Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FILSAFAT IPA

STATISTIKA SEBAGAI TOOL OF SCIENCE

Oleh :
PKU 2015
Dewi Aisyah 15030194046
Devita Dyah Aprilia 15030194053
Anggraini Nugroho Purwandani 15030194063

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2017
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya


penyusun dapat menyelesaikan tugas ini, yang berjudul STATISTIKA SEBAGAI
TOOL OF SCIENCE.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan
waktu, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu
penyusun sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun
untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini, semoga Allah SWT, membalas
amal kebaikannya. Amin.
Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Surabaya, 2 Mei 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.

DAFTAR ISI ......

BAB I : PENDAHULUAN .

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan.

BAB II : PEMBAHASAN.

A. Pengertian dan Metode Statistika

B. Statistika dan Cara Berpikir Induktif..

C. Pengelompokan Statistik

D. Kegunaan Statistika

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan..

DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat mengambil peranan yang sangat penting dalam struktur ilmu, karena
dalam filsafat kita bisa menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja,
mendiskusikan, menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan-
gagasan yang bisa di pertanggung- jawabkan secara ilmiah dan intelektual. Will
Duran dalam bukunya The Story of Philosophy mengibaratkan filsafat seperi pasukan
marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infantry, pasukan infantry ini
adalah pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu, filsafatlah yang memenangkan
tempat untuk berpijak bagi kegiatan keilmuan. Semua ilmu baik ilmu alam maupun
ilmu social bertolak dari pengembangannya sebagai filsafat. Nama asal bagi fisika
sebenarnya adalah filsafat alam (natural philosophy) dan nama asal ekonomi adalah
filsafat moral (moral philosophy).
Agus Comte membagi dalam tiga tingkat perkembangan ilmu pengetahuan,
yaitu religious, metafisic dan positif. Dalam tahap awal religilah yang dijadikan
pospulat ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran religi, tahap
berikutnya orang mulai berspekulasi tentang metafisika dan keberadaan wujud yang
menjadi objek penelaahan yang berbasis dari dogma religi dan mengembangkan
system pengetahuan atas dasar pospulat metafisik. Tahap terakhir adalah tahap
pengetahuan ilmiah (ilmu) dimana asas-asas yang digunakan diuji secara positif
dalam proses verifikasi yang objektif.

Filsafat ilmu adalah refleksi yang mengakar terhadap prinsip-prinsip ilmu.


Prinsip ilmu adalah sebab fundamental dan kebenaran universal yang lengket didalam
ilmu yang pada akhirnya memberi jawaban terhadap keberadaan ilmu. Dengan
mengetahui seluk-beluk prinsip ilmu itu maka dapat diungkapkan perspektif-
perspektif ilmu, kemungkinan-kemungkinan perkembangannya, keterjalinan antar
ilmu, ciri penanganan secara ilmiah, simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan
sebagainya yang vital bagi penggarapan ilmu itu sendiri (Suriasumantri, 2005) .

Dalam mengembangkan pengetahuan ilmiah tentunya tidak akan terlepas dari


alat atau sarana ilmiah. Sarana ilmiah yang dimaksud meliputi beberapa hal yaitu
bahasa, matematika, statistika, dan logika. Pengetahuan-pengetahuan ini sangat
mendasar bagi manusia dan proses berpikir dalam mengkomunikasikan maupun
mendokumentasikan jalan pikiran manusia. Bahasa merupakan suatu system yang
berstruktur dari symbol-symbol bunyi arbitrer (bermakna) yang dipergunakan oleh
para anggota sesuatu kelompok social sebagai alat bergaul satu sama lain.
Matematika sebagai bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian
pernyataan yang ingin kita sampaikan dimana lambing-lambang dalam matematika
ini bersifat artifisial. Matematika ini merupakan ilmu deduktif. Dan Logika
merupakan sarana berpikir sistematis, valid, cepat, tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan secara logis. Sedangkan statistic mengandung arti kumpulan
data yang berbentuk angka-angka (data kuantitatif). Penelitian untuk mencari ilmu
(penelitian ilmiah), baik berupa survai atau eksperimen, dilakukan secara cermat dan
teliti dengan menggunakan teknik-teknik statistic tersendiri. Dalam makalah ini akan
di kupas semua hal yang bersangkut paut dengan statistic.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud statistika?

2. Bagaimana metode statistika?

3. Bagaimana cara berpikir induktif pada statistika?

4. Bagaimana pengelompokan dan penggolongan dalam statistika?

5. Apa kegunaan statistika dalam ilmiah?

C. Tujuan
Mengetahui dan memahami statistika dalam filsafat dari segi metode ,cara
berpikir induktif, pengelompokan statistika serta kegunaannya dalam
ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Metode Statistika

Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan


(data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud
angka (data kualitatif) yang mempunyai arti penting dan kegunaan besar bagi suatu
Negara. Namun pada perkembangan selanjutnya arti kata statistic hanya di batasi
pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) saja.

Dalam kamus ilmiah popular, kata statistic berarti table, grafik, daftar
informasi, angka-angka, dan informasi. Sedangkan kata statistika berarti ilmu
pengumpulan, analisis dan klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi.
Statistik dapat juga diartikan sebagai information science yang telah teruji
keunggulannya. Melalui pengertian inilah statistic telah diterima oleh ilmuan dari
semua bidang, mulai dari ilmuan yang bekerja pada the very hard sciences seperti
astronomi yang objek penelitiannya berada sangat jauh di luar angkasa, dan fisika
teoritis yang objek penelitiannya amat dekat namun tidak tampak seperti atom,
hingga ilmuan yang menekuni the very soft sciences seperti seni yang bergulat
dengan forma-forma.
Statistik ini berakar dari teori peluang Descartes, ketika mempelajari hokum di
Universitas Poitiers tahun 1612 sampai 1616 yang juga bergaul dengan temen-
temannya yang suka bergaul. Thomas Bayes (1763) mengembangkan teori peluang
subyektif berdasarkan kepercayaan seseorang akan terjadinya suatu kejadian. Teori
peluang yang menjadi dasar dari teori statistika sebelumnya tidak dikenal dalam
pemikiran Yunani Kuno, Romawi bahkan Eropa pada abad Pertengahan. Sedangkan
teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang dikembangkan
sarjana muslim, namun bukan dalam lingkup teori peluang. (Suriasumantri,2005)
Konsep statistika ini sering dikaitkan dengan distribusi variable yang ditelaah
dalam suatu populai tertentu. Karena pada awalnya statistika hanya di gunakan untuk
menggambarkan persoalan mengenai pencatatan banyaknya penduduk, penarikan
pajak dan sebagainya. Tetapi kemudian hampir semua bidang keilmuan menggunakan
statistic seperti pendidikan, psikologi, pendidikan bahasa, biologi, kimia, pertanian,
kedokteran, hokum, politik dan sebagainya. (Kasmadi, 1990)

Statistik ini merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan dalam


bidang keilmuan yang melalui pengujian-pengujian yang berdasarkan kaidah-kaidah
statistic. Bagi masyarakat awam yang kurang terbiasa dengan istilah statistika maka
istilah statistic biasanya akan berkonotasi dengan deretan angka-angka yang
menyulitkan, tidak mengenakan dan bahkan merasa bingung untuk membedakan
antara statistika dan matematika. Berkenaan dengan itu statistika ini merupakan
diskripsi dalam bentuk angka-angk dari aspek kuantitatif suatu masalah, suatu benda
yang menampilkan fakta-fakta dalam bentuk hitungan atau pengukuran.

Kegiatan perstatistikaan ini menuntut sikap taat pada azas konsep berpikir
statistical dan penerapan metode statiskal. Berpikir statiskal adalah suatu falsafah
pembelajaran dan falsafah tindakan yang didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut :

1. Proses ada di mana-mana dan di setiap saat. Berbagai proses umumnya saling
berkaitan
2. Setiap proses menimbulkan variasi
3. Memahami variasi dan upaya mereduksinya adalah kunci dalam peningkatan
kualitas hidup.

