Turansyah dan Musa merupakan
penguasa terakhir Dinasti Ayyubiyah.2

Istri al-Malik al-Shalih yang bernama Syajarah al-Durr, seorang yang berasal
dari kalangan mamalik atau budak juga berusaha mengambil alih pemerintahan.
Kepemimpinan Syajarah al-Durr berlangsung sekitar tiga bulan, karena terus
mendapat pertentangan dari Dinasti Abbasiyah yang disebabkan pemimpinnya
seorang perempuan. Syajarah al-Durr kemudian menikah dengan Aybak dan
menyerahkan kepemimpinannya. Akan tetapi, setelah itu Aybak membunuh
Syajarah al-Durr dan mengambil alih sepenuhnya kendali pemerintahan. Pada
mulanya, Aybak mengangkat seorang keturunan penguasa
Dinasti Ayyubiyah yaitu Musa sebagai sultan syar’I (hanya sebagai formalitas
saja).
Namun, kemudian Musa dibunuh oleh Aybak. Inilah akhir dari Dinasti Ayyubiyah
di Mesir dan awal dari Dinasti Mamalik.34

1 Imam Fu’adi, 2012, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Teras, Cet 1,
Yogyakarta, hlm. 143.
2 Khoiriyah, 2012, Reorientasi Warisan Sejarah Islam, Teras, Cet 1, Yogyakarta, hlm.
179.
3 Khoiriyah, 2012, Reorientasi Warisan Sejarah Islam, Teras, Cet 1, Yogyakarta, hlm.
4.

3
Kaum Mamalik di Mesir terdiri dari dua kelompok, pertama Mamluk Bahri,
yaitu mereka yang dikaitkan dengan jazirah perkebunan yang membentang di
sungai Nil, di mana mereka bermukim. Dan yang kedua Mamluk Burji, yaitu
diambil dari benteng-benteng tempat mereka bermukim di Kairo.5

B. Sistem dan penataan organisasi pemerintaham

Sebagaiamana dijelaskan di atas, Dinasti Mamluk adalah para imigran mesir


yang pada awalnya merupakan budak-budak yang datang dari daerah
pengunungan kaukasus (kemudian disebut Al-mamalik Al-Burjiun) dan laut
Kaspi ( al-mamalik al bariyyun ). Oleh dinasti Al-ayyubiyah para budak-budak ini
di tempatkan di sungai Nil di sebut Al-mamalik Al bahriyun yang memerintah
pada 1250 M/ 648 H sampai dengan 1390 M/ 792 H. Selanjutnya kaum mamluk
yang ditempatkan di benteng istana kota Kairo di sebut al-mamalik al-Burjiun
yang memerintah pada 1382M/922M.
Sistem pemerintah dinasti Mamluk bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu
yang singkat ketika Qawalun (1280-1290 M) menerapkan pergantian khalifah
secara turun menurun. Padahal sitem Oligarki Militer memberikan kemajuan bagi
Mesir. Kedudukan Amir sangat penting, para Amir saling berkompetesi dalam
prestasi karena mereka merupakan kandidat sultan. Bahkan dinasti Mamluk juga
membawa warna baru dalam sejarah politik Islam. Pemerintahan dinasti yang
bersifat oligarki militer dapat memberikan kemajuankemajuan di capai dalam
berbagai bidang, seperti konsiladasi pemerintahan, perekonomian, dan Ilmu
pengetahuan.6
Dinasti Mamluk pada dasarnya tidak menerapkan sistem turun-temurun terhadap
orang yang memegang jabatan sultan, sebab apabila sistem semacam itu
diterapkan maka rasa keadilan yang telah mengikat keutuhan solidaritas kalangan
para mamluk dengan sendirinya akan rusak dan menyebabkan terjadinya
disintegrasi dalam kalangan mereka.7

5 Imam Fu’adi, 2012, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Teras, Cet 1,
Yogyakarta, hlm.145.
6 Badri Yatim. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hal.126
7 Abd. Chair, et. al. 2010. Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Khilafah. Jakarta: PT.

4
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dibahas tentang dinasti mamluk bahri
dan dinasti mamluk burji.
1. Dinasti Mamalik Bahri
Nama Mamluk Bahriyah dinisbatkan pada sebuah tempat yang disediakan oleh
Sultan Malik Al-Saleh Najmudin Ayyub kepada para Mamluk. Tempat ini berada
di pulau Raudhah di tepi sungai Nil yang dilaengkapi dengan senjata, pusat
pendidikan, dan latihan materi-materi sipil dan militer. Sejak itu, para Mamluk
dikenal dengan Al-Mamalik Al-Bahriyyah (para budak lautan).8
Al-Malik as-Shalih rneninggal pada 1429 M setelah menderita sakit dan timbul
kekacauan-kekacauan di berbagai daerah. Kematian as-Shalih dirahasiakan oleh
isterinya (Syajarat al-Dur), kemudian putera mahkota as-Shalih yang bernama
Turansyah memegang tampuk kekuasaan. Namun, kaum Mamluk Bahri
menganggap bahwa Turansyah bukan orang yang dekat dengan mereka. Selain
itu, Turansyah juga dianggap tidak tepat untuk rnenduduki pucuk kekhalifàhan
karena lebih banyak bermukim di Euprat. Oleh karena itu ia dianggap tidak
menguasai seluk beluk Mesir secara keseluruhan. Setelah itu diangkatlah Syajarat
al-Dur sebagai Sultan mereka. Dan sinilah awal terbentuknya dinasti Mamluk di
Mesir yang dipimpin oleh seorang budak dan berakhirlah dinasti Ayyubiyah
menguasai Mesir.9
Aybak berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). Setelah meninggal ia
digantikan oleh anaknya, Ali yang masih berusia muda. Ali kemudian
mengundurkan diri pada tahun 1259 M dan digantikan oleh wakilnya, Qutuz.
Setelah Qutuz naik tahta, Baybars yang mengasingkan diri ke Syria karena tidak
senang dengan kepemimpinan Aybak kembali ke Mesir. Di awal tahun 1260 M
Mesir terancam serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil menduduki hampir
seluruh dunia Islam. Kedua tentara bertemu di Ayn Jalut, dan pada tanggal 13
September 1260 M, tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz, Baybars dan
Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah Rahimahullah berhasil menghancurkan pasukan

Ichtiar Baru Van Hoeve. Hal. 217


8 Dedi Supriyad. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: pustaka setia. Hal. 236.
9 Badri Yatim. 1998. Sejarah Peradaban Islam Cet. VII. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. Hal. 125

5
Mongol tersebut. Kemenangan atas tentara Mongol ini membuat kekuasaan
Mamalik di Mesir menjadi tumpuan harapan umat Islam di sekitarnya.
Penguasapenguasa di Syria segera menyatakan sumpah setia kepada penguasa
Mamalik. Pusat kekhalifahan Islam akhirnya berada di kairo setelah Baghdad
hancur total oleh tentara Mongol. Setelah Qutuz digulingkan oleh Baybars,
kerajaan Mamluk bertambah kuat. Bahkan, Baybars, mampu berkuasa selama
tujuh belas tahun (657 H./1260 M.-676 H./1277 M.) karena mendapat dukungan
militer dan tidak ada Mamluk yang senior lagi, selain Baybars. Ia adalah sultan
terbesar dan termasyhur di antara Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang
sebagai pembangun hakiki dinasti Mamalik.Kejayaan yang diraih pada masa
Baybars adalah memporak-porandakan tentara salib di sepanjang Laut Tengah,
Assasin di Pegunungan Siria, Cyrenia (tempat berkuasanya orang-orang Armenia
dan kapalkapal Mongol di Anatolia). Terlebih lagi prestasi Baybars adalah
menghidupkan kembali kekhalifahan Abbasiyah di Mesir setelah Baghdad
dihancurkan oleh pasukan Mongol di bawah Hulagu Khan pada tahun 1258.
Pemerintah Mamluk selanjutnya dipimpin oleh Bani Bibarisiah. Diawali oleh
Azh-Zhahir Bibaris mengundang Ahmad, anak Khalifah Bani Abbasiyah
AlZhahir ke Kairo. Sebelumnya, Ahmad melarikan diri dari Baghdad setelah
dihancur leburkan oleh orang-orang Mongolia, kemudian dia dibaiat sebagai
khalifah dan diberi gelar Al-Mustanshir pada tahun 659 H./1260 M.Tujuan
dilakukannya hal itu oleh Babiris adalah untuk menguatkan pusat kekuasaan di
Kairo dan menarik dukungan negeri-negeri Islam yang lain serta melindungi kursi
kekuasaan Mamluk dengan legalitas syariah.
Tidak begitu banyak yang berarti Kerajaan Mamluk di bawah pimpinan
Bani Babiris. Sultan Al-Mansur Qalawun (678 H./1280 M.-689H./1290 M.) yang
telah menyumbangkan jasanya dalam pengembangan administrasi pemerintah,
perluasan hubungan luar negeri untuk memperkuat posisi Mesir dan Syam di jalur
perdagangan internasional. Sultan Qalawun berhasil mewariskan tahtanya kepada
keturunannya. Hal ini terjadi berkat keberadaan 12.000 Mamluk Burji yang
memang dipersiapkan untuk melindungi kepentingan pribadinya.

6
Sultan Mamluk yang memiliki kejayaan dan prestasi lainnya dari garis Bani
Qalawun adalah putra pengganti Qalawun, yakni Nashir Muhammad (696
H./1296 M.). Sultan memegang tampuk pemerintahan selama tiga kali dan
mengalami dua kali turun tahta.Masa setelah Bani Qalawun, tampuk
pemerintahan Mamluk dipimpin oleh Mamluk keturunan Muhammad hingga 9
sultan. Kesembilan sultan ini hanyalah simbul nama dan tidak berpengaruh
terhadap masyarakat umum lainnya. Dalam analisis Ahmad Al-Usairy, “mereka
tidak memiliki daya dan upaya, pandangan maupun kebijakan apapun “, sampai
sultan terakhir dari Dinasti Mamluk yang berasal dari Bani Sya’baniyah, Al-
Shalih Hajj Asyraf bin Sya’ban sekitar tahun 791 H./1388 M. digulingkan oleh
Sultan Barquq yang menjadi cikal bakal sultan pertama pada pemerintahan
Mamluk Burji.
2. Dinasti Mamalik Burji
Masa pemerintahan Mamluk Burji diawali dengan berkuasanya Sultan Brquq
(784 H./1382 M.-801 H./1399 M.) setelah berhasil menggulingkan sultan terakhir
dari Mamluk Bahri, Shalih Haj bin Asyraf Sya’ban. Sesungguhnya tidak ada
perbedaan pemerintahan Mamluk Bahri dan Burji, baik dari segi status para sultan
yang dimerdekakan atau pun dari segi sistem pemerintahan yang oligarki. Hal-hal
yang membedakan kedua pemerintah tersebut adalah sukses pemerintahan
Mamluk Bahri lebih banyak terjadi dengan turun-temurun, sedangkan pada masa
Mamluk Burji suksesi lebih banyak terjadi karena perang saudara dan huru-hara.
Pertentangan ini disebabkan sistem pendidikan bagi para Mamluk tidak ketat, dan
mereka diperbolehkan untuk tinggal di luar pusat-pusat latihan bersama rakyat
biasa.
Pemerintahan selanjutnya dipimpin oleh Sultan Al-Nashir Faraj (801 H./1399
M.-808 H./1405 M.), putra sultan Barquq dan merupakan salah seorang cucu
jengis khan yang telah masuk Islam dan berkuasa di wilayah Samarkand dan
Khurasan, Timur Lenk (771 H./1370 M.-807 H./1405 M.), melakukan
penyerangan ke wilayang Suriah. Timur Lenk tampaknya mengulang kembali
sejarah keberingasan pasukan Mongol pada zaman Hulagu Khan ketika
menguasai wilayah-wilayah tetangganya yang muslim. Pasukan Mamluk pun

7
menyiapkan diri untuk menghadang serangan Timur Lenk tersebut. Pada tahun
1401, Aleppo dapat dikuasai oleh pasukan Timur Lenk dan disusul dengan
Damaskus yang menyerah setelah tentara Mamluk dapat dikalahkan. Kota
Damaskus dibumihanguskan, baik sekolah maupun masjid dibakar. Ketika
pasukan Mamluk disiagakan kembali untuk merebut Damaskus, Timur Lenk
sudah meninggalkan kota itu dan akhirnya diadakanlah perjanjian perdamaian
serta bertukar tawanan perang.
Sementara itu, dua Sultan Mamluk Burji, yakni Al-Asyraf Baribai (825
H./1422 M.-841 H./1437 M.) dan Al-Zahir Khusyqadam (865 H./1461 M.-872
H./1467 M.) masih harus terus mempertahankan wilayahnya dari serangan
pasukan salib di kepulauan Cyprus dan Rhodos (Laut Aegea, sekarang milik
Yunani). Kedua ekspedisi militer ini berhasil menahan kekuatan kaum Nasrani
dan dengan demikian, pasukan Mamluk kembali membuktikan keunggulanya
untuk dapat menguasai jalur perdagangan di Laut Tengah.
Banyak dari sultan-sultan Mamluk Burji naik tahta pada usia muda. Hal ini
menjadi salah satu faktor penyebab melemahnya Dinasti Mamluk. Para Mamluk
selalu disibukkan dengan gejolak atau pertentangan yang terjadi. Dana kesultanan
lebih banyak dikeluarkan untuk aksi-aksi militer, sementara itu pemasukan
semakin menipis. Rongrongan dari luar wilayah Mamluk pun datang beruntun
karena para Mamluk tidak mengutamakan persatuan dan banyak yang meminta
bantuan dari luar. Sebagai contoh pada masa pemerintahan Sultan Asyraf Qaitbay
(872 H./1468 M.-901 H./1496 M.), terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh
para amir
Mamluk di wilayah Syam dan Aleppo, dan gerakan pengacau keamanan dari
orang
Arab di selatan Mesir. Pada masa pemerintahan ini, terjadi penyerangan pasukan
Turki Utsmani terhadap wilayah Mamluk yang merupakan cikal-bakal
permusuhan antara Dinasti Mamluk dan tentara Turki Utsmani.

Begitulah seterusnya para Sultan Mamluk dilanda krisis dan perang, baik dari
dalam (Mamluk) maupun dari pihak luar seperti serangan tentara Turki Utsmani,

8
orang portugis yang melarang dan mengusik jalur perdagangan Mamluk di Laut
Tengah hingga tewasnya Sultan Qanshus Al-Guri ketika berperang melawan
tentara Turki Utsmani pada tahun 922 H./1516 M. sejak saat itu, Dinasti Mamluk
di bawah bayang-bayang tentara Turki Utsmani.
Sultan terakhir Dinasti Mamluk Burji adalah Al-Asyraf Tumanbai. Ia adalah
seorang pejuang yang gigih. Namun, pada saat itu ia tidak memperoleh dukungan
dari golongan Mamluk sehingga ia harus menghadapi sendiri pasukan Turki
Utsmani. Akhirnya, Tumanbai ditangkap oleh pasukan Turki Utsmani atas
bantuan beberapa amir Mamluk dan kemudian digantung di salah satu gerbang
kota Kairo, pada tahun 923 H./1517 M. Sejak saat itu, berakhirlah masa
pemerintahan Dinasti Mamluk dan dimulainya masa penguasaan Turki Utsmani di
Mesir dan Syam.10
Dari sekian banyak sultan pada dinasti mamluk yang disebutkan di atas,
baik pada masa dinasti mamluk bahri sampai pada dinasti mamluk burji, terdapat
beberapa sultan yang meninggalkan jejak besar pada masa dinasti mamluk.
Adapun sultan-sultan yang sempat meninggalkan jejak besar dalam sejarah Islam
disaat pemerintahan Dinasti Mamluk diantaranya yaitu :
a. Sultan Qutuz
Di awal tahun 1260 M, Mesir terancam serangan bangsa mongol yang sudah
berhasil mengalahkan Abbasyiah dan menduduki hampir seluruh Dunia Islam.
Kedua tentara ini bertemu di ‘Ayn jalut. Tentara Mamluk yang dibawah pimpinan
Qutuz dan Baybars berhasil mengalahkan pasukan mongol tersebut. Daulah
Mamluk di Mesir ini lah yang satu-satunya penguasa yang berhasil mengalahkan
pasukan mongol sehingga menjadi tumpuan harapan umat Islam sekitar.
b. Sultan Baybars
Setelah kemenangan di ‘Ayn jalut, mulai memalingkan perhatian untuk merebut
kembali kota-kota benteng yang dikuasai tentara Salib, seperti kota benteng
Arsulf, Safad, Arkad, kota Antioch dan mengepung kota Okka hingga pada
akhirnya pada tahun 1272 pimpinan tentara Salib perancis, Edward of Egland,
meminta genjatan senjata 10 tahun dengan kesediaan membayar upeti tahunan ke

10 Dedi Supriyad. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: pustaka setia. Hal. 241-243

9
Mesir. Sultan Baybrs juga melanjutkan pembangunan di Mesir, Palestina, dan
Syiria.
c. Sultan Qolawun
Sultan Qolawun juga banyak mendirikan bangunan di Mesir yang masih di
kagumi sampai sekarang, baik bangunan keagamaan maupun bangunan sosial.
Sultan Qolawun juga dapat menghancurkan serangan bangsa mongol yang di
pimpin oleh Abaga khan (anak hulago khan) yang ingin menebus kekalahan
ayahnya. Pertenpuran pecah di wilayah Homs, Syiria Utara dan pasukan mongol
hancur. Qolawun juga menghancurkan serangan tentara salib yang berjalan dua
abad lamanya sehingga tamatlah kekuasaan salibiyah dan angan-angannya untuk
menguasai makam Suci dan membebaskan kota kelahiran nabi Isa penebus dosa
mereka.11

C. Peran dinasti mamluk dalam sejarah islam

Dinasti Mamluk telah membawa warna baru dalam sejarah politik Islam
sekaligus mebawa kemajuan bagi Mesir. Pemerintahan dinasti yang bersifat
oligarki militer dapat memberikan kemajuan-kemajuan bagi peradaban Mesir
dalam berbagai bidang.
Adapun kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada masa Dinasti Mamluk
ini adalah sebagai berikut:
1. Bidang Militer
Pemerintahan dinasti ini dilantik dari pengaruhnya dalam kemiliteran.
Para Mamluk yang dididik haruslah dengan tujuan untuk menjadi pasukan
pendukung kebijaksanaan pemimpin. Ketua Negara atau sultan akan diangkat di
antara pemimpin tentara yang terbaik, yang paling berprestasi, dan mempunyai
kemampuan untuk menghimpun kekuatan. Walaupun mereka adalah pendatang di
wilayah Mesir
Setelah memeluk Islam, seorang Mamluk akan dilatih sebagai tentara
berkuda. Mereka harus mematuhi Furisiyyah, sebuah aturan perilaku yang
memasukkan nilai-nilai seperti keberanian dan kemurahan hati dan juga doktrin

11 Musyrifah Sunanto.2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media. Hal. 206-208.

10
mengenai taktik perang berkuda, kemahiran menunggang kuda, kemahiran
memanah dan juga kemahiran merawat luka dan cedera.
Tentara Mamluk ini hidup di dalam komunitas mereka sendiri saja. Masa
lapang mereka diisi dengan permainan seperti memanah dan juga persembahan
kemahiran bertempur. Latihan yang intensif dan ketat untuk anggota-anggota baru
Mamluk juga akan memastikan bahwa kebudayaan Mamluk ini abadi.
Setelah tamat latihan, tentara Mamluk ini dimerdekakan tetapi mereka
harus setia kepada khalifah atau sultan. Mereka mendapat perintah terus dari
khalifah atau sultan. Tentara Mamluk selalu dikerahkan untuk menyelesaikan
perselisihan antara suku setempat. Pemerintah setempat seperti amir juga
mempunyai pasukan Mamluk sendiri tetapi lebih kecil dibandingkan pasukan
Mamluk Khalifah atau Sultan.
Pada mulanya, status tentara Mamluk ini tidak boleh diwariskan dan anak
lelaki tentara Mamluk dilarang mengikuti jejak langkah ayahnya. Di sebagian
kawasan seperti Mesir, tentara Mamluk mulai menjalin hubungan dengan
pemerintah setempat dan akhirnya mendapat pengaruh yang luas. Pada era Dinasti
Al-Mamluk produksi buku mengenai ilmu militer itu berkembang pesat.
Sedangkan, pada zaman Shalahuddin, ada buku manual militer karya AT-Thurtusi
(570 H/1174 M) yang membahas keberhasilan menaklukan Yerussalem.
Semenjak awal Islam memang menaruh perhatian khusus mengenai soal perang.
Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah meminta agar para
anak lelaki diajari berenang, gulat, dan berkuda. Berbagai kisah peperangan
seperti legenda Daud dan Jalut juga dikisahkan dengan apik dalam Al-Qur'an.
Bahkan, ada satu surat di Al-Qur'an yang berkisah tentang `heroisme’ kuda-kuda
yang berlari kencang dalam kecamuk peperangan.

”Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah. Dan kuda
yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya). Dan kuda yang
menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi. Maka, ia menerbangkan debu dan
menyerbu ke tengah kumpulan musuh.” (Al-‘Adiyat 1-4).

11
Kaum muslim sebenarnya pun sudah menulis berbagai karya mengenai
soal perang dan ilmu militer. Berbagai jenis buku mengenai 'jihad' dan pengenalan
terhadap seluk beluk kuda, panahan, dan taktik militer. Salah satu buku yang
terkenal dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris The Catologue
yang merupakan karya Ibnu Al-Nadim (wafat antara 380H-338 H/990-998 M).
Dalam karya itu, Al-Nadim menulis berbagai kategori mengenai cara
menunggang kuda, menggunakan senjata, tentang menyusun pasukan, tentang
berperang, dan menggunakan alat-alat persenjataan yang saat itu telah dipakai
oleh semua bangsa.
Karya semacam ini pun kemudian banyak muncul dan disusun pada masa
Khalifah Abbasiyah, misalnya oleh Khalifah al-Manshur dan al-Ma’mun. Bahkan,
pada periode kekuasaan Daulah Al-Mamluk produksi buku mengenai ilmu militer
itu berkembang sangat pesat. Minat para penulis semakin terpacu dengan
keinginan mereka untuk mempersembahkan sebuah karya kepada kepada para
sultan yang menjadi penguasa saat itu. Pembahasan sering dibahas adalah
mengenai seluk beluk yang berkaitan dengan serangan bangsa Mongol.
Pada zaman Shalahuddin, ada sebuah buku manual militer yang disusun
oleh At-Tharsusi, sekitar tahun 570 H/1174 M. Buku ini membahas mengenai
keberhasilan Shalahuddin di dalam memenangkan perang melawan bala tentara
salib dan menaklukan Yerussalem. Buku ini ditulis dengan bahasa Arab, meski
sang penulisnya orang Armenia. Manual yang ditulisnya selain berisi tentang
penggunaan panah, juga membahas mengenai ‘mesin-mesin perang’ saat itu,
seperti mangonel (pelempar batu), alat pendobrak, menara-menara pengintai,
penempatan pasukan di medan perang, dan cara membuat baju besi. Buku ini
semakin berharga karena dilengkapi dengan keterangan praktis bagaimana senjata
itu digunakan.

Buku lain yang membahas mengenai militer adalah karya yang ditulis
oleh Ali ibnu Abi Bakar Al Harawi (wafat 611 H/1214 M). Buku ini membahas
secara detail mengenai soal taktik perang, organisasi militer, tata cara
pengepungan, dan formasi tempur. Kalangan ahli militer di Barat menyebut buku

12
ini sebagai sebuah penelitian yang lengkap tentang pasukan muslim di medan
tempur dan dalam pengepungan. Pada lingkungan militer Daulah Mamluk
menghasilkan banyak karya tentang militer, khususnya keahlian menunggang
kuda atau fu'usiyyah. Dalam buku ini dibahas mengenai bagaimana cara seorang
calon satria melatih diri dan kuda untuk berperang, cara menggunakan senjatanya,
dan bagaimana mengatur pasukan berkuda atau kavaleri.
2. Bidang Pemerintahan
Dalam bidang pemerintahan, kemenangan dinasti Mamalik atas tentara
Mongol di 'Ayn al-Jalut menjadi modal besar untuk menguasai daerah-daerah
sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa dinasti kecil menyatakan setia kepada
kerajaan ini. Untuk menjalankan pemerintahan di dalam negeri, Baybars
mengangkat kelompok militer sebagai elit politik. Disamping itu, untuk
memperoleh simpati dari kerajaan-kerajaan Islam lainnya, Baybars membaiat
keturunan Bani Abbas yang berhasil meloloskan diri dari serangan bangsa
Mongol, al-Mustanshir sebagai khalifah. Dengan demikian, khilafah Abbasiyah,
setelah dihancurkan oleh tentara Hulaghu di Baghdad, berhasil dipertahankan oleh
daulah ini dengan Kairo sebagai pusatnya. Sementara itu, kekuatan-kekuatan yang
dapat mengancam kekuasaan Baybars dapat dilumpuhkan, seperti tentara Salib di
sepanjang Laut Tengah, Assasin di pegunungan Syria, Cyrenia (tempat
berkuasanya orang-orang Armenia), dan kapal-kapal Mongol di Anatolia.12
3. Bidang Ekonomi
Kemajuan dalam bidang ekonomi yang dicapai o!eh dinasti Mamluk lebih
besar diperoleh dan sektor perdagangan dan pertanian. Di sektor perdagangan,
pemerintah dinasti Mamluk memperluas hubungan dagang yang telah dibina sejak
masa Fatimiyah, misalnya dengan membuka jalur dagang dengan Italia dan
Prancis.
Setelah jatuhnya Bagdad, Kairo menjadi kota yang penting dan strategis karena
jalur perdagangan dan Asia Tengah dan Teluk Persia hampir dipastikan melalui
Bagdad. Keadaan ini menjadikan berlimpahnya devisa negara terutama dan sektor
perdagangan.
12 Badri Yatim. 2007. Sejarah Peradaban Islam Cet. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Hal. 126

13
Untuk mendukung kelancaran sektor ini, dinasti Mamluk memperbaiki
sarana transportasi untuk memperlancar perjalanan pedagang-pedagang terutama
antara Kairo dan Damaskus. Dalam sektor pertanian, pemerintah mengambil
kebijakan pasar bebas kepada petani, artinya petani diberi kebebasan untuk
memasarkan sendiri hasil pertaniannya.
4. Bidang Arsitektur
Devisa negara yang melimpah pada masa dinasti Mamluk memungkinkan
mereka untuk mendirikan bangunan-bangunan yang indah dan megah. Sejak masa
pemerintahan Qalawun, sultan-sultan Mamluk telah terbiasa memperindah
bangunannya dengan batu-batu benteng, batu kapur dan batu api yang diambil dan
dataran tinggi Mesir, terutama dalam bentuk kuburan-kuburan dan kubah-kubah
mesjid yang terdiri atas bebatuan tersebut. Hampir semua macam kerajinan yang
berkembang saat itu berhubungan erat dengan bangunan, khususnya bangunan
yang bercorak religius. Seperti hiasan perunggu pada pintu-pintu mesjid, kotak al-
Qur’an yang terbuat dan emas bertabur mutiara, mosaik-mosaik yang indah pada
lengkunglengkung bangunan, karya seni dan kayu pada mimbar yang cukup rumit
pembuatannya, yang kesemuanya menunjukkan perkembangan seni dan kerajinan
saat itu.
Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah
dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa
ini diantaranya adalah rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan
menara masjid. Pada periode mamluk kejutan yang paling mengesankan adalah
bangunan-bangunan arsitektural nan artistik pada sakla dan kualitas yang tidak di
temukan padanannya dalan sejarah Mesir sejak jaman masa plotemius dan fira’un.
Arsitektur muslim mencapai ekspresi yang paling kaya ornament pada sejumlah
masjid, sekolah dan museum yang didirikan oleh pemimpin-pemimpin mamluk.
Mazhab arsitektur mamluk, yang asalnya bisa di lacak model arsitektur
periode Nuriyyah dan Ayyubiyah, mendapat suntikan baru dari orang
SuriahMesopotamia pada abad ke 13, ketika Mesir menjadi tempat berlindung
para pengrajin dan seniman yang melarikan dari Mosul, Baghdad dan Damaskus
sebelum invasi Mongol. Rancangan bentuk menyilang pada struktur

14
masjidsekolah di kembangkan hingga mencapai kesempurnaan. Kubah di bangun
untuk menahan cahaya yang datang dari berbagai arah, juga untuk penerangan,
tampak indah dari luar dan kaya dekorasi. Bangunan batu bergaris, dan berbagai
dekorasi yang di hasilkan dengan menggunakan batu-batu beragam warna pada
setiap isinya berasal dari Romawi dan Bizantium, menjadi ciri istimewa arsitektur
periode ini. Hal lain yang perlu di catat dari periode ini adalah pengembangan
stalaktifpendentif, sama halnya dengan dua dekorasi lain yang di kenal baik saat
ini yaitu arabesque dan huruf-huruf bergaya kufi. Sepanjang sejarah muslim figur-
figur binatang lebih bebas di pakai di Mesir dan Suriah dari pada di Spanyol dan
Persia.
Karakter mewah dan halus dalam berkesenian tidak hanya diterapkan
pada obyek-obyek yang dianggap suci seperti hiasan kotak Al qur’an dan masjid
akan tetapi di terapkan juga pada berbagai perlengkapan rumah tangga seperti
cangkir, mangkok, baki, pedupan, yang mana semua itu menjadi saksi tentang
gambaran hidup mewah sebagaimana dilukiskan oleh para penulis kronik
kontemporer. Putriputri kerajaan menghiasi diri mereka dengan berbagai hiasan
mewah seperti gelang, kalung, gelang kaki, anting sama seperti yang masih di
gunakan oleh orang Mesir modern. Kemegahan mamluk semakin meriah dengan
berbagai pertunjukan seni semisal tarian, sulap dan pertunjukan wayang. Sejak
penaklukan Turki Ustmani atas wilayah Mesir dan Suriah, hampir semua pusat
kerajinan dan industri mulai runtuh. Sejumlah arsitek, ahli teknik, tukang kayu
dikirim ke Konstantinopel oleh sultan Halim. Hanya satu bidang kerajinan yaitu
ukiran keramik yang bertahan setelah penaklukan Turki usmani dan menghsilkan
kualitas terbaik melampaui berbagai kriya seni lainnya. Sebagaimana ditunjukkan
oleh koleksi keramik damaskus yang tersimpan di Kensington selatan. Talam,
mangkok, kandil, vas bunga dan berbagai benda yang terbuat dari kuningan yang
di produksi saat ini di Demaskus, kebanyakan mengikuti pola-pola dari periode
mamluk.
Di antar karya-karya seni terapan itu, yang menjadi ciri Khas
MesirMamluk adalab seni dekorasi kitab suci. Bidang kesenian ini mendapatkan

15
kedudukan terhormat karena berhubungan dengan “firman Allah” dan tingkat
tingkat kesulitannya juga jauh tebih tinggi.
Karakter mewah dan halus dalam berkesenian tidak hanya diterapkan
pada objek-objek yang dianggap suci. Berbagai perlengkapan rumah tangga
seperti cangkir, mangkok, baki, pedupaan juga rnerupakan gambaran hidup
mewah sebagaimana dilukiskan oleh para penulis kronik kontemporer. Di
samping yang telah disebutkan tadi, masih banyak karya-karya seni yang lain
yang berkembang pada masa dinasti Mamluk.13
5. Bidang Pendidikan
Setelah Baghdad hancur dan kekuasaan Abbasiyah runtuh, maka ibu kota
alam Islami berpindah ke Kairo, Mesir. Begitu juga pusat pendidikan dan
pengajaran berpindah pula ke Kairo, ke Jami’ Al-Azhar. Pada masa Sultan
Baybars, Al-Azhar mengalami peningkatan yang gemilang, menjadi pusat ilmu
pengetahuan, terutama ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab. Mesir pada masa itu
adalah masa keemasan dalam sejarahnya. Al-Azhar masa itu dikunjungi oleh
ulama-ulama dan pelajar-pelajar dari seluruh dunia, sebagaimana halnya kota
Baghdad dahulu.
Pada masa Sultan An-Nashir (693 H-741 H/ 1293 M-1341 M)
kebudayaan Islam di Mesir mencapai tingkat yang tertinggi. Kekayaan negeri
masa itu bertambah besar dengan biaya cukai barang-barang perdagangan dari
India ke Eropa dengan melalui Mesir.
Masa Mamluk adalah masa mengarang matan-matan yang pendek dan
mengarang syarahnya. Ulama meringkas kitab-kitab lama yang panjang, sehingga
menjadi ringkas seringkas-ringkasnya, yang disebut matan. Maka lahirlah
kitabkitab pendek (mukhtashar) dalam ilmu fiqhi, nahwu, sharaf, balaghah dan
lain-lain. Akhirnya matan-matan tersebut dikumpulkan menjadi satu buku besar
bernama
Majma’ Mutun. Yang lebih ahli dalam meringkaskan dan mengarang matan-
matan

13 Philip K. Hitti. 2008. History of the Arabs Cet. I. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Hal. 886

16
itu adalah ulama Syafiiyah. Di antara matan-matan itu juga ada yang berupa syair.
Tujuan dibuatnya matan-matan tersebut adalah agar pelajar mudah
menghafalnya.14
Di antara kemajuan pada bidang pendidikan pada masa Dinasti Mamluk,
dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain:
a. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa dinasti mamluk antara lain
sejarah, kedokteran, asrtonomi, matematika dan ilmu agama. Di masa ini pula
muncul tokoh-tokoh ilmu pengetahuan yang hasil karyanya mampu di jadikan
rujukan oleh para ilmuan dunia. Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan
asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Di samping itu Mesir dengan
perguruan tinggi Al ashar serta perpustakaan Dar al Hikmahnya yang selamat dari
serangan Mongol menyebabkan kesinambungan ilmu jaman klasik tetap
berkembang. Mesir menjadi pusat peradaban islam berintikan kebudayaan arab.
Ilmuan-ilmuan besar yang lahir pada masa dinasti mamluk di antaranya adalah
1) Ibn Nafis yang oleh pengagumnya digelari The second Avisenna ( Ibn Sina
kedua ) karena reputasinya sebagai seorang dokter yang terkemuka dan seorang
penulis yang serba bisa pada abad ke-7 H/13 M. Ia belajar ilmu kedokteran di
tempat kelahirannya yang mana gurunya berasal dari perguruan “ Ibn at-Tilmidz”.
selain itu ia juga belajar tata bahasa arab, logika dan ilmu keislaman lainnya .
Salah satu karyanya yang terkenal adalah as Shamil fi at Thibb sebuah
ensiklopedia kedokteran yang lengkap, terdiri kurang lebih 27.000 folio yang
tersebar dalam 8 jilid dan dia juga penemu susunan dan peredaran darah dalam
paru-paru manusia .
2) Abu al Fida, dia adalah seorang geografi dan sejarah terkenal. Abu al Fida
merupakan keturunan keluarga ayyub yaitu Shalahuddin al Ayyubi. Karyanya
yang terkenal Al-Nujum al Zhahiroh fi muluk Meshir wa al Qohiroh ( bintang
terang raja-raja Mesir dan Kairo) sebuah sejarah tentang mesir dan periode
penaklukan bangsa arab sampai 1453.

14. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. Hal. 162-167


Mahmud Yunus. 1990. Pendidikan Islam

17
3) Ibn Khaldun, dia adalah seorang ilmuan islam yang sangat cemerlang dan yang
paling di hargai oleh dunia intelektual modern karena karya-karyanya yang
sangat monumental, salah satu karyanya adalah Philosophi of history yaitu filsafat
sejarah terbesar yang pernah duciptakan manusia dari Negara dan bangsa
manapun.15
Selain itu dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar seperti Nashiruddin ath-
Thusi yang dalam bidang astronomi, Abul Faraj al-'Ibry ahli dalam dalam bidang
matematika. Abdul Mun'im ad-Dimyathi seorang dokter hewan, dan Ar-
Razi’, perintis psykoterapi. Dalam bidang opthalmologi dikenal nama
Shalahuddin ibn Yusuf. Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan tersohor nama
Syaikhul Islam ibn Taimiyah seorang mujaddid, mujahid dan ahli hadits dalam
Islam, Imam AsSuyuthi yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Imam Ibn Hajar
al-'Asqalani dalam ilmu hadits, ilmu fiqih dan masih banyak ilmuan-ilmuan
lainnya.1617 Pada abad ke-13 satu genre bidang kesenian berkembang dengan
baik yaitu seni wayang, pertama kali muncul dengan tajuk Thayf al Khayal fi
Ma’rifah Khayal al Zhil (bayang-bayang imajinsi tentang pengetahuan
pertunjukan wayang dan masih banyak para ilmuan-ilmuan besar lainnya) oleh
Muhammad ibn Daniyal al
Khuza’I al Maushili dan satu-satunya karya yang masih bertahan hingga kini
dalam bidang drama puitis dari dunia islam abad pertengahan. Pertunjukan
wayang kemungkinan di ciptakan di Timur tengah, akan tetapi orang-orang islam
mengenalnya dari India atau Persia.
Kitab-kitab pelajaran di Al-Azhar pada masa Dinasti Mamluk yaitu:18
1) Kitab Hadits yang enam (al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-
Nasai,
Ibnu Majah) dan Musnad Ahmad dan Syafi’i.
2) Umdatul Ahkam (Hafiz Abdul Ghani).

15 Musyrifah Sunanto. 2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Kencana. Hal. 221-222
16 Badri Yatim. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal.
17
18. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. Hal. 182
Mahmud Yunus. 1990. Pendidikan Islam

18
3) Syuzur az-Zahab (Ibnu Hisyam).
4) Jam’ul Jawami’.
5) Al-Badrul Munir.
6) As-Syarhul Kabir (ar-Rafi’i) 7) Al-Minhaj (An-Nawawi).
8) Hadits Arbain.
9) Al-Waraqat (Ushul).
10) Al-Lamhatul Badriyah (Nahwu). b. Sistem Pengajaran
Sistem pengajaran pada masa Mamluk ialah dengan menghafal matanmatan,
meskipun murid-murid tidak mengerti maksudnya, seperti menghafal matan
Ajrumiyah, matan Taqrib, matan Alfiyah, matan Sullan dan lain-lain. Setelah
murid-murid menghafal matan-matan itu barulah mereka mempelajari syarahnya,
kadang-kadang serta hasyiahnya. Dengan demikian pelajaran bertambah berat dan
bertambah sulit untuk menghafalnya.Selain itu, juga diterapkan sistem praktikum
untuk praktikum kimia dan kedokteran.19
c. Lembaga Pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan pada masa Dinasti Mamluk yaitu:
1) Masjid, di antaranya adalah masjid yang besar di Husainiyah bernama Jami’
AzZahir.
2) Madrasah, dalam madrasah diajarkan ilmu fiqhi dalam empat madzhab.
3) Perpustakaan, berisi berbagai macam kitab dalam berbagai ilmu pengetahuan.
4) Rumah sakit, dibangun oleh Qallawun yang terdapat bilik untuk tempat
praktikum kimia dan alat-alat kedokteran.
5) Observatorium, sebagai pusat penelitian.
6) Jami’ Al-Azhar, sebagai pusat pendidikan dan pengajaran Islam, memelihara
dan mengembangkan syariat Islam dan Bahasa Arab selama zaman
pertengahan. Salah satu anak Sultan an-Nashir bernama Sultan Hasan,
mendirikan madrasah yang besar yang termasyhur sampai sekarang, yaitu Jami’
Sultan Hasan. Selain itu, banyak juga sultan-sultan Mamluk yang mendirikan
bangunan-bangunan besar, masjid-masjid dan madrasah-madrasah seperti:

19. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. Hal. 168


Mahmud Yunus. 1990. Pendidikan Islam

19
1) Barquq, ia mendirikan gedung-gedung besar dan madrasah besar yang
termasyhur sampai sekarang dengan nama Jami’ Barquq.
2) Al-Muaiyad Syekh, ia mendirikan masjid yang besar bernama Jami’ Al-
Muaiyad.

Mahmud Yunus. 1990. Pendidikan Islam

20
3) Qayutbai (873-902 H/ 1468-1496 M), ia membangun masjid-masjid dan
madrasah-madrasah, serta benteng-benteng dan jalan-jalan raya, di antara
bangunannya yang termasyhur ialah Jami’ Qayutbai.
4) Al-Ghuri (906-922 H/ 1501-1516 M), ia juga banyak membangun gedung-
gedung, di antaranya Jami’ Al-Ghuri dan madrasah Al-Ghuriyah.20
Pada masa Dinasti Mamluk, madrasah-madrasah bertambah banyak.
Kebanyakan didirikan oleh sultan-sultan dan setengahnya didirikan oleh
orangorang kaya. Menurut riwayat, bahwa madrasah-madrasah di Mesir pada
masa ini berjumlah 45 madrasah dan jumlah seluruhnya 70 madrasah beserta
wilayahwilayah lain.
D. Peran dinasti mamluk dalam sejarah islam

Dinasti Mamalik setelah mengalami kejayaan-kejayaan baik di bidang


kemiliteran, ekonomi, intelektual, dan arsitektur kemudian mulai mengalami
kemunduran. Kemunduran dan kehancuran Dinasti Mamalik disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor internal yang dimaksud dalam Dinasti Mamalik adalah perpecahan karena
faktor perebutan kekuasaan di antara keluarga sultan. Sultan Qolawun mempunyai
tiga orang anak yaitu Ila’uddin, Khalil, dan al-Nasir. Seharusnya,
Ila’uddin yang menggantikan ayahnya, tetapi yang terjadi adalah Khalil
melakukan pembunuhan terhadap Ila’uddin dan ia yang kemudian naik tahta. Dan
ini berlanjut pada sultan-sultan sesudahnya. Ketika al-Nasir berkuasa, pungutan
pajak yang sangat memberatkan rakyat juga mulai dilakukan, begitu pula
komoditi gula, lada yang berasal dari India dimonopoli oleh sultan. Kemerosotan
ekonomi Dinasti Mamalik semakin dilengkapi dengan beralihnya jalur dagang
Timur-Barat dan Laut
Tengah ke Tanjung Harapan, yang ditemukan oleh Vasco Da Gama tahun 1498.19
2. Faktor Eksternal
20 Mahmud Yunus. 1990. Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. Hal.
172 19 Imam Fu’adi, 2012, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Teras, Cet 1,
Yogyakarta, hlm.150

21
Di akhir periode Dinasti Mamalik muncul sebuah kekuatan baru yaitu Dinasti
Turki Usmani. Situasi tegang hubungan politik antara Turki dengan Mamalik
terjadi akibat dari tindakan Qait Bay yang melindungi saudara Bayazid II, yang
berkuasa di Turki (1481-1512), yang melarikan diri dari Turki ke Mesir. Pada saat
yang bersamaan, muncul pula Dinasti Syafawi di Persia (1502-1736) yang secara
resmi bermazhab Syiah Itsna Asyariah, bersikap frontal terhadap Dinasti Usmani
yang menganut mazhab sunni di Turki. Perbedaan aliran mazhab dan ambisi ingin
menguasai daerah yang lebih luas, menyebabkan kedua dinasti ini sejak awal
sudah diwarnai permusuhan.21

Ketika terjadi perang antara Turki Usmani dengan Mamalik di sekitar Marj
Dabiq (1516), beberapa amir yang terlibat di dalam pertempuran itu berkhianat
termasuk Khair Bay seorang amir Aleppo yang dipercainya untuk mengatur siasat
perang oleh al-Ghuri. Akhirnya kekalahan telak dialami Tumam Bay (1516-
1517), sebagai pengganti al-Ghuri, tentara Turki sudah menembus hingga ke
selatan Mesir. Pertempuran terjadi pada tanggal 22 Juni 1517 antara pasukan
Tumam Bay dengan pasukan Sultan Salim di luar kota Kairo yang berakhir
dengan kemenangan dipihak Salim. Dengan kekalahan ini, berakhirlah kekuasaan
Dinasti Mamalik yang telah berkuasa di Mesir sekitar dua setengan abad.21

BAB III

PENUTUP

21 Imam Fu’adi, 2012, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Teras, Cet 1,
Yogyakarta, hlm.151 21 Imam Fu’adi, 2012, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II,
Teras, Cet 1, Yogyakarta, hlm.152

22
A. Kesimpulan

Dinasti Mamluk adalah sebuah dinasti yang didirikan oleh para budak yang
berasal dan Turki yang dijadikan tentara oleh Malik as-Shalih Najamuddin Ayyub
sebagai pengawal kerajaan, akan tetapi mereka diberi kebebasan dan kesempatan
yang luas untuk mencapai kedudukan dalam jajaran militer. Mereka akhimya
mendirikan suatu kelompok militer yang terorganisir lalu kemudian merebut
kekuasaan, sehingga menjadikan Syajarat al-Dur sebagai orang pertama yang
memegang jabatan sultan pada dinasti Mamluk.
Perwatakan pada sistem pemerintah dinasti Mamluk bersifat oligarki
militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qawalun (1280-1290 M)
menerapkan pergantian khalifah secara turun menurun. Padahal sitem Oligarki
Militer memberikan kemajuan bagi Mesir. Kedudukan Amir sangat penting, para
Amir saling berkompetesi dalam prestasi karena mereka merupakan kandidat
sultan. Bahkan dinasti Mamluk juga membawa warna baru dalam sejarah politik
Islam. Pemerintahan dinasti yang bersifat oligarki militer dapat memberikan
kemajuankemajuan di capai dalam berbagai bidang, seperti konsiladasi
pemerintahan, perekonomian, dan Ilmu pengetahuan.
Peran dinasti Mamluk dalam menjaga peradaban di Mesir dibuktikan
dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahannya. Pada masa
dinasti Mamluk berkuasa benyak kemajuan yang dicapai, hal tersebut
memberikan sumbangan yang besar bagi perkembangan dunia Islam. Adapun
kemajuan yang dicapai pada saat itu adalah di bidang militer, politik,
ekonomi,pendidikan dan ilmu pengetahuan dan seni arsitektur. Pada masa itulah
banyak sekali ilmuan handal yang lahir dan memberi sumbangan pemikiran yang
begitu besar terhadap peradaban Islam
Kemunduran dinasti Mamluk dikarenakan berbagai faktor antara lain faktor
internal yaitu perebutan kekuasaan, kehidupan yang bermewa-mewahan
dikalangan pemimpin, korupsi, merosotnya sistem ekonomi. Dan faktor eksternal
penyebab kemunduran dinasti Mamluk adalah munsulnya gejolak politik baru
yakni Turki usmani kemudian menguatnya Turki Usmani dalam berbagai bidang

23
sehingga dapat memukul mundur kekuatan dinasti mamalik sampai
menghancurkannya. Sehingga berakhirlah kekuasaan dinasti Mamalik.

DAFTAR PUSTAKA

24
Fu’adi Imam, 2012, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Teras, Cet 1,
Yogyakarta.

K. Hitti, Philip. 2008. History of the Arabs Cet. I. Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta.

Khoiriyah, 2012, Reorientasi Warisan Sejarah Islam, Teras, Cet 1, Yogyakarta

Sunanto, Musyrifah.2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media.

Supriyad, Dedi. 2005. Sejarah Peradaban Islam cet. I. Bandung: Pustaka Setia.

Yatim, Badri. 1998. Sejarah Peradaban Islam Cet. VII. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.

Yunus, Mahmud. 1990. Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Hidakarya Agung.

25

Anda mungkin juga menyukai