DISUSUN OLEH :
FAKULTAS KESEHATAN
PRODI STUDI SARJANA FARMASI
2021/2022
UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Matematika Sebagai
Sarana Berpikir Deduktif”
Kami berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan dan beberapa hal yang bersangkutan
dengan materi tersebut. tersebut. Kami juga menyadari menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu
kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun. Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan.
Kupang, 2022
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Dari waktu ke waktu, jumlah manusia diatas muka bumi senantiasa bertambah.
Bertambahnya jumlah manusia tersebut berdampak pada meningkatnya jumlah barang
dan jasa yang dibutuhkan oleh manusia untuk menjaga kelangsungan hidup. Dilain pihak,
barang dan jasa yang dibutuhkan tersebut terbatas jumlahnya. Terbatasnya barang yang
tersedia, sebagai konsekuensi dan terbatasnya bahan mentah yang disediakan oleh alam.
Adapun terbatasnya jasa, sebagai konsekuensi dari semakin banyaknya masalah-masalah
baru yang lebih rumit yang memerlukan keahlian khusus untuk dapat menyelesaikannya.
Terbatasnya bahan mentah yang digunakan untuk menciptakan barang jadi serta
semakin meningkatnya kebutuhan akan keahlian-keahlian khusus tersebut menuntut
manusia untuk menciptakan ilmu-ilmu baru dalam rangka meningkatkan kemampuan
penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan tersebut. Dengan ilmu-ilmu tersebut,
diharapkan manusia dapat memanipulasi alam sehingga dapat dihasilkan barang dalam
jumlah besar serta dapat ditemukan keahlian-keahlian baru yang dapat memenuhi
kebutuhan akan jasa yang semakin meningkat dan beragam.
Salah satu contoh penerapan ilmu dalam memanipulasi alam dalam rangka
meningkatkan produksi barang untuk memenuhi kebutuhan manusia dalah proses
produksi ayam potong. Dahulu untuk menghasilkan ayam yang siap potong harus dimulai
dari proses bertelur dan pengeraman hingga menetas menjadi anak ayam. Anak ayam
tersebut diasuh oleh induknya dan diberi makan hingga tumbuh besar sampai pada tahap
siap potong. Proses alami ini tentu saja memakan waktu yang relatif lama dan jumlah
yang dihasilkan terbatas. Seiring dengan peningkatan kebutuhan akan ayam sebagai
akibat semakin meningkatnya jumlah manusia, maka proses alami tersebut tidak dapat
digunakan lagi. Manusia harus berpikir keras bagaimana menciptakan suatu proses
produksi ayam potong yang dapat menghasilkan dalam jumlah besar dalam kurun waktu
yang relatif singkat. Dari sinilah akhirnya ditemukan ilmu baru dimana penetasan telur
ayam dilakukan dengan menggunakan panas listrik dan pembesaran dilakukan dengan
pemberian pakan dan obat-obatan yang padat gizi dan tanpa pengasuhan oleh induk.
Dengan cara ini, dimungkinkan proses produksi secara masal dan dalam kurun waktu
yang relatif singkat.
Ilmu-ilmu baru tersebut tidak serta merta muncul melainkan lahir dari proses
kegiatan ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir
yang ilmiah juga. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan
ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu
hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka
kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan. Dengan kata lain, mempelajari sarana
ilmiah sangat penting bagi semua orang yang melakukan kegiatan ilmiah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Sarana Berpikir Ilmiah?
2. Apa Saja Peranan Sarana Berpikir Ilmiah Tersebut?
3. Bagaimanakah Hubungan Antara Sarana Berpikir Ilmiah Bahasa, Matematika Dan
Statistika?
C. Tujuan
1. Untuk memberikan gambaran tentang teorimatematika dan dasar-dasar
perkembangannya.
2. Untuk memberikan petunjuk bagaimana matematika menjadi sarana berpikir
induktif.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam proses pendidikan, sarana berpikir ilmiah ini merupakan bidang studi
tersendiri. Dalam hal ini kita harus memperhatikan 2 hal, yaitu:
Prof. Dr. Sockidjo Notoatmodjo menyatakan ada empat sarana yang diperlukan
untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik yaitu bahasa, logika,
matematika, dan statistika. Hal ini selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Jujun yang
juga menyatakan sarana berpikir ilmiah adalah di ada empat yakni bahasa, logika,
matematika dan statistika. Namun demikian Jujun hanya menekankan pada tiga sarana
berpikir ilmiah saja yaitu bahasa, matematika dan statistika. Adapun Tim Dosen Filasafat
Ilmu, Fakultas Filsafat UGM membagi membagi sarana berpikir ilmiah menjadi tiga
yaitu Bahasa Ilmiah, Logika dan metematika, Logika dan Statistika. (Tim Dosen Filsafat
Ilmu, Yogyakarta).
Menurut Jujun, bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam
seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari
pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir induktif dan berpikir
deduktif. Untuk itu, maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika
deduktif dan logika induktif, Matematika mempunyai peranan penting dalam bepikir
deduktif ini, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
(Jujun:175)
Dalam kesempatan kali ini penulis hanya akan membahas tiga sarana berpikir
ilmiah saja yakni bahasa, matematika dan statistika
.
2.1 Matematika
Namun demikian menurut Jujun, tidak semua ahli filsafat setuju dengan
pernyataan bahwa matematika adalah pengetahuan yang bersifat deduktif. Emanuek kant
(1724-1804) misalnya berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan sintetik
apriori dimana eksistensi matematika tergantung pada dunia pengalaman kita. (Jujun:
195)
Selain itu, matematika juga dapat digunakan untuk kegiatan praktis sehari hari
misalnya untuk mengukur luas sebuah rumah diperlukan pengukuran dan perhitungan
secara matematik.
Sementara itu dalam tujuan umum pendidikan matematika (Depdiknas, 2002: 3)
menyebutkan berbagai peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah ditekankan
pada kemampuan untuk memiliki:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada Pembahasan diatas bisa disimpulkan bahwa Matematika, yaitu bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-
lambang matematika bersifat "artificial" yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikan kepadanya.
3.2 Saran
Permasalahan yang diambil masih sangat sederhana, sehingga untuk pengkajian lebih
lanjut dapat dilakukan pembahasan mengenai:
Suriasumantri, S. Jujun 2005. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar
Harapan :Jakarta
Tim Dosen Filasafat Ilmu. 1996. Filsafat Ilmu. Liberty Yogyakarta: Yogyakarta.