Anda di halaman 1dari 15

“DINASTI MAMLUK I DI MESIR”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Sejarah Islam Periode Pertengahan

Dosen pengampu : Dr. H. ABU BAKAR H.M., M.Ag

Disusun oleh :

DAYANTI
1903150001

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

JURUSAN ADAB

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
pemilik alam semesta ini. Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wata’ala
Tuhan Yang Maha Esa, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
Penulis ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah “Sejarah Islam Periode Pertengahan”
yang telah banyak membimbing Penulis di mata kuliah ini. Akhirnya penulis pun bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Dinasti Mamluk I di Mesir”.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dan kewajiban yang telah
diberikan. Dalam pembuatannya Penulis menyadari bahwasanya terdapat banyak kekurangan
yang mungkin dari segi bahasanya atau bahkan penyusunannya. Maka dari itu Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar Penulis bisa memperbaiki kekurangan
dan kesalahan dalam pembuatan dan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bisa
berguna dan bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya Penulis sendiri.

Terima kasih, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Palangkaraya, 08 November 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Asal Usul Mamluk......................................................................................................... 3
B. Proses Berdirinya Dinasti Mamluk ............................................................................. 4
C. Kemajuan Pada Masa Dinasti Mamluk ...................................................................... 6
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 10
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 10
B. Saran ............................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalau ada negeri Islam yang selamat dari kehancuran karena serangan bangsa
Mongol, baik Hulagu Khan maupun Timur Lenk, maka negeri itu sendiri adalah
Mesir ketika berada dibawah kekuasaan Dinasti Mamluk. Karena negeri ini terhindar
dari kehancuran, maka persambungan perkembangan peradaban Islam dengan masa
klasik relatif terlihat.
Asal mula kaum Mamluk ini merupakan komunitas budak yang berasal dari
Kaukasus dan Laut Hitam yang direkrut untuk menjadi tentara. Dari Laut Hitam,
kemudian direkrutlah bangsa Turki dan kebanyakan dari suku Kipchak. Salah satu
keistimewaan yang dimiliki oleh tentara Mamluk ini ialah mereka tidak mempunyai
hubungan dengan golongan bangsawan atau penguasa yang lain. Sebagai tentara
Islam tentu saja mereka setia kepada para pemimpinnya, syekh, kepala suku, dan juga
kaum bangsawan mereka. Tentara budak ini merupakan golongan atau etnis
pendatang/asing dan merupakan strata sosial yang terendah dalam lapisan kehidupan
bermasyarakat. Sehingga mereka tidak akan menentang khalifah dan mudah
dijatuhkan hukuman jika menimbulkan masalah. Oleh karena itu, tentara Mamluk
adalah aset terpenting dalam militer pemerintahan pada masa itu.
Meski pun munculnya Dinasti Mamluk berasal dari kalangan budak dan kelas
bawah. Namun bagaimana pun juga kita bisa melihat kesuksesan dan keberhasilan
dinasti tersebut ketika memimpin negerinya. Terlebih lagi ketika banyak kemajuan-
kemajuan yang dihasilkan dan menjadi gambaran dari berbagai negeri untuk dijadikan
sebagai bagian dari acuan. Oleh sebab itulah, meski dari kalangan budak maka kita
tidak bisa menganggap remeh Dinasti Mamluk dan peranannya dalam kemajuan
peradaban Islam periode pertengahan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal usul Dinasti Mamluk?
2. Bagaimana proses berdirinya Dinasti Mamluk?
3. Apa saja kemajuan yang dialami pada masa itu?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui asal usul Dinasti Mamluk

1
2. Mengetahui proses berdirinya Dinasti Mamluk
3. Mengetahui kemajuan yang dialami Dinasti Mamluk pada saat itu
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mata kuliah Sejarah Islam Periode Pertengahan, terutama yang berkaitan
dengan Dinasti Mamluk I di Mesir. Serta yang berkaitan dengan pengetahuan baru
bagi penulis dan pembaca dalam ruang lingkup Dinasti Mamluk.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Asal Usul Mamluk
Di atas kehancuran Daulah Fatimiyah di Mesir naiklah Daulah Ayyubiyah,
saat itu Nuruddin Zanki (Penguasa Syam dan Aleppo) mendesak SalahuddinAl-
Ayyubi untuk mengakhiri kekuasaan Daulah Fatimiyah di Mesir dan sekaligus
mengusir tentara Salib sehingga tentara Salib melarikan diri ke Syam dan diumumkan
berdirinya Daulah Ayyubiyah di Mesir.
Usaha merekrut budak-budak untuk dimanfaatkan dalam kegiatan
pemerintahan di bidang Militer sudah menjadi tradisi saat itu terutama bagi Daulah-
Daulah yang pernah berkuasa di Mesir sebelum Daulah Ayyubiyah maupun Daulah
Ayyubiyah sendiri.1 Dinasti Mamluk merupakan dinasti para budak yang berasal dari
berbagai suku dan bangsa. Mereka berhasil menciptakan suatu pemerintahan oligarki
di wilayah asing. Mungkin mustahil bahwa dari kalangan budak bisa menjadi raja,
tapi pada faktanya mereka bisa membuktikan itu. Sultan-sultan dinasti Mamluk
menegaskan kekuasaan mereka atas wilayah Suriah-Mesir, yang sebelumnya dikuasai
oleh Tentara Salib.
Dinasti Mamluk didirikan oleh para budak, yang awalnya merupakan orang-
orang yang ditawan oleh penguasa Dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian
dididik dan dijadikan tentara. Kata Mamluk sendiri memiliki arti budak atau hamba
yang dibeli dan dididik dengan sengaja agar menjadi tentara dan pegawai
pemerintahan.
Pada masa Dinasti Ayyubiyah di Mesir, tidak diragukan lagi bahwa rakyat
terorganisir yang secara potensial dapat membentuk kekuatan militer. Militerisasi
Mesir dimotori oleh kalangan budak yang terbentuk dalam kelompok-kelompok.
Dalam sejarah kekuasaan Ayubiyyah, militer dari kalangan budak ini berada pada
garda terdepan sebagai elit politik. Mereka unggul dalam hal fisik maupun
populeritas.
Militer budak-budak ini dijadikan bodyguard (pengawal) Sultan Ayyubiyah
dan merupakan cikal bakal dari Dinasti Mamluk. Dalam konteks yang lebih
terdefinitif, kaum Mamalik berarti ahl (ahatta) keturunan budak-budak. Kata mamalik

1
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Riau : Yayasan Pusaka, 2013). hlm. 255

3
jamak dari mamluk dalam bahasa Arab berarti “yang dimiliki”2 dari berbagai jenis dan
kebangsaan yang membentuk suatu rezim orde baru di Mesir.
Prioritas dan perlakuan istimewa oleh sultan Ayyubi kepada kaum Mamluk,
pada akhirnya justru berfungsi merontokkan sendi-sendi birokrasi Dinasti Ayyubiyah
itu sendiri. Terutama setelah Mu’iz Aybak (1250-1257 M) yang merupakan seorang
legislator dari tokoh penting kaum Mamluk naik panggung dalam blantika
“kesultanan” Mesir. Sehingga dalam waktu yang relatif singkat, pamor Mamluk
terkenal ke seluruh dunia belahan Timur.
Secara umum, model yang diterapkan oleh Dinasti Mamluk merupakan
pemerintahan “oligarki’, yang mana artinya pemerintahan dijalankan oleh beberapa
orang yang terdiri dari golongan. Dalam prakteknya akan menggunakan banyak
personel militer sebagai pemenuhan skill dan basis pertahanan demi tatanan
fundamental sebuah negara dapat terwujudkan.
B. Proses Berdirinya Dinasti Mamluk
Berdasarkan penelusuran sejarah, pada pertengahan abad ke 13 adalah periode
krisisme. Eksistensi kaum Mamluk berada di zaman kehancuran pemerintahan Islam
secara umum. Kaum Mamluk memprakarsai terbentuknya suatu sistem pemerintahan
yang lebih terpusat pada skala kecil, yaitu Mesir sebagai negara. Namun keberhasilan
kaum Mamluk dalam memperkukuh kekuatan rezim bisa dijadikan proyek percotohan
dalam membentuk suatu negara besar.3
Pada masa awal Dinasti Mamluk menjadi sangat diakui keberadaannya karena
prestasi mereka yang luar biasa dalam menindak antek-antek penjarah. Syaf al Din
Qutuz (1259-1260 M) dan Zahir Baybars (1260-1277 M) adalah orang yang paling
gigih menahan serangan-serangan Hulagu dan tentara Salib. Pertempuran Ain Jalut
(Goliath's Spring) sebuah kota kecil terlatak di antara Baysn dan Nablus di Palestina
pada 1260 M. Kini menjadi saksi bisu dalam sejarah keperkasaan militer Dinasti
Mamalik.4
Ada beragam pendapat terkait dengan penentuan kapan Dinasti Mamluk
berdiri dan siapa bapak proklamatornya. Berdasarkan keterangan Harun Nasution,
kemenangan di Ain Jalut yang menentukan posisi Sultan Dinasti Mamluk pertama.
Dari hal tersebutlah terlihat posisi Zahir Baybars yang menjadi Sultan Dinasti

2
Wahyudin Darmalaksana, “Dinasti Mamalik di Mesir”, el-Harakah, Vol. II, No. 2, 2009 hlm. 121
3
Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, Cet. IV (Bandung : Mizan, 1996), hlm. 112
4
Wahyudin Darmalaksana, “Dinasti Mamalik di Mesir”, el-Harakah, Vol. II, No. 2, 2009, hlm. 122

4
Mamluk pertama. Dalam pengertian sebuah dinasti yang sesungguhnya, yaitu otoritas
ada pada sultan dan dikendalikan oleh amir (tokoh-tokoh opsir) dan birokrasi.
Teritorial kekuasaan Dinasti Mamluk adalah wilayah Mesir dan Siria yang
dikuasai selama 267 tahun antara abad ke-13 sampai dengan awal abad ke-15, yaitu
dari tahun 1250 M sampai 1517 M. Zaman Dinasti Mamluk merupakan zaman
pertengahan (midle ages) dan mereka berhasil memanfaatkan masa suram ini untuk
mengukir peta sejarah Mesir Islam.
Kekuasaan Dinasti Mamluk ini dibagi menjadi dua periode. Pertama, 1250-
1382 M dan disebut Dinasti Mamluk Bahriyah (Sea Mamluks), dinamakan demikian
karena para kaum Mamluk tersebut adalah budak-budak Turki yang didatangkan oleh
Malik al-Saleh ke Mesir dalam jumlah besar setelah ia berhasil menduduki jabatan
Sultan (1240-1249 M). Di Mesir itulah mereka di tempatkan di barak-barak militer
dekat tepian sungai Nil (al-Bahr), itulah sebabnya mereka disebut Mamluk Bahriyah
yang artinya budak laut.
Kedua, 1382-1517 M yang disebut Dinasti Mamluk Burjiyah (Mamluks of the
Citadel). Mamluk Burjiyah adalah budak-budak yang didatangkan dari Syirkas
(Turki) oleh Sultan Qalawun (1279-1290 M) karena ia curiga terhadap beberapa
tokoh militer dari Mamluk Bahri yang dianggapnya dapat mengancam kelangsungan
kekuasaannya. Mamluk Burjiyah ditempa latihan militer dan tinggal di benteng
(citadel) yang bermenara (burj) atas inisiatif dari Sultan al-Mansur Sayf al-Din
Qalawun (1280-1290 M). Kemudian tetap dipertahankan oleh al-Zahir Sayf al-Din
Barquq (1382-1399 M). Mamluk Bahriyah maupun Burjiyah sama-sama berasal dari
Turki, tetapi suku mereka yang berbeda.
Pada masa kekuasaan Daulah Ayyubiyah, Sultan Malik al-Saleh memberikan
kekuasaan dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada kaum Mamluk Bahriyah
untuk mencapai prestasi dan kedudukan tinggi dalam jabatan militer. Oleh karena itu,
Mamluk Bahri mempergunakan kesempatan tersebut untuk menyusun suatu kekuatan
sehingga mereka menjadi kelompok militer yang terorganisir. Hal tersebut dilakukan
guna menyaingi kekuatan militer asal suku Kurdi yang sebelumnya dibentuk oleh
Sultan Malik al-Kamil. Ketika Malik al-Saleh berusaha hendak merebut kekuasaan
dari Sultan Malik al-Kamil, dia dibantu tentara dari budak-budak Turki, sebaliknya
Sultan Malik al-Kamil dibantu oleh tentara asal Kurdi. Tetapi kemenangan tetaap
berada di tangan Sultan Malik al-Saleh.

5
Setelah Sultan Malik Al-Saleh meninggal (1249 M), ia digantikan oleh
Turansyah. Tetapi Turansyah tidak menyukai kaum Mamluk Bahri sehingga ia
membentuk pasukan militer sendiri. Maka kaum Mamaluk Bahri tidak menyukainya
karena mengabaikan peran mereka. Oleh karena itu, pada tahun 1250 M Mamluk
Bahri dibawah pimpinan Baybar dan Izuddin Aibak melakukan kudeta terhadap
Daulah Ayyubiyah sehingga Turansyah terbunuh. Baik Malik Al-Saleh maupun
Turansyah tidak mempunyai anak laki-laki yang ada hanya seorang bekas budak
wanita yang bernama “Syajar Ad-Duur” yang sudah dimerdekakan dan dinikahi oleh
Sultan Malik Al-Saleh.5
Ketika mereka hendak membaiatnya menjadi Sultan, kaum Muslimin
menolaknya karena bertentangan dengan tradisi. Bahkan Khalifah Abbasiyah ketika
itu berkata dengan nada mengejek “Kalau rakyat Mesir tidak mempunyai anak laki-
laki untuk menjadi raja maka beritahu segera supaya kami dapat mengirimkan anak
laki-laki yang akan menjadi raja”. Untuk mengatasi hal tersebut Izuddin Aibak
menikahi “Syajar Ad-Duur”. Dengan demikian, Izuddin diangkat menjadi Sultan
Daulah Mamalik di Mesir menggantikan Daulah Ayyubiyah sebelumnya.
Sultan pertama Dinasti Mamluk Bahri adalah Izzudin Aibak dan yang terkenal
adalah Qutuz, Baybars, Qalawun, dan Nasir Muhammad bin Qalawun. Baybars
merupakan sultan yang kuat membangun pemerintahan dan berhasil berkuasa selama
17 tahun. Mamluk Bahri berakhir setelah dipimpin oleh Sultan Shalih Hajj bin
Sya’ban (1381-1309 M) yang masih kecil dan hanya memerintah selama dua tahun.
Setelah itu, digantikan oleh sultan lain sampai akhirnya Sultan Barquq menguasai dan
mengakhiri Dinasti Mamluk Bahri. Kemudian pemerintahan diambil alih oleh
Mamluk Burji yang diawali dengan berkuasanya Sultan Barquq.
C. Kemajuan Pada Masa Dinasti Mamluk
Daulah Mamluk membawa warna baru dalam sejarah politik Islam.
Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat
ketika Qalawun (1280-1290 M) menerapkan pergantian sultan secara turun temurun.
Sistem pemerintahan ini berpengaruh dalam kemajuan Mesir. Kedudukan ami
menjadi sangat penting dan para amir berkompetisi dalam prestasi karena merupakan
kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan ini dicapai dalam berbagai bidang seperti
pemerintahan, perekonomian, dan ilmu pengetahuan.

