Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PERTUMBUHAN PENDIDIKAN ISLAM PADA

MASA DINASTI MAMLUK

Disusun Oleh :

AZIZAH TULFAUZIAH ( 200803025 )

RAHMATILLAH INDAH ( 200803034 )

SALSABILA ALMAHDA ( 200803024 )

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS STUDI ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Makalah ini ditulis untuk memenuhi misi Mata Kuliah Sejarah
Pendidikan Islam yang berjudul “Pertumbuhan Pendidikan Islam pada Dinasti Mamluk”.
Kami menyajikannya berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber, namun kami menyadari
bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan saran yang membangun dari para pembaca. Walaupun tulisan ini mengandung
implikasi penting bagi “Pertumbuhan Pendidikan Islam Di Dinasti Mamluk”, tulisan ini
mungkin tidak lengkap, tetapi juga memuat detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Terimakasih Banyak Kami Ucapkan Kepada Bapak Dr. Deprizon,M.Pd.I Selaku Dosen
Pengampu.

Demikianlah pengantar ini dengan pengiringan serta harapan semoga tulisan ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi kita semua, kami mengucapkan ribuan terima kasih mudah-mudahan kita
mendapat amal baik yang di berikan allah SWT. Aamiin ya rabbal alamin.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................2

A. PENDAHULUAN ................................................................................................3
1. Latar Belakang ..........................................................................................3
2. Rumusan Masalah.....................................................................................5
3. Tujuan Penelitian.......................................................................................5
B. PEMBAHASAN....................................................................................................6
1. Proses Terbentuknya Dinasti Mamluk......................................................6
2. Perwatakan Dinasti Mamluk dalam Sistem Pemerintahan........................9
3. Kemajuan-Kemajuan yang dicapai pada Masa Dinasti Mamluk .............15
4. Peran Dinasti Mamluk Dalam Menjaga Peradaban Di Mesir ..................17
5. Faktor – Faktor Kemunduran Dinasti Mamluk.........................................22
C. PENUTUP.............................................................................................................25
1. Kesimpulan................................................................................................25
D. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

2
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Terbentuk Dinasti Mamluk tidak dapat dipisahkan dari Dinasti Ayyubiyah.Mereka pada mulanya
adalah orang-orang yang ditawan dan dijadikan budak oleh penguasa Dinasti Ayyubiyah, mereka
ditempatkan di barak-barak militer pulauRaudah di sungai Nil untuk di latih dan didik secara
baik karena itu mereka disebut Mamluk al-Bahry.Tempat tersebut mereka diajari membaca,
menulis, pengetahuan agama dan yang terpenting adalah pengetahuan militer.Pada saat terjadi
perebutan kekuasaan antara Malik al-Shaleh dan Malik al Kamil.Dinasti Ayyubiyah terpecah
menjadi dua kubu antara pendukung Malik alSahleh dan Malik al-Kamil.Para tentara yang
berasal dari Suku Kurdi memihak kepada Malik al-Kamil sementara para budak-budak
mendukung Malik al Shaleh.Kemenangan berpihak pada Malik al-Shaleh yang berkuasa dari
tahun 1240-1249.Prestasi para budak-budak ini, kemudian mereka dijadikan pengawal dan
bahkan kemudian mereka diberikan hak-hak istimewa dalam karir ketentaraan maupun dalam
imbalan-imbalan materil. Malik al-Shaleh pun memberikan perhatian ekstra kepada kaum
Mamluk Bahriyah sehingga banyak diantara mereka di tempatkan pada kelompok-kelompok elit
yang terpisah dari masyarakat atau kelompok militer lainnya. Sultan Malik al-Shaleh wafat
bertepatan pada saat pasukannya sedang disibukkan dengan perang melawan pasukan Salib di
bawah kepemimpinan Louis IX dari Jerman. Istri Malik al-Shaleh yang bernama Syajarah ad-
Dur (berasal dari Budak) menyembunyikan kabar kematiannya dan mengambilalih
pemerintahan. Syarah ad-Dur memanggil Turansyah (Putra Malik al-Saleh) untuk memegang
kekuasaan. Turansyah pun menjadi sultan dan pada masanya dia berhasil mengalahkan orang-
orang Salib atas bantuan tentara-tentara Mamluk pada tahun 648 H/ 1250 M. Karena persoalan
politik, Syarah ad-Dur, kemudian membunuh Turansyah. Pembunuhan ini mungkin disebabkan
oleh propokasi dari Tentara Mamluk, karena belakangan Turansyah kurang memberi perhatian
kepada Tentara-tentara Maluk dan lebih berpihak kepada tentara-tentara Kurdi. Kekuasaan pun
kemudian diambil alih kembali oleh Syarah ad-Dur. Pemerintaha Syarah ad-Dur dan insiden
pembunuhan Turansyah memicu reaksi yang luar biasa dari Dinasti Abbasiyah di Bagdad.
Bahkan kemudian Dinasti Abbasiyah menawarkan seorang pemimpin Laki-laki dari Bagdad jika
Dinasti Ayyubiyah tidak memiliki pemimpin seorang laki-laki. Untuk menyikapi kondisi yang
genting ini, syarah ad-Dur mengambil tindakan dengan segera menikah dengan salah seorang

3
yang terpandang dari kalangan Mamluk yaitu Izzuddin Aibak dan menyerahkan tampuk
pemerintahan kepada suaminya, Reaksi dari Dinasti Abbasiyah pun mereda. Peralihan kekuasaan
ke tangan Izzuddin Aibak menandakan awal pemerintaha Dinasti Mamlukiyah. Syajarah Ad-Dur
sendiri tetap berharap dapat memimpin di belakang tabir. Sementara Aibak merasa tidak nyaman
dengan cara Syarah ad-Dur tersebut, dia pun kemudian membunuh istrinya. Tetapi pada referensi
lain menjelaskan bahwa Syarah ad-Dur membunuh suaminya- Aibak pada tahun 655 H/1257
M. ,maka dia pun kemudian dibunuh oleh orang-orang Mamluk sebagai balas dendam Aybak
berkuasa selama tujuh tahun d2ari tahun 1250-1257, setelah meninggal digantikan oleh anaknya
Ali yang masih berusia muda, karena tidak mampu memimpin, Ali kemudian mengundurkan diri
pada tahun 1259 dan digantikan oleh wakilnya Qutuz. Pada saat pemerintahan Qutus inilah
Baybar Syamsul Munir Amir, Sejarah Peradaban Islam, h. 279. Ajid Tahir, Perkembangan
Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), H.. Peran Dinasti Mamluk
dalam Membendung Ekspansi Bangsa Mongol ke Dunia Islam Syamzan Syukur dan Mastanning
36 Jurnal Rihlah Vol. 06 No. 01/2018 kembali ke Mesir dari pengasingannya di Syiria selama
masa pemerintahan Aybak karena tidak senang. Pada pemerintahan Qutus, tepatnya di awal
tahun 1260 M, Mesir terancam serangan Mongol yang sudah menduduki Bagdad dan sebagian
wilayah Islam kurang lebih dua tahun. Pada tanggal 13 September kedua tentara bertemu di Aynt
Jalut Tentara Mamluk dibawah pimpinan dua tokoh Mamluk yaitu Qutuz dan Baybars berhasil
menghancurkan pasukan Mongol. Pertempuran ini sangat menentukan prestasi pasukan Mongol
sebagai bangsa Penakluk, karena untuk pertama kalinya pasukan Mongol dan Panglimanya
menderita kekalahan sepanjang karirnya sebagai bangsa penakluk.Kemenangan tentara Mamluk
ini, membuat Dinasti Mamluk di Mesir menjadi tumpuan harapan umat Islam di sekitarnya.
Penulis sendiri menganggap kemenangan Dinasti Mamluk atas Bangsa Mongol ini merupakan
sejarah gemilang bagi Dunia Islam secara umum, di tengah kemunduran peradaban Islam akibat
menghadapi Perang Salib dan Serangan Bangsa Mongol ke dunia Islam.Tidak lama setelah
kemenangan Pasukan Mamluk atas pasukan Mongol,Qutuz meninggal dunia kemudian
digantikan oleh Baybars (1260-1277). Selanjutnya di tahun 1280-1290 Dinasti Mamluk dipimpin
oleh Sultan Mansur Qalawun yang banyak memberi sumbangsih dalam pengembangan
administrasi pemerintahan, strateginya dalam memperkuat posisi Mesir dan Syam di jalur
perdagangan international, Qalawun memperkuat hubungan luar negeri. Kebijakannya ini
didukung oleh keberadaan 12.000 tentara Mamluk Burji. Sultan lain yang turut membawa

4
kejayaan bagi Dinasti mamluk adalah pengganti Qalawun, yaitu putranya yang bernama Nasir
Mahammad (1296)- yang memegang tampuk pemerintahan selama tiga kali dan mengalami dua
kali turun tahta. Selanjutnya, Dinasti Mamluk dipimpin oleh keturunan Nasir Muhamad hingga
Sembilan sultan. Kesembilan sultan ini hanyalah nama dan tidak memiliki prestasi. Hingga
sultan terakhir digulingkan Sultan Barquq yang menjadi cikal bakal Sultan pertama pada
pemerintahan Mamluk Burji.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terbentuknya Dinasti Mamluk?
2. Bagaimana Perwatakan Dinasti Mamluk dalam sistem pemerintahan?
3. Jelaskan apa saja Kemajuan yang dicapai Pada Masa Dinasti Mamluk ?
4. Bagaimana Peran Dinasti Mamluk dalam menjaga peradaban di Mesir?
5. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran Dinasti Mamluk?
3. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan proses terbentuknya Dinasti Mamluk.
2. Mendeskripsikan Perwatakan Dinasti Mamluk dalam sistem pemerintahan.
3. Menjelaskan Kemajuan yang dicapai pada saat Dinasti Mamluk
4. Mendeskripsikan peran Dinasti Mamluk dalam menjaga peradaban di Mesir.
5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran Dinasti Mamluk.

5
B. PEMBAHASAN
1. Proses Terbentukmya Dinasti Mamluk
Kata Mamluk adalah bentuk mufrad dari kata Mamalik dan Mamlukun yang berarti budak atau
hamba yang dibeli dan dididik dengan sengaja agar menjadi tentara dan pegawai pemerintah.
Seorang Mamluk berasal dari ibu bapak yang merdeka, bukan dari budak atau hamba sahaya.
Berbeda dengan ‘abd, yang dilahirkan oleh ibu bapak yang juga berstatus sebagai hamba yang
kemudian dijual. Perbedaan lain adalah Mamluk biasanya berkulit putih, sedangkan ‘abd berkulit
hitam.1 Sebagian Mamluk berasal dari Mesir, yaitu golongan budak yang dimiliki para sultan dan
amir pada masa kesultanan Bani Ayyub. Para Mamluk Dinasti Ayyubiyah ini berasal dari Asia
Kecil, Persia, Turkistan dan Asia Tengah. Mereka terdiri dari suku-suku bangsa Turki, Rusia,
Kurdi, Syracuse dan bagian kecil dari bangsa Eropa. Sebutan Mamluk bermakna hamba sahaya.
Hal ini disebabkan para panglima yang memegang kekuasaan ketentaraan dewasa itu berasal dari
hamba sahaya yang dibeli lalu diasuh semenjak kecil dan dilatih, terdiri atas berbagai keturunan
kebangsaan. Mereka menjadi pejuang-pejuang Islam yang perkasa.2 Kaum Mamluk berkuasa di
Mesir sampai tahun 1517 M. merekalah yang membebaskan Mesir dan Suria dari peperangan
Salib dan juga membendung serangan-serangan kaum Mongol di bawah pimpinan Hulagu dan
Timur Lenk, sehingga Mesir terlepas dari penghancuran-hancuran seperti yang terjadi di dunia
Islam lain3. Mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa dinasti
Ayyubiyah sebagai budak, kemudian didik dan dijadikan tentaranya. Mereka ditempatkan pada
kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Oleh penguasa Ayyubiyah yang terakhir, Al-
Malik Al-Salih, mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada
penguasa ini mereka mendapat hak-hak  istimewa, baik dalam karier ketentaraan maupun dalam
imbalan-imbalan material.4
Mamluk adalah sebuah rezim yang dikendalikan oleh pasukan budak, inemerintah Mesir, Suria,
Asia kecil tenggara dan Arab barat (hijaz). 5 Dinasti Mamluk di Mesir adalah adalah dinasti
terakhir di dunia Arab untuk abad pertengahan 1 250-1800 M). Philip K. Hitti menyebutkan
bahwa dinasti Mamluk adalah dinasti yang luar biasa karena dinasati di dihimpun dan budak-

1
Dedi Supriyad. 2005.  Sejarah Peradaban Islam cet. I. Bandung: Pustaka Setia. Hal. 235.
2
Musyrifah Sunanto.2003.  Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media. Hal. 205
3
Harun Nasution. 1985. Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal. 81-82
4
 Dedi Supriyadi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia. Hal. 236
5
Dewan Redaksi Ensikiopedi Islam. 1993. Ensiklopedi Islam Cet. I. Jakarta: PT. Ikhtiyar Baru Van floeve. Hal. 339

6
budak yang berasal dan berbagai ras yang dapat membentuk suatu pemerintahan oligarki di suatu
negara yang bukan tumpah darah mereka. Sultan-sultan yang berasal dan budak-budak inii
pantas diacungi jempol karena keberhasilannya mendirikan suatu kerajaan yang kokoh dan kuat.
Dinasti Mamluk di Mesir rnulai bangkit bersamaan dengan runtuhnya kekuasaan Islam di
Bagdad dan pengunduran Islam di Spanyol. Dinasti ini dikenal pula dengan nama Daulat al-
Atrak yang pada perkembangan selanjutnya, wilayah kekuasaannya meiiputi Mesir dan Syiria.
Kaum Mamluk adalah para imigran Mesir yang pada awalnya merupakan budak-budak yang
datang dan daerah pegunungan Kaukasus dan laut Kaspia. Mereka ditempatkan di barak-barak
militer pulau Raudoh di sungai Nil untuk dilatih dan dididik secara baik. Ditempat inilah mereka
diajari membaca, menulis dan pengetahuan kemiliteran, bahkan diberi pendidikan agama. Kaum
Mamluk yang ditempatkan di sungai Nil disebut Mamluk al-Bahriyun dan kaum Mamluk yang
ditempatkan di benteng-benteng istana dikota Kairo disebut Mamluk al-Burjiyun.
Terbentuknya dinasti Mamluk di Mesir tidak dapat dipisahkan dan dinasti Ayyubiyah ketika
terjadi perebutan kekuasaan antara al-Malik as-Shalih dan al-Malik al-Kamil. Dalam perebutan
kekuasaan ini, para tentara yang berasal dan suku Kurdi memihak kepada al-Malik al-Kamil,
sementara para budak yang tergabung dalam Mamluk Bahri mendukung al-Malik as-Shalih.
Dalam perebutan kekuasaan ini, al-Malik as-Shalih mampu mengalahkan al-Malik al-Kamil.
Sejak saat itulah kaum Mamluk rnempunyai pengaruh yang besar dalam bidang kemiliteran dan
pemerintahan. Perhatian al-Malik as-Shalib begitu besar kepada kaum Mamluk sehingga banyak
di antara mereka ditempatkan pada kelompok-kelompok elit yang terpisah dan masyarakat atau
kelompok meliter lainnya. Perlakuan ini sebenarnya menguntungkan kedua belah pihak karena
kehadiran kaum Mamluk memberikan jaminan bagi berlangsungnya kekuasaan al-Malik as-
Shalib, sedangkan periakuan yang istimewa terhadap budak-budak itu bisa membenikan
kemudahan dalam peningkatan karir mereka dan imbalan-imbalan materil lainnya

Al-Malik as-Shalih rneninggal pada 1429 M setelah menderita sakit dan timbul kekacauan-
kekacauan di berbagai daerah. Kematian as-Shalih dirahasiakan oleh isterinya (Syajarat al-Dur),
kemudian putera mahkota as-Shalih yang bernama Turansyah memegang tampuk kekuasaan.
Namun, kaum Mamluk Bahri menganggap bahwa Turansyah bukan orang yang dekat dengan
mereka. Selain itu, Turansyah juga dianggap tidak tepat untuk rnenduduki pucuk kekhalifàhan
karena lebih banyak bermukim di Euprat. Oleh karena itu ia dianggap tidak menguasai seluk

7
beluk Mesir secara keseluruhan. Setelah itu diangkatlah Syajarat al-Dur sebagai Sultan mereka.
Dan sinilah awal terbentuknya dinasti Mamluk di Mesir yang dipimpin oleh seorang budak dan
berakhirlah dinasti Ayyubiyah menguasai Mesir.6 Para budak mengangkat Syajarat al-Dur
sebagai pemimpin mereka dengan pertimbangan sama-sama berdarah budak dan diharapkan
akan membela kepentingannya. Alasan lain pengangkatan Syajarat al-Dur karena adanya
pertentangan atau persaingan di kalangan kaum Mamluk itu sendiri. Sebenarnya terdapat
beberapa orang yang berambisi untuk menjadi sultan, seperti Aybak, Baybar dan Qutuz. Dengan
dukungan para Amir Aybak disepakati menjadi wakil al-Dur dalam mengendalikan tugas-tugas
pemerintahannya. Namun, dikemudian dan Aybak pun mengawini al-Dur dan bertindak sebagi
Sultan dengan gelar al-Muiz al-Din. Tetapi akhirnya Aybak dibunuh di kamar mandi oleh al-Dur
karena ia ketahuan ingin menyingkirkan al-Dur sendiri. Kemudian kekuasaan berpindah ke
tangan anak Aybak yang bernama Ali bin Aybak dalam usia yang sangat muda, akan tetapi
kekuasaannya hanya sekedar mengisi kekosongan karena yang memegang kendali pemerintahan
adalah Qutuz yang bertindak sebagai wakil sultan. Akhirnya Ali bin Aybak pun mengundurkan
diri karena merasa tidak mampu untuk menduduki jabatannya dan secara otomatis Qutuzlah yang
menjadi penguasa.Dimasa pemerintahan Qutuz, dinasti Mamluk mendapat ancaman dan tentara
Mongol. Mereka telah menghancurkan Bagdad dan maju ke sungai Euprat menuju Syiria dan
selanjutnya melintasi gurun Sinai menuju Mesir. Sebelum menyerbu Mesir, tentara Mongol yang
dipimpin Kitbuga meminta kepada Qutuz untuk menyerah kepada Hulagu di Bagdad, akan tetapi
Qutuz menolak perrnintaan itu bahkan membunuh utusannya.Tentara Mongol dengan diperkuat
oleh Armenia dan Georgia melintasi Yordania menuju Galilea, tentara Mamluk di bawah
komando Qutuz dan aybar bergerak ke arah teuggara menghadang tentara Mongol sampai
kemudian terjadilah perang di Ainjalut yang berakhir dengan kekalahan tentara Mongol.
Peristiwa di Ainjalut ini sekaligus menghapus mitos bahwa tentara Mongol tidak dapat
dikalahkan. Kemenangan di Ainjalut juga membangkitkan semangat Islam di wilayah-wilayah
lain untuk melawan tentara Mongol di sekitarnya. Sejak saat itu, nama dinasti Mamluk
membumbung tinggi di mata dunia Islam sehingga penguasa-penguasa di Syiria ketika itu
menyatakan kesetiaannya kepada dinasti Mamluk7. Tidak lama setelah itu Qutuz meninggal
dunia. Baybars, seorang pemimpin militer yang tangguh dan cerdas, diangkat oleh pasukannya

6
Badri Yatim. 1998. Sejarah Peradaban Islam Cet. VII. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hal. 125
7
Musyrifah Sunanto.2003. Sejarah Islam Klasik Cet. I. Bogor: Kencana. Hal. 210

8
menjadi Sultan (1260- 1277 M) dengan gelar al-Malik al-Zahir. Ia adalah sultan terbesar dan
termasyhur di antara Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti
Mamalik kerana kerajaannya yang begitu utuh dan kuat. Sebelum wafat, Baybar berwasiat agar
putranya pangeran Said, dinobatkan menjadi penggantinya.Kerajaan Mamluk dibagi menjadi dua
periode berdasarkan daerah asalnya. Golongan pertama disebut dengan Mamluk bahri. Golongan
pertama ini berasal dari kawasan Kipchak (Rusia Selatan), Mongol, dan Kurdi. Mereka
ditempatkan di Pulau Raudhah di Sungai Nil. Di sinilah mereka menjalani latihan militer dan
pelajaran keagamaan. Karena penempatan mereka inilah mereka dikenal dengan julukan
Mamluk Bahri (budak lalut/air). Golongan kedua dinamakan Mamluk Burji, yang berasal dari
etnik Syracuse di wilayah Kaukakus. Golongan kedua inilah yang berhasil bertahan untuk
berkuasa pada Dinasti Mamluk.8
2. Perwatakan Dinasti Mamluk dalam Sistem Pemerintahan
Sebagaiamana dijelaskan di atas, Dinasti Mamluk adalah para imigran mesir yang pada awalnya
merupakan budak-budak yang datang dari daerah pengunungan kaukasus (kemudian disebut Al-
mamalik Al-Burjiun) dan laut Kaspi ( al-mamalik al bariyyun ). Oleh dinasti Al-ayyubiyah para
budak-budak ini di tempatkan di sungai Nil di sebut Al-mamalik Al bahriyun yang memerintah
pada 1250 M/ 648 H sampai dengan 1390 M/ 792 H. Selanjutnya kaum mamluk yang
ditempatkan di benteng istana kota Kairo di sebut al-mamalik al-Burjiun yang memerintah pada
1382M/922M. Sistem pemerintah dinasti Mamluk bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu
yang singkat ketika Qawalun (1280-1290 M) menerapkan pergantian khalifah secara turun
menurun. Padahal sitem Oligarki Militer memberikan kemajuan bagi Mesir. Kedudukan Amir
sangat penting, para Amir saling berkompetesi dalam prestasi karena mereka merupakan
kandidat sultan. Bahkan dinasti Mamluk juga membawa warna baru dalam sejarah politik Islam.
Pemerintahan dinasti yang bersifat oligarki militer dapat memberikan kemajuan-kemajuan di
capai dalam berbagai bidang, seperti konsiladasi pemerintahan, perekonomian, dan Ilmu
pengetahuan.9
Dinasti Mamluk pada dasarnya tidak menerapkan sistem turun-temurun terhadap orang yang
memegang jabatan sultan, sebab apabila sistem semacam itu diterapkan maka rasa keadilan yang

8
Dedi Supriyadi.2008. Sejarah Peradaban Islam cet I. Bandung: Pustaka Setia. Hal.236
9
Badri Yatim. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal.126

9
telah mengikat keutuhan solidaritas kalangan para mamluk dengan sendirinya akan rusak dan
menyebabkan terjadinya disintegrasi dalam kalangan mereka.10
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dibahas tentang dinasti mamluk bahri dan dinasti
mamluk burji.
a.   Dinasti Mamluk Bahri
Nama Mamluk Bahriyah dinisbatkan pada sebuah tempat yang disediakan oleh Sultan Malik Al-
Saleh Najmudin Ayyub kepada para Mamluk. Tempat ini berada di pulau Raudhah di tepi sungai
Nil yang dilaengkapi dengan senjata, pusat pendidikan, dan latihan materi-materi sipil dan
militer. Sejak itu, para Mamluk dikenal dengan Al-Mamalik Al-Bahriyyah (para budak lautan).11
Al-Malik as-Shalih rneninggal pada 1429 M setelah menderita sakit dan timbul kekacauan-
kekacauan di berbagai daerah. Kematian as-Shalih dirahasiakan oleh isterinya (Syajarat al-Dur),
kemudian putera mahkota as-Shalih yang bernama Turansyah memegang tampuk kekuasaan.
Namun, kaum Mamluk Bahri menganggap bahwa Turansyah bukan orang yang dekat dengan
mereka. Selain itu, Turansyah juga dianggap tidak tepat untuk rnenduduki pucuk kekhalifàhan
karena lebih banyak bermukim di Euprat. Oleh karena itu ia dianggap tidak menguasai seluk
beluk Mesir secara keseluruhan. Setelah itu diangkatlah Syajarat al-Dur sebagai Sultan mereka.
Dan sinilah awal terbentuknya dinasti Mamluk di Mesir yang dipimpin oleh seorang budak dan
berakhirlah dinasti Ayyubiyah menguasai Mesir.12 Aybak berkuasa selama tujuh tahun (1250-
1257 M). Setelah meninggal ia digantikan oleh anaknya, Ali yang masih berusia muda. Ali
kemudian mengundurkan diri pada tahun 1259 M dan digantikan oleh wakilnya, Qutuz. Setelah
Qutuz naik tahta, Baybars yang mengasingkan diri ke Syria karena tidak senang dengan
kepemimpinan Aybak kembali ke Mesir. Di awal tahun 1260 M Mesir terancam serangan bangsa
Mongol yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam. Kedua tentara bertemu di
Ayn Jalut, dan pada tanggal 13 September 1260 M, tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz,
Baybars dan Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah Rahimahullah berhasil menghancurkan pasukan
Mongol tersebut. Kemenangan atas tentara Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di Mesir
menjadi tumpuan harapan umat Islam di sekitarnya. Penguasa-penguasa di Syria segera
menyatakan sumpah setia kepada penguasa Mamalik. Pusat kekhalifahan Islam akhirnya berada
di kairo setelah Baghdad hancur total oleh tentara Mongol. Setelah Qutuz digulingkan oleh

10
Abd. Chair, et. al. 2010. Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Khilafah. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Hal. 217
11
 Dedi Supriyad. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: pustaka setia. Hal. 236.
12
Badri Yatim. 1998. Sejarah Peradaban Islam Cet. VII. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hal. 125

10
Baybars, kerajaan Mamluk bertambah kuat. Bahkan, Baybars, mampu berkuasa selama tujuh
belas tahun (657 H./1260 M.-676 H./1277 M.) karena mendapat dukungan militer dan tidak ada
Mamluk yang senior lagi, selain Baybars. Ia adalah sultan terbesar dan termasyhur di antara
Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti Mamalik.Kejayaan
yang diraih pada masa Baybars adalah memporak-porandakan tentara salib di sepanjang Laut
Tengah, Assasin di Pegunungan Siria, Cyrenia (tempat berkuasanya orang-orang Armenia dan
kapal-kapal Mongol di Anatolia). Terlebih lagi prestasi Baybars adalah menghidupkan kembali
kekhalifahan Abbasiyah di Mesir setelah Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol di bawah
Hulagu Khan pada tahun 1258. Pemerintah Mamluk selanjutnya dipimpin oleh Bani Bibarisiah.
Diawali oleh Azh-Zhahir Bibaris mengundang Ahmad, anak Khalifah Bani Abbasiyah Al-Zhahir
ke Kairo. Sebelumnya, Ahmad melarikan diri dari Baghdad setelah dihancur leburkan oleh
orang-orang Mongolia, kemudian dia dibaiat sebagai khalifah dan diberi gelar Al-Mustanshir
pada tahun 659 H./1260 M.Tujuan dilakukannya hal itu oleh Babiris adalah untuk menguatkan
pusat kekuasaan di Kairo dan menarik dukungan negeri-negeri Islam yang lain serta melindungi
kursi kekuasaan Mamluk dengan legalitas syariah. Tidak begitu banyak yang berarti Kerajaan
Mamluk di bawah pimpinan Bani Babiris. Sultan Al-Mansur Qalawun (678 H./1280 M.-
689H./1290 M.) yang telah menyumbangkan jasanya dalam pengembangan administrasi
pemerintah, perluasan hubungan luar negeri untuk memperkuat posisi Mesir dan Syam di jalur
perdagangan internasional. Sultan Qalawun berhasil mewariskan tahtanya kepada keturunannya.
Hal ini terjadi berkat keberadaan 12.000 Mamluk Burji yang memang dipersiapkan untuk
melindungi kepentingan pribadinya. Sultan Mamluk yang memiliki kejayaan dan prestasi lainnya
dari garis Bani Qalawun adalah putra pengganti Qalawun, yakni Nashir Muhammad (696
H./1296 M.). Sultan memegang tampuk pemerintahan selama tiga kali dan mengalami dua kali
turun tahta.Masa setelah Bani Qalawun, tampuk pemerintahan Mamluk dipimpin oleh Mamluk
keturunan Muhammad hingga 9 sultan. Kesembilan sultan ini hanyalah simbul nama dan tidak
berpengaruh terhadap masyarakat umum lainnya. Dalam analisis Ahmad Al-Usairy, “mereka
tidak memiliki daya dan upaya, pandangan maupun kebijakan apapun “, sampai sultan terakhir
dari Dinasti Mamluk yang berasal dari Bani Sya’baniyah, Al-Shalih Hajj Asyraf bin Sya’ban
sekitar tahun 791 H./1388 M. digulingkan oleh Sultan Barquq yang menjadi cikal bakal sultan
pertama pada pemerintahan Mamluk Burji. Adapun sultan-sultan yang pernah menjadi penguasa
dinasti Mamluk bahri adalah sebagai berikut:

11
Tahun Tahun
No
Nama Sultan Pemerintahan Pemerintahan
.
(Hijriyah) (Masehi)
1. Syajar al-Dur 648 1250
2. Muiz Aybak 648 1250
3. Nur Al-Din Ali 655 1257
4. Syaf al-Din Qutuz 657 1259
5. Zahir Bayabars 658 1260
6. Baraka Khan 678 1277
7. Bar al-Din Salamish 678 1279
8. Mansur Qalawun 678 1279
9. Asyraf Khalil 689 1290
10. Nasir al-Din Muhammad 693 1293
11. Zayn al-Din Kitbugh 694 1294
12. Husam al-Din Lajim 696 1296
13. Nasir Muhammad 698 1298
14. Rukh al-Din Baybar 708 1308
15. Nasir Muhammad 709 1309
16. Sayf al-Din Abu Bakar 741 1340
17. Shihab al-Din  Ahmad 742 1342
18. Imad al-Din Ismail 742 1342
19. Sayf al-Din Sya’ban 746 1345
20. Sayf al-Din Hajji 747 1346
21. Nasir al-Din Hassan 748 1347
22. Salah al-Din Shalih 752 1351
23. Nasir Hassan 1354 755 1354
24. Mansur Muhammad 762 1361
25. Ashraf Sya’ban 764 1363
26. ‘Ala al-Din Ali 778 1367
27. Salah al-Din Hajji 783 1381

b. Dinasti Mamalik Burji


Masa pemerintahan Mamluk Burji diawali dengan berkuasanya Sultan Brquq (784 H./1382 M.-
801 H./1399 M.) setelah berhasil menggulingkan sultan terakhir dari Mamluk Bahri, Shalih Haj
bin Asyraf Sya’ban. Sesungguhnya tidak ada perbedaan pemerintahan Mamluk Bahri dan Burji,
baik dari segi status para sultan yang dimerdekakan atau pun dari segi sistem pemerintahan yang
oligarki. Hal-hal yang membedakan kedua pemerintah tersebut adalah sukses pemerintahan
Mamluk Bahri lebih banyak terjadi dengan turun-temurun, sedangkan pada masa Mamluk Burji
suksesi lebih banyak terjadi karena perang saudara dan huru-hara. Pertentangan ini disebabkan

12
sistem pendidikan bagi para Mamluk tidak ketat, dan mereka diperbolehkan untuk tinggal di luar
pusat-pusat latihan bersama rakyat biasa. Pemerintahan selanjutnya dipimpin oleh Sultan Al-
Nashir Faraj (801 H./1399 M.-808 H./1405 M.), putra sultan Barquq dan merupakan salah
seorang cucu jengis khan yang telah masuk Islam dan berkuasa di wilayah Samarkand dan
Khurasan, Timur Lenk (771 H./1370 M.-807 H./1405 M.), melakukan penyerangan ke wilayang
Suriah. Timur Lenk tampaknya mengulang kembali sejarah keberingasan pasukan Mongol pada
zaman Hulagu Khan ketika menguasai wilayah-wilayah tetangganya yang muslim. Pasukan
Mamluk pun menyiapkan diri untuk menghadang serangan Timur Lenk tersebut. Pada tahun
1401, Aleppo dapat dikuasai oleh pasukan Timur Lenk dan disusul dengan Damaskus yang
menyerah setelah tentara Mamluk dapat dikalahkan. Kota Damaskus dibumihanguskan, baik
sekolah maupun masjid dibakar. Ketika pasukan Mamluk disiagakan kembali untuk merebut
Damaskus, Timur Lenk sudah meninggalkan kota itu dan akhirnya diadakanlah perjanjian
perdamaian serta bertukar tawanan perang. Sementara itu, dua Sultan Mamluk Burji, yakni Al-
Asyraf Baribai (825 H./1422 M.-841 H./1437 M.) dan Al-Zahir Khusyqadam (865 H./1461 M.-
872 H./1467 M.) masih harus terus mempertahankan wilayahnya dari serangan pasukan salib di
kepulauan Cyprus dan Rhodos (Laut Aegea, sekarang milik Yunani). Kedua ekspedisi militer ini
berhasil menahan kekuatan kaum Nasrani dan dengan demikian, pasukan Mamluk kembali
membuktikan keunggulanya untuk dapat menguasai jalur perdagangan di Laut Tengah. Banyak
dari sultan-sultan Mamluk Burji naik tahta pada usia muda. Hal ini menjadi salah satu faktor
penyebab melemahnya Dinasti Mamluk. Para Mamluk selalu disibukkan dengan gejolak atau
pertentangan yang terjadi. Dana kesultanan lebih banyak dikeluarkan untuk aksi-aksi militer,
sementara itu pemasukan semakin menipis. Rongrongan dari luar wilayah Mamluk pun datang
beruntun karena para Mamluk tidak mengutamakan persatuan dan banyak yang meminta bantuan
dari luar. Sebagai contoh pada masa pemerintahan Sultan Asyraf Qaitbay (872 H./1468 M.-901
H./1496 M.), terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh para amir Mamluk di wilayah Syam
dan Aleppo, dan gerakan pengacau keamanan dari orang Arab di selatan Mesir. Pada masa
pemerintahan ini, terjadi penyerangan pasukan Turki Utsmani terhadap wilayah Mamluk yang
merupakan cikal-bakal permusuhan antara Dinasti Mamluk dan tentara Turki Utsmani. Begitulah
seterusnya para Sultan Mamluk dilanda krisis dan perang, baik dari dalam (Mamluk) maupun
dari pihak luar seperti serangan tentara Turki Utsmani, orang portugis yang melarang dan
mengusik jalur perdagangan Mamluk di Laut Tengah hingga tewasnya Sultan Qanshus Al-Guri

13
ketika berperang melawan tentara Turki Utsmani pada tahun 922 H./1516 M. sejak saat itu,
Dinasti Mamluk di bawah bayang-bayang tentara Turki Utsmani. Sultan terakhir Dinasti
Mamluk Burji adalah Al-Asyraf Tumanbai. Ia adalah seorang pejuang yang gigih. Namun, pada
saat itu ia tidak memperoleh dukungan dari golongan Mamluk sehingga ia harus menghadapi
sendiri pasukan Turki Utsmani. Akhirnya, Tumanbai ditangkap oleh pasukan Turki Utsmani atas
bantuan beberapa amir Mamluk dan kemudian digantung di salah satu gerbang kota Kairo, pada
tahun 923 H./1517 M. Sejak saat itu, berakhirlah masa pemerintahan Dinasti Mamluk dan
dimulainya masa penguasaan Turki Utsmani di Mesir dan Syam13. Terdapat beberapa sultan yang
meninggalkan jejak besar pada masa dinasti mamluk. Adapun sultan-sultan yang sempat
meninggalkan jejak besar dalam sejarah Islam disaat pemerintahan Dinasti Mamluk diantaranya
yaitu :
1) Sultan Qutuz
Di awal tahun 1260 M, Mesir terancam serangan bangsa mongol yang sudah berhasil
mengalahkan Abbasyiah dan menduduki hampir seluruh Dunia Islam. Kedua tentara ini bertemu
di ‘Ayn jalut. Tentara Mamluk yang dibawah pimpinan Qutuz dan Baybars berhasil
mengalahkan pasukan mongol tersebut. Daulah Mamluk di Mesir ini lah yang satu-satunya
penguasa yang berhasil mengalahkan pasukan mongol sehingga menjadi tumpuan harapan umat
Islam sekitar.
2) Sultan Baybars
Setelah kemenangan di ‘Ayn jalut, mulai memalingkan perhatian untuk merebut kembali kota-
kota benteng yang dikuasai tentara Salib, seperti kota benteng Arsulf, Safad, Arkad, kota
Antioch dan mengepung kota Okka hingga pada akhirnya pada tahun 1272 pimpinan tentara
Salib perancis, Edward of Egland, meminta genjatan senjata 10 tahun dengan kesediaan
membayar upeti tahunan ke Mesir. Sultan Baybrs juga melanjutkan pembangunan di Mesir,
Palestina, dan Syiria.
3) Sultan Qolawun
Sultan Qolawun juga banyak mendirikan bangunan di Mesir yang masih di kagumi sampai
sekarang, baik bangunan keagamaan maupun bangunan sosial. Sultan Qolawun juga dapat
menghancurkan serangan bangsa mongol yang di pimpin oleh Abaga khan (anak hulago khan)
yang ingin menebus kekalahan ayahnya. Pertenpuran pecah di wilayah Homs, Syiria Utara dan

13
Dedi Supriyad. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: pustaka setia. Hal. 241-243

14
pasukan mongol hancur. Qolawun juga menghancurkan serangan tentara salib yang berjalan dua
abad lamanya sehingga tamatlah kekuasaan salibiyah dan angan-angannya untuk menguasai
makam Suci dan membebaskan kota kelahiran nabi Isa penebus dosa mereka.14
3. Kemajuan-Kemajuan yang dicapai pada Masa Dinasti Mamluk
Adapun kemajuan-kemajuan yang dicapai dinasti Mamluk adalah sebagai berikut:
a. Dalam bidang pemerintahan
Kemenangan dinasti Mamalik atas tentara Mongol di 'Ayn al-Jalut menjadi modal besar untuk
menguasai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa dinasti kecil menyatakan setia
kepada kerajaan ini. Untuk menjalankan pemerintahan di dalam negeri, Baybars mengangkat
kelompok militer sebagai elit politik. Disamping itu, untuk memperoleh simpati dari kerajaan-
kerajaan Islam lainnya, Baybars membaiat keturunan Bani Abbas yang berhasil meloloskan diri
dari serangan bangsa Mongol, al-Mustanshir sebagai khalifah. Dengan demikian, khilafah
Abbasiyah, setelah dihancurkan oleh tentara Hulaghu di Baghdad, berhasil dipertahankan oleh
daulah ini dengan Kairo sebagai pusatnya. Sementara itu, kekuatan-kekuatan yang dapat
mengancam kekuasaan Baybars dapat dilumpuhkan, seperti tentara Salib di sepanjang Laut
Tengah, Assasin di pegunungan Syria, Cyrenia (tempat berkuasanya orang-orang Armenia), dan
kapal-kapal Mongol di Anatolia.
b. Dalam bidang ekonomi
Keberhasilan di dalam bidang ekonomi yakni:
1) Membuka hubungan dagang dengan Perancis dan Italia melalui perluasan jalur
perdagangan yang sudah dirintis oleh dinasti Fathimiyah di Mesir sebelumnya.
2) Menjadikan kota Kairo sebagai jalur perdagangan antara Asia dan Eropa, dan menjadi
lebih penting karena Kairo menghubungkan jalur perdagangan Laut Merah dan Laut
Tengah dengan Eropa.
3) Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat. Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini
didukung oleh pembangunan jaringan transportasi dan komunikasi antarkota, baik laut
maupun darat. Ketangguhan angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan
perekonomiannya.
c. Dalam bidang ilmu pengetahuan

14
Musyrifah Sunanto.2003.  Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media. Hal. 206-208.

15
Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol.
Karena itu, ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, kedokteran, astronomi,
matematika, dan ilmu agama. Kemajuan yang dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan yakni :
1) Di bidang astronomi dikenal nama Nashiruddin ath-Thusi. Di bidang matematika Abul Faraj
al-'Ibry.
2) Dalam bidang kedokteran,Abu Hasan 'Ali an-Nafis, penemu susunan dan peredaran darah
dalam paru-paru manusia, Abdul Mun'im ad-Dimyathi, seorang dokter hewan, dan Ar-Razi’,
perintis psykoterapi.
3) Dalam bidang opthalmologi dikenal nama Shalahuddin ibn Yusuf.
4) Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama Syaikhul Islam ibn Taimiyah
Rahimahullah, seorang mujaddid, mujahid dan ahli hadits dalam Islam, Imam As-
SuyuthiRahimahullah yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Imam Ibn Hajar
al-'AsqalaniRahimahullah dalam ilmu hadits, ilmu fiqih dan lain-lain.

d. Bidang Seni dan Budaya.


Pergantian Sultan yang dialami oleh dinasti Mamluk, khususnya pada masa dinasti Mamluk
Bahri memberikan corak tersendiri bagi perkembangan arsitektur setiap sultan. Kondisi
persaingan di bidang arsitektur ini memberikan gambaran tersendiri bagi kewibawaan dan
kemajuan bagi diri sultan. Oleh karena itu perhatian terhadap kondisi arsitektur melambangkan
kejayaan kerajaan. Hal tersebut dapat dilihat dari setiap sultan berusaha lebih berhasil dari
pendahulunya meskipun semuanya tidak terpenuhi, sehingga ada keinginan mengabadikan
sesuatu yang bersifat monumental dari kepemimpinannya sebagai warisan sejarah.
Pengembangan arsitektur yang sangat tinggi tersebut ditopang oleh datangnya beberapa insinyur
tehnik yang melarikan diri ke Mesir untuk mencari perlindungan kepada sultan akibat kejaran
tentara Mongol. Kedatangan arsitek tersebut membawa Mesir mengalami perkembangan seni
dan budaya secara cepat, dengan prestasi-prestasi tersendiri seperti arsitektur, keramik, dan karya
arsitek dalam logam. Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah
dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini di
antaranya adalah rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid.

4. Peran Dinasti Mamluk Dalam Menjaga Peradaban Di Mesir

16
Dinasti Mamluk telah membawa warna baru dalam sejarah politik Islam sekaligus mebawa
kemajuan bagi Mesir. Pemerintahan dinasti yang bersifat oligarki militer dapat memberikan
kemajuan-kemajuan bagi peradaban Mesir dalam berbagai bidang. Adapun kemajuan-kemajuan
yang telah dicapai pada masa Dinasti Mamluk ini adalah sebagai berikut:
a. Bidang Militer
Pemerintahan dinasti ini dilantik dari pengaruhnya dalam kemiliteran. Para Mamluk yang
dididik haruslah dengan tujuan untuk menjadi pasukan pendukung kebijaksanaan pemimpin.
Ketua Negara atau sultan akan diangkat di antara pemimpin tentara yang terbaik, yang paling
berprestasi, dan mempunyai kemampuan untuk menghimpun kekuatan. Walaupun mereka adalah
pendatang di wilayah Mesir Setelah memeluk Islam, seorang Mamluk akan dilatih sebagai
tentara berkuda. Mereka harus mematuhi Furisiyyah, sebuah aturan perilaku yang memasukkan
nilai-nilai seperti keberanian dan kemurahan hati dan juga doktrin mengenai taktik perang
berkuda, kemahiran menunggang kuda, kemahiran memanah dan juga kemahiran merawat luka
dan cedera. Tentara Mamluk ini hidup di dalam komunitas mereka sendiri saja. Masa lapang
mereka diisi dengan permainan seperti memanah dan juga persembahan kemahiran bertempur.
Latihan yang intensif dan ketat untuk anggota-anggota baru Mamluk juga akan memastikan
bahwa kebudayaan Mamluk ini abadi. Setelah tamat latihan, tentara Mamluk ini dimerdekakan
tetapi mereka harus setia kepada khalifah atau sultan. Mereka mendapat perintah terus dari
khalifah atau sultan. Tentara Mamluk selalu dikerahkan untuk menyelesaikan perselisihan antara
suku setempat. Pemerintah setempat seperti amir juga mempunyai pasukan Mamluk sendiri
tetapi lebih kecil dibandingkan pasukan Mamluk Khalifah atau Sultan. Pada mulanya, status
tentara Mamluk ini tidak boleh diwariskan dan anak lelaki tentara Mamluk dilarang mengikuti
jejak langkah ayahnya. Di sebagian kawasan seperti Mesir, tentara Mamluk mulai menjalin
hubungan dengan pemerintah setempat dan akhirnya mendapat pengaruh yang luas. Pada era
Dinasti Al-Mamluk produksi buku mengenai ilmu militer itu berkembang pesat. Sedangkan,
pada zaman Shalahuddin, ada buku manual militer karya AT-Thurtusi (570 H/1174 M) yang
membahas keberhasilan menaklukan Yerussalem. Semenjak awal Islam memang menaruh
perhatian khusus mengenai soal perang. Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam
pernah meminta agar para anak lelaki diajari berenang, gulat, dan berkuda. Berbagai kisah
peperangan seperti legenda Daud dan Jalut juga dikisahkan dengan apik dalam Al-Qur'an.

17
Bahkan, ada satu surat di Al-Qur'an yang berkisah tentang `heroisme’ kuda-kuda yang berlari
kencang dalam kecamuk peperangan.
Kaum muslim sebenarnya pun sudah menulis berbagai karya mengenai soal perang dan ilmu
militer. Berbagai jenis buku mengenai 'jihad' dan pengenalan terhadap seluk beluk kuda,
panahan, dan taktik militer. Salah satu buku yang terkenal dan kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris The Catologue yang merupakan karya Ibnu Al-Nadim (wafat antara 380H-338
H/990-998 M). Dalam karya itu, Al-Nadim menulis berbagai kategori mengenai cara
menunggang kuda, menggunakan senjata, tentang menyusun pasukan, tentang berperang, dan
menggunakan alat-alat persenjataan yang saat itu telah dipakai oleh semua bangsa. Karya
semacam ini pun kemudian banyak muncul dan disusun pada masa Khalifah Abbasiyah,
misalnya oleh Khalifah al-Manshur dan al-Ma’mun. Bahkan, pada periode kekuasaan Daulah Al-
Mamluk produksi buku mengenai ilmu militer itu berkembang sangat pesat. Minat para penulis
semakin terpacu dengan keinginan mereka untuk mempersembahkan sebuah karya kepada
kepada para sultan yang menjadi penguasa saat itu. Pembahasan sering dibahas adalah mengenai
seluk beluk yang berkaitan dengan serangan bangsa Mongol. Pada zaman Shalahuddin, ada
sebuah buku manual militer yang disusun oleh At-Tharsusi, sekitar tahun 570 H/1174 M. Buku
ini membahas mengenai keberhasilan Shalahuddin di dalam memenangkan perang melawan bala
tentara salib dan menaklukan Yerussalem. Buku ini ditulis dengan bahasa Arab, meski sang
penulisnya orang Armenia. Manual yang ditulisnya selain berisi tentang penggunaan panah, juga
membahas mengenai ‘mesin-mesin perang’ saat itu, seperti mangonel (pelempar batu), alat
pendobrak, menara-menara pengintai, penempatan pasukan di medan perang, dan cara membuat
baju besi. Buku ini semakin berharga karena dilengkapi dengan keterangan praktis bagaimana
senjata itu digunakan. Buku lain yang membahas mengenai militer adalah karya yang ditulis oleh
Ali ibnu Abi Bakar Al Harawi (wafat 611 H/1214 M). Buku ini membahas secara detail
mengenai soal taktik perang, organisasi militer, tata cara pengepungan, dan formasi tempur.
Kalangan ahli militer di Barat menyebut buku ini sebagai sebuah penelitian yang lengkap tentang
pasukan muslim di medan tempur dan dalam pengepungan. Pada lingkungan militer Daulah
Mamluk menghasilkan banyak karya tentang militer, khususnya keahlian menunggang kuda atau
fu'usiyyah. Dalam buku ini dibahas mengenai bagaimana cara seorang calon satria melatih diri
dan kuda untuk berperang, cara menggunakan senjatanya, dan bagaimana mengatur pasukan
berkuda atau kavaleri. Contoh buku yang lain adalah karya Al-Aqsara’i (wafat74 H/1348 M)

18
yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris menjadi An End to Questioning and Desiring
(Further Knowledge) Concering the Science of Horsemenship. Buku ini lebih komplet karena
tidak hanya membahas soal kuda, pasukan, dan senjata, namun juga membahas mengenai doktrin
dan pembahasan pembagaian rampasan perang.
b. Bidang Pemerintahan
Dalam bidang pemerintahan, kemenangan dinasti Mamalik atas tentara Mongol di 'Ayn al-Jalut
menjadi modal besar untuk menguasai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa
dinasti kecil menyatakan setia kepada kerajaan ini. Untuk menjalankan pemerintahan di dalam
negeri, Baybars mengangkat kelompok militer sebagai elit politik. Disamping itu, untuk
memperoleh simpati dari kerajaan-kerajaan Islam lainnya, Baybars membaiat keturunan Bani
Abbas yang berhasil meloloskan diri dari serangan bangsa Mongol, al-Mustanshir sebagai
khalifah. Dengan demikian, khilafah Abbasiyah, setelah dihancurkan oleh tentara Hulaghu di
Baghdad, berhasil dipertahankan oleh daulah ini dengan Kairo sebagai pusatnya. Sementara itu,
kekuatan-kekuatan yang dapat mengancam  kekuasaan Baybars dapat dilumpuhkan, seperti
tentara Salib di sepanjang Laut Tengah, Assasin di pegunungan Syria, Cyrenia (tempat
berkuasanya orang-orang Armenia), dan kapal-kapal Mongol di Anatolia.15
c. Bidang Ekonomi
Kemajuan dalam bidang ekonomi yang dicapai o!eh dinasti Mamluk lebih besar diperoleh dan
sektor perdagangan dan pertanian. Di sektor perdagangan, pemerintah dinasti Mamluk
memperluas hubungan dagang yang telah dibina sejak masa Fatimiyah, misalnya dengan
membuka jalur dagang dengan Italia dan Prancis. Setelah jatuhnya Bagdad, Kairo menjadi kota
yang penting dan strategis karena jalur perdagangan dan Asia Tengah dan Teluk Persia hampir
dipastikan melalui Bagdad. Keadaan ini menjadikan berlimpahnya devisa negara terutama dan
sektor perdagangan. Untuk mendukung kelancaran sektor ini, dinasti Mamluk memperbaiki
sarana transportasi untuk memperlancar perjalanan pedagang-pedagang terutama antara Kairo
dan Damaskus. Dalam sektor pertanian, pemerintah mengambil kebijakan pasar bebas kepada
petani, artinya petani diberi kebebasan untuk memasarkan sendiri hasil pertaniannya. 4. Bidang
Arsitektur Devisa negara yang melimpah pada masa dinasti Mamluk memungkinkan mereka
untuk mendirikan bangunan-bangunan yang indah dan megah. Sejak masa pemerintahan
Qalawun, sultan-sultan Mamluk telah terbiasa memperindah bangunannya dengan batu-batu

15
Badri Yatim. 2007. Sejarah Peradaban Islam Cet. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hal. 126

19
benteng, batu kapur dan batu api yang diambil dan dataran tinggi Mesir, terutama dalam bentuk
kuburan-kuburan dan kubah-kubah mesjid yang terdiri atas bebatuan tersebut. Hampir semua
macam kerajinan yang berkembang saat itu berhubungan erat dengan bangunan, khususnya
bangunan yang bercorak religius. Seperti hiasan perunggu pada pintu-pintu mesjid, kotak al-
Qur’an yang terbuat dan emas bertabur mutiara, mosaik-mosaik yang indah pada lengkung-
lengkung bangunan, karya seni dan kayu pada mimbar yang cukup rumit pembuatannya, yang
kesemuanya menunjukkan perkembangan seni dan kerajinan saat itu. Banyak arsitek
didatangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah.
Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini diantaranya adalah rumah sakit, museum,
perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid. Pada periode mamluk kejutan yang paling
mengesankan adalah bangunan-bangunan arsitektural nan artistik pada sakla dan kualitas yang
tidak di temukan padanannya dalan sejarah Mesir sejak jaman masa plotemius dan fira’un.
Arsitektur muslim mencapai ekspresi yang paling kaya ornament pada sejumlah masjid, sekolah
dan museum yang didirikan oleh pemimpin-pemimpin mamluk. Mazhab arsitektur mamluk,
yang asalnya bisa di lacak model arsitektur periode Nuriyyah dan Ayyubiyah, mendapat suntikan
baru dari orang Suriah-Mesopotamia pada abad ke 13, ketika Mesir menjadi tempat berlindung
para pengrajin dan seniman yang melarikan dari Mosul, Baghdad dan Damaskus sebelum invasi
Mongol. Rancangan bentuk menyilang pada struktur masjid-sekolah di kembangkan hingga
mencapai kesempurnaan. Kubah di bangun untuk menahan cahaya yang datang dari berbagai
arah, juga untuk penerangan, tampak indah dari luar dan kaya dekorasi. Bangunan batu bergaris,
dan berbagai dekorasi yang di hasilkan dengan menggunakan batu-batu beragam warna pada
setiap isinya berasal dari Romawi dan Bizantium, menjadi ciri istimewa arsitektur periode ini.
Hal lain yang perlu di catat dari periode ini adalah pengembangan stalaktif-pendentif, sama
halnya dengan dua dekorasi lain yang di kenal baik saat ini yaitu arabesque dan huruf-huruf
bergaya kufi. Sepanjang sejarah muslim figur-figur binatang lebih bebas di pakai di Mesir dan
Suriah dari pada di Spanyol dan Persia. Karakter mewah dan halus dalam berkesenian tidak
hanya diterapkan pada obyek-obyek yang dianggap suci seperti hiasan kotak Al qur’an dan
masjid akan tetapi di terapkan juga pada berbagai perlengkapan rumah tangga seperti cangkir,
mangkok, baki, pedupan, yang mana semua itu menjadi saksi tentang gambaran hidup mewah
sebagaimana dilukiskan oleh para penulis kronik kontemporer. Putri-putri kerajaan menghiasi
diri mereka dengan berbagai hiasan mewah seperti gelang, kalung, gelang kaki, anting sama

20
seperti yang masih di gunakan oleh orang Mesir modern. Kemegahan mamluk semakin meriah
dengan berbagai pertunjukan seni semisal tarian, sulap dan pertunjukan wayang. Sejak
penaklukan Turki Ustmani atas wilayah Mesir dan Suriah, hampir semua pusat kerajinan dan
industri mulai runtuh. Sejumlah arsitek, ahli teknik, tukang kayu dikirim ke Konstantinopel oleh
sultan Halim. Hanya satu bidang kerajinan yaitu ukiran keramik yang bertahan setelah
penaklukan Turki usmani dan menghsilkan kualitas terbaik melampaui berbagai kriya seni
lainnya. Sebagaimana ditunjukkan oleh koleksi keramik damaskus yang tersimpan di Kensington
selatan. Talam, mangkok, kandil, vas bunga dan berbagai benda yang terbuat dari kuningan yang
di produksi saat ini di Demaskus, kebanyakan mengikuti pola-pola dari periode mamluk. Di
antar karya-karya seni terapan itu, yang menjadi ciri Khas Mesir-Mamluk adalab seni dekorasi
kitab suci. Bidang kesenian ini mendapatkan kedudukan terhormat karena berhubungan dengan
“firman Allah” dan tingkat tingkat kesulitannya juga jauh tebih tinggi. Karakter mewah dan
halus dalam berkesenian tidak hanya diterapkan pada objek-objek yang dianggap suci. Berbagai
perlengkapan rumah tangga seperti cangkir, mangkok, baki, pedupaan juga rnerupakan gambaran
hidup mewah sebagaimana dilukiskan oleh para penulis kronik kontemporer. Di samping yang
telah disebutkan tadi, masih banyak karya-karya seni yang lain yang berkembang pada masa
dinasti Mamluk.16
d. Bidang Pendidikan
Setelah Baghdad hancur dan kekuasaan Abbasiyah runtuh, maka ibu kota alam Islami berpindah
ke Kairo, Mesir. Begitu juga pusat pendidikan dan pengajaran berpindah pula ke Kairo, ke Jami’
Al-Azhar. Pada masa Sultan Baybars, Al-Azhar mengalami peningkatan yang gemilang, menjadi
pusat ilmu pengetahuan, terutama ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab. Mesir pada masa itu adalah
masa keemasan dalam sejarahnya. Al-Azhar masa itu dikunjungi oleh ulama-ulama dan pelajar-
pelajar dari seluruh dunia, sebagaimana halnya kota Baghdad dahulu.Pada masa Sultan An-
Nashir (693 H-741 H/ 1293 M-1341 M) kebudayaan Islam di Mesir mencapai tingkat yang
tertinggi. Kekayaan negeri masa itu bertambah besar dengan biaya cukai barang-barang
perdagangan dari India ke Eropa dengan melalui Mesir.Masa Mamluk adalah masa mengarang
matan-matan yang pendek dan mengarang syarahnya. Ulama meringkas kitab-kitab lama yang
panjang, sehingga menjadi ringkas seringkas-ringkasnya, yang disebut matan. Maka lahirlah
kitab-kitab pendek (mukhtashar) dalam ilmu fiqhi, nahwu, sharaf, balaghah dan lain-lain.

16
Philip K. Hitti. 2008. History of the Arabs Cet. I. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. Hal. 886

21
Akhirnya matan-matan tersebut dikumpulkan menjadi satu buku besar bernama Majma’ Mutun.
Yang lebih ahli dalam meringkaskan dan mengarang matan-matan itu adalah ulama Syafiiyah.
Di antara matan-matan itu juga ada yang berupa syair. Tujuan dibuatnya matan-matan tersebut
adalah agar pelajar mudah menghafalnya17.
5.  Faktor – Faktor Kemunduran Dinasti Mamluk
Seperti dinasti lainnya, Dinasti Mamluk mengalami pasang surut. Setelah maju di berbagai
daerah, dinasti tersebut mengalami masa kemunduran dan akhirnya masa kehancuran. Faktor-
faktor yang menyebabkan dinasti ini mengalami kemunduran dan kehancuran antara lain:
a. Faktor Internal
1) Perebutan Kekuasaan
Pada masa penierintahan Qalawun, sultan Mamluk ke-8 melakukan perubahan dalam
pemerintahan, yaitu pergantian sultan secara turun menurun dan tidak lagi memberikan
kesempatan kepada pihak meliter untuk memilih sultan sebagai pemimpin mereka. Di samping
itu, Qalawun juga telah mengesampingkan kelompok Mamluk Bahri sehingga makin lama
pejabat dan Mamluk Bahriy semakin berkurang dan digantikan oleh Mamluk Burjiy.
Perpindahan kekuasaan ke tangan Marniuk Burjiy membawa banyak perubahan gaya
pernerintahan dalam dinasti ini.
Sistem baru yang diterapkan Qalawun ternyata telah menimbulkan kericuhan dalam
pemerintahan. Pada masa ini Qalawun mengalami dua kali turun tahta karena perebutan
kekuasaan dengan Kitbuga dan Najim al-Mansur Hisamudin. Pada 1382 M. Barquk al-Dzahir
Saef al-Din dan Mamluk Burjiy berhasil merebut kekuasaan dan tangan as-Salih Salahuddin,
sultan terakhir dan keturunan Qalawun. Sejak saat itulah mulai periode kekuasaan Mamluk
Burjiy.
Meskipun sultan-sultan Mamluk Burji menerapkan kembali sistem pemerintahan secara oligarki
seperti yang diterapkan Mamluk Bahri sebelumnya, kekacauan tetap berlanjut sehingga situasi
mi dimanfaatkan oleh para amir untuk saling berebut kekuasaan dan memperkuat posisinya di
pemerintahan. Di samping itu, sultan yang memerintah dar tahun 1412 sampai 1421 M adalah
seorang pemabuk. Sultan inilah yang melakukan berbagai perbuatan yang melampaui batas.
Ada pula seorang sultan yang lain yang tidak dapat berbahasa Arab sama sekali. Adapun sultan
yang memerintah pada tahun 1453 adalah orang yang tithk pandai membaca dan menulis.

17
Mahmud Yunus. 1990. Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. Hal. 168

22
Bahkan ada di antara sultan Mamluk burji yang bukan saja buta huruf melainkan juga gila.
Seorang sultan lainnya yang dibeli seharga lima puluh dinar, telah mengorek mata dan dipotong
lidahnya karena gagal mengubah logam rongsokan menjadi emas.18.
2) Kemewahan dan Korupsi
Sejak pemerintahan Qalawun, pola hidup mewah telah menjalar di kalangan penguasa istana,
hahkan di kalangan para amir. Hal mi membuat keuangan negara sernakin merosot dan untuk
mengatasinya, pendapatan dan sektor pajak dinaikkan sehIngga penderitaan rakyat semakin
bertambah. Di samping itu, perdagangan pun semakin sulit, seperti komoditi utama dan Mesir
yang selama mi yang selama mi diperjualhelikan bebas oleh para petani, diambil alih oleh
sultan-sultan dan keuntungannya digunakan untuk berfoya-foya. Korupsi, baik banyak maupun
sedikit tidak hanya dilakukan oleh para sultan, namun para pejabat rendahan pun melakukan hal
yang sama.
Situasi ekonomi kerajaan yang sangat buruk diperparah oleh kebijakan politik para sultan yang
mementingkan din sendiri. Para sultan menaikkan pajak yang tinggi, baik pada orang-orang
muslim maupun non muslim, sebab pajaklah satu-satunya jalan untuk mendapatkan penghasilan
yang banyak guna membiayai kegiatan pemerintahan, menggaji pegawai-pegawai, melengkapi
istana-istana dengan berbagai kemewahan dan membangun bangunan monumental.19
3)  Merosotnya Perekonomian
Sikap penguasa Dinasti Mamluk yang memeras pedagang membelenggu kebebesan petani
menyebabkan lunturnya gairah dan semangat kerja mereka. Keadaan ini semakin memperburuk
musim kemarau panjang dan wabah penyakit menjalar di Negeri ini.
Selain itu, sejak Vasco da Gama menemukan Tanjung Harapan di tahun 1498 M, jalur
perdagangan dari Timur jauh ke Eropa yang asalnya melalui Kairo, berpindah ke tempat itu. Hal
ini berdampak besar pada pendapatan devisa Negara yang selanjutnya melemahkan
perekonomian.
b. Faktor Eksternal
Penyebab Iangsung runtuhnya dinasti Mamluk adalah terjadinya peperangan dengan tentara
Turki Utsmani yang terjadi dua kali.20 Pada tahun 1516 M, terjadilah peperangan di Aleppo yang

18
 Mahmud Yunus. 1990. Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. Hal. 172

19
Ajid Thohir. 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: Graha Gratindo Persada. Hal.130
20
Ajid Thohir. 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: Graha Gratindo Persada. Hal.130

23
berakhir dengan kekalahan total tentara Mamluk. Setelah menang di Aleppo, tentara Turki
(Usmani malanjutkan perjalanannya untuk masuk ke daerah Mesir yang dalam perjalanan mi
terjadi lagi pertempuran yang sengit antara tentara Turki Utsmani dengan tentara Mamluk.
Pertempuran mi terjadi ketika Mamluk diperintah oleh Tuman Bay II (al-Asyrof) yang
merupakan sultan terakhir dinasti Mamluk. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan dinasti
Mamluk di Mesir yang berlangsung cukup lama dan sebagai akibatnya tampuk pemerintahan
kekhalifahan dipindahkan dan Kairo ke Istambul. Kairo yang sebelumnya menjadi ibi kota
kerajaan, sekarang tidak lebih dan sebuah kota protinsi dan kesultanan Turki Utsmani.

C. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dinasti Mamluk adalah sebuah dinasti yang didirikan oleh para budak yang berasal dan Turki
yang dijadikan tentara oleh Malik as-Shalih Najamuddin Ayyub sebagai pengawal kerajaan, akan
tetapi mereka diberi kebebasan dan kesempatan yang luas untuk mencapai kedudukan dalam
jajaran militer. Mereka akhimya mendirikan suatu kelompok militer yang terorganisir lalu
kemudian merebut kekuasaan, sehingga menjadikan Syajarat al-Dur sebagai orang pertama yang
memegang jabatan sultan pada dinasti Mamluk.Perwatakan pada sistem pemerintah dinasti
Mamluk bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qawalun (1280-1290
M) menerapkan pergantian khalifah secara turun menurun. Padahal sitem Oligarki Militer
memberikan kemajuan bagi Mesir. Kedudukan Amir sangat penting, para Amir saling

24
berkompetesi dalam prestasi karena mereka merupakan kandidat sultan. Bahkan dinasti Mamluk
juga membawa warna baru dalam sejarah politik Islam. Pemerintahan dinasti yang bersifat
oligarki militer dapat memberikan kemajuan-kemajuan di capai dalam berbagai bidang, seperti
konsiladasi pemerintahan, perekonomian, dan Ilmu pengetahuan.Peran dinasti Mamluk dalam
menjaga peradaban di Mesir dibuktikan dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa
pemerintahannya. Pada masa dinasti Mamluk berkuasa benyak kemajuan yang dicapai, hal
tersebut memberikan sumbangan yang besar bagi perkembangan dunia Islam. Adapun kemajuan
yang dicapai pada saat itu adalah di bidang militer, politik, ekonomi,pendidikan dan ilmu
pengetahuan dan seni arsitektur. Pada masa itulah banyak sekali ilmuan handal yang lahir dan
memberi sumbangan pemikiran yang begitu besar terhadap peradaban IslamKemunduran dinasti
Mamluk dikarenakan berbagai faktor antara lain faktor internal yaitu perebutan kekuasaan,
kehidupan yang bermewa-mewahan dikalangan pemimpin, korupsi, merosotnya sistem ekonomi.
Dan faktor eksternal penyebab kemunduran dinasti Mamluk adalah munsulnya gejolak politik
baru yakni Turki usmani kemudian menguatnya Turki Usmani dalam berbagai bidang sehingga
dapat memukul mundur kekuatan dinasti mamalik sampai menghancurkannya. Sehingga
berakhirlah kekuasaan dinasti Mamalik.

D. DAFTAR PUSTAKA

[ CITATION Har85 \l 14345 ] [ CITATION Ded08 \l 14345 ][ CITATION Dew93 \l 14345 ][ CITATION
Bad98 \l 14345 ][CITATION Bad981 \l 14345 ] [ CITATION Mah90 \l 14345 ][ CITATION Mus03 \l 14345 ] [
CITATION Phi08 \l 14345 ]

25

Anda mungkin juga menyukai