Metode statistical yang dipakai seseorang akan sangat tergantung kepada proses
berpikir statistical orang tersebut.
Statistik selain menampilkan fakta berupa angka-angka, statistika juga
merupakan bidang keilmuan yang disebut statistika, seperti juga matematika yang
disamping merupakan bidang keilmuan juga berarti lambang, formulasi,
dan teorema .(Bagus, 1996)
Bidang keilmuan statistik merupakan sekumpulan metode untuk memperoleh
dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan berdasarkan data tersebut.
Ditinjau dari segi keilmuan, statistika merupakan bagian dari metode keilmuan yang
dipergunakan dalam mendiskripsikan gejala dalam bentuk angka-angka, baik melalui
hitungan maupun pengkuran. Maka, Hartono Kasmadi, dkk., mengatakan bahwa,
statistika (statistica) ilmu yang berhubungan dengan cara pengumpulan fakta,
pengolahan dan menganalisaan, penaksiran, simpulan dan pembuatan keputusan.
(Kasmadi, 1990)
Suatu ilmu dapat didefinisikan dengan sederhana melalui pengujian
statistika dan semua pernyataan keilmuan dapat dinyatakan secara faktual. Dengan
melakukan pengkajian melalui prosedur pengumpulan fakta yang relevan dengan
rumusan hipotesis yang terkandung fakta-fakta emperis, maka hipotesis itu diterima
keabsahan sebagai kebenaran, tetapi dapat juga sebaliknya.
Jujun S. Suriasumantri (2005) memberikan contoh, penarikan kesimpulan
yang tidak menggunakan prinsip-prinsip statistik, yaitu Suatu hari seorang anak
kecil disuruh ayahnya membeli sebungkus korek api dengan pesan agar tidak
terkecoh mendapatkan korek api yang jelek. Tidak lama kemudian anak kecil itu
datang kembali dengan wajah yang berseri-seri, menyeraahkan kotak korek api yang
kosong, dan berkata, Korek api ini benar-benar bagus, pak, semua batangnya telah
saya coba dan ternyata menyala. Tak seorangpun yang dapat menyalahkan kesahihan
proses penarikan kesimpulan anak kecil itu. Apabila semua pengujian yang
dilakukan dengan kesimpulan seperti ini, maka prinsip-prinsip satatistika terabaikan,
karena menurut Jujun S. Suriasumantri, konsep statistika sering dikaitkan dengan
distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu.
Untuk itu, suatu penelitian ilmiah, baik yang berupa survai maupun eksperimen,
dilakukan dengan lebih cermat dan teliti mempergunakan teknik-teknik statistika
yang diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan .

B. Statistika dan Cara Berpikir Induktif

Statistika merupakan bagian dari metode keilmuan yang dipergunakan dalam


mendiskripsikan gejala dalam bentuk angka-angka, baik melalui hitungan maupun
pengukuran. Dengan statistika kita dapat melakukakn pengujian dalam bidang
keilmuan sehingga banyak masalah dan pernyataan keilmuan dapat diselesaikan
secara faktual. Pengujian statistika adalah konsekuensi pengujian secara emperis.
Karena pengujian statistika adalah suatu proses pengumpulan fakta yang relevan
dengan rumusan hipotesis. Jika hipotesis terdukung oleh fakta-fakta emperis, maka
hipotesis itu diterima sebagai kebenaran. Sebaliknya, jika bertentangan maka
hipotesis itu ditolak.

Kasmadi dkk, mengatakan pengujian merupakan suatu proses yang diarahkan untuk
mencapai simpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual.
Dengan demikian berarti bahwa penarikan simpulan itu adalah berdasarkan logika
induktif (Kasmadi, 1990). Pengujian statistik mampu memberikan secara kuantitatif
tingkat kesulitan dari kesimpulan yang ditarik tersebut, pada pokoknya didasarkan
pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil makin
tinggi pula tingkat kesulitan kesimpulan tersebut. Sebaliknya, makin sedikit contoh
yang diambil maka makin rendah pula tingkat ketelitiannya. Karakteristik ini
memungkinkan kita untuk dapat memilih dengan seksama tingkat ketelitian yang
dibutuhkan sesuai dengan hakikat permasalahan yang dihadapi. Statistika juga
memberikan kesempatan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan
kesulitan antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar
terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris (Suriasumantri,2005).
Jujun S. Suriasumantri (2005) juga mengatakan bahwa pengujian statistik
mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus
yang bersifat individual. Misalnya, jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata
anak umur 10 tahun di Indonesia, maka dalam hal ini yang paling logis dilakukan
adalah dengan melakukan pengukuran seluruh anak umur 10 tahun di Indonesia.
Tetapi hal tersebut akan menemui hambatan yang tidak sedikit baik waktu, tenaga
juga biaya akan terkuras habis. Maka statistika memberikan jalan keluar yaitu dengan
cara manarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya
sebagian dari populasi yang bersangkutan. Kita hanya perlu melakukan pengukuran
pada sebagian anak saja. Penarikan kesimpulan yang berdasarkan contoh (simple)
dari populasi ini merupakan sebuah kesimpulan umum yang ditarik dalam kasus-
kasus anak umur 10 tahun disuatu tempat. Dalam hal ini kita menarik kesimpulan
berdasarkan logika induktif.
Logika induktif, merupakan sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip
penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum
yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut dengan logika material, yaitu
berusaha menemukan prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan
kenyataan. Oleh karena itu kesimpulan hanyalah kebolehjadian, dalam arti selama
kesimpulan itu tidak ada bukti yang menyangkalnya maka kesimpulan itu benar. (Tim
Dosen Filsafat UGM, 2007)
Logika induktif tidak memberikan kepastian namun sekedar tingkat peluang bahwa
untuk premis-premis tertentu dapat ditarik suatu kesimpulan dan kesimpulannya
mungkin benar mungkin juga salah. Misalnya, jika selama bulan November dalam
beberapa tahun yang lalu hujan selalu turun, maka tidak dapat dipastikan bahwa
selama bulan November tahun ini juga akan turun hujan. Kesimpulan yang dapat
ditarik dalam hal ini hanyalah mengenai tingkat peluang untuk hujan dalam tahun ini
juga akan turun hujan. Maka kesimpulan yang ditarik secara induktif dapat saja salah,
meskipun premis yang dipakainya adalah benar dan penalaran induktifnya adalah sah,
namun dapat saja kesimpulannya salah. Sebab logika induktif tidak memberikan
kepastian namun sekedar tingkat peluang. Dengan demikian statistika ini dasarnya
adalah teori peluang.
Untuk berpikir induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak dari sejumlah hal
khusus untuk sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah, menurut
Herbert L.Searles, diperlukan proses penalaran sebagai berikut:
(1) Mengumpulan fakta-fakta khusus. Metode khusus yang digunakan observasi
(pengamatan) dan eksperimen. Observasi harus dikerjakan seteliti mungkin,
eksperimen terjadi untuk membuat atau mengganti obyek yang harus dipelajari.
(2) Hipotesis ilmiah, langkah kedua dalam induksi ialah perumusan hipotesis.
Hipotesis merupakan dalil sementara yang diajukan berdasarkan pengetahuan yang
terkumpul sebagai petunjuk bagi peneliti lebih lanjut. Hipotesis ilmiah harus
memenuhi syarat sebagai berikut: harus dapat diuji kebenarannya, harus terbuka dan
dapat meramalkan bagi pengembangan konsekuensinya, harus runtut dengan dalil-
dalil yang dianggap benar, hipotesisi harus dapat menjelaskan fakta-fakta yang
dipersoalkan.
(3) Verifikasi dan pengukuran, dalam hal ini penalaran induktif ialah mengadakan
verifikasi. Hipotesis adalah sekedar perumusan dalil sementara yang harus dibuktikan
atau diterapkan terhadap fakta-fakta atau juga diperbandingkan dengan fakta-fakta
lain untuk diambil kesimpulan umum. Statistika mampu memberikan secara
kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yakni makin
banyak bahan bukti yang diambil makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan
tersebut. Demikian sebaliknya, makin sedikit bahan bukti yang mendukungnya
semakin rendah tingkat kesulitannya. Memverifikasi adalah membuktikan bahwa
hipotesis ini adalah dalil yang sebenarnya. Ini juga mencakup generalisasi, untuk
menemukan hukum atau dalil umum, sehingga hipotesis tersebut menjadi suatu teori.
(4) Teori dan hukum ilmiah, hasil terakhir yang diharapkan dalam induksi ilmiah
adalah untuk sampai pada hukum ilmiah. Persoalan yang dihadapi oleh induksi ialah
untuk sampai pada suatu dasar yang logis bagi generalisasi dengan tidak mungkin
semua hal diamati, atau dengan kata lain untuk menentukan pembenaran yang logis
bagi penyimpulan berdasarkan beberapa hal untuk diterapkan bagi semua hal. Maka,
untuk diterapkan bagian semua hal harus merupakan suatu hukum ilmiah yang
derajatnya dengan hipotesis adalah lebih tinggi.
Adapun yang dimaksud hipotesis adalah suatu keterangan bersifat sementara atau
untuk keperluan pengujian yang diduga mungkin benar dan dipergunakan sebagai
pangkal untuk penyelidikan lebih lanjut sampai diperoleh kepastian dengan
pembuktian (Gie,1991). Hipotesis ini dapat dipandang sebagai yang paling awal atau
paling rendah di dalam urut-urutan derajat. Bila bahan-bahan bukti yang mendukung
telah terkumpul, maka hipotesis itu kemudian dapat memperoleh derajat sebuah teori,
dan bila teori itu saling berhubungan secara sistematis dan dapat menerangkan setiap
peristiwa yang diajukannya hanya sebagai contoh, maka teori itu dapat dipandang
sebagai hokum ilmiah. Berikut ini adalah skema langkah proses penalaran:

Langkah Proses Penalaran Induksi

Mengumpulkan Fakta (observasi)

Hipotesis

(Dalil Sementara)

Derajatnya lebih tinggi dari Hipotesis (paling awal/paling rendah, dalam urutan
derajatnya)

Pembuktian

Verifikasi & Pengukuhan Pembuktian (Statistika)

Temuan: Teori dan Hukum Ilmiah diterapkan untuk Semua hal

C. Pengelompokan Statistik

Berdasarkan jenisnya statistika dibedakan menjadi dua jenis yaitu : pertama statistika
deskriptif dan kedua adalah statistik inferensial. Statistika deskriptif adalah statistika
yang berkenaan dengan metode atau cara mendeskrifsikan, menggambarkan,
menjabarkan, atau menguraikan data. Statistika deskriftif mengacu pada bagaimana
menata atau mengorganisasi data, menyajikan dan menganalisis data. Menata,
menyajikan dan menganalisis data dapat dilakukan misalnya dengan menemukan
nilai rata-rata hitung, median, modus, standar deviasi, dan persen/proposisi. Cara lain
untuk menggambarkan data adalah dengan membuat tabel, distribusi frekuensi dan
diagram atau grafik.
Statistika inferensial adalah statistika yang berkenaan dengan cara penarikan
kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari sampel untuk menggambarkan
karakteristik atau ciri dari suatu populasi. Dengan demikian dalam statistika
inferensial dilakukan suatu generalisasi (memperumum) dan hal yang bersifat khusus
(kecil) ke hal yang lebih luas (umum). Oleh karena itu, statistika inferensial disebut
juga statistika induktif atau statistika penarikan kesimpulan. Dalam statistika
inferensial ini biasanya dilakukan pengujian hipotesis dan pendugaan
karakteristik(ciri) dari suatu populasi, seperti mean dan standar deviasi.

D. Kegunaaan Statistika

Para statistisi (Statistisi adalah mereka yang selama hidupnya pernah membuat
statistic sebagai fungsi terukur atau teorema tentang statistic, definisi ini sesuai
dengan definisi yang diberikan oleh Jacques Dieudonnees tentang matematisi)
memandang statistika mempunyai nilai guna sebagai berikut (Riduwan,2009)
Komunikasi ialah sebagai penghubung beberapa pihak yang menghasilkan data
statistika atau berupa analisa statistika, sehingga beberapa pihak tersebut akan dapat
mengambil keputusan melalui informasi tersebut.
1. Deskripsi yaitu penyajian data dan mengilustrasikan data. Misalnya mengukur
hasil produksi, laporan hasil liputan berita, indeks harga konsumen, laporan
keuangan, tingkat inflasi, jumlah penduduk, hasil pendapatan dan pengeluaran
negara dan sebagainya.
2. Regresi yaitu meramalkan pegaruh data yang satu dengan data yang lainnya
dan untuk mengantisipasi gejala-gejala yang akan datang.
3. Korelasi yaitu untuk mencari kuatnya atau besarnya hubungan data dalam
suatu penelitian.
4. Komparasi yaitu membandingkan data dua kelompok atau lebih.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Statistika ini merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk


memproduksi pengetahuan secara ilmiah. Penggunaan statistika dalam proses
berpikir ilmiah ini berdasarkan pada logika induktif sebagai suatu metode
untuk membuat keputusan atau simpulan. Dalam berpikir indiktif ini bertitik
tolak dari sejumlah hal-hal yang bersifat khusus untuk sampai pada suatu
rumusan yang bersifat umum sebagai hukum ilmiah. Statistika mampu
memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang
ditariknya, yaitu makin besar contoh yang diambil, maka makin tinggi pula
tingkat ketelitian kesimpulan itu. Statistika juga diterapkan secara luas dalam
hampir semua pengambilan keputusan di segala bidang kehidupan. Statistika
di terapkan dalam penelitian pasar, penelitian produksi, kebijakan penanaman
modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri,
ramalan ekonomi, auditing, kependudukan, farmasi, kedokteran, pendidikan
dan sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa statistika
merupakan salah satu indikator penting dalam kehidupan manusia. Statistika
ini harus mendapat tempat yang sejajar dengan ilmu-ilmu lainnya terutama
dengan ilmu-ilmu deduktif (matematika) agar terjadi keseimbangan antara
berpikir deduktif dan berpikir induktif sebagai ciri dari proses berpikir ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Lorens. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.


Gie, Liang . 1991. Pengantar Filsafat Ilmu, Edisi kedua. Yogyakarta: Liberty
Kasmadi, Hartono. 1990. Filsafat Ilmu. Semarang: IKIP Semarang Press
Riduwan. 2009. Dasar-Dasar Statistika.Bandung: Alfabeta
Suriasumantri, Jujun S. 2005. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Tim Dosen Filsafat Ilmu, Fakultas Filsafat UGM. 2007. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar
Pengembangan Ilmu Pengetahuan.Yogyakarta: Liberty

Anda mungkin juga menyukai