5
Tim Penulis, Ensklopedi Islam, Jilid 3, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001, hlm. 146

6
Dalam bidang pemerintahan, kemenangan Dinasti Mamluk atas tentara
Mongol di 'Ayn al-Jalut menjadi modal besar untuk menguasai daerah-daerah
sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa dinasti kecil menyatakan setia kepada
kerajaan ini. Untuk menjalankan pemerintahan di dalam negeri, Baybars mengangkat
kelompok militer sebagai elit politik. Disamping itu, untuk memperoleh simpati dari
kerajaan-kerajaan Islam lainnya, Baybars membaiat keturunan Bani Abbas yang
berhasil meloloskan diri dari serangan bangsa Mongol, al-Mustanshir sebagai
khalifah. Dengan demikian, khilafah Abbasiyah, setelah dihancurkan oleh tentara
Hulaghu di Baghdad, berhasil dipertahankan oleh daulah ini dengan Kairo sebagai
pusatnya. Sementara itu, kekuatan-kekuatan yang dapat mengancam kekuasaan
Baybars dapat dilumpuhkan, seperti tentara Salib di sepanjang Laut Tengah, Assasin
di pegunungan Syria, Cyrenia (tempat berkuasanya orang-orang Armenia), dan kapal-
kapal Mongol di Anatolia.6
Untuk menstabilkan perekonomian, Dinasti Mamluk menjalin hubungan
perdagangan dengan Italia dan Perancis. Hubungan perekonomian yang baik akan
membuat neraca keuangan negara menjadi maju dan stabil, negara pun akan aman
daru permainan ekonomi luar dan yang pasti jika berhasil maka stabilitas negara akan
aman. Dengan mantapnya ekonomi, perhatian ke arah perkembangan ilmu
pengetahuan akan semakin mendapat perhatian yang serius.
Kota Kairo menjadi bagian strategis dan penting sebagai jalur perdagangan
Asia Barat dan Laut Tengah dengan pihak Barat dan terlebih penting lagi setelah
jatuhnya kota Baghdad. Hal ini pun menjadi lebih penting lagi karena Kairo
menghubungkan jalur perdagangan Laut Merah dan Laut Tengah dengan Eropa.
Selain itu juga hasil pertanian meningkat, hal ini dikarenakan Baybars dan beberapa
Sultan sesudahnya memberikan kebebasan kepada para petani untuk memasarkan
hasil pertanian mereka tanpa dimonopoli oleh pemerintahan. Sehingga mendorong
para petani untuk meningkatkan hasil panen mereka dan akan berpengaruh bagi
perekonomian Mesir. Disamping itu, keberhasilan ini juga didukung oleh
pembangunan jaringan transportasi dan komunikasi antara kota, baik laut maupun
darat. Peran ketangguhan angkatan laut Mamluk juga sangat membantu
pengembangan perekonomiannya. Majunya perekonomian juga berpengaruh terhadap
ilmu pengetahuan.

6
Muzaiyana, Sejarah Peradaban Islam 2 (Buku Perkuliahan Program S1 Jurusan Sejarah dan
Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Sunan Ampel Surabaya), hlm. 12

7
Di bidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-
ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu banyak
berkembang di Mesir, seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu
agama. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn
Taghribardi, dan Ibn Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nashiruddin ath-
Thusi. Di bidang matematika Abul Faraj al-'Ibry . Dalam bidang kedokteran: Abul
Hasan 'Ali an-Nafis, penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia,
Abdul Mun'im ad-Dimyathi, seorang dokter hewan, dan Ar-Razi’, perintis
psykoterapi. Dalam bidang opthalmologi dikenal nama Shalahuddin ibn Yusuf.
Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama Syaikhul Islam ibn
Taimiyah Rahimahullah, seorang mujaddid, mujahid dan ahli hadits dalam Islam,
Imam As-Suyuthi Rahimahullah yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Imam Ibn
Hajar al-'Asqalani Rahimahullah dalam ilmu hadits, ilmu fiqih dan lain-lain.7
Dalam bidang agama, pada saat ulama Baghdad kehilangan semangat, akibat
kehancuran Baghdad, pintu berijtihad seolah-olah tertutup. Akhirnya mereka banyak
yang menggeluti ilmu tasawuf dan tarikat. Sementara itu di Daulah Mamalik di Mesir
muncul seorang ulama besar Ibn Taimiyah Al-Hambaly (1332) yang berusaha untuk
merubah pola pikir umat Islam yang bersifat tradisional pada masa itu kepada pola
pikir yang lebih rasinal yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits serta selalu
memupuk semangat untuk melakukan ijtihad. Hal yang dilakukan Ibn Taimiyah
tersebut dapat dipahami karena masa itu banyak ulama yang beraliran Sunni mereka
kuat berpegang pada tarikat dan tasawuf dan telah menjadi faham bagi kebanyakan
dari pada mereka bahwa pintu ijtihad telah tertutup dan kita tinggal hanya mengkaji
apa yang telah dibahas ulama terdahulu. Pola pikir seperti inilah yang hendak
diperbaharui oleh Imam Ibn Taimiyah.
Ibn Taimiyah tidak sendirian, dia ditemani oleh kawan-kawannya, seperti
ulama Jalaluddin Al-Suyuti, dia adalah seorang ulama yang produktif menulis, baik di
bidang tafsir maupun sejarah, di bidang tafsir dia menulis buku yang berjudul “Al-
Itqan fi Ulumil Qur’an”. Ditambah lagi seorang ulama terkenal di bidang Hadits Ibnu
Hajar Al-Asqalani (91372-1449) kepala Qadhi di Kairo dengan bukunya, antara lain,
“Tahzib al-Tahzib” (dua belas jilid) dan buku yang berjudul “Al-Itsabah” (empat

7
Ibid, hlm. 14

8
jilid). Ulama lain yang terkenal dalam bidang sastra tercatat Safaruddin Muhammad
Busiri dengan kitabnya yang berjudul “Burdah”.8
Kemajuan Dinasti Mamluk juga terdapat dalam bidang seni-budaya, seperti
seni bangunan, model-model keramik, ukiran-ukiran dan kerajinan yang artistik. Hal
ini pun menjadi contoh bagi dinasti-dinasti lain yang beradab dan Kairo telah menjadi
salah satu kota yang indah dari dunia Muslim.
Baybars merupakan orang yang serius dalam hal pembangunan.
Merekonstruksi jaringan komunikasi dan transportasi, baik antarkota maupun
antarmancanegara. Rehabilitaasi daerah dilakukan secara berkala. Penggalian terus-
terusan, membuat pelabuhan, menghubungkan Kairo dan Damsih merupakan prestasi
besar yang dilakukan Dinasti Mamluk. Penyelenggaraan dinas pos, perbaikan
pekerjaan umum, memperindah masjid-masjid, mendirikan badan-badan keagamaan,
dan badan-badan amal, bahkan sekolah juga dinisbahkan pada nama Sultan Baybars
sendiri. Mesir, khususnya Kairo menjadi pusat terpenting bagi perkembangan
intelegensi dan kebudayaan Islam dengan bahasa Arab sebagai basisnya. Ilmu
pengetahuan berkembang cepat di Mesir dikarenakan merupakan tempat pelarian
ilmuan-ilmuan asal Baghdad dari serangan Mongol.

