Anda di halaman 1dari 19

Peranan LPTK Dalam Menyiapkan Guru Masa depan Yang Berkarakter Bangsa

ANGGOTA : HERMAN SALAMAH SALAMUDDIN GUSTI PAHRIANNOR

A. Peran LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan)


Pendidikan berperan sebagai penghubung dua sisi Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses sosialisasi, yaitu sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap dan keterampilan

Jadi kesimpulannya bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang ditujukan untuk menanamkan kepekaan individu terhadap niai sosial, pengetahuan, keterampilan dan nilai moral yang ada di masyarakat

Pengertian pendidikan Karakter apa pendidikan karakter itu....?


Karakter berasal dari bahasa Yunani, yaitu charassein yang artinya mengukir (Abdullah Munir, 2010: 2). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 444) karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

Pengertian Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan yang mencakup pendidikan nilai, budi pekerti, moral dan watak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memberi keputusan baik-buruk, memelihara yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kegidupan seharihari dengan sepenuh hati

Tujuan dan Fungsi dari Pendidikan Berkarakter


Pendidikan karakter mempunyai tujuan dan fungsi yang mulia dan luar biasa. Pada intinya tujuan dari pendidikan karakter adalah terbentuknya bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Sedangkan fungsi dari pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi dasar agar peserta didik mempunyai hati, pikiran dan perilaku baik, memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur, meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia (Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Guru Sebagai Pendidik Karakter


Berbicara masalah pendidikan karakter kita tidak bisa melewatkan saja tentang bagaimana sosok seorang guru. Supaya pendidikan karakter dapat terimplementasi dengan baik maka perlulah guru yang berkarakter. Hal tersebut karena guru adalah sosok yang menjadi panutan, inspirasi dan motivator bagi peserta didiknya, maka dari itu sebagaian perkembangan peserta didik dipengaruhi oleh guru. Terkait dengan hal tersebut pemerintah telah mengupayakan peningkatan kualitas dan profesionalisme guru, misalnya melaui program sertifikasi, namun tidak jarang dari mereka sertifikasi hanya dijadikan pemenuhan tuntutan materi demi keuntungan mereka, diantara mereka ada yang menempuh dengan cara yang curang, bahkan tambahan gaji pascasertifikasi yang semestinya mereka gunakan untuk meningkatkan prosionalisme kinerja mereka supaya dapat menjadi guru-guru yang baik dengan mengikuti seminar-seminar, diklat, workshopdan lain sebagainya, malah disalah gunakan, misalnya untuk membangun rumah, membeli mobil dan sebagainya.

Nilai-nilai Pembentuk Karakter Nilai-nilai pembentuk karakter merupakan nilai yang ditanamkan dalam pendidikan karakter untuk membentuk dan membangun karakter peserta didik. Salah satu implementasi pendidikan karakter adalah melalui pemaduan komponenkomponen karakter dalam proses pembelajaran.

Pendekatan Dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pembentukan karakter yang baik pada peserta didik sangat penting sekali, maka dari itu perlu adanya pendekatan yang baik pada pelaksanaan misi ini. Hal ini tidak lain tentunya supaya penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik dapat efektif. Terkait dengan hal tersebut banyak pakar yang menawarkan pendekatan dalam pendidikan karakter.

Pendekatan perkembangan moral kognitif

Pendekatan perkembangan moral kognitif ini bertujuan membimbing seseorang dalam mengembangkan pertimbangan moralnya berdasarkan suatu pola yang disebut peringkat. Melalui pendekatan ini dapat diketahui bahwa seseorang mematuhi moral yang semula takut karena peraturan, sedangkan selanjutnya berdasarkan kesadaran pertimbangan kepemilikan moral yang dimiliki.

Pendekatan Analisis Nilai Pendekatan analisis nilai berfokus pada pembimbingan peserta didik supaya dapat berpikir logis dan sistematis. Pelaksanaan pendekatan ini mengharuskan keaktifan peserta didik dan diperlukan guru yang mampu mengumpulkan fakta persoalan yang relevan.

Pendekatan Perilaku Sosial


Pendekatan ini merupakan respon atas stimulus. Terkait dengan hal tersebut beliau menambahkan bahwa pentingnya bagi guru melibatkan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan yang mampu memancing respon peserta didik. Kemudian guru mengamati respon peserta didik tersebut, apabila responnya baik maka guru harus memberikan dorongan lebih supaya respon tersebut kuat mengakar pada diri peserta didik. Sebaliknya, jika respon peserta didik maka guru hendaknya mengarahkan pola pikir peserta didik tersebut.

Pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif ini memberi suatu penekanan bahwa tingkah laku merupakan proses mental sebelum memberi reaksi atas rangsangan yang ada. Piager (dalam Nurla Isna Aunillah: 29-36) memaknai kemampuan kognitif adalah kemampuan seseorang dalam mempresentasikan dunia berdasarkan kenyataan yang dilihat dan dirasakan. Terkait dengan hal tersebut Piager membuat sekema dan membagi dalam 4 periode, yaitu periode sensorimotor pada usia 0 sampai 2 tahun, periode praoperasional pada usia 2 sampai 7 tahun, periode operasional konkret pada usia 7 sampai 11 tahun dan yang terahir adalah periode operasional formal yang terjadi pada usia 11 tahun sampai dewasa.

Pendekatan Afektif
Pendekatan afektif sangat bersifat subjektif, sehingga lebih mudah berubah dan tidak ada materi materi bahan baku khusus untuk dipelajari. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendekatan afektif sangat berbeda dengan pendekatanpendekatan lainnya. Terkait dengan penyelenggaraan pendidikan karakter, beliau menambahkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan afektif diperlukan juga penggunaan model pembelajaran yang sama, yaitu model pembelajaran afektif.

Pendekatan Perilaku Beliau menjelaskan pendidikan karakter dirancang untuk membantu peserta didik dalam memahami niai-nilai perilaku dalam hubungan vertikal dan horisontal yang terwujud dalam pikiran, perasaan, sikap dan perbuatan berdasarkan norma-norma yang ada.

Guru Berkarakter
Pengertian Guru dan Dosen berdasarkan pada makna profesional dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu dan norma tertentu, serta memerlukan pendidikan profesi. Pasal 28 ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran. Keempat kompetensi itu adalah kompetensi pedagogik, kompetensikepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. Melalui keempat kompetensi yang dimilikinya guru harus mampu menjadi panutan dan mampu membangun karakter dan jati dirinya.

Langkah Efektif dan Strategis dalam Menerapkan Pendidikan Karakter Dalam Lembaga Pendidikan
Langkah Efektif dan Strategis

LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) memiliki peran yang sangat penting dalam menyiapkan guru-guru berkarakter yang nantinya dapat berperan sebagai pendidik karakter. Hal ini dikarenakan, lembaga pendidikan tidak terlepas dari peran individu, masyarakat dan moral. Di dalamnya terdapat relasi kekuasaan yang terstruktur dan saling berinteraksi untuk mempertahankan keberadaannya. Pelaksanaan pendidikan karakter bias dikatakan bentuk interaksi dan dialog kekuasaan yang melibatkan individu, masyarakat yang mengacu pada nilai. Jika pendidikan karakter tersebut sudah tertanam mendalam pada relasi kekuasaan, maka akan memberikan pondasi dan lingkungan yang kondusif untuk pelaksanaan pendidikan karakter itu sendiri.

Evaluasi LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dalam Menyiapkan Guru Berkarakter

Bentuk evaluasi kinerja LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dalam menyiapkan guru dalam pendidikan karakter tersebut. Obyek yang menjadi penilaian pendidikan karakter calon guru dalam LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) adalah tindakannya, bukan kata-kata atau ucapannya.

Wadah Pendidikan Karakter di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan)

Pendidikan karakter dalam LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dapat ditanamkan melalui: Setiap interaksi yang terjadi; Masa orientasi mahasiswa; Manajemen kelas; Penegakan kedisiplinan; Pendampingan perwalian; Terintegrasi pada mata kuliah Pengembangan Kepribadian, yaitu Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama; Pengembangan kurikulum yang memuat pendidikan karakter.

Simpulan
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) memiliki peran yang sangat penting dalam menyiapkan guru yang berkarakter. Hal ini dikarenakan, LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) mampu menjadi wadah yang tepat dalam menginternalisasikan nilai-nilai pada calon guru nantinya akan disalurkan ke peserta didik dan menciptakan lingkungan yang kondusif dalam penanaman pendidikan karakter tersebut. Langkah-langkah yang dapat dilakukan LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dalam menyiapkan guru berkarakter adalah dengan menekankan pendidikan karakter yang tergambar dalam visi, misi, disosialisasikan dalam tataran kerja lembaga dan denganstakeholder serta selanjutnya diitegrasikan dalam disiplin ilmu. Langkah berikutnya adalah penerapan tata nilai yang ditindaklanjuti dengan pembentukan kebiasaan sehingga nilai-nilai tersebut terinternalisasi dalam diri calon guru tersebut secara alamiah. Tentu saja disertai dengan suri keteladanan pengajar dalam menguatkan proses penanaman pendidikan karakter itu sendiri. Pelaksanaan pendidikan karakter tersebut tidak lepas dari peran individu, masyarakat lembaga pendidikan dan nilai yang disepakati bersama. Evaluasi keterlaksanaannya pun harus jelas dan obyektif. Evaluasi keterlaksanann pendidikan karakter dilakukan oleh individu dan komunitas lembaga (pengajar, stakeholder dan pemerintah). Hasil evaluasi tersebut menggambarkan kinerja lembaga pendidikan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai