Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Arab pra Islam, System politik kemasyarakatan dan System


Kepercayaan Dan Kebudayaan

Kelompok : 3

Semester/Unit : II / II
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Program Studi: Tadris Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing : Mustafa.,SPd.I.,M.Pd

Disusun Oleh :
1. Asnaini (202028032)
2. Tasya Ramadhani (202028033)
3. Ervan Defrizal (202028037)

JURUSAN TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE
2021 M / 1442 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah
nya kepada kita semua,sehingga berkat karunia-nya kita dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul‘’ Arab pra Islam, System politik kemasyarakatan dan System
Kepercayaan Dan Kebudayaan’’.

Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan  kepada baginda nabi Muhammad SAW


beserta keluarga,sahabat dan umatnya.

Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberi bantuan, bimbingan serta dorongan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Dan kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing Bpk.
Mustafa.,SPd.I.,M.Pd,Sebagai dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam,yang telah
mendidik kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Isi pembahasan dalam makalah ini, kami mengambil referensi dari berbagai buku.
Dengan segala kerendahan hati kami menyadari, bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun, untuk
menjadi bahan perbaikan demi kesempurnaan makalah ini kedepannya.Akhirnya kami
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya. Semoga dengan hasil karya
kami ini dapat menambah keilmuan kita semua.

Lhokseumawe, 19 Maret2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMANSAMPUL................................................................................................................i

KATAPENGANTAR................................................................................................................ii

DAFTARISI..............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2

C. Tujuan Masalah..............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. System Politik pada masa pra-islam di Arab…………………………………………4


B. System Kepercayaan pada masa pra-islam di Arab………………………………….4
C. System Kebudayaan pada masa pra-islam di Arab…………………………………..8
D. System Kemasyarakatan masa pra-islam di Arab…………………………………..9

BAB III PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN.................................................................................................................10

3.2 SARAN...............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban adalah keseluruhan yang kompleks dari kehidupan masyarakat
manusia yang meliputi pengetahuan, politik, kepercayaan, kebudayaan, tradisi sosial,
dan semua kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat1. Kita bisa belajar banyak dari peradaban yang telah lampau. Suatu
peradaban dimulai ketika manusia melakukan hal-hal yang luar biasa dan menarik
bagi kita untuk menggali lebih dalam tentang peradaban-peradaban yang telah ada.
Salah satunya ialah peradaban bangsa arab. Yang dimana akan dibahas dalam
makalah ini, yaitu Peradaban Arab Pra-islam. Arab memiliki peradaban yang menjadi
cikal bakal diturunkannya agama islam. Sebelum Arab menjadi negara Islam terselip
berbagai hal yang membentuk suatu peradaban pada masa itu. Baik dari segi
kebudayaan politik , kemasyarakatan, sosial, agama dan sebagainya. Pada masa
peradaban ini, Arab masih berada pada masa yang disebut masa Jahiliyah.
Ada banyak manfaat mempelajari peradaban. Terutama bagi umat islam dalam
meneladani setiap kejadian yang telah terjadi untuk diambil pelajaran bagi umat di
masa selanjutnya. Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal tersebut dengan referensi
yang telah penulis masukkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana politik pada masa pra-islam di Arab ?
2. Apa kepercayaan pada masa pra-islam di Arab ?
3. Bagaimana kebudayaan pada masa pra-islam di Arab ?
4. Bagaimana masyarakat pada masa pra-islam di Arab ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui politik pada masa pra-islam di Arab.
2. Mengetahui kepercayaan pada masa pra-islam di Arab.
3. Mengetahui kebudayaan pada masa pra-islam di Arab.
4. Mengetahui kemasyarakatan pada masa pra-islam di Arab.

