Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI NATIVISTIK
KELOMPOK 3 / UNIT 2/ SEMESTER 2

Diajukan Memenuhi Persyartaan Lulus Matakuliah Teori Belajar Bahasa

Program Studi : Tadris Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing : Dwhy Dinda Sari, M.Pd.

Di susun oleh :

1. Asnaini (202028032)

2. Julia (202028030)

3. Wilda Rahmadhani (202028034)

JURUSAN TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) LHOKSEUMAWE
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Teori Belajar Nativistik”. Dan tak lupa pula sholawat berserta salam kami
sanjungkan kepada pahlawan refolusi islam yakni nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.

Pada makalah ini menjelaskan bahwa aliran nativismtik ini berpandangan


bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Oleh
karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir.
Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar oleh individu itu
sendiri. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan
berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.

Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca,


dengan harapan para pembaca dapat menambah wawasannya mengenai teori
belajar nativisme yang dapat dipraktekan pada anak atau peserta didik.
DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................................................i

Daftar isi.................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................iii

1.1 Latar belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah...........................................................................................1

1.3 Tujuan penulisan.............................................................................................2

1.4 Manfaat penulisan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Pengertian Teori Nativistik.............................................................................3

2.2. Sejarah Teori Nativistik...................................................................................

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Nativistik..................................................

2.4 Bentuk-bentuk Implementasi dalam Pembelajaran.......................................

BAB III PENUTUP.................................................................................................

Kesimpulan...............................................................................................................

Saran.........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Aliran Nativisme adalah aliran yang lebih menekankan kemampuan dalam


diri anak, sehingga faktor lingkungan dianggap kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhaur (filsuf Jerman
1788-1860) berpendapat bahwa bayi lahir itu sudah dengan bawaan baik dan
buruk. Istilah Nativisme dari asal kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi
nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan
berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Aliran ini berpandangan
bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Oleh
karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir.
Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh
individu itu sendiri. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa
tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
Tetapi pembawaan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan
perkembangan, masih banyak faktor lain yang mampengaruhinya. Pandangan
konvergensi akan memberikan penjelasan tentang kedua faktor yaitu pambawaan
(hereditas) dan dan lingkungan dalam perkembangan anak. Terdapat suatu pokok
pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu
terdapat suatu “inti“ pribadi (G.Leibnitz;Monad) yang mendorong manusia untuk
mewujudkan diri, menentukan pilihan kemauan sendiri, dan menempatkan
manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas. Pandanga-
pandangan tersebut tampak antara lain humanistic psychologi (Carl R.Rogers)
ataupun phenomenologi/ humanistik lainnya.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Teori Nativistik itu?

2. Bagaimana sejarah Teori Nativistik?

3. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan Teori Nativistik?


4. Apa saja bentuk-bentuk implementasinya dalam proses pembelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian Teori Nativistik.

2. Mengetahui sejarah Teori Nativistik.

3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Teori Nativistik.

4. Mengetahui bentuk-bentuk implementasi Teori Nativistik dalam proses


pembelajaran.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi masyarakat umum makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
untuk memberi informasi tentang bagaimana Teori pemerolehan bahasa
Nativistik dan bentuk-bentuk implementasi dalam proses pembelajaran.

2. Bagi mahasiswa khususnya calon pendidik, makalah ini dapat dijadikan


sebagai referensi dalam mempelajari Teori Nativistik dan bentuk-bentuk
implementasi dalam proses II
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Nativistik

Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Teori ini muncul
dari filsafat nativisma (terlahir) sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan
menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh
hereditas, pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati. Pelopor aliran ini
adalah Arthur Schopenhauer seorang filosof Jerman yang hidup tahun 1788-1880
dan Noam Chomsky pada awal tahun 1960.
Teori nativisme terbentuk sebagai bantahan terhadap teori
behavioris.Nativisme berpendapat bahwa dalam proses pemerolehan bahasa
pertama, anak perlahan menggunakan kemampuan lingualnya yang telah
terprogram secara genetis. Sehingga menurut para pakar teori ini, lingkungan
tidak mempunyai pengaruh dalam proses pemerolehan bahasa. Chomsky
mengatakan bahwa bahasa terlalu kompleks untuk dipelajari dalam waktu dekat
melalui metode imitation. Sehingga ia menegaskan bahwa bahasa hanya dapat
dikuasai oleh manusia, karena:
a. Perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), pola
perkembangan bahasa berlaku universal, dan lingkungannya hanya memiliki
peran kecil dalam proses pematangan bahasa.

b. Bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat, tidak bergantung pada lamanya
latihan seperti pendapat kaum behaviorisme.

Melalui teori ini Arthur Schopenhauer juga menegaskan bahwasannya yang


buruk akan menjadi buruk dan yang baik akan menjadi baik tanpa terpengaruh
lingkungan yang ada.
Salah satu kontribusi praktis dari teori-teori nativis ini adalah tentang sistem
bahasa anak-anak bekerja. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahasa anak-
anak pada tingkatan manapun adalah suatu sistem yang diakui. Perkembangan
linguistik anak-anak bukanlah proses semakin berkurangnya struktur-struktur
yang tidak tepat bukan sebuah bahasa dimana tahap sebelumnya mengandung
lebih banyak kekeliruan ketimbang tahap selanjutnya.Justru, bahasa anak-anak
disetiap tahap adalah sistematis, dalam arti anak-anak secara bertahap membentuk
hipotesis-hipotesis itu dalam percakapan. Ketika bahasa mereka berkembang
maka hipotesis-hipotesis tersebut direvisi terus menerus, dibentuk ulang atau
ditinggalkan.

2.2. Sejarah Teori Nativistik

Dalam teori ini dinyatakan bahwa perkembangan dan kemampuan berbahasa


merupakan pembawaan sejak lahir/bakat. Teori ini muncul dari filsafat nativisme
(terlahir) sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan menghasilkan suatu
pandangan bahwa perkembangan dan pemerolehan bahasa anak ditentukan dan
diperolah oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan factor alam yang kodrati.

Teori ini dipelopori oleh filosof Jerman Arthur Schopenhauer (1788-1860)


yang beranggapan bahwa factor pembawaan yang bersifat kodrati tidak dapat
diubah oleh alam sekitar atau pendidikan.Kemampuan berbahasa seorang anak
dapat dipengaruhi oleh beberapa fator intern diantaranya:

1. Faktor genetic
Adalah factor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat
yang muncul dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak
itu adalah seorang penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan
sebagai seorang penyanyi yang prosentasenya besar.
2. Faktor Kemampuan Anak
Adalah factor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang
terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya adalah Ketika
ada kegiatan ekstra kulikuler pidato anak tersebut tertarik untuk mengikuti
guna mengembangkan bakat yang ada pada dirinya.
3. Faktor pertumbuhan Anak
Adalah factor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap
pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan
anak itu normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap
kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal
maka anak tersebut tidak bisa mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Dari ketiga faktor tersebut berpengaruh dalam perkembangan serta
kematangan pendidikan anak. Dengan faktor ini juga akan menimbulkan suatu
pendapat bahwa dapat mencipatakan masyarakat yang baik. Dengan ketiga faktor
tersebut, memunculkan beberapa tujuan dalam teori nativisme, dimana dengan
faktor-faktor yang telah disampaikan dapat menjadikan seseorang yang mantap
dan mempunyai kematangan yang bagus.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Nativistik

a. Kelebihan

1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki


Dengan teori ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkann bakat yang
dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya.
Dengan adanya hal ini, memudahkan manusia mengembangkan sesuatu
yang bisa berdampak besar terhadap kemajuan dirinya.
2. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi
Jadi dengan teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih kreatif dan
inovatif dalam upaya pengembangan bakat dan minat agar menjadi manusia
yang berkompeten sehingga bisa bersaing dengan orang lain dalam
menghadapi tantangan zaman sekarang yang semakin lama semakin
dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang
lain.
3. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan
Adanya teori ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan
pilihannya, dan apabila telah menentukan pilihannya manusia tersebut akan
berkomitmen dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan
meyakini bahwa sesuatu yang dipilihnya adalh yang terbaik untuk dirinya.
4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri
seseorang.
Teori ini dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif dalam
pengembangan potensi diri yang dimilii agar manusia itu memiliki ciri khas
atau ciri khusus sebagai jati diri manusia.
5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki
Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali bakat yang
dimiliki, dengan artian semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki
maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan bakatnya
sehingga bisa lebih optimal.
b. Kekurangan
Teori ini memiliki pandangan seolah-olah sifat-sifat manusia tidak bisa
diubah karena telah ditentukan oleh sifat-sifat turunannya. Bila dari keturunan
baik maka akan baik dan bila dari keturunan jahat maka akan menjadi jahat. Jadi
sifat manusia bersifat permanen tidak bisa diubah. Teori ini memandang
pendidikan sebagai suatu yang pesimistis serta mendeskreditkan golongan
manusia yang “kebetulan” memiliki keturunan yang tidak baik.

2.4 Bentuk-bentuk Implementasi dalam Pembelajaran


Implikasi teori Nativisme terhadap pendidikan/pembelajaran yaitu kurang
memberikan kemungkinan bagi pendidik dalam upaya mengubah kepribadian
peserta didik. Berdasarkan hal itu peranan pendidikan atau sekolah sedikit sekali
dapat dipertimbangkan untuk dapat mengubah perkembangan peserta didik. Akan
tetapi hal yang demikian justru bertentangan dengan kenyataan yang kita hadapi,
karena sudah ternyata sejak zaman dahulu hingga sekarang orang berusaha
mendidik generasi muda, karena pendidikan itu hal yang dapat, perlu, bahkan
harus dilakukan. Jadi konsepsi Nativisme ini tidak dapat dipertahankan dan tidak
dapat dipertanggungjawabkan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori nativisme terbentuk sebagai bantahan terhadap teori
behavioris.Nativisme berpendapat bahwa dalam proses pemerolehan bahasa
pertama, anak perlahan menggunakan kemampuan lingualnya yang telah
terprogram secara genetis. Sehingga menurut para pakar teori ini, lingkungan
tidak mempunyai pengaruh dalam proses pemerolehan bahasa. Chomsky
mengatakan bahwa bahasa terlalu kompleks untuk dipelajari dalam waktu dekat
melalui metode imitation.

3.2 Saran

Apa yang dijelaskan penulis dalam makalah hanya sedikit tentang penjelasan
Teori Belajar Bahasa. Oleh karena itu, bagi para pembaca yang sudah membaca
makalah ini diharapkan membaca sumber lain yang berhubungan dengan materi
Teori Belajar Bahasa. Khususnya mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, abdul. Psikolinguistik. Jakarta : Rineka Cipta, 2009

Anda mungkin juga menyukai