Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH DINASTI MAMLUKIYAH DAN DINASTI


SHAFIWIYAH

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam semester 1 yang diampu oleh Teti Hadiati, M.H.I

Disusun oleh:

Muhammad Niszam Maulana (1521109)

Widia Puspita Sari (1521102)

Fatih Rizqi Ramadhani (1521088)

KELAS HTN C

PRODI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini kami beri judul Sejarah
Kerajan Mamlukiyah dan Kerajaan Shafawiyah
Jauh sebelum islam pada zaman sekarang dulu banyak sekali kerajaan-
kerajaan yang mewarnai sejarah peradaban islam. Contohnya adalah Kerajaan
Mamlukiyah dan Kerajaan Shafawiyah. Kedua kerajaan tersebut memberi
perkembangan pada peradaban islam dimasa kekuasaanya.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam semester 1. Selanjutnya kami ucapkan terima
kasih kepada ibu Teti Hadiati, M.H.I selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradan
Islam yang telah banyak memberi arahan dan petunjuk yang jelas, sehingga
mempermudah kami menyelesaikan tugas ini. Terima kasih juga kepada teman-
teman seperjuangan yang telah mendukung selesainya makalah ini tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karna itu,
kami sangat terbuka pada kritik dan saran yang membangun, sehingga makalah ini
bisa lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu Sejarah Peradaban Islam. Terima kasih.

Tegal, 12 September 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH ..............................................................................2

C. TUJUAN .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3


A. Dinasti Mamlukiyah Di Mesir (648 H/ 1250 M-923 H/ 1517) .....................3

B. Aktifitas Intelektual Dinasti Mamlukiyah.....................................................5

C. Kemunduran dan Keruntuhan Dinasti Mamluk ............................................6

D. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Shafawi...............................................7

E. Kondisi Persia Masa Kerajaan Shafawi ........................................................8

F. Peradaban Islam di Persia .............................................................................9

G. Kesimpulan Historis .................................................................................... 10

H. Kesimpulan Pedagogis ................................................................................ 11

I. kemunduran kerajaan Safawi ...................................................................... 13

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15


A. Kesimpulan ................................................................................................. 15

B. Saran ............................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peradaban adalah suatu proses perubahan hidup manusia. Dalam hal ini,
kemajuan yang dicapai meliputi berbagai macam aspek yaitu Bahasa, Kesenian,
Ilmu Pengetahuan, Sosial, Politik, Hukum, dan Agama. Dalam prosesnya
berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama.
Kajian tentang peradaban islam tidak bisa terlepas dari peradaban Arab
sebagai tempat lahirnya islam. Oleh karena itu sering juga disebut sebagai
peradaban Arab, karena pertamakali muncul peradaban ini muncul di kalang
bangsa Arab. Meskipun kemudian dikembangkan oleh generasi islam selain
bangsa Arab, baik melalui transfer ilmu, kesamaan tipologi, dan standar, maupun
bahasa tulisannya.
Ilmu pengetahuan dan perbaikan moral menjadi faktor utama dalam
lahirnya peradaban islam. Sebagai faktor utama dalam pekembangan peradaban
islam, ilmu pengetahuan dan moral perlu mendapatkan perhatian yang serius
dalam islam. Apalagi dizaman sekarang yang sudah sangat maju. Banyak orang
yang melupakan ilmu pengetahuan peradabaan islam dan moral.
Oleh karena itu kami tertarik untuk membuat makalah tentang peradaban
islam dimasa Kerajaan Mamlukiyah dan Kerajaan Shafihiyah.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Kapan berdirinya Kerajaan Mamlukiyah ?
2. Apa saja aktivitas intelektual dan seni pada masa Kerajaan Mamlukiyah ?
3. Kapan dimulainya akhir dari Kerajaan Mamlukiyah ?
4. Kapaan berdirinya Kerajaan Shafawiyah ?
5. Siapa nama-nama raja Kerajaan Shafawiyah ?
6. Apa faktor yang menyebabkan Kerajaan Shafawiyah mengalami kehancuran ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kapan berdirinya Kerajaan Mamlukiyah
2. Untuk mengetahui apa saja aktivitas intelektual dan seni pada masa Kerajaan
Mamlukiyah
3. Untuk mengetahui kapan dimulainya akhir dari Kerajaan Mamlukiyah
4. Untuk mengetahui kapan berdirinya Kerajaan Shafawiyah
5. Untuk mengetahui siapa nama-nama raja Kerajaan Shafawiyah
6. Untuk mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan Kerajaan Shafawiyah
mengalami kehancuran

2
BAB II

PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN

A. Dinasti Mamlukiyah Di Mesir (648 H/ 1250 M-923 H/ 1517)


Dinasti Mamlukiyah berasal dari golongan hamba atau yang dimilki oleh
para sultan dan amir, yang dididik secara militer oleh tuan mereka. Dalam sejarah
islam raja-raja yang berasal dari budak ini disebut mamalik, atau literatur barat
disebut mamluk.
Dinasti Mamlukiyah yang memerintah di Mesir dibagi menjadi dua yaitu
Mamluk Bahri dan Mamluk Burji. Sultan Dinasti Mamluk Bahri adalah Izzudin
Aibak. Sedangkan sultan yang terkenal di Dinasti ini, antara lain adalah Qutus,
Baybars, Qalawun, dan Nasir Muhammad bin Qalawun.
1. Sejarah Berdirinya Dinasti Mamlukiyah Di Mesir
Golongan budak yang menjadi cikal bakal berdirinya Dinasti
Mamlukiyah adalah para budak yang dimiliki para sulan dan amir pada masa
kesultanan Bani Ayyub. Para budak ini bersal dari Asia Kecil, Persia, Turkistan,
dan Asia tenggah, mereka terdiri dari suku-suku bangsa Turki, Rusia, Kurdi,
Syracuse, dan bagian kecil dari bangs Eropa.
Pada mulanya mereka adalah orang-orang yang ditwan oleh pengusa
Dinasti Ayyubiyah, kemudian dididik dijadikan tentara. Para budak ini
ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Oleh
penguasa terakhir Ayyubiyah yaitu Al-Malik al-Shaleh, mereka dijadikan tentara
dan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaanya.
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, Dinasti Mamlukiyah dibagi
menjadi dua peiode berdasarkan daerah asalnya. Golongan pertama disebut
dengan Mamluk Bahri. Golongan pertama ini berasal dari kawasan Kipchak
(Rusia Tenggah), Monggol dan Kurdi. Sementara golongan yang kedua
dinamakan Mamluk Burji. Golongan para budak ini berasal dari etnik Syracuse di
wilayah kaukakus.

3
2. Mamluk Bahri (648-792 H/ 1250-1389 M)
Nama Mamluk Bahri dinisbatkan pada sebuah tempat yang disediakan
oleh Sultan Najmuddin Ayyub kepada para budak, yang terletak di sebuah
pulau di tepi Sungai Niil, yaitu pulau Raudhah. Dalam catatan sejarah
disebutkan bahwa dari sejarah pemerintahan Dinasti Mamluk ini, seorang
budak wanita yang bernama Syajar ad-Dur sangat berambisi menjadi sultan.
Ia adalah istri Al-Shaleh, sultan Dinati Ayyubiyah. Syajar ad-Dur mengambil
alih kekuasaan setelah suaminya wafat. Namun kekuasaanya hanya
berlangsung 80 hari.
Riwayat lain menyebutkan bahwa setelah Al-Malik Shaleh meninggal
(1249 M), anaknya mengantikan menjadi sultan. Hal ini menjadidikan
golongan budak merasa terancam karena Turansyah lebih dekat dengan suku
Kurdi. Akhirnya pada tahun (1250 M), bahwa pimpinan Aibak dan Bayras
berhasil membunuh Turansyah. Kejadian ini menyebabkan Syajar ad-Dur
yang juga dari suku budak mengambil kekuasaan, namun kekuasaanya juga
tidak bertahan dengan lama. Karena mendapat teguran dari khalifah Bagdad.
Syajar ad-Dur tidak sanggup menolak perintah Khalifah, akhirnya dia
menikah dengan Izzudin Aibak. Namun setelah menikah Aibak membunuh
Syajar ad-Dur. Ini sekaligus menjadi akhir dari kekuasaan Dinasti Ayyubiyah
di Mesir dan menandai dimulainya kekuasaan Dinasti Malmukiyah.
Aibak resmi menjadi sultan pertama Dinasti Malmukiyah Bahri. Ia
berkuasa selama tuju tahun (1250-1257). Setelah itu, dia meninggal dan
digantikan oleh putranya yaitu Ali. Kemudian dia mengundurkan diri. Lalu
kemudian digantikan oleh wakilnya yaitu Qutus.
Pada awal tahun 1260 M, Mesir terancam oleh serangan Monggol yg
berhasil menduduki sebagian dunia islam. Pada tanggal 13 September 1260
M, Qutus dan Baybars berhasil mengalahkan tentara monggol. Selanjutnya,
pusat kekhalifahan islam pindah ke Kairo setelah kota Bagdad luluh lantah
oleh tentara Monggol.
Setelah itu Qutus digulingkan oleh Baybars dan akhirnya Baybars
mengambil kekuasaan selama 17 tahun (657 H/ 1260 M-676 H/ 1277 M).

4
3. Malmuk Burji (792-923 H/ 1389-1517 M)
Kekuasaan Mamluk Burji dimulai setelah menggulingkan sultan terakhir
dari Mamluk Bahri Shalih Halj bin Asyraf Sya’ban. Sultan pertama mamluk
Bahri yaitu Barquq (784-801 H/ 1382-1399 M). Setelah sultan Barquq
meninggal pemerintahan Mamluk Burji dilajutkan oleh Sultan Al-Nashir
Faraj (801-808 H/ 1399-1405M). Putra Sultan Barquq merupakan cucu Jengis
Khan yang telah masuk islam dan berkuasa di wilayah Samarkand dan
Khurasan.
Sultan terakhir Dinasti Mamluk Burji adalah Asyraf Tumanbai. Ia
seorang pejuang yang gigih, namun pada saat itu dia tidak mendapatkan
dukungan dari golongan Mamluk, sehingga ia harus menghadapi sendiri
pasukan Turki Ustmani yang berhasil menguasai Khalifah Abbasiyah, Al-
Mutawakkil. Akhirnya Tumanbai ditangkap oleh pasukan Turki Utsman
Atas bantuan beberapa amir Mamluk dan kemudian digantung disalah
satu gerbang kota Kairo Bab Al-Zuwailah, pada tahun 932 H/ 1517 M. Sejak
itu berakhirlah masa pemerintahan Dinasti Mamluk.

B. Aktifitas Intelektual Dinasti Mamlukiyah


Sejarah perkembangan islam di dunia banyak mengalami perkembangan
yang bersifat fluktuasi, dinasti demi dinasti muncul dan kemudian saling
tenggelam. Namun semua dinasti telah tercatat dalam perkembangan sejarah
dunia, dan masing-masing dinasti tersebut telah memberikan sumbangan yang
besar dalam sejarah perkembangan islam.
Tidak terkecuali Dinasti Mamluk. Pemerintahan dinasti yang panjang,
merupakan negara islam yang paling lama bertahan hidup diantara imperium
Abbasiyah dan Ummaiyah, dapat dibagi menjadi dua periode yaitu Mamluk Bahri
dan Mamluk Burji.
Dalam pemerintahan dinasti ini berkembang ilmu sosiologi dan filsafat
sejarah, ilmu politik, ilmu tata usaha, ilmu peperangan dan ilmu kritik sejarah.
Dinasti Mamluk juga banyak mengalami kemajuan dibidang arsitektur. Banyak
arsitektur di datangkan ke Mesir untuk sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang
indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini diantaranya adalah

5
rumah sakit, museum, perpustakaan, villa makam, kubah masjid dan menara
masjid.

C. Kemunduran dan Keruntuhan Dinasti Mamluk


Sejak peralihan kepemimpinan Mamluk Bahri ke Mamluk Burji (1382).
Dinasti Mamluk terus mengalamalami kemunduran, karena sultan dari Mamluk
Burji tidak memiliki keterampilan manajerial dalam menngendalikan negara,
mereka hanya mahir dibidang militer.selain itu, sebagian sultan Mamluk Burji
menjadi pemabuk dan tidak menyukai ilmu pengetahuan.
Pada dasarnya, kehancuran pemerintahan Mamluk berasal dari internal
merka sendiri. Meskipun faktor luar juga cukup memberikan pengaruh terhadap
kehancuran dinasti ini. Salah satu contoh adalah gaya hidup tinggi dari sultan
Nashir selama ia memrintah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan anaknya, ia
menyajikan 18.000 irisan roti, menyembelih 20.000 ekor ternak, dan menyalakan
3.000 batang lilin untuk menerangi istanahnya. Pada akhirnya rakyat yang
menjadi korban. Karena harus membayar pajak yang lebih tinggi. Akibatnya,
produksi rakyat menurun.
Kondisi ini diperparah dengan semakin maraknya praktik korupsi.
Kosupri dan monopolo ekonomi dilakukan oleh para sultan dalam mengelola
pembangunan. Misalnya, yang dilakukan oleh Sultan Barsibai, sebelum harga
naik, ia memonopoli persediaan rempah yang ada, kemudian menjual degan harga
yang sangat tinggi.
Sementara itu, faktor eksternalnya yang menyebabkan keruntuhan
Dinasti Mamluk adalah karena para penguasa Mamluk Burji sangat tidak peduli
dengan urusan luar negerinya, mereka lebih banyak mementingkan persoalan
domestik. Akibatnya, mereka tidak mampu menghadapi tekanan dan serangan
dari musuh-musuh lama mereka, seperti tentara Mongol yang berkeinginan
mengambil kembali kekuasaan Dinasti Mamluk.
Penyebab langsung runtuhnya Dinasti Mamluk adalah peperangan
dengan tentara Turki yang terjadi dua kali. Pada tahun 1516 M, terjadilah
terjadilah di Aleppo yang berakhir dengan total kekalahan tentara Mamluk.
Setelah menang di Aleppo tentara Turki melanjutkan perjalananya masuk ke

6
daerah Mesir. Dalam perjalanan ini terjadi lagi pertempuran yang sengit antara
tentara Turki Utsmani dengan tentara Dinasti Mamluk.
Pertempuran tersebut terjadi ketika Mamluk diperintah oleh Tuman Bay
II (al-Asyraf) yang merupakan sulan terakhir Dinasti mamluk. Dengan demikian,
berakhirlah kekuasaan Dinastui Mamluk di Mesir yang berlangsung cukup lama
dan sebagai akibatnya tampuk kekuasaan kekhalifahan dipindah dari Kairo ke
Istanbul. Kairo yang sebelumnng sebelumnya menjadi Ibu Kota kerajaan,
kemudian menjadi kota Provinsi dari Kesultanan Turki Utsmani.

D. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Shafawi


Pada awalnya, di Persia terdapat sebuah gerakan tarekat yang
bertujuanuntuk memerangi orang-orang ingkar dan ahli bid’ah. Tarekat ini berdiri
padatahun 1301 di Ardabil, dan diberi nama Tarekat Shafawi. Nama Shafawi
diambil dari tokoh pendirinya, yaitu Syekh Ishak Safiuddin atau yang lebih
dikenal dengan nama Shafi al-Din. Pengikut tarekat Shafawi perlahan-lahans
emakin banyak, sehingga berkembang menjadi gerakan keagamaan besar,yang
tidak hanya berkembang di Persia, namun juga Syiria dan Anatolia. Tarekat
Shafawi mulai memasuki dunia politik pada masa kepemimpinan Junaid. Ambisi
politik tersebut membawanya dalam sebuah konflik dengan penguasa Qara
Qoyunlu. Dalam usahany melawan Qara Qoyunlu, tarekat Shafawi
kemudianmerubah model gerakannya menjadi gerakan militer, dengan dibentuk
pasukan Qizilbash (baret merah berumbai dua belas). Shafawi mendapat bantuan
dari1penguasa Aq-Qoyunlu dalam memerangi Qara khawatiposisinya akan di
lenyapkan seperti Qara Qoyunlu. Pemimpin tarekat Qoyunlu.
Pertempuranakhirnya dimenangkan oleh pasukan Shafawi. Menyadari kehebatan
pasukanQizilsbash, Aq-Qoyunlu berbalik melawan pasukan Shafawi
karenaShafawi, Haidar, terbunuh dalam pertempuran dengan Aq-Qoyunlu.Ismail,
putera Haidar, menuntut balas atas kematian ayahnya. Ismailbersembunyi dengan
pasukannya selama bertahun-tahun untukmempersiapkan kekuatan. Barulah pada

1
Abdullah, Taufik. 2002. Ensiklopedi Dunia Islam. Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve.

7
tahun 1501, Ismail dan pasukannyamenyerang Aq-Qoyunludan berhasil
mengalahkannya. Atas kemenangan tersebut, Ismail kemudian memproklamirkan
berdirinya kerajaan Shafawi.

E. Kondisi Persia Masa Kerajaan Shafawi


Pada masa kerajaan Shafawi, kondisi Persia dapat dikatakan
mencapaikemajuan, baik dalam bidang politik, ekonomi maupun sosial
keagamaan. Perkembangan politik ditunjukkan dengan adanya kekuatan militer
yang kuat,wilayah kekuasaan yang luas, serta administrasi pemerintahan yang
terstruktur dengan baik. Kekuatan militer kerajaan Shafawi ditopang berkat
adanya pasukan Ghulam, yang berhasil menjaga keamanan kerajaan maupun
menumpas pemberontakan yang menjadi ancaman bagi keutuhan kerajaan
Shafawi. Syah seven (pecinta-pecinta Syah) juga sangat berpengaruh dalam
urusan politik kerajaan. Syah seven merupakan sekelompok orang Turkmen yang
bersumpah setia kepada raja Shafawi secara pribadi.Selain itu, kerajaan Shafawi
juga menjalin hubungan diplomasi dengan.

Berbagai kerajaan di sekitarnya, seperti dengan Turki Utsmani,


Mughal,Cremia dan Rusia. Hubungan ini membawa perdamaian dan
keharmonisan. Dalam bidang ekonomi, kerajaan Shafawi memiliki keunggulan,
baik dalam pertanian, perdagangan maupun perindustrian. Daerah pertanian utama
kerajaan Shafawi, berada di Fertile Crescent. Hasil pertaniannya antara lain
gandum, tembakau, wol, padi, jewawut. Sedangkan wilayah penghasil sutera
antara lain di Georgia, Sirwan, dan Gilan. Wilayah kekuasaan yang luas, juga
menunjukkan kemajuan politik kerajaan Shafawi. Pada dasawarsa berdirinya
kerajaan Shafawi, wilayahnya.

Mencakup seluruh Persia hingga di bagian timur Fertile Crescent.


Kemajuan politik lainnya, ditunjukkan dengan dibentuknya sistem administrasi
pemerintahan yang terstruktur dengan baik. Jabatan pemerintahan Shafawi
masing-masing memiliki tugas dan kewajiban yang jelas. Shard (pemukaagama)
mengurusi masalah hukum-hukum keagamaan dan juga bertugas.

8
Mengurusi semua kegiatan religius di kerajaan. Wazir sebagai kepala
birokrasi pemerintahan bertugas menjadi juru bicara kerajaan, serta memimpin
dewan-dewan di parlemen yang ada di dalam pemerintahan kerajaan Shafawi.
Sedangkan daftar khana-yi humayun (sekretariskerajaan) bertugas dalam urusan
penulisan surat menyurat, dan pemeliharaan arsip-arsip penting kerajaan. Seorang
qadi bekerja membantu menegakkan hukum Islam dikerajaan dan menangani
masalah kriminalitas. Adapun para pejabat yang mengurusi masalah-masalah lain
di kerajaan, antara lain Mustaufi al-Mamalik, Muqarrabal-khaqan, dan Muqarrab
al-Hazrat.

Kegiatan perdagangan merupakan andalan bagi kerajaan Shafawi, sebab


dengan adanya Bandar Abbas, perdagangan di Persia ramai dikunjungi para
pedagagang internasional. Pabrik-pabrik didirikan disekitar Bandar Abbas sebagai
pendukung kegiatan ekonomia. Selain itu, pasar-pasar juga didirikan di sekitar
kota Isfahan agar perekonomian masyarakat lebih berkembang.Hubungan dagang
internasional di Persia saat itu didukung dengan dibangunnya kantor-kantor duta
besar asing untuk menjaga keamanan masingmasing negara dalam menjalin
hubungan mitra dagang.Dengan adanya hubungan antar bangsa yang terjalin dari
kegiatan tersebut, berpengaruh terhadap kehidupan sosial-keagamaan di
Persia.Kerajaan Shafawi menerapkan toleransi beragama, dengan ditunjukkan
pembangunan gereja Vank sebagai wujud menghormati masyarakat yang
beragama lain. Selain itu, bangsa Armenia juga diperbolehkan tinggal di kota
Isfahan karena bangsa Armenia merupakan penduduk yang setia kota Isfahan.

F. Peradaban Islam di Persia


Peradaban Islam di Persia erat kaitannya dengan hubungan Arabdengan
Persia. Hubungan antara kedua bangsa ini menjadi jembatanberkembangnya ilmu
pengetahuan. Hal tersebut ditunjukkan dengan terbentuknya berbagai peradaban,
antara lain dituangkan dalam bentuk kecanggihan arsitektur, keindahan seni dan
budaya. Kerajaan Shafawi berhasil membangun beberapa peradaban Islam yang
menuai banyak kekaguman dari banyak pihak. Arsitektur megah yang berhasil
dibangun pada masa kerajaan Shafawi antara lain Masjid Sheikh Luft-Allah,

9
Masjid Shah (Imam), Istana Ali Qapu, berbagai lembaga pendidikan di kota Qum,
Caravansaries, Istana Chihil Sutun, serta jembatan Siosepol. Berbagai jenis
kesenian, juga berkembang pada masa kerajaan Shafawi, seperti seni lukis, seni
sastra, seni arsitektur, maupun seni kerajinan. Budaya juga masih tetap
dipertahankan, salah satunya upacara Rawdi Khani. Ritual budaya tersebut
diperingati sebagai hari kematian Hussein, imam besar kaum Syi’ah, yang digelar
tiap hari kesepuluh bulan Muharam.

G. Kesimpulan Historis
Berdirinya kerajaan Shafawi di Persia bermula dari gerakan tarekat
keagamaan yang diprakarsai oleh Shafi al-Din. Tarekat ini bertujuan untuk
memerangi orang-orang ingkar dan ahli bid’ah. Pada periode antara tahun 1301-
1447, tarekat Shafawi masih merupakan gerakan murni keagamaan,namun setelah
memasuki periode antara tahun 1447-1501, murid-murid

tarekat Shafawi mulai memasuki gerakan politik. Hingga pada tahun 1501, Ismail,
pimpinan tarekat Shafawi pada saat itu, memproklamirkan berdirinya kerajaan
Shafawi, serta menetapkan Syi’ah duabelas sebagai agama negara. Sebagai raja
pertama, ia berhasil memperluas kerajaan Shafawi mencakup seluruh daerah
Persia hingga sebelah timur Fertile Crescent. Puncak kejayaan dari kerajaan
Shafawi sangat terasa pada masa pemerintahan Syah Abbas I. Kondisi politik,
ekonomi, sosial maupun keagamaan mengalami kemajuan pada saat itu.
Dibentuknya pasukan Ghulam untuk menangani kekacauan dalam negeri, berhasil
menciptakan keamanan terhadap kerajaan Shafawi. Dalam menjalin persahabatan
dengan bangsa asing, diadakan hubungan diplomasi dengan kerajaan Turki
Utsmani, kerajaan Mughal, bangsa Cremia dan Rusia. Bahkan dalam bidang
ekonomi, kerajaan Shafawi melakukan hubungan dagang internasional
antarbangsa, dengan membangun bandar Abbas yang saat itu menjadi jalur
perniagaan dunia. Mengenai kehidupan sosial keagamaan, pemerintah Shafawi
menerapkan toleransi antar umat beragama. Sehingga masyarakat diberi
kebebasan dalam memeluk agama, baik Islam Sunni, Islam Syi’ah, Nasrani,
maupun Yahudi.

10
Bahkan bangsa asing juga diperbolehkan untuk bermukim di Isfahan,
salah satunya bangsa Armenia, yang saat itu dikenal sebagai penduduk setia kota
Isfahan. Hubungan Persia dengan Arab pada masa silam menciptakan unsur baru
dalam peradaban Islam di Persia. Ketika penaklukan bangsa Arab terhadap Persia,
terjadi alkulturasi antara unsur Arab dengan unsur Persia Kerajaan Shafawi
berhasil membangun beberapa peradaban Islam yangmenuai banyak kekaguman
dari banyak pihak. Pembangunan fisik, seni danbudaya yang ditinggalkan, masih
bisa dirasakan hingga kini. Bangunan-bangunan megah di Kota Isfahan yang telah
dibangun oleh pemerintahan Shafawi, sampai mendapat julukan Nisf-e-Jahan, dan
beberapa diantaranyakini dijadikan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.
Berbagai jenis kesenian, berkembang pada masa kerajaan Shafawi, seperti seni
lukis, seni sastra, seni arsitektur, maupun seni kerajinan. Budayajuga masih tetap
dipertahankan, salah satunya upacara Rawdi Khani. Ritualbudaya tersebut
diperingati sebagai hari kematian Hussein, imam besar kaumSyi’ah, yang digelar
tiap hari kesepuluh bulan Muharam.

H. Kesimpulan Pedagogis
Tampilnya kerajaan Shafawi sebagai salah satu kerajaan besar Islam pada
abad kelimabelas, menandai bangkitnya kembali peradaban Islam yangsempat
redup. Berkembangnya kemajuan dalam berbagai bidang, menunjukkan bahwa
apabila umat muslim bersedia bangkit, maka pasti akan ada jalan kemudahan.
Peristiwa-peristiwa yang tercatat dalam sejarah kerajaan Shafawi di Persia, bisa
kita jadikan contoh agar umat muslim harus bersatu untuk dapat mencapai
kegemilangan.Untuk mencapai puncak kejayaan memang tidak mudah, perlu
perjuangan, pengorbanan dan pemikiran yang teguh. Begitu juga dengan bangsa
Persia yang berkali-kali mendapat serangan dari berbagai bangsa, seperti bangsa
Mongol, bangsa Uzbeg, bangsa Utsmani, maupun bangsa-bangsa lain. Namun
berkat perjuangan yang dilakukan, bangsa Persia bisa melaluinya dan bahkan
tetap bisa mempertahankan identitas dirinya. Seperti kata John Selly, sejarawan
Inggris yang mengatakan “belajar sejarah membuat kita bijaksana”. Sejarah bisa
dijadikan pelajaran, dengan cara mengambil segi-segi positif dari kisah yang
diceritakan, dan membuang segisegi negatif yang dapat merusak kesatuan suatu

11
bangsa. Dalam sejarah kerajaan Shafawi, kita dapat menyikapi kebijakan para
pemimpinnya, misalnya mengenai penerapan toleransi antar umat beragama,
sehingga pada.

Masa itu dapat tercipta perdamaian, kesatuan dan persatuan. Hal ini dapat
diterapkan di negeri kita tercinta, Indonesia. Bangsa kita yang berasaskan
“Bhinneka Tunggal Ika” cukup kuat untuk digunakan sebagai pedoman, dengan
mengambil contoh pada kehidupan masyarakat Persia periode Shafawi. Meskipun
mereka memiliki banyak perbedaan, baik agama, ras,bangsa, namun mereka tetap
dapat hidup berdampingan dengan rukun. Begitu juga dengan bangsa Indonesia
yang memiliki banyak sekali perbedaan, baik kepercayaan, suku, wilayah,
maupun bahasa, namun dengan berpegang teguh pada “Bhinneka Tunggal Ika”,
pasti kita dapat bersatu untuk menjaga keutuhan negara ini. Disamping itu,
peranan pemimpin juga memiliki andil besar dalam membawa suatu bangsa
menuju perubahan kemajuan. Penguasa Shafawi yangdikenal berperan penting
dalam memimpin negara antara lain Syah Ismail I, Syah Abbas I, serta Syah
Abbas II. Syah Ismail I dianggap sebagai pemimpin yang menjadi penentu
perkembangan nasional Iran modern, dengan menerapkan ajaran Syi’ah Itsna
‘Asyariyah. Syah Abbas I merupakan pemimpin yang memiliki pemikiran handal.
Berkat kebijakannya, kerajaan Shafawi dapat mencapai kemajuan dalam berbagai
bidang. Sehingga dapat diambil hikmahnya, apabila suatu saat kita menjadi
seorang pemimpin, entah dalam organisasi apapun, alangkah baiknya jika kita
belajar tentang para pemimpin terdahulu yang telah sukses dalam membawa
perubahan menuju kemajuan. Sehingga kita dapat mengilhaminya untuk
membawa perubahan dalam masyarakat menjadi lebih baik.
Berikut urutan Penguasa Kerajaan Safawi :
1. Isma’il I (1501-1524M)
2. Tahmsp I (1524-1579M)
3. Isma’il II (1579-1577M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587M)
5. Abbas I (1587-1628M)
6. Safi Mirza (1628-1642M)

12
7. Abbas II (1642-1667M)
8. Sulaiman (1667-1694M)
9. Husein I (1694-1722M)
10. Tahmasp II (1722-1732M)
11. Abbas III (1732-1736M)

I. kemunduran kerajaan Safawi


Sepeninggalan Khalifah Abbas I memimpin Dinasti Safawiyah,
khususnya para khalifah berikutnya, yaitu safi mirza (1628-1642 M), Abbas II
(1641-1667), Sulaiman (1667-1694M), Husein I (1694-1722M), Tahmasp II
(1722-1732M), dan Abbas III (1732-1736M). Kondisi kerajaan Safawiyah tidak
menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi justri memperlihatkan
kemunduran yang akhirnya membawa kehancuran Dinasti Safawiyah.

Sebab-sebab kemunduran kerjaan Safawiyah diantaranya adalah, pertama


konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan utsmani. Bagi kerjaan utsmani
beridirinya kerajaan safawiyah yang beraliran syi’ah merupakan ancaman
langsung terhadap wilayah kerajaan utsmani. Konflik antara dua dinasti ini
berlangsung sangat lama, meskipun pernah berhenti sejak tercapainya perdamaian
pada masa khalifah Abbbas I. namun tidak lama, kemudian Khalifah Shah Abbas
I meneruskan konflik dan setelah itu tidak ada lagi dikatakan perdamaian antara
kedua Dinasti. Kedua, Dekadensi moral yang melanda sebagian besar pemimpin
dinasti safawiyah. Hal ini turut mempercepat proses kemunduran dinasti
safawiyah, di tambah lagi dengan konflik intern dalam bentu perebutan kekuasaan
dikalangan keluarga dinasti safawiyah.

Ketiga, Pasukan Gulam (budak-budak) yang dibentuk Khalifah Abbas I


tidak memiliki semangat yang tinggi seperti Qizilbasy. Hal ini disebabkan karena
pasukan tersebut tidak di persiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses
pendidikan rohani seperti qizilbasy.

Keempat, Sikap ulama syi’ah sangat yang berpengaruh dalam kekuasaan


Dinasti Safawiyah yang tidak memiliki sikap terbuka dan demokratis. Dengan

13
berlindung di balik kekuasaan politik Dinasti Safawiyah, ulama syi’ah menekan
kelompok lain, baik ulama sunni maupun agama lain.

14
BAB III

PENUTUP
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dinasti Mamlukiyah berasal dari golongan hamba atau yang dimilki oleh para
sultan dan amir, yang dididik secara militer oleh tuan mereka. Dalam sejarah
islam raja-raja yang berasal dari budak ini disebut mamalik, atau literatur
barat disebut mamluk.
Sejak peralihan kepemimpinan Mamluk Bahri ke Mamluk Burji (1382).
Dinasti Mamluk terus mengalamalami kemunduran, karena sultan dari
Mamluk Burji tidak memiliki keterampilan manajerial dalam
menngendalikan negara, mereka hanya mahir dibidang militer.selain itu,
sebagian sultan Mamluk Burji menjadi pemabuk dan tidak menyukai ilmu
pengetahuan.
2. Pada awalnya, di Persia terdapat sebuah gerakan tarekat yang bertujuanuntuk
memerangi orang-orang ingkar dan ahli bid’ah. Tarekat ini berdiri padatahun
1301 di Ardabil, dan diberi nama Tarekat Shafawi. Nama Shafawi diambil
dari tokoh pendirinya, yaitu Syekh Ishak Safiuddin atau yang lebih dikenal
dengan nama Shafi al-Din.
Sepeninggalan Khalifah Abbas I memimpin Dinasti Safawiyah, khususnya
para khalifah berikutnya, yaitu safi mirza (1628-1642 M), Abbas II (1641-
1667), Sulaiman (1667-1694M), Husein I (1694-1722M), Tahmasp II (1722-
1732M), dan Abbas III (1732-1736M). Kondisi kerajaan Safawiyah tidak
menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi justri memperlihatkan
kemunduran yang akhirnya membawa kehancuran Dinasti Safawiyah.

B. Saran
1. Bagi mahasiswa yang ingin mempelajari tentang sejarah peadaban islam
sebaiknya sering membaca buku Sejarah Agama Islam.
2. Untuk Dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam sebaiknya lebih
meningkatkan lagi teknik pembelajaranya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hamka, Buya. 1949. Sejarah Umat Islam Pra-Kenabian Hingga Islam Nusantara.

Sungai Batang Maninjau: Gema Insani.

Nasution, Syamruddin. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru: Yayasan

Pusaka Riau.

Syukur al-Azizi, Abdul. Sejarah Lengkap Peradaban Islam. Yogyakarta: Nokktah.

16

Anda mungkin juga menyukai