BAB II
1
PEMBAHASAN

A. System Politik pada masa pra-islam di Arab

Sebelum Islam datang, wilayah sekitar semenanjung Arabia diapit 2 kerajaan


besar yang dibagi menjadi dua imperium : Imperium Romawi Timur ( ibukota :
Bizantine, sekarang menjadi kostantinopel ) di sebelah barat dan Imperium Persia di
sebelah timur. Hubungan antara Imperium Romawi ( Bizantine ) dengan Imperium
Persia adalah hubungan Revalitas, peperangan demi peperangan tidak dapat
dihindarkan sehingga rakyatnya sering menderita.

Jazirah Arab ini merupakan daerah netral, dapat dikatakan bahwa Islam
diletakkan oleh nabi di Mekkah dan Madinah adalah agama yang masih murni, tidak
dipengaruhi oleh perkembangan agama-agama dan kekuasaan politik disekitarnya2.
Sementara itu, kondisi sosial politik internal wilayah Arab pra-islam di masa Jahiliyah
menjelang kedatangan Islam pada dasarnya terpecah-pecah, tidak mengenal
kepemimpinan sentral dan persatuan. Mereka tidak mempunyai sistem pemerintahan
yang ideal dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral. Kepemimpinan politik disana
didasarkan pada suku-suku atau kabilah-kabilah guna mempertahankan diri dari
serangan suku-suku yang lain. Masing-masing suku memiliki seorang pemimpin besar
yang disebut Syeikh atau Amir yang memiliki wewenang untuk menentukan
peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Diluar itu seorang
Syeikh tidak berkuasa atau tidak berhak mengatur anggota kabilahnya.

Ikatan-ikatan sosial dibuat berdasarkan darah dan kepentingan


mempertahankan diri. Ikatan-ikatan sosial ini sering menimbulkan apa yang biasa
disebut fanatisme jahiliyah, dan yang menyebabkan munculnya sikap politik yang kuat
adalah yang menang. Pada masa Muhammad nanti sikap ini akan ditentang oleh islam.

Pemerintahan dikalangan bangsa Arab sebelum islam sebagai berikut :

1. Arab Baidah

2
Meliputi daerah Irak, Syria, India dan Mesir terdapat kerajaan Aad, kaum
Tsamud dan kerajaan Al Ambath (amaliqah).
2. Arab Aribah (Qathaniyah)
Kerajaan Mainiyah di Yaman.
3. Arab Musta’rabah
Kerajaan Ghassaniyah yang berpusat di Mekah dan Yatsrib.

Namun dalam referensi lain3 dikatakan bahwa keadaan politik sebelum islam
bisa dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Kabilah Badui

Kabilah yang hidupnya terpencar-pencar dan diikat oleh ikatan darah dan
fanatisme. Tidak ada kerajaan karena adanya ketundukkan antara kabilah satu
dengan kabilah lainnya.

2. Kerajaan Kindah (480-529)

Pendirinya Hajar Akil l Mirrar, mereka tunduk dengan kerajaan Himyar.

3. Kerajaan di perkotaan yang terletak di 3 kawasan yaitu Yaman, wilayah


utara, dan Hijaz.

B. System Kepercayaan pada masa pra-islam di Arab


Masyarakat Arab sebelum menyembah berhala, batu-batuan dan pepohonan adalah
penganut Tauhid lazim juga disebut ajaran Hanif (yang benar dan lurus) yang dibawa
oleh Nabi Ibrahim As. Namun karena adanya keputusan risalah, akhirnya mereka
menyembah selain Allah. Mereka mulai menyembah berhala ketika Ka’bah berada di
bawah kekuasaan Jurhum. Pasukan yang dipimpin oleh Amr bin Lubayi keturunan
Khuza’ah datang mengalahkan Jurhum. Kemudian Amr bin Lubayi meletakkan
sebuah berhala besar bernama Hubal yang terbuat dari batu akik merah yang berbentuk
patung orang yang ditempatkan disisi Ka’bah. Kemudian ia menyeru penduduk Hijaz
untuk menyembahnya. Mereka mempunyai berhala sesembahan, berhala yang terbesar
adalah Lata, Mana, ‘Uzza dan Hubal. Mereka juga membuat berhala-berhala lain yang
diletakkan diantara bukit Shafa dan Marwa berjumlah lebih dari 360 buah yang
diletakkan disekeliling Ka’bah sebagai sesembahan. Dengan demikian, masuklah
kepercayaan baru kedalam tradisi keberagamaan masyarakat Arab.

3
Bangsa Arab Jahiliyah percaya dan mewarisi mitos-mitos (tahayul dan
khurafat) dari nenek moyang yang bertumpu pada sistem kepercayaan watsaniyah
(paganisme). Seperti kepercayaan terhadap dewa, roh jahat, hantu, azimat, tuah dan
lain sebagainya, dimana hal ini sering disinyalir oleh Al-Qur’an sebagai kemusyrikan
yang amat dilarang dalam islam. Mereka percaya ada hantu yang berkeliaran dipadang
pasir untuk menganggu perjalanan musafir. Hantu itu disebut Ghaul untuk jenis laki-
laki dan Aimir untuk jenis perempuan. Mereka juga mempercayai kekuatan jimat-
jimat yang berfungsi sebagai penangkal kejahatan seperti sihir dan gangguan jin atau
syetan. Azimat juga dipercayai dapat menyembuhkan penyakit-penyakit psikis atau
mendatangkan penyakit psikis. Selain itu mereka juga percaya adanya roh Hammah
yang berada didalam ular, karena itu membunuh ular dilarang keras. Mereka
menyembah bintang, bulan, matahari, karena mereka menganggap bahwa semua
benda-benda alam tersebut mempunyai kekuasaan untuk menentukan aturan-aturan
jalannya seluruh isi alam ini.

Mayoritas bangsa arab Jahiliyah menyembah berhala kecuali para penganut


Yahudi dan Nasrani. Selain itu juga menyembah matahari, bintang, dan angin. Bahkan
ada yang meyembah batu-batu kecil dan pohon-pohon yang dianggap keramat. Mereka
juga menganggap bahwa malaikatlah yang menghidupkan, mematikan, dan menguasai
gerak kehidupan manusia, bahkan ada yang percaya bahwa malaikat adalah keturunan
Tuhan. Disamping itu juga menyembah jin, ruh atau hantu, bahkan ada tempat yang
dikeramatkan sebagai tempat mengadakan sesajian berupa kurban binatang agar
terhindar dari mara bahaya dan bencana.

Dapat kita simpulkan bahwa kepercayaan atau agama sebelum islam sebagai
berikut :

No Agama ( Kepercayaan ) Tempat


1. Kristen Romawi dan Eropa
2. Ajaran Zoroaster Persia
3. Budha Tiongkok
4. Watsani, berkembang menjadi kasta India
5. Berhala / Watsani Arab
6. Ratu Balqis menyembah matahari Yaman

Pada umumnya mereka tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhan yang Esa
(monotheisme) dan tidak mempercayai hari pembalasan (akhirat) sebagaimana
digambarkan dalam al-Qur’an sebagai orang-orang kafir dan musyrik. Disisi lain juga
terdapat sejumlah orang yang dalam islam disebut Ahlul kitab (mereka yang
memahami dan konsisten pada Kitab Suci Taurat dan Injil) dari kalangan Yahudi dan
Nasrani.

C. System Kebudayaan pada masa pra-islam di Arab

Salah satu kelebihan bangsa Arab terletak pada bahasanya, mereka pandai
dalam bidang sastra, khususnya membuat syair-syair. Karena itu, Philip K. Hitti dalam
bukunya A History of the Arabs memberikan penilaian, bahwa keberhasilan
penyebaran Islam di antaranya didukung oleh keluasan bahasa Arab, khususnya
bahasa Arab al-qur`an ( Hitti, 1973 ).

Syair bagi mereka untuk mengungkapkan pikiran, pengetahuan, dan


pengalaman hidupnya. Bentuk pengungkapan lainnya melalui natsr (prosa), amtsal
(perumpamaan-perumpamaan), khitabah (pidato), ansab (geneologi), dan lainnya.
Terdapat pertandingan forum umum untuk membuat dan membacakan syair-syair,
kemudian dibahas, dikritik dan dipilih yang terbaik (Ukadz). Yang terpilih akan
digantungkan didinding ka’bah sebagai penghargaan yang biasa disebut mu’allaqat.
Tradisi ini masih berkembang dan dimanfaatkan dalam islam sebagai alat dakwah dan
pengembangan ilmu pengetahuan bangsa Arab Islam.

Kehidupan masyarakat Arab berpindah-pindah dari satu kelain tempat yang


dianggap dapat memberikan kemudahan untuk hidup. Kondisi seperti ini membuat
mereka bersikap sebagai pemberani dan bersikap keras dalam mempertahankan prinsip
dan kepercayaan, juga membuat mereka harus menguasai seperangkat ilmu dan
ketrampilan untuk hidup sesuai dengan lingkungannya. Misalnya, mereka menguasai
ilmu meramal jejak dan peristiwa alam yang akan terjadi, seperti kapan turun hujan,
dimana terdapat mata air, dan dimana terdapat sarang binatang buruan serta binatang
buas. Disiang hari mereka mampu membaca jejak melalui padang pasir, sedangkan
dimalam hari menggunakan bintang-bintang.

Bangsa arab juga mahir dalam membuat dan menghafal silsilah keluarga dan
nenek moyangnya, sehingga mereka mampu menunjukkan hubungan dirinya dengan
nenek moyang yang besar-besar sehingga mendapat prestise karena keturunan. Setiap
kabilah mempunyai dan mengetahui silsilahnya.

D. System Kemasyarakatan masa pra-islam di Arab

Struktur masyarakat menempatkan perempuan pada posisi sangat rendah,


bahkan tak terhitung sebagai manusia yang wajar. Ia identik dengan barang-barang
komoditas. Perempuan tidak diperbolehkan untuk tampil sebagaimana laki-laki, karena
mereka tidak mempunyai ketrampilan dalam sektor publik seperti memimpin
peperangan dan mencari nafkah. Perempuan halal dijadikan gundik-gundik seorang
penguasa, dimana mereka mudah dikawini dan diceraikan. Disaat perempuan haid,
mereka tidak diperbolehkan tidur satu rumah dengan keluarganya melainkan tidur
dikandang bagian belakang rumah. Bahkan ada suku yang memiliki tradisi yang sangat
buruk, yaitu suka mengubur anak perempuan mereka hidup-hidup. Mereka merasa
terhina memiliki anak-anak perempuan. Perbuatan itu mereka lakukan karena merasa
malu dan khawatir anak perempuannya akan membawa kemiskinan dan kesengsaraan.

Sistem perbudakan berlaku dan berkembang dikalangan bangsa Arab. Mereka


dipekerjakan dengan sekehendak majikan dan dujualbelikan serta ditukar dengan
barang seperti pedagang bertransaksi secara barter. Struktur sosial antara bangsawan
dan rakyat jelata terdapat batas jurang yang sangat tajam. Kaum bangsawan menindas
rakyat jelata sesuka hati dan segala cara. Maka, perdamaian antarsuku sangat sulit
diwujudkan, peperangan demi peperangan terus terjadi diantara mereka. Penghargaan
manusia didasarkan atas prestise bukan prestasi, dan hubungan sosial ditentukan oleh
ikatan darah dan emosi bukan ikatan kemanusiaan dan keagamaan yang ditawarkan
dalam islam.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kondisi politik Arab pra-islam tidak mengenal pemerintahan sentral dan
persatuan serta tidak mengindahkan nilai-nilai moral. Kepemimpinan politik disana
berdasarkan kabilah-kabilah dan suku-suku, yang dalam masing-masing suku terdapat
pemimpin besar yang disebut Syeikh atau Amir yang memiliki wewenang untuk
menentukan peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu tanpa
berhak mengatur anggota kabilahnya.

Bangsa Arab Jahiliyah percaya dan mewarisi mitos-mitos (tahayul dan khurafat)
dari nenek moyang yang bertumpu pada sistem kepercayaan watsaniyah (paganisme).
Seperti kepercayaan terhadap dewa,roh jahat, hantu, azimat, tuah dan lain sebagainya.
Selain itu mereka juga menyembah matahari, bintang, dan angin. Bahkan ada yang
meyembah batu-batu kecil dan pohon-pohon yang dianggap keramat. Mereka juga
menyembah malaikat karena dianggap sebagai keturunan Tuhan. Juga terdapat
sejumlah orang yang dalam islam disebut Ahlul kitab (mereka yang memahami dan
konsisten pada Kitab Suci Taurat dan Injil) dari kalangan Yahudi dan Nasrani.

Kehidupan masyarakat Arab berpindah-pindah dari satu kelain tempat yang


dianggap dapat memberikan kemudahan untuk hidup. Kondisi seperti ini membuat
mereka bersikap sebagai pemberani dan bersikap keras dalam mempertahankan prinsip
dan kepercayaan, juga membuat mereka harus menguasai seperangkat ilmu dan
ketrampilan untuk hidup sesuai dengan lingkungannya. Bangsa arab juga mahir dalam
membuat dan menghafal silsilah keluarga dan nenek moyangnya, sehingga mereka
mampu menunjukkan hubungan dirinya dengan nenek moyang yang besar-besar
sehingga mendapat prestise karena keturunan. Syair bagi mereka untuk
mengungkapkan pikiran, pengetahuan, dan pengalaman hidupnya. Bentuk
pengungkapan lainnya melalui natsr (prosa), amtsal (perumpamaan-perumpamaan),
khitabah (pidato), ansab (geneologi), dan lainnya. Terdapat pertandingan forum umum
untuk membuat dan membacakan syair-syair, kemudian dibahas, dikritik dan dipilih
yang terbaik (Ukadz).

Struktur masyarakat menempatkan perempuan pada posisi sangat rendah,


bahkan tak terhitung sebagai manusia yang wajar. Sistem perbudakan berlaku dan
berkembang dikalangan bangsa Arab. Mereka dipekerjakan dengan sekehendak
majikan dan dujualbelikan serta ditukar dengan barang seperti pedagang bertransaksi
secara barter. perdamaian antarsuku sangat sulit diwujudkan, peperangan demi
peperangan terus terjadi diantara mereka. Penghargaan manusia didasarkan atas
prestise bukan prestasi, dan hubungan sosial ditentukan oleh ikatan darah dan emosi
bukan ikatan kemanusiaan dan keagamaan yang ditawarkan dalam islam.

B. Saran
Bagi pembaca umum diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pembaca
terutama dalam hal yang berkaitan dengan Arab pra-islam. Penulis juga berharap
makalah ini dapat berguna untuk siapapun dan untuk hal-hal yang bersifat konstruktif,
semoga dapat meningkatkan kecintaan dan keimanan kita pada agama islam yang di
sampaikan oleh Nabi kita Muhammad SAW. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Nurhakim, Moh., 2012, Jatuhnya Sebuah Tamadun. Jakarta Pusat : Kementerian Agama
Republik Indonesia.
Abubakar, Istianah, 2008, Sejarah peradaban Islam. Malang : UIN Malang Press.

Murodi, Drs., 1994, Sejarah Kebudayaan islam, Semarang : PT Karya Toha Putra.

Kumaidi, Drs, dkk., 2008, Sejarah Kenudayaan Islam Kelas XII, Sragen : CV Akik Pusaka.

Jariyah, Mufidah Dra. Hj., dkk, 2008, Modul Hikmah Sejarah Kebudayaan islam kelas XI,
Sragen : CV Akik Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai