Anda di halaman 1dari 19

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI-TEORI KONTEKS SOSIAL

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Drs. Ekawarna, M.Psi

DISUSUN OLEH:

1.Nurani Mila Utami (A1A119052)

2. Nadya Agustin Dwi Putri (A1A119047)

3. Fitri Haryani (A1A119057)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Teori-teori konteks sosial” . Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
mata kuliah belajar dan pembelajaran. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung
sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Jambi,15 Oktober 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................3
2.1 Teori Bandura...................................................................................................................................3
2.2 TeoriVygostsky (KonstruktivisSosialdanKultur).............................................................................10
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan pada zaman ini memegang peran yang sentral dalam hidup manusia. Karena
dengan pendidikan, dalam hal ini pendidikan formal, mampu membantu seseorang untuk dengan
mudah memperoleh pengetahuan yang logis dan sistematis. Dengan melihat betapa penting dan
sentralnya pendidikan dalam rangka mendidik anak-anak bangsa, maka perlulah untuk
menyambut dengan penuh penghargaan bagi mereka yang telah memfokuskan perhatian di
dalamnya. Perlu juga untuk mengusahakan metode pendidikan yang sesuai dan efektif bagi
pengembangan kognitif anak.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura
menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelakumemainkan peran penting dalam
pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan,
factor social mencakuppengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura
merupakansalah satu perancang teori kognitif social. Menurut Bandura ketika siswa
belajarmereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman merekasecara kognitif.
Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yangterdiri dari tiga faktor utama yaitu
perilaku, person/kognitif dan lingkungan.Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses
pembelajaran. Faktor lingkunganmempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan,
faktorperson/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punyakecenderungan
kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen.Faktor kognitif mencakup
ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dankecerdasan.

Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif)memainkan peranan


penting. Faktor person (kognitif) yang dimaksud saat iniadalah self-efficasy atau efikasi diri.
Reivich dan Shatté (2002) mendefinisikanefikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri
sendiri untuk menghadapidan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga berarti
meyakini dirisendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi
memilikikomitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketikamenemukan
bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. MenurutBandura (1994), individu yang
memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangatmudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak
merasa ragu karena iamemiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Individu
inimenurut Bandura (1994) akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkitdari kegagalan
yang ia alami.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja Teori Bandura ?
2. Bagaimana Maksud dari TeoriVygostsky (KonstruktivisSosialdanKultur)?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Teori Bandura
2. Untuk Mengetahui TeoriVygostsky (Konstruktivis Sosial dan Kultur)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Kognitif-Sosial Albert Bandura

2.1.1 Latar Belakang Tokoh

Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember


1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana.
Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan
psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun
kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam
bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford University.Beliau banyak terjun
dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai
eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima
anugerah American Psychological Association untuk Distinguished scientific contribution pada
tahub 1980.
Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang
pengaruh keluarga dengan tingkah laku social dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah
mulai meneliti tentang agresi pembelajaran social dan mengambil Richard Walters, muridnya
yang pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat, walaupun prinsip
belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus
memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme.
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu konsep dalam aliran
behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan
evaluasi.

2.1.2 Teori Pembelajaran Sosial

Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang
tradisional (behavioristik)1. Teori pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert Bandura
(1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku,
tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku,
dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran social kita akan
menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan – penjelasan

3
kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar
social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak
dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.
Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada
seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh
orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh
(Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling),
dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui
pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar
melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian
meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini
merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain. Kedua, pembelajaran
melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan
positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu
mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan
mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model
tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan
seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran social
berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada
tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup
untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori – teori sebelumnya
kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini muncul dan kurang
memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain.
Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku
tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.

2.1.3 Teori Peniruan ( Modeling )

Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam
laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan ( imitation ) merupakan hasil proses
pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning “ –
“pembelajaran social “ . Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah
memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak
4
menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan
maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru
memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk
menirukan tingkah laku membaca.
Dua puluh tahun berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959, 1963 ) telah
melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil
eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan
terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus
menerus. Proses belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau pembelajaran melalui
pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki
memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa
mempertimbangan aspek mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri(kognitif)
dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran
peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap
perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu
besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini
diarah bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video.
Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh
orang yang mereka tonton dalam video.
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung.
Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertas dan pelajar meniru
secara langsung. Seterusