Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FILSAFAT

“STATISTIK SEBAGAI SARANA BERPIKIR INDUKTIF”

DISUSUN OLEH :
1. PATRICIA O.NUBATONIS (214111026)
2. RAMBU ERY ATA DAUKI (214111027)

FAKULTAS KESEHATAN
PRODI STUDI SARJANA FARMASI
2021/2022
UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Statistik Sebagai Sarana Berpikir Induktif”.

Kami berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu


dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan dan
beberapa hal yang bersangkutan dengan materi tersebut. tersebut. Kami
juga menyadari menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun. Akhir kata, kami
memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.

Kupang, 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................i


KATA PENGANTAR ............................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................2
C. Manfaat dan Tujuan...........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Statistika Dan Dasar Perkembanganya....................................3
2.2 Statistik Dan Cara Berpikir Indukrif..........................................................5
2.3 Karakteristik Berpikir Induktif.................................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................8
3.2 Saran......................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada mulanya, kata “statistik” diartikan sebagai “kumpulan
bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data
kuantitatif) maupun data yang tidak berwujud angka (data
kuantitatif), yang mempunyai a r t i   p e n t i n g   d a n kegunaan yang
besar bagi suatu negara. Namun pada perkembangan
selanjutnya,arti kata statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan
keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) saja.
Peluang merupakan dasar dari ilmu statistika, merupakan
konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno,
Romawi, dan bahkan Eropa dalam abad  pertengahan. Teori
mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang
dikembangkan sarjana Muslim namun bukan dalam lingkup teori
peluang. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi
variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika
relatif sangat mudah dibandingka dengan matematika, berkembang
dengan sangat cepat terutama dalam dasawarsa lima puluh tahun
belakangan ini. Penelitian ilmiah baik yang berupa survai maupun
eksperimen, dilakukan dengan lebih cermat dan teliti
mempergunakan teknik-teknik statistika yang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian statistika dan bagaimana dasar-
dasar perkembangannya ?
2. Bagaimana statistika menjadi sarana berpikir induktif ?
3. Bagaimana karateristeristik berfikir induktif ?

C. Tujuan
1. Untuk memberikan gambaran tentang teori statistika dan dasar-
dasar perkembangannya.
2. Untuk memberikan petunjuk bagaimana statistika menjadi
sarana berpikir induktif.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Statistika Dan Dasar Perkembangannya

Sekitar tahun 1645, seorang ahli matematika amatir, Chevalier

de Mere, mengajukan beberapa permasalahan mengenai judi yang

sifatnya untung-untungan dan cenderung penuh dengan kegiatan

ramal-meramal kepada seorang ahli matematika Prancis Blaise

Pascal (1623-1662). Pascal tertarik dengan permasalahan tersebut

dan kemudian mengadakan korespondensi dengan ahli

matematika Prancis lainnya Piere de Fermat (1601-1665) dan

keduanya mengembangkan cikal bakal teori peluang. Begitu

dasar-dasar peluang ini dirumuskan  maka dengan cepat bidang

telaahan ini berkembang. Peluang merupakan dasar dari teori

statistika.

Konsep statistika dikaitkan dengan dengan distribusi variabel


yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Abraham Demoirvre
(1667-1754) mengembangkan teori kekeliruan, Piere Simon de
Laplace (1749-1827) mengembangkan konsep distribusi dan
menemukan distribusi normal, sebuah konsep yang mungkin
paling umum dan paling banyak dipergunakan dalam analisis
statistika disamping teori peluang. Distribusi lain, yang tidak
berupa kurva normal kemudian juga ditemukan Francis Galton
(1822-1911) dan Karl Pearson (1857-1936). Simpangan baku dan
galat baku untuk rata-rata dikembangkan Karl Friedrich Gauss
(1777-1855). Pearson melanjutkan konsep-konsep Galton dan
menemukan konsep regresi, korelasi, distribusi chi-kuadrat dan
analisis statistika. Ronald Alylmer Fisher (1890-1962)
mengembangkan analisis varians dan kovarians, distribusi-z,
distribusi-t, dan uji signifikan.
Demikianlah statistika berkembang dengan cepat. Di Indonesia
sendiri kegiatan yang sangat meningkat dalam bidang penelitian,
baik merupakan kegiatan akademik maupun untuk pengambilan
keputusan memberikan momentum yang baik untuk
pengembangan statistika itu sendiri.
Dari hasil penelitian maupun pengamatan, baik yang dilakukan
khusus ataupun berbentuk laporan, sering diminta atau diinginkan
suatu uraian, penjelasan atau kesimpulan tentang persoalan yang
diteliti. Sebelum kesimpulan dibuat, keterangan  atau data yang
telah terkumpul itu terlebih dahulu dipelajari, dianalisis atau
dioalah dan berdasarkan pengolahan inilah baru kesimpulan
dibuat.  Tentulah mudah dimengerti bahwa pengumpulan data
atau keterangan, pengolahan dan pembuatan kesimpulan harus
dilakukan dengan baik, cermat, teliti, hati-hati, mengikuti cara-
cara dan teori yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini
semua ternyata merupakan pengetahuan tersendiri yang diberi
nama statistika.
Jadi statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan
cara-cara pengumpulan data, pengolahan data, dan
penganalisisannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan
kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan.
2.2 Statistik dan Cara berpikir induktif
Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan
yang telah teruji kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah adalah
bersifat faktual, dimana konsekuensinya  dapat diuji baik dengan
jalan mempergunakan pancaindera, maupun dengan
mempergunakan alat-alat yang membantu pancaindera tersebut.
Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam
metode ilmiah. Kalau kita telaah lebih mendalam maka pengujian
merupakan suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan
hipotesis yang diajukan. Sekiranya hipotesis itu didukung oleh
fakta-fakta empiris maka pernyataan hipotesis tersebut diterima
atau disahkan kebenarannya. Sebaliknya jika hipotesis tersebut
bertentangan dengan kenyataan maka hipotesis itu ditolak.
Pengujian mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang
bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual.
Umpamanya jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata
anak umur 10 tahun disebuah tempat maka nilai tinggi rata-rata
yang dimaksudkan itu merupakan sebuah kesimpulan umum yang
ditarik dalam kasus-kasus anak umur 10 tahun di tempat itu. Jadi
dalam hal ini kita menarik kesimpulan berdasarkan logika
induktif.
Penarikan kesimpulan induktif pada hakikatnya berbeda
dengan penarikan kesimpulan secara deduktif. Dalam penalaran
deduktif kesimpulan yang ditarik adalah benar jika premis-premis
yang dipergunakan adalah benar dan prosedur penarikan
kesimpulannya adalah sah. Sedangkan dalam penalaran induktif
meskipun premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan
kesimpulannya adalah sah maka kesimpulan itu belum tentu
benar. Yang dapat kita katakan adalah bahwa kesimpulan itu
mempunyai peluang untuk benar. Statistika merupakan
pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung tingkat
peluang dengan eksak.
Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita
kepada suatu  permasalahan mengenai banyaknya kasus yang
harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat
umum. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat
ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada
pokok’y didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni
makin besar contoh yang diambil maka semakin tinggi pula
tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Sebaliknya makin sedikit
contoh yang diambil maka makin rendah  pula tingkat
ketelitiannya. Statistika juga memberikan kemampuan kepada
kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita antara
dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang  benar-
benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris.
Terlepas dari semua itu maka dalam penarikan kesimpulan
secara induktif kekeliruan memang tidak dapat dihindarkan.
Namun statistika memberikan sifat yang  pragmatis kepada
penelahaan keilmuan; dimana dalam kesadaran bahwa suatu
kebenaran absolut tidak mungkin dapat dicapai, kita berpendirian
bahwa suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan dapat
diperoleh.
Penarikan kesimpulan secara statistik memungkinkan kita
untuk melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis, dimana tanpa
statistika hal ini tidak mungkin dilakukan. Statistika merupakan
sarana berfikir yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan
secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka
ststistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan
menyimpulkan karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti dan
bukan terjadi secara kebetulan. Sekiranya terdapat seorang gila
dalam sepuluh orang yang kebetulan berkumpul bersama-sama
maka berdasarkan akal sehat kemungkinan besar yang seorang
itulah yang akan disebut orang gila. Meskipun tentu saja,
penilaian orang tidak selalu sama.
2.3 Karakterisrik berpikir induktif
Kesimpulan yang ditarik secara induktif berbeda dengan
deduktif. Penarikan kesimpulan secara induktif meskipun premis
yang digunakan adalah benar dan penalaran induktifnya adalah
sah, namun kesimpulannya mungkin saja salah. Namun hal ini
tidak  berlaku dalam penarikan kesimpulan secara deduktif.
Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita
untuk menarik kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang.
Menurut bidang pengkajiannya statistika dapat dibedakan sebagai
statistika teoritis dan statistika terapan. Statistika teoritis
merupakan pengetahuan yang mengkaji dasar-dasar teori
statistika, dimulai dari teori  penarikan contoh, distribusi,
penaksiran dan peluang.
Statistika terapan merupakan  penggunaan statistika teoritis
yang disesuaikan dengan bidang tempat penerapannya. Kegiatan
ilmiah memerlukan penelitian untuk menguji hipotesis yang
diajukan. Penelitian pada dasarnya merupakan pengamatan dalam
alam empiris apakah hipotesis tersebut memang didukung oleh
fakta-fakta. Statistika memberikan jalan bagaimana menarik
kesimpulan yang bersifat umum dari contoh tersebut dengan
tingkat peluang dan kekeliruannya. Jelaslah kiranya tanpa
menguasai statistika adalah tidak mungkin untuk dapat menarik
kesimpulan induktif dengan sah.
Berfikir logis secara deduktif sering sekali dikacaukan dengan
berfikir logis secara induktif. Prosedur penarikan kesimpulan
yang subyektif ini, merupakan salah satu  penghalang kemajuan
ilmu, sebab kesimpulan yang ditarik adalah tidak sah. Untuk
mempercepat perkembangan kegiatan keilmuan di negara kita
maka  penguasaan berfikir induktif dengan statistika sebagai alat
berfikirnya harus mendapat  perhatian yang sungguh-sungguh.
Statistika sebagai disiplin keilmuan sering dikacaukan dengan
statistika yang berupa data yang dikumpulkan. Statistika
merupakan sarana berfikir yang diperlukan untuk memproses
pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode
ilmiah maka statistika membantu kita untuk melakukan
generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian
secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan      dengan cara-
cara pengumpulan data, pengolahan data, dan penganalisisannya
dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan
penganalisisan yang      dilakukan. Konsep statistika dikaitkan
dengan dengan distribusi variabel      yang ditelaah dalam suatu
populasi tertentu. Prancis Blaise Pascal      (1623-1662 dan Piere
de Fermat (1601-1665)  keduanya mengembangkan cikal bakal
teori      peluang. Begitu dasar-dasar peluang ini dirumuskan 
maka dengan cepat bidang telaahan ini      berkembang dan teori
peluang inilah merupakan dasar dari teori statistika.
 Statistika merupakan sarana berfikir yang diperlukan      untuk
memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari
perangkat      metode ilmiah maka ststistika membantu kita untuk
melakukan generalisasi      dan menyimpulkan karakterisrtik suatu
kejadian secara lebih pasti dan      bukan terjadi secara kebetulan.
Statistika mampu memberikan secara      kuantitatif tingkat
ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut
3.2 Saran
Untuk mempercepat perkembangan kegiatan keilmuan di negara
kita maka penguasaan berfikir induktif dengan statistika sebagai
sarana berpikirnya harus mendapatkan perhatian yang sungguh-
sungguh.
DAFTAR PUSTAKA

Jujun, S Suriasumantri, (1999), Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar


Populer,  Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Edisi Keenam, Tarsito, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai