Oleh:
Annisa Meilinda 210103030201
Jumiati 210103030173
Rahmadalia 210103030175
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan
karunia dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada nabi
Muhammad saw. yang menjadi teladan seluruh manusia. Tidak lupa pula kami ucapkan
terima kasih kepada Ibu Ahda Fithriani S. H.I., M. H.I., selaku dosen pengampu pada
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan arahan dalam pembuatan
makalah kami.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah tersebut dengan mengusung judul Peradaban Islam pada Masa Pemerintahan
Dinasti Mamluk. Selain bertujuan untuk memenuhi tugas, tujuan kami selanjutnya yaitu
untuk mengetahui seluk beluk Dinasti Mamluk tersebut dan mengambil pelajaran dari
sejarahnya.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan kami menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan pengetahuan kami
sebagai penyusun. Oleh karena itu, jika terdapat kesalahan dalam makalah ini, izinkan
kami menghaturkan permohonan maaf dan kami juga mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan, ilmu
pengetahuan, dan menjadi acuan untuk menulis makalah lainnya.
Penyusun
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan bahwa pokok
permasalahan yang akan dibahas adalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Mamluk
2. Siapa saja tokoh yang berperan pada Dinasti Mamluk
3. Apa kontribusi yang diberikan Dinasti Mamluk terhadap Islam
4. Bagaimana proses kemunduran hingga runtuhnya Dinasti Mamluk
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Mamluk
2. Mengetahui tokoh yang berperan pada Dinasti Mamluk
3. Mengetahui kontribusi yang diberikan Dinasti Mamluk terhadap Islam
4. Mengetahui proses kemunduran hingga runtuhnya Dinasti Mamluk
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Mesir dimulai dari masa Sultan Malik ash-Shalih, salah seorang sultan Dinasti Ayyubi
yang memerintah Mesir yang meninggal pada tahun 647 H/1249 M, dalam Perang Salib
ketujuh melawan Raja Louis IX dari Perancis. Untuk menjaga stabilitas pasukannya,
isteri Sultan Malik ash-Shalih, Syajaratud-Dur, seorang budak wanita, merahasiakan
kematian sultan dan mengambil alih kepemimpinan pasukannya. Putra mahkota,
Turansyah yang berada di Mesopotamia, Syria dipanggil pulang dan naik tahta
menggantikan ayahnya. Hanya saja, kehadiran Turansyah sebagai sultan kurang disukai
oleh kalangan mamluk, lebih-lebih ibu Turansyah adalah seorang wanita keturunan suku
Kurdi. Oleh karena itu, dia lebih dekat kepada tentara yang berasal dari suku Kurdi
daripada kalangan mamluk sendiri sehingga kedudukan mereka terancam.
Sementara itu, ibu tiri sultan, Syajaratud-Dur yang berasal dari kalangan
Mamluk juga merasa kurang suka terhadap Turansyah. Bersama-sama dengan kaum
Mamluk, ia mulai merencanakan kudeta terhadap Turansyah.Syajaratud-Dur pun
bersengkongkol dengan pasukan mamluk yang dipimpin oleh Aybak, dan memberontak
terhadap Turansyah. Persekongkolannya dengan kaum Mamluk berhasil membunuh
Turansyah. Untuk menghindari adanya kekosongan kekuasaan, ia mengambil alih
kendali pemerintahan berdasarkan kesepakatan kaum Mamluk. Dengan demikian,
naiklah Syajaratud-Dur sebagai seorang sulthaanah (ratu) pertama di Mesir. Ia
menggelari dirinya dengan sebutan al-Mu’tasihimah ash-Shalihah, Ibunda dari Khalil,
Ratu Kaum Muslimin dan penjaga dunia dan Agama.
Kekuasaan sulthaanah Syajaratud-Dur hanya berlangsung sekitar tiga bulan
(delapan puluh hari) -karena di beberapa wilayah khususnya di Syria muncul gejolak
penentangan terhadapnya. Untuk meredakan ketegangan di beberapa wilayah, khalifah
Abbasiyah -sebagai penguasa dan pemimpin tertinggi umat Islam- memberi teguran
bahwa yang seharusnya berkuasa di Mesir adalah laki-laki, bukan wanita. Teguran
tersebut tidak ditentang sehingga ia meletakkan jabatannya, dan diganti oleh Izzudin
Aybak, seorang amir yang sangat berpengaruh.
Kaum Mamluk dan Aybak masih belum yakin dengan keabsahan
kepemimpinannya, karena masih ada keturunan Sultan Dinasti Ayyubi yang masih
hidup di Syria, Asyraf Musa yang masih berusia sepuluh tahun, dan diakui
kedudukannya oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Oleh karena itu, untuk meredakan
keadaan, mereka mengangkat Asyraf Musa sebagai Sultan Syar’i (formal) yang hanya
sebatas lambang saja, tanpa kedaulatan dan kekuasaan yang riil. Sementara itu,
kekuasaan dan kedaulatan yang riil berada di tangan Izzudin Aybak. Tidak berselang
lama, Asyraf Musa pun dibunuh oleh Aybak dan Aybak pun secara resmi
memproklamasikan dirinya sebagai sultan Dinasti Mamluk.
3
Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Dinasti Ayyubi di Mesir sehingga
Dinasti Mamluk mulai memerintah di sana dengan diawali naik tahtanya Izzuddin
Aybak yang bergelar al-Malik al-Mu’iz. Merekalah yang membebaskan Mesir dan Syria
dari pasukan Salib, juga membendung serangan-serangan kaum Mongol di bawah
pimpinan Hulagu Khan dan Timur Lenk sehingga Mesir terlepas dari penghancuran,
seperti yang terjadi di dunia Islam lainnya.
Pendapat lain dari para pemuka bahwa kata Mamluk yang berarti budak atau
hamba yang dibeli dan dididik dengan sengaja agar manjadi tentara dan pegawai
pemerintah2. Seorang Mamluk berasal dari ibu-bapak yang merdeka (bukan budak atau
hamba). Ini berbeda dengan ‘abd yang berarti hamba sahaya yang dilahirkan oleh ibu-
bapak yang juga berstatus sebagai hamba dan kemudian dijual. Perbedaan lain adalah
Mamluk berkulit putih, sedangkan ‘abd berkulit hitam. Sebagian Mamluk berasal dari
Mesir, dari golongan hamba yang dimiliki oleh para sultan dan amir pada masa
kesultanan Bani Ayub. Mamluk Dinasti Ayubi’yah berasal dari Asia kecil, Persia (Iran),
Turkistan, dan Asia Tengah (Transoksiana). Mereka terdiri atas suku-suku Bangsa Turki,
Syracuse, Sum, Rusia, kurdi, dan bagian kecil dari bangsa Eropa. Mamluk sultan yang
berkuasa merupakan gabungan para Mamluk sultan-sultan sebelumnya, yakni Mamluk
para amir yang disingkirkan atau meninggal dunia.
Dinasti mamluk atau mamalik adalah sebuah dinasti atau pemerintahan yang
didirikan oleh para budak. Mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan oleh
penguasa dinasti ayubiyah sebagai budak, yang kemudian di didik dan dijadikan tentara,
dan mereka ditempatkan di tempat yang tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Oleh
penguasa ayubiyah yang terakhir, al Malik al Saleh, mereka dijadikan pengawal untuk
menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa itu mereka mendapat hak-hak
istimewa, baik dalam ketentaraan maupun dalam imbalan- imbalan meteriil.
Ketika al-Malik al-Salih meninggal (1249 M), anaknya, Turansyah, naik tahta
sebagai Sultan. Golongan Mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat
kepada tentara asal Kurdi daripada mereka. Pada tahun 1250 M Mamalik di bawah
pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah. Istri al-Malik al-Salih,
Syajarah al-Durr, seorang yang juga berasal dari kalangan Mamalik berusaha
mengambil kendali pemerintahan, sesuai dengan kesepakatan golongan Mamalik itu.
Kepemimpinan Syajaruh al-Durr berlangsung sekitar tiga bulan. Ia kemudian
kawin dengan seorang tokoh Mamalik bernama Aybak dan menyerahkan tampuk
kepemimpinan kepadanya sambil berharap dapat terus berkuasa di belakang tabir. Akan
2
Muhammad Husni, “Keruntuhan Dinasti Mamluk di Mesir” (Makassar: Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Alaudin, 2013), hal. 5.
4
tetapi segera setelah itu Aybak membunuh Syajarah al-Durr dan mengambil sepenuhnya
kendali pemerintahan. Pada mulanya, Aybak mengangkat seorang keturunan penguasa
Ayyubiyah bernama Musa sebagai Sultan "syar'i" (formal) disamping dirinya yang
bertindak sebagai penguasa yang sebenarnya. Namun, Musa akhirnya dibunuh oleh
Aybak. Ini merupakan akhir dari dinasti Ayyubiyah di Mesir dan awal dari kekuasaan
dinasti Mamalik.
5
atabeg Sultan Hajji yang masih kecil sehingga kekuasaan yang dipegangnya bukanlah
kekuasaan yang sesungguhnya. Pada tahun 791 H/1389 M, Barquq betul-betul menjadi
sultan, kekuasaanya benar-benar telah kuat. Dengan demikian, sejak saat itu Mamluk
Burji menjadi pemegang kekuasaan di Dinasti Mamluk.
6
antara Aybak dengan, Syajaratud-Dur, janda Sultan Malik. Setelah
menikahinya, kedudukan sultan diberikan kepada Aybak, sementara
Syajaratud-Dur sendiri masih mempunyai kesempatan terlibat dalam
pemerintahan di samping suaminya. Aybak dan Syajaratud-Dur merasa belum
tenang, karena putra mahkota Turansyah masih hidup. Untuk itu, langkah
berikutnya adalah melenyapkan Turansyah, yang pada tahun 648 H/1250 M,
Turansyah yang pulang dari Syria dibunuh. Dengan terbunuhnya Turansyah,
maka berakhirlah Dinasti Ayyubi dan berdirilah Dinasti Mamluk Bahriyah,
yang memerintah pada tahun tahun 648 H-784 H/1250 M-1382 M.86 Aybak
pun diangkat sebagai sultan pertama, dengan gelar al-Malik al-Mu’iz Izz al-Din
Aybak al-Jawshangir al-Turkmani al-Shalihi.
B. Qutuz
Meninggalnya Sultan Aybak menyebabkan terjadinya pergolakan di
kalangan para tokoh mamluk. Dengan meninggalnya Aybak, masih ada dua
tokoh yang berpengaruh di kalangan mereka, Mudhaffar Qutuz dan Baybars.
Oleh karena itu, kedua tokoh mamluk pun mulai berebut pengaruh. Hanya saja
pengganti Aybak yang disepakti adalah putranya, Nuruddin Manshur Ali yang
masih relatif kecil. Ternyata, Sultan Manshur tidak mampu menjalankan roda
pemerintahan sehingga atabeg-nya, Qutuz ditunjuk sebagai penguasa
pendamping. Qutuz melihat bahwa keberadaan Syajaratud-Dur sebagai orang
kuat yang berdiri di belakang Manshur cukup berbahaya. Dengan alasan karena
pembunuhan Aybak yang telah dilakukannya, maka pada tahun 657 H/1259 M
Sultan Manshur ditangkap dan dihukum mati. Sebelumnya, dia dipaksa
meletakkan jabatannya sehingga Qutuz yang memegangnya. Dengan demikian,
secara resmi Qutuz diangkat sebagai sultan ketiga Dinasti Mamluk.
Saat Qutuz naik tahta, seorang tokoh mamluk yang menjadi sahabatnya saat
merintis kekuasaannya, Baybars kembali ke Mesir setelah mengasingkan diri-
karena berbeda pandangan dengan Sultan Izuddin Aybak. Kedatangan Baybars
ke Mesir disambut dengan senang hati oleh Qutuz, bahkan sultan
mengangkatnya sebagai panglima perang. Pada saat itu, muncullah pasukan
Mongol yang pernah menghancurleburkan Daulah Abbasiyah, mereka mulai
bergerak dan siap menghancurkan Mesir. Sultan Qutuz dengan dibantu
panglima perangnya, Baybars siap menghadangnya sehingga terjadilah peran
dahsyat di Ain Jalut (Mesir) pada tanggal 658 H/3 September 1260 M. Dalam
perang tersebut, pasukan Mamluk yang dipimpin oleh Baybars berhasil
7
mengalahkan pasukan Mongol.88 Ternyata, kemenangan tersebut mampu
menumbuhkan kembali rasa percaya diri umat Islam bahwa kekuatan mereka
masih ada. Selain itu, dengan kemenangan tersebut, salah satu pusat peradaban
Islam yang terpenting, kota Kairo khususnya, atau pun Mesir pada umumnya
dapat terselamatkan dari serangan bangsa Mongol. Inilah prestasi terbesar yang
disumbangkan Qutuz bagi umat Islam.
C. Baybars
Nama lengkapnya adalah Muhammad Ruknuddin Baybars, seorang
panglima perang yang perkasa dan seorang negarawan yang cakap. Dia berasal
dari budak belian yang dibeli saudagar Venezia dari pasukan Mongol di Bandar
Krimea, pesisir utara Laut Hitam, dijual kepada Sulthan Kamil (1218-1237 M)
di Mesir, semenjak kecilnya diasuh dan dilatih hingga menjadi panglima yang
perkasa.89 Dia adalah komandan pasukan Mamluk yang dapat memenangkan
Perang ‘Ain Jalut. Pengaruhnya di kalangan pasukan Mamluk sangat besar
sehingga setelah Sultan Mudhaffar wafat, maka tahun 658 H/1260 M, seluruh
amir Mamluk sepakat mengangkatnya menjadi sultan. Baybars dipandang
sebagai pembangun Dinasti Mamluk yang sesungguhnya. Tidak hanya mampu
menghalau pasukan Mongol dari Mesir, dia juga mampu memporakporandakan
tentara salib di sepanjang Laut Tengah, Kaum Assasin di pegunungan Syria,
dan Cyrenia. Sultan Baybars mengetahui bahwa umat Islam di Mesir yang
mayoritas Sunni menginginkan kesultanannya mendapat pengesahan
keagamaan dari khalifah. Untuk itu, dia melakukan bai’at terhadap Muntashir,
salah seorang khalifah keturunan Abbas yang berhasil melarikan diri ke Syria,
ketika Hulagu Kha menghancurkan Bagdad. Sultan Baybars juga
menghidupkan madzhab Sunni sehingga dia memberantas aktifitas sekte Syi’ah
sampai habis.92 Madzhab Sunni merupakan madzhab terbesar umat Islam di
Mesir, berkembang lagI sehingga día mendapat simpati besar dari masyarakat.
Pada masanya, ada dua tradisi baru diciptakan, pertama mempersiapkan
Kiswah untuk Bait Allah di Mekkah Al-Mukarramah dan diantar dengan
upacara pada setiap musim. Kedua, menempatkan Empat Al Imam (Maliki,
Hanafi, Syafi’i, Hanbali) pada keempat penjuru Bait Allah. Kedua tradisi itu
dilanjutkan oleh Sulthan Qalawun dan berjalan terus selama berabad-abad
sepeninggalnya.
D. Qawalun
8
Nama lengkapnya adalah Manshur Qalawun, dan ada juga yang
menyebut Qala’un94 berkuasa menggantikan Sultan al-‘Adil Badruddin
Salamisy yang berkuasa hanya selama satu tahun. Jika sultan Baybars dikenal
sebagai pembangun militer, maka Qalawun dikenal sebagai pembangun
administrasi pemerintahan dan pembangun jaringan perdagangan internasional
bagi Mesir. Sultan Qalawun meletakkan sistem suksesi monarki atau
pengangkatan sultan berdasarkan faktor keturunan (monarki). Oleh karena itu,
sesudah masa kepemimpinannya, kekuasaan Dinasti Mamluk Bahri berada di
dalam genggaman para keturunannya. Sistem tersebut seringkali menimbulkan
pergolakan dan ketidakpuasaan keluarga Mamluk, karena ada kalanya sultan
yang diangkat kurang kompeten, bahkan kadang-kadang keturunan mereka
yang relatif masih muda diangkat sebagai sultan. Oleh karena itu, sesudah masa
kekuasaan Sultan Manshur, pemerintahan Dinasti Mamluk sering mengalami
kudeta.
9
rupa sehingga semua kegiatan keagamaan masuk ke dalam sebuah sistem birokrasi
negara(Lapidus,1999:552).
10
Nasiruddin al-Tusi, dalam bidang matematika, Abu al-Faraj al-„ibry, dalam bidang
kedokteran:Abu al-Hasan Ali al-Nafis (penemu susunan dan peredaran darah dalam
paru-paru manusia), Abdul Mun‟im al-Dimyathi (seorang dokter hewan), Al-Razi
sebagai perintis psykoterapi, dalam bidang opthalmologi :Salahuddin bin Yusuf,
dalam bidang ilmu keagamaan: Ibn Taimiyah (pemikir reformis dalam Islam), As.
Sayuthi, Ibn Hajar al-Asqalani dalam ilmu hadis dan lain-lain (Hitti,1970:128).
11
Usmani, termasuk di antaranya jabatan Khalifah Abbasiyah yang dilindungi oleh
Sultan-Sultan Daulah Mamalik selama lebih kurang dua abad ikut serta beralih ke
tangan Sultan Salim I, sejak itu pula dia memakai gelar Khalifah dari Turki Utsmani.
Kemunduran ini secara garis besar disebabkan oleh dua faktor yaitu: pertama
faktor internal, dan kedua faktor eksternal.
SecaraSecara internal, diawali dengan menurunnya solidaritas antara sesama
militer, hal ini dipicu oleh kehadiran mamluk Burji dari Circassia yang dibawa oleh
sultan Qalawun. Apalagi setelah mamluk Burji ini berkuasa solidaritas dan disiplin
tentara merosot, dan secara militer Mesir sudah menjadi lemah. Penguasa Burji banyak
di antara mereka yang bermoral rendah, tidak menyukai ilmu pengetahuan,hidup
bermewah-mewah dan berpoya-poya, korupsi uang negara mengakibatkan pajak
dinaikkan, akibatnya semangat kerja rakyat menjadi menurun dan perekonomian negara
merosot dan tidak stabil. Kondisi ini semakin diperparah dengan datangnya musim
kemarau panjang dan berjangkitnya berbagai wabah pepenyakit.
Secara eksternal, kemunduran tersebut disebabkan oleh penemuan Tanjung
Harapan di Afrika Selatan oleh Vasco da Gama (Portugis) pada tahun 1498 yang
dijadikannya sebagai jalur perdagangan dari negeri-negeri penghasil rempah-rempah.
Akibatnya, jalur pelabuhan rempah-rempah dari India ke Eropa, menyebabkan
pelabuhan besar Kairo dan Syiria lambat laun menjadi sepi sehingga penghasilan negara
dari sektor pelabuhan semakin merosot.
Faktor lain sebagai penyebab langsung kemunduran dan kehancuran dinasti
Mamalik adalah munculnya kekuatan baru dari kerajaan Usmani. Kerjaan inilah yang
mengakhiri riwayat dinasti Mamalik di Mesir. Sejak kekalahan pasukan Mamalik
menghadapi pasukan Usmani dalam suatu pertempuran sengit di luar kota Kairo pada
tahun 1517 M., wilayah Mesir jatuh ke dalam kekuasaan Turki Usmani, bahkan Mesir
dijadikan salah dari satu provinsinya.
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dinasti Mamluk adalah sebuah dinasti Islam yang pernah muncul di Mesir.
Dinasti mamluk didirikan oleh para budak yang bahasa Arabnya Mamluuk, dan bentuk
jamaknya mamaaliik yang berarti budak/hamba sehingga ada penulis yang
menyebutnya Dinasti Mamalik. Menurut Hitti, dinasti Mamluk/ Mamalik adalah dinasti
turunan budak. Mereka adalah tawanan penguasa dinasti Ayyubi yang dijadikan budak
oleh Shalahuddin al- Ayyubi.
Pembagian dinasti mamluk yaitu dinasti mamluk bahri 648H-792H/1250M-
1389M dan dinasti mamluk burji (792 H - 923 H/1389 M - 1517 M). Tokoh yang
berperan pada dinasti mamluk ialah Izuddin Aybak, Qutuz, Baybars,dan Qawalun.
Adapun kontribusi dinasti mamluk bagi perkembangan Islam ialah kemajuan di bidang
pemerintahan, kemajuan di bidangmiliter, kemajuan di bidang ekonomi dan Kemajuan
di bidangng ilmu pengetahuan.
Kemunduran dinasti mamluk terlihat setelah jabatan pemerintahan beralih
daritangan Mamalik Bahri ke tangan Mamalik Burji pada tahun1382 M, karena kaum
mamalik Burji tidak mempunyai ilmu pengetahuan tentang cara mengatur dan
mengelola pemerintahan, kemampuan mereka hanya di bidang militer. Faktor lain
sebagai penyebab langsung kemunduran dan kehancuran dinasti Mamalik adalah
munculnya kekuatan baru dari kerajaan Usmani. Kerjaan inilah yang mengakhiri
riwayat dinasti Mamalik di Mesir.
13
DAFTAR PUSTAKA
14