Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEORI NATIVISME

Mata Kuliah : Teori Belajar Bahasa


Dosen Pengampu : Dr. Idawati
S.pd,M.pd

Disusun oleh :
Nama : Rahmi Nurhidayat
Nim : 200505502012
Kelas : PBSD B

PBSD

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerah-Nya kepada Kami
semua, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dalam bentuk makalah dengan sedaya mampu
saya.Saya juga berterima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Pembelajaran Teori Belajar Bahasa
" Dr. Idawati Garim S.pd.,M.pd. yang telah memberikan Saya inspirasi atau motivasi sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam pembuatan tugas makalah ini, akan membahas sebuah makalah yang berjudul tentang
“Mengembangkan salah satu prosedur pembelajaran bahasa disertai ciri dan prinsip pengajaran teori
nativisme ” Sebagai UTS Semester Genap pemenuhan Mata Kuliah Pembelajaran Teori Belajar Bahasa.
Sebagai penulis, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan
makalah ini, untuk itu Saya mengaharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
saudara/saudari, demi mengembangkan dan menyempurnakan isi makalah ini di masa yang akan
datang.Demikianlah yang dapat kami sampaikan, akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Makassar, 16 April 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Nativisme……………………………………………………………..2

2.2 Ciri-ciri Teori Nativisme……………………………………………………………....3

2.3 Proses Pembelajaran Teori Nativisme…………………………………………………..3

2.4 Prinsip Teori Nativisme…………………………………………………………………5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………..7

3.2 Saran……………………………………………………………………………………7

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai macam aliran atau teori dikemukakan dalam sangkut paut pembelajaran atau suatu
keberhasilan dalam pendidikan. Dari berbagai permasalahan itu muncul beberapa teori yang sering
dikenal dalam pensisikan yaitu empirisme, nativisme dan konvergensi. Ketiga teori ini mempunyai
pengertian dan saling berlatar belakangan. Namun dalam pembahasan makalah ini, kita hanya akan
membahas tentang teori nativisme, dimana pengertian atau isi dari dari teori tersebut
adalah“perkembangan individu itu ditentukan oleh pembawaan atau dasar kekuatan kodrat yang
dibawasejak lahir”. Semua perkembangan itu hanya akan dipengaruhi oleh pembawaan sejak lahir
danpengaruh-pengaruh dari luar seperti lingkungan tidak bisa mempengaruhi perkembangan
anaktersebut. Tentu sangat jelas teori nativisme ini berlatar belakang berbeda dengan teorinya
empirismeyang mempunyai konsep bahwa perkembangan individu ditentukan oleh pengalaman,
sedang dasarsama sekali tidak memainkan peranan

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan diajukan penulis pada makalah ini adalah sebagai berikut

a. Memahami pengertian teori nativisme


b. Memahami ciri-ciri teori nativisme
c. Mengetahui proses pembelajaran teori nativisme
d. Memahami prinsip teori nativisme

1.3 Tujuan
Mengembangkan salah satu prosedur pembelajaran bahasa disertai ciri dan prinsip pengajaran teori
nativisme
Memahami dan mengetahui pengertian,ciri-ciri, proses pembelajaran, dan prinsip teori nativisme
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Nativisme

Nativisme berasal dari “nati” artinya terlahir, dan bagi nativisme lingkungan sekitar tidak ada artinya
sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Nativisme adalah
pandangan bahwa keterampilan-keterampilan atau kemampuan-kemampuan tertentu bersifat alamiah atau
sudah tertanam dalam otak sejak lahir. Pandangan ini berlawanan dengan empirisme, teori tabula rasa,
yang menyatakan bahwa otak hanya mempunyai sedikit kemampuan bawaan dan hampir segala sesuatu
dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan. Aliran ini bertolak dari Leibnitzian Tradition, atau
kemampuan dari diri anak. Sehingga faktor lingkungan tidak berpengaruh dalam faktor pengembangan
pendidikan anak.

Teori nativisme ini dipelopori oleh Arthur Schopenhauer (1788-1860), seorang filosof Jerman,
mengemukakan bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak
lahir (faktor pembawaan) baik karena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun
karena memang ditakdirkan demikian.

Pandangan ini tidak menyimpan dari kenyataan. Misalnya, anak mirip orang tuanya secara fisik dan akan
mewarisi sifat dan bakat orang tua. Prinsipnya pandangan nativisme adlah pengakuan tentang adanya
daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir kedunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang
bersifat hederiter serta kemampuan dasar lainnya yang kepastiannya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada
yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang sampai
hanya pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orang tua yang ahli seni music, akan
berkembang menjadi seniman music yang mungkin melebihi kemampuan orang tuanya, mungkin juga
hanya sampai pada setengah kemampuan orang tuanya. Coba simak cerita tentang anak manusia yang
hidup dibawah asuhan serigala. Ia bernama Robinson Crussoe. Crussoe sejak bayi ia hidup deitengah
hutan rimba yang belantara dan ganas, ia tetap hidup dan berkembang atas Bantuan air susu serigala
sebagai induknya. Serigala itu memberi Crussue makan Sesuai selera serigala sampai dewasa. Akhirnya
Crussue mempunyai gaya hidup, Bicara, ungkapan bahasa, dan watak seperti serigala, padahal ia adalah
anak Manusia. Kenyataan ini pun membantah teori Nativisme sebab gambaran dalam

Cerita Robinson Crussoe itu telah membuktikan bahwa lingkungan dan didikan membawa pengaruh besar
terhadap perkembangan anak. Beberapa ahli biologi dan psikologi berpendapat bahwa peluang bagi para
pendidik untuk memperoleh hasil pendidikan amat sedikit, tidak mengatakan tidak ada sama sekali. Boleh
dikatakan tidak peluang untuk mendidik anak manusia. Mereka memandang bahwa evolusi anak
seluruhnya di tentukan oleh hukum- hukum pewarisan, sifat-sifat dan pembawaan orang tua dan nenek
moyang mengalir sepanjang perkembangan, hingga sulit sekali mengubah melalui pendidikan (Darajat,
dkk, 2008:51).Psikolog Austria, H. Rohracher mengemukakan “… manusia hanyalah produk dari hokum
proses alamiah yang berlangsung sebelum yang bukan buah dari pekerjaan dan bukan pula menurut
keinginannya” (Darajat, dkk, 2008:51). LL. Szondi menambahkan lebih jauh bahwa dorongan maupun
tingkah laku social dan intelektual ditentukan sepenuhnya oleh faktor-faktor yang diturunkan (warisan)
sebagai nasib yang menentukan seseorang (Darajat, dkk, 2008:51).

2.2 Ciri-ciri Teori Nativisme

Pembawaan itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Manakala pembawaannya itu baik, baik
pula anak itu kelak. Begitu pula sebaliknya, andai kata anak itu berpembawaan buruk, buruk pula pada
masa pendewasaannya.

Potensi-potensi yang dimiliki seseorang adalah potensi hereditas (bawaan) bukan potensi pendidikan.
Pendidikan dan sama sekali tidak berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Teori ini juga termasuk
dalam filsafat idealisme yang mengemukakan bahwa perkembangan seorang hanya ditentukan oleh
keturunan yaitu faktor alam yang bersifat kodrati.

2.3 Proses Pembelajaran Teori Nativisme

Pada saat manusia mengalami tahap perkembangan, baik secara fisik maupun mental dalam proses
pendidikan, muncullah pertanyaan mendasar tentang faktor yang paling berpengaruh terhadap
perkembangan itu. Apakah faktor bakat dan kemampuan diri manusia itu sendiri, atau faktor dari luar diri
manusia, ataukah kedua-duanya itu secara bersama-sama. Dari faktor pertamalah timbul teori yang
disebut sebagai teori nativisme.

Teori nativisme dikenal juga dengan teori naturalisme atau teori pesimisme. Teori ini berpendapat bahwa
manusia itu mengalami pertumbuhkembangan bukan karena faktor pendidikan dan intervensi lain di luar
manusia itu, melainkan ditentukan oleh bakat dan pembawaannya. Teori ini berpendapat bahwa upaya
pendidikan itu tidak ada gunanya dan tidak ada hasilnya. Bahkan menurut teori ini pendidikan itu justru
akan merusak perkembangan anak. Pertumbuhkembangan anak tidak perlu diintervensi dengan upaya
pendidikan, agar pertumbuhkembangan anak terjadi secara wajar, alamiah, sesuai dengan kodratnya.

Menganalisis dari pendapat teori nativisme ini, anak yang dilahirkan dengan bawaan yang baik akan
mempunyai bakat yang baik juga begitu juga sebaliknya. Faktor bawaan sangat dominan dalam
menentukan keberhasilan belajar atau pendidikan,. Faktor-faktor yang lainnya seperti lingkungan tidak
berpengaruh sama sekali dan hal itu juga tidak bisa diubah oleh kekuatan pendidikan. Pendidikan yang
diselenggarakan merupakan suatu usaha yang tidak berdaya menurut teori tersebut, karena anak akan
menentukan keberhasilan dengan sendirinya bukan melalui sebuah usaha pendidikan. Walaupun dalam
pendidikan tersebut diterapkan dengan keras maupun secara lembut, anak akan tetap kembali kesifat atau
bakat dari bawaannya. Begitu juga dengan faktor lingkungan, sebab lingkungan itu tidak akan berdaya
mempengaruhi perkembangan anak.

Dalam teori nativisme telah ditegaskan bahwa sifat-sifat yang dibawa dari lahir akan menentukan
keadaannya. Hal ini dapat diklaim bahwa unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak adalah
unsur genetic individu yang diturunkan dari orang tuanya. Dalam perkembangannya tersebut anak akan
berkembang dalam cara yang terpola sebagai contoh anak akan tumbuh cepat pada masa bayi, berkurang
pada masa anak, kemudian berkembang fisiknya dengan maksimum pada masa remaja dan seterusnya.

Melihat dari tujuan-tujuan itu memang bersifat positif. Tetapi dalam penerapan dalam praktek pendidikan,
teori tersebut kurang mengenai atau kurang tepat tanpa adanya pengaruh dari luar seperti pendidikan.
Dalam praktek pendidikan suatu kematangan atau keberhasilan tidak hanya dari bawaan sejak lahir. Akan
tetapi banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya seperti lingkungan. Dapat diambil contoh lagi
yaitu orang tua yang tidak mampu dan kurang cerdas melahirkan anak yang cerdas daripada orang tuanya.
Hal tersebut tidak hanya terpaut masalah gen, tetapi ada dorongan-dorongan dari luar yang
mempengaruhi anak tersebut.

Sekarang ini yang ada dalam praktek pendidikan tidak lagi memperhatikan apakah manusia memiliki
bakat dari lahir atau tidak, melainkan kemauan atau usaha yang dilakukan oleh manusia tersebut untuk
kemajuan yang besar bagi dirinya. Memang secara teoritis pendidikan tidaklah berpengaruh atau tidak
berdaya dalam membentuk atau mengubah sifat dan bakat yang dibawa sejak lahir. Kemudian potensi
kodrat menjadi ciri khas pribadi anak dan bukan dari hasil pendidikan. Terlihat jelas bahwa antara teori
nativisme dan pendidikan tidak mempunyai hubungan serta tidak saling terkait antara yang satu dengan
lainnya. Oleh sebab itulah aliran atau teori nativisme ini dianggap aliran pesimistis, karena menerima
kepribadian anak sebagaimana adanya tanpa kepercayaan adanya nilai-nilai pendidikan yang dapat
ditanamkan untuk mengubah kepribadiannya.

Menurut nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Pendidikan dan lingkungan
tidak berpengaruh sama sekali dan tidak berkuasa dalam perkembangan seorang anak. Dalam ilmu
pendidikan teori nativisme ini dikenal sebagai pandangan pesimisme pedagogis. Teori ini disebut pula
dengan Biologisme, karena mementingkan kehidupan individu saja, tanpa memperhatikan pengaruh-
pengaruh dari luar. Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh:

a. Faktor Genetik

Faktor genetik ialah faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul
dari diri manusia. Contoh:jika kedua orangtuanya ialah pedagang maka anaknya kemungkinan besar
memiliki bakat menjadi seorang pedagang pula.

b. Faktor Kemampuan Anak

Faktor kemampuan anak ialah faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat
didalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada didalam
dirinya. Contoh: dengan adanya ekstrakulikuler di sekolah, dapat mendorong setiap anak untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai bakat dan minatnya.

c. Faktor Pertumbuhan Anak

Faktor pertumbuhan anak ialah faktor yang mendorong anak untuk mengetahui bakat dan minatnya
disetiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami, sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka
ia akan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang ia miliki. Sebaliknya, jika
pertumbuhan anak tidak normal, maka anak tersebut tidak dapat mengenali bakat dan kemampuan yang ia
miliki.

2.4 Prinsip Teori Nativisme


Prinsip ini berfokus pada hubungan kompleks antara bahasa dan budaya. Dalam kehidupan manusia,
bahasa dan budaya merupakan dua hal yang tak terpisahkan karena bahasa termasuk bagian dari budaya,
sehingga menjadi sangat penting dalam pembelajaran bahasa kedua. Sebaliknya, bahasa juga merupakan
faktor penting dalam pengembangan dan pemertahanan budaya.

Budaya mengacu kepada gagasan, kebiasaan, keterampilan, seni, dan piranti yang mencirikan
sekelompok orang dalam sebuah periode waktu tertentu. Budaya melibatkan sikap, nilai, keyakinan,
norma, dan perilaku yang dianut bersama oleh sebuah kelompok tetapi dijaga secara berbeda oleh setiap
unit spesifik di dalam kelompok yang bersangkutan, dikomunikasikan lintas generasi, relatif stabil tetapi
mempunyai peluang untuk berubah seiring waktu (Matsumoto, 2000 dalam Brown, 2007:206-207).

Pada prinsipnya pandangan Nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk
sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya psikologis dan fisiologis yang bersifat Herediter, serta
kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda antara makhluk yang satu dengan yang lainnya.
Ada yang tumbuh dan berkembang secara maksimal dan ada yang tumbuh dan berkembang hanya pada
suatu titik tertentu. Contohnya: bila seorang anak lahir dari orangtua yang ahli dalam kesenian, sang anak
dapat tumbuh dan berkembang melebihi kedua orangtuanya, tetapi ia juga hanya dapat tumbuh dan
berkembang pada setengah dari kemampuan kedua orangtuanya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aliran Nativisme merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa kesuksesan proses penerimaan ilmu
pengetahuan manusia ditentukan secara hereditas oleh individu itu sendiri. Teori ini menganggap jika
setiap manusia memiliki bakat yang baik sejak lahir, akan tumbuh menjadi pribadi yang baik. Begitu
juga sebaliknya jika terlahir memiliki bawaan jahat, maka akan tumbuh menjadi manusia yang jahat.

Teori ini banyak digunakan dalam meneliti kemampuan berbahasa (lingual) seseorang. Dalam penelitian
itu, topik yang menjadi isu utama adalah “Apakah kemampuan bicara dan berbahasa seorang anak itu
sudah terprogram sejak lahir, ataukah dipengaruhi oleh lingkungannya?”. Karena menurut Chomsky,
bahasa itu terlalu rumit untuk dipelajari jika hanya mengandalkan metode peniruan.

Meskipun begitu, walau dalam kehidupan nyata kita menemukan bahwa secara fisik seorang anak akan
mirip dengan orang tuanya, atau secara bakat-pun memiliki kesamaan bakat dengan ayah dan ibunya,
genetika bukanlah satu-satunya hal yang menentukan arah pertumbuhan manusia. Akan tetapi ada unsur-
unsur lain yang membentuk perkembangan dan pembentukan karakter manusia itu.
Mampu menemukan karakteristik gaya belajar seseorang, mampu mengidentifikasi bakat atau talenta
bawaan, membangun rasa percaya diri orang tersebut dari hasil tes, menghindari adanya “kesalahan”
dalam menentukan sesuatu yang bukan menjadi bakat alaminya.

3.2 Saran

Apa yang dijelaskan penulis dalam makalah hanya sedikit tentang penjelasan Teori Belajar Bahasa.
Oleh karena itu, bagi para pembaca yang sudah membaca makalah ini diharapkan membaca sumber lain
yang berhubungan dengan materi Teori Belajar Bahasa. Khususnya mahasiswa jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Rieken, Elizabeth. Teaching Language in Context. Boston: Heinle & Heinle Publiser. 1993.

Light, G. and Cox, R. Learning and Teaching in Higher Education. London: Paul Chapman Publishing.
2001.

Slavin, R.E. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon.
2000.

H.Douglas Brown. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Pearson Education, Inc. 2007.

Tirharahardja, Umar dan La Sula. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 1996.

Langgulung, Hasan, Manusia Pendidikan: Suatu Analisis Psikologis, Filsafat dan

Pendidikan. Cet. V. Edisi Revisi; Jakarta: Pustaka Al-Husna, 2004.

Anda mungkin juga menyukai