Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KEANEKARAGAMAN SUKU DI INDONESIA

Oleh :
Fahmawati Hamida
(1341170002)
Sony Jati Prasetya
(13411700 )
Wahyu Aulia Nurwicaksana
(1341170064)

TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keanekaragaman atau yang sering disebut dengan multikulturalisme adalah istilah
yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia,
ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya
keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan
masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Keanekaragaman bangsa Indonesia dilatarbelakangi oleh jumlah suku-suku bangsa di
Indonesia yang sangat banyak, dimana setiap suku bangsa tersebut mempunyai ciri atau
karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun budaya. Menurut sensus BPS (Badan
Pusat Statistik) tahun 2010, jumlah suku bangsa di Indonesia lebih dari 300 suku bangsa atau
kelompok etnik, atau lebih tepatnya mencapai 1.340 suku bangsa atau kelompok etnik. Hal ini
dapat diartikan jika masing-masing suku bangsa tersebut memiliki tradisi sosial budaya
masing-masing, berarti di Indonesia ada dan berkembang bermacam-macam budaya yang
memiliki ciri khas masing-masing. Contoh dalam bidang bahasa, dimana setiap daerah
mempunyai bahasa daerahnya masing-masing. Bahasa daerah orang Jayapura akan berbeda
dengan bahasa orang Dayak. Menurut peta bahasa yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa
Depdiknas tahun 2010, ada lebih dari 746 bahasa daerah di seluruh wilayah Nusantara bahkan
bila dilihat dari segi dialek, maka jumlahnya akan jauh lebih banyak lagi, misalnya di Papua
saja ada sekitar 185 dialek bahasa lokal.
Suatu semboyan yang sejak dahulu dikenal dan melekat dengan jati diri bangsa
Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan tersebut terukir kokoh dalam
cengkraman Burung Garuda yang merupakan lambang bangsa Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bhineka Tunggal Ika menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
heterogen, yaitu bangsa yang mempunyai keanekaragaman, baik dalam aspek suku bangsa,
budaya, ras dan agama.
Keanekaragaman suku, budaya, ras dan agama yang ada pada diri bangsa Indonesia
merupakan keunggulan sekaligus tantangan. Kebhinnekaan merupakan kekuatan dan
kekayaan sekaligus juga merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan itu sangat
terasa terutama ketika bangsa Indonesia membutuhkan kebersamaan dan persatuan dalam
rangka menghadapi dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar negeri, seperti dewasa ini kita sedang menghadapi dan
berupaya memecahkan serta mengakhiri krisis multi dimensional dan krisis ekonomi yang
1

sudah berlangsung cukup lama. Tanpa adanya persatuan dan kesatuan visi dan misi dari
seluruh bangsa Indonesia mustahil kita dapat keluar dari krisis tersebut.
Kebhinnekaan berupa sifat nyata bangsa Indonesia yang sering kita banggakan namun
sekaligus juga sering kita prihatinkan. Hal ini dikarenakan mengatur masyarakat yang
heterogen jauh lebih sulit dibandingkan dengan mengatur masyarakat homogen. Masyarakat
yang heterogen tentu mempunyai cita-cita, keinginan dan harapan yang jauh lebih bervariasi
dibandingkan dengan masyarakat homogen.
Kebhinnekaan dapat menjadi tantangan atau ancaman, karena dengan adanya
kebhinnekaan tersebut mudah membuat orang menjadi berbeda pendapat yang pada akhirnya
dapat lepas kendali, memiliki rasa kedaerahan atau kesukuan yang sewaktu-waktu bisa
menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi atau persatuan dan kesatuan bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
Dari tinjauan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka pemakalah
merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Apa saja keunggulan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia sebagai dampak
keanekaragaman yang dimilikinya?
2. Bagaimana upaya dan jalan keluar untuk menghadapi tantangan sebagai dampak
multikulturalisme Indonesia?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk menambah pengetahuan masyarakat Indonesia tentang keunggulan dari
keanekaragaman bangsa Indonesia serta tantangan yang muncul sebagai akibat dari
keanekaragaman tersebut
2. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjunjung tinggi semboyan
Bhineka Tunggal Ika dan menghargai keanekaragaman suku, budaya, ras dan
agama yang ada dalam bangsa Indonesia.
3. Untuk melengkapi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing Workshop
Wawasan Kebangsaan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keunggulan Bangsa Indonesia dengan Keanekaragamannya
Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri
keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan
kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah.
Kebudayaan daerah ini bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai
kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah tersebut. Pertemuan-pertemuan
dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di
Indonesia sehingga menambah ragam dan jenis kebudayaan yang ada di Indonesia.
Berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia juga turut mendukung
perkembangan kebudayaan Indonesia yang pada akhirnya memcerminkan kebudayaan
agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat
keanekaragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang sangat tinggi. Tidak saja
keanekaragaman budaya kelompok suku bangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam
konteks peradaban, tradisional hingga ke modern, dan kewilayahan.
Keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan suatu keunggulan jika
dibandingkan dengan negara lainnya, karena potret kebudayaannya lengkap dan bervariasi.
Dan yang tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia
mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu.
Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok suku bangsa yang
berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Berlabuhnya kapal-kapal
Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada
lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang Gujarat dan
pesisir Jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar
peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah
membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Di sisi
yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal di
tengah-tengah singgungan antar peradaban itu.
Secara ringkas, keunggulan keunggulan dari keaneragaman bangsa Indonesia, antara
lain:
1. Keanekaragaman kebudayaan sangat menarik dan dapat dijadikan objek pariwisata.
3

2. Keanekaragaman budaya daerah dapat membantu meningkatkan pengembangan


kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila, sesuai Tap MPR No. II tahun
1998, yang berbunyi : Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah
perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan
daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat
sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada
pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa
3. Tertanamnya sikap untuk saling menghormati dan menghargai antar suku yang
berbeda.
4. Indonesia memiliki bahasa daerah terbanyak didunia ( ada lebih dari 746
bahasa daerah)
5. Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman suku, agama dan budaya yang
terdapat dalam kehidupan masyarakatnya, dan keragaman tersebut dapat kita
satukan dalam satu kesatuan Bhineka Tunggal Ika.
2.2 Tantangan terhadap Keanekaragaman yang Dimiliki Bangsa Indonesia
Keanekaragaman suku, budaya, ras dan agama yang yang ada pada diri bangsa
Indonesia merupakan keunggulan sekaligus tantangan. Tantangan-tantangan yang muncul
akibat keanekaraman bangsa Indonesia tersebut antara lain:
a. Konflik
Konflik adalah proses sosial disosiatif yang dapat menyebabkan perpecahan dalam
masyarakat karena ketidakselarasan dan ketidakseimbangan dalam suatu hubungan
masyarakat. Berdasarkan tingkatannya konflik dapat dibagi menjadi konflik horisontal dan
vertikal.
(1) Konflik Horisontal
Konflik horisontal adalah konflik yang terjadi diantara kelompok-kelompok
sosial yang sifatnya sederajat. Konflik sosial horisontal dapat berupa konflik antar
suku, antar ras, agama, maupun konflik antar golongan.
(a) Konflik antar suku
Konflik antar suku pada umumnya disebabkan oleh primordialisme yang
berkembang menjadi etnosentrisme.
Contoh : konflik antara suku Dayak dan suku Madura yang terjadi di Sampit,
konflik antara suku-suku kecil di Papua.
(b) Konflik antar ras
4

Konflik antar ras pada umumnya disebabkan oleh primordialisme yang


berkembang menjadi stereotipe.
Contoh : Kekerasan terhadap etnis Tionghoa pada Mei 1998, termasuk
pemerkosaan dan pembunuhan terhadap lebih dari 100 wanita etnis Tionghoa.
(c) Konflik agama
Konflik masalah agama pada umumnya disebabkan oleh primordialisme yang
berkembang menjadi fanatisme. Konflik agama dapat berupa konflik internal umat
beragama misalnya konflik antar golongan pemeluk Islam murni dengan golongan
Ahmadiyah, maupun konflik antar umat beragama (konflik eksternal) misalnya
konflik masyarakat Ambon pemeluk Islam dengan masyarakat Ambon pemeluk
Kristen.
(d) Konflik antar golongan
Konflik antar golongan pada umumnya disebabkan oleh semangat in group yang
kuat sehingga dengan kelompok out group akan menimbulkan antipati.
Contoh : Peristiwa Kudatuli, dimana ada konflik antar pendukung Partai PDI versi
Megawati Soekarno putrid dan pendukung Partai PDI versi lainnya.
(2) Konflik Vertikal
Konflik vertikal adalah konflik yang terjadi diantara lapisan-lapisan di dalam
masyarakat. Contoh konflik vertikal :
(a) Konflik antar kelas atas dengan kelas bawah, konflik antar kelas atas dengan kelas
bawah dapat berupa konflik kolektif dan individual. Konflik kolektif misalnya
konflik antara buruh dengan pimpinan perusahaan untuk menuntut kenaikan gaji.
Konflik individual misalnya konflik antara pembantu dengan majikan yang
berakibat pada kekerasan.
(b) Konflik antara pemerintah pusat dengan daerah, misalnya pemberontakan dan
gerakan seporadis seperti OPM, GAM, dll. Selain itu konflik vertikal bisa
diterjemahkan sebagai konflik antar pihak yang berkuasa dan penentangnya,
misalnya kasus penculikan aktivis 98 , yang merupakan kasus pelanggaran HAM
tidak pernah selesai sampai saa tini.
(c) Konflik antara orang tua dan anak, konflik antara orang tua dan anak akan
menimbulkan hambatan dalam sosialisasi nilai dan norma dan terkadang
menimbulkan kenakalan remaja.

b. Integrasi Karena Keterpaksaan (Coersif)


Integrasi karena keterpaksaan terjadi karena suatu ketergantungan dan mau tidak mau
antar lapisan masyarakat harus saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan. Namun
dalam integrasi yang terjadi karena paksaan biasanya ada upaya antar kelompok untuk
mendominasi satu sama lain.
Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri dari bermacam-macam etnis,
ras, agama, dan suku bangsa yang masing-masing membawa bendera primordialismenya
masing-masing. Apabila masing-masing kelompok tidak bisa saling menghargai dan
mengurangi etnosentrisme, stereotype, dan fanatisme maka akan menimbulkan konflik
SARA.
Integrasi karena keterpaksaan dilihat dari segi historis juga dapat dicontohkan pada
masa feodal. Dimana antara golongan pemerintah kolonial, golongan Asia Timur, golongan
kerabat kerajaan, dan bumiputera hidup dalam satu wilayah namun tidak dapat membaur.
Terdapat batas-batas yang tegas dan adanya upaya dari pemerintah kolonial untuk terus
menerus mendominasi dan menjajah.
Contoh lain integrasi karena keterpaksaan (coersif) dalam kehidupan sehari-hari
terjadi pada saat demonstrasi atau unjuk rasa yang ricuh, kemudian polisi akan memberikan
peringatan dengan gas air mata dengan tujuan mengatur para demonstran untuk
menyampaikan aspirasi secara tertib dan sesuai hukum.
c. Disintegrasi
Disintegrasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-bagian
dari suatu kesatuan masyarakat. Disintegrasi atau kesenjangan merupakan akibat dari
adanya pembangunan dimana kelas atas menguasai pembangunan yang berperan sebagai
subjek sekaligus objek pembangunan, namun disisi lain kelas tengah dan bawah hanya
berperan sebagai objek pembangunan. Akibatnya kelas tengah dan bawah akan
mengalamai eksploitasi dan diskriminasi di bidang sosial, ekonomi, dan politik.
Kesenjangan inilah yang akan mempengaruhi pola hidup dan pola hubungan antar
kelompok.
(1) Pola Hidup
Pola hidup adalah cara-cara dan kebiasaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan.
Cara dan kebiasaan hidup tersebut dapat dibedakan sebagai berikut.
Konsumtif
Materialistis
Hedonisme
6

Westernisasi
Sekulerisasi

(2) Pola Hubungan antar Kelompok


Pola hubungan antar kelompok adalah suatu bentuk dan sistem hubungan dalam
interaksi diantara anggota masyarakat. Berikut beberapa contoh permasalahan yang
berkaitan dengan pola hubungan antar kelompok.
Aksi protes/demonstrasi yang anarkis dan tidak terkendali, yaitu aksi
penyampaian

pendapat

dengan

cara-cara

yang

melanggar

hukum

dan

menyebabkan kerusuhan. Contoh : Kerusuhan Mei 1998 yang disertai aksi anarkis
oleh mahasiswa dan dihalau dengan tembakan oleh aparat..
Kenakalan remaja, kenakalan remaja ini yang disebabkan karena pertengkaran
dengan orang tua akan membuat pelarian anak kepada hal-hal negatif, bahkan
melanggar hukum contohnya minuman keras, narkoba, dan lain-lain.
Kriminalitas, merupakan suatu bentuk penyimpangan sosial akibat dari adanya
tekanan lingkungan sekitarnya. Kurangnya skill dan ketrampilan merupakan
faktor utama semakin tingginya angka kriminalitas di kota-kota. Contoh :
urbanisasi dari desa ke kota tanpa mempersiapkan ketrampillan akan menambah
pengangguran akhirnya akan memilih melakukan tindakan kriminal.
Gejolak daerah, merupakan suatu bentuk reaksi masyarakat yang semakin kritis
menuntut hak-haknya kepada pemerintah. Rasa ketertindasan oleh kebijakan
pemerintah yang kurang berpihak pada masyarakat menyebabkan masyarakat
melakukan pemberontakan. Adanya gangguan stabilitas disetiap daerah sekarang
ini apabila tidak segera diatasi akan menyebabkan perpecahan bangsa Indonesia.
Contoh : konflik yang terjadi di Mesuji merupakan suatu bentuk upaya pembelaan
masyarakat terhadap hak-haknya akibat dari monopoli atas tanah dan pengelolaan
sumber daya agraria.
Terorisme,

merupakan

serangan-serangan

terkoordinasi

yang

bertujuan

membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Namun


sekarang terorisme sering dikaitkan dengan masalah agama. Padahal agama
manapun tidak ada yang mengajarkan untuk saling membunuh. Terorisme
merupakan salah satu upaya adu domba dan penyudutan terhadap kelompok atau
agama tertentu kepada kelompok atau agama lain untuk memecahkan integrasi
bangsa dengan cara-cara yang separatis. Contoh : bom Bali I dan II, bom hotel JW
Marriot, bom GBIS Kepunton Solo, dll.
7

2.3 Pancasila Sebagai Jalan Keluar Tantangan Multikulturalisme di Indonesia


Bagaimana merawat kemajemukan untuk terciptanya iklim yang aman, tanpa
konflik? Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia memerlukan common platform yang
dapat menyatukan segala macam perbedaan yang ada. Selama ini unsur pemersatu bangsa
Indonesia adalah pancasila yang sekaligus merupakan titik puncak kebudayan dan peradaban
Indonesia.
Pancasila merupakan ideologi yang menjadi dasar hidup kenegaraan. Namun
sebelumnya perlu diperhatikan bahwa di sini hendaknya diperhatikan untuk tidak
mencampuradukkan Pancasila sebagai dasar Negara dan sebagai ideologi atau pandangan
dunia (Weltanschauung). Maka dari itu, sifat asasi itu harus dicari dalam kehidupan
bernegara pula. Hidup kenegaraan adalah salah satu aspek dari seluruh hidup kita yang
sangat rumit dan simultan. Aspek kenegaraan tidak boleh dipisahkan dari aspek lain (moral,
agama, kebudayaan, dan sebagainya). Pancasila harus dicantumkan sebagai dasar negara
(bukan dasar hidup pada umumnya). Pancasila pertama-tama harus dipandang dalam
hubungannya dengan negara.
Ide-ide yang berasal dari Pancasila adalah ide-ide asasi hidup kenegaraan. Menegara
berarti mengadakan tata-tertib umum, menciptakan kemakmuran bersama. Negara adalah
sebuah aktivitas yang ditentukan oleh subjek yang melakukan; subjek yang menentukan
ditentukan oleh demokrasi. Maka, demokrasi menentukan aktivitas besar yang disebut
negara. Demokrasi menjadikan masyarakat (yang terdiri dari orang banyak) menjadi satu
subjek dengan cara sesuai dengan martabat manusia: artinya cara untuk membuat manusiamanusia sebagai subjek banyak menjadi subjek satu. Dalam cara ini keluhuran dan
kedaulatan manusia diakui. Demokrasi adalah suatu hal yang fundamental sebab
menentukan sifat dan bentuk negara.
Keadilan sosial adalah tujuan karya raksasa bersama dalam menegara. Demokrasi
adalah caranya membentuk subjek yang melakukan karya itu. Subjek yang melakukan
adalah bangsa Indonesia yang tidak homogen, dari Sabang sampai Merauke. Bangsa
Indonesia adalah masyarakat Tunggal-Bhineka. Ketunggalan itu belum sempurna dan juga
tidak ada maksud untuk membuat kesatuan yang sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi
kebhinekaan. Meskipun demikian, adanya kesatuan tidak bisa dipungkiri, walaupun
prosesnya belum selesai hingga kini.
Lantas bagaimana menyampaikan ide-ide pancasila itu kepada masyarakat agar ideide kebangsaan terpahami oleh masyarakat untuk membangun bangsa Indonesia yang
multikultural? Sosialisasi lewat pendidikan pancasila adalah jalur penyelesaian yang patut
8

untuk dibuat. Perlu disusun reaktualisasi akan bentuk pendidikan pancasila dengan beberapa
pembatasan. Reaktualisasi pendidikan pancasila ini akan berhasil dengan melalui tiga jalur
pendekatan pengembangan yaitu pendekatan pengembangan pendidikan pembelajaran
(psyco-paedagogic

development),

pengembangan

sosial

budaya

(socio-cultural

development) dan pengembangan yang dipengaruhi oleh kekuasaan (socio-political


intervention).
2.4 Reintegrasi sebagai Upaya Menghadapi Tantangan Keanekaragaman Indonesia
Reintegrasi adalah suatu proses pembentukan nilai-nilai dan norma-norma baru agar
serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan.
Reintegrasi bertujuan untuk membangun kembali integrasi dengan nilai dan norma baru
yang lebih relevan dengan masyarakat sehingga akan tercipta keharmonisan dan keserasian
diantara para kelompok masyarakat yang bersifat multikultural.
Dalam proses reintegrasi maka diperlukan cara-cara mengatasi konflik yang pernah
terjadi dan upaya untuk mencegah kembali terjadinya konflik, yaitu :

Secara Preventif

Memberikan pendidikan multikultural.

Menetapkan kurikulum pendidikan.

Menjaga keharmonisan yang dapat digali dari kearifan budaya yang dimiliki tiap
budaya.

Mengembangkan kesadaran sosial dan peranan individu.

Menyikapi perbedaan secara lebih terbuka.

Menanamkan semangat kebersamaan sebagai satu kesatuan bangsa yang


multikultural.

Bersedia untuk hidup berdampingan secara damai dengan masyarakat atau


kelompok lain.
Secara Represif
-

Membuat undang-undang kesamaan derajat.

Meninggalkan sikap primordialisme.

Saling menghargai dan toleransi.

Meneguhkan penggunaan alat-alat pemersatu bangsa.

Mengembangkan nasionalisme.

Menyelesaikan konflik secara akomodatif.

Menegakkan supremasi hukum.

Menetapkan otonomi daerah.


9

Memperkuat semangat in group namun juga tidak antipati terhadap out group.

Menerima perubahan kondisi social secara tenang dan kritis.

Mengakui identitas budaya lain.

Contoh proses reintegrasi dalam kehidupan bangsa Indonesia adalah proses reintegrasi
Aceh pasca pemberontakan untuk memisahkan diri dari Indonesia. Pemerintah
membentuk badan resmi BRA (Badan Reintegrasi Aceh) yang bertugas mengurusi
masalah reintegrasi dalam proses perdamaian di Aceh. Dalam BRA terdapat susunan
kepengurusan yang terdari dari wakil pemerintahan, perwakilan GAM, masyarakat sipil,
dan cendikiawan yang diharapkan mampu membangun kembali integrasi antara Aceh
dengan Indonesia.

10

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya, karena Indonesia mempunyai potret
kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Kebhinnekaan telah menjadi kekayaan khusus bagi
bangsa Indonesia yang amat menarik, bagi bangsa Indonesia sendiri ataupun bagi bangsabangsa lain yang dapat dapat menambah devisa melalui kunjungan wisata atau kunjungan
lainnya.
Keanekaragaman suku, budaya, ras dan agama yang yang ada pada diri bangsa
Indonesia merupakan keunggulan sekaligus tantangan. Tantangan-tantangan yang muncul
akibat keanekaraman bangsa Indonesia tersebut antara lain terjadinya konflik, integrasi
karena keterpaksaan dan disintegrasi.
Untuk menghadapi tantangan sebagai dampak keanekaragaman yang dimiliki
bangsa Indonesia, dapat dilakukan dengan upaya reintegrasi dan menanamkan nilai-nilai
pancasila yang merupakan ideologi yang menjadi dasar hidup kenegaraan.
3.2 Saran
Perbedaan merupakan keniscayaan yang mesti dan harus diterima oleh semua orang
dalam kehidupannya. Fakta menunjukkan bahwa manusia memang makhluk unik dan khas.
Keunikan dan kekhasan ini dalam konteks bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat akan
menimbulkan keragaman tatanan sosial dan kebudayaan. Keragaman ini yang ditunjukkan oleh
Indonesia antara lain terdiri atas beragam etnis, agama, dan bahasa. Keragaman ini perlu dikelola
secara serius dan sungguh-sungguh dalam suatu bentuk tatanan nilai yang dapatdibagi bersama.
Oleh karena itu, keanekaragaman yang ada dalam masyarakat Indonesia sungguh
merupakan tantangan yang menuntut upaya sungguh-sungguh dalam bentuk transformasi
kesadaran multikultural. Suatu kesadaran yang diarahkan kepada identitas nasional, integrasi
nasional, dan kesadaran menempatkan agama untuk kesatuan bangsa. Dengan demikian,
kesatuan Indonesia dapat ditegakkan sejalan dengan semangat kebersamaan yang terkandung
dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

11

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme
http://miftaresti.blogspot.com/2012/11/keragaman-sosial-budaya-masyarakat.html
http://serdadubudayaku.blogspot.com/2013/09/manfaat-keberagaman-budaya.html
http://wayansumendra.wordpress.com/2013/08/25/keragaman-budaya-budaya-2/
http://www.cakrawayu.org/artikel/8-guru-sukarma/65-multikulturalisme-dan-kesatuanindonesia.html

12

Anda mungkin juga menyukai