8
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Riau : Yayasan Pusaka, 2013). hlm. 264

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dinasti Mamluk merupakan dinasti para budak yang berasal dari berbagai
suku dan bangsa, yang awalnya merupakan orang-orang yang ditawan oleh penguasa
Dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan tentara. Kata
Mamluk sendiri memiliki arti budak atau hamba yang dibeli dan dididik dengan
sengaja agar menjadi tentara dan pegawai pemerintahan. Mereka berhasil
menciptakan suatu pemerintahan oligarki di wilayah asing. Mungkin mustahil bahwa
dari kalangan budak bisa menjadi raja, tapi pada faktanya mereka bisa membuktikan
itu. Sultan-sultan dinasti Mamluk menegaskan kekuasaan mereka atas wilayah Suriah-
Mesir, yang sebelumnya dikuasai oleh Tentara Salib.
Dalam sejarah Islam, pertengahan abad ke-13 disebut zaman disintegrasi
peraddaban, karena peradaban Islam berada diambang kehancuran. Namun Dinasti
Mamluk memberikan fakta-fakta secara akademik tentang representasi suatu periode
yang buruk yang sempat dimainkan oleh budak-budak. Terlepas dari persoalan
ketidakmampuan melintasi keniscayaan sejarah, melihat sisi keberhasilan kaum
Mamluk pada suatu pihak, disisi lain menuntut pengakuan yang jelas, bahwa Dinasti
Mamluk di Mesir merupakan warisan peradaban universal yang dalam hal ini berarti
suatu peradaban yang dimanifestasikan atas kreativitas kaum budak.
Teritorial kekuasaan Dinasti Mamluk adalah wilayah Mesir dan Siria yang
dikuasai selama 267 tahun antara abad ke-13 sampai dengan awal abad ke-15, yaitu
dari tahun 1250 M sampai 1517 M. Kekuasaan Dinasti Mamluk ini dibagi menjadi
dua periode. Pertama, 1250-1382 M dan disebut Dinasti Mamluk Bahriyah (Sea
Mamluks) dan kedua, 1382-1517 M yang disebut Dinasti Mamluk Burjiyah (Mamluks
of the Citadel).
Daulah Mamluk membawa warna baru dalam sejarah politik Islam.
Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat
ketika Qalawun (1280-1290 M) menerapkan pergantian sultan secara turun temurun.
Sistem pemerintahan ini berpengaruh dalam kemajuan Mesir. Kedudukan ami
menjadi sangat penting dan para amir berkompetisi dalam prestasi karena merupakan

10
kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan ini dicapai dalam berbagai bidang seperti
pemerintahan, perekonomian, dan ilmu pengetahuan.
B. Saran
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih ada kekurangan dan
kesalahan, oleh sebab itu Penulis meminta agar para pembaca bisa memberikan kritik
atau saran yang bisa membangun bagi Penulis dan agar makalah ini lebih baik lagi.
Penulis berharap bahwa makalah ini dapat memberikan ilmu bagi pembaca dan
pemakalah sendiri.

11
DAFTAR PUSTAKA

Muzaiyana. Sejarah dan Peradaban Islam-2. Buku Perkuliahan Program S-1 Jurusan
Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel, Surabaya.

Nasution, Harun. 1996. Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran. Cetakan IV.
Bandung: Mizan.
Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. (Riau : Yayasan Pusaka
Riau)

Sewang, Anwar. 2017. Sejarah Peradaban Islam. (Sulawesi Selatan : STAIN


Parepare)

Tim Penulis. 2001. Ensiklopedi Islam, Jilid 3. Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve
Jurnal dan Skripsi :

Darmalaksana, Wahyudin. 2009. Dinasti Mamalik di Mesir. Jurnal el-Harakah. II (2).


119-128

Mozi, Dadang. 2018. “Strategi Perang Dinasti Mamluk Dalam Menghadapi Bangsa
Mongol”. Skripsi. Palembang : UIN Raden Fatah

Manshur, Fadil Munawwar. Dinasti Mamluk dan Perang Salib : Perspektif Historis.
Artikel.

12

Anda mungkin juga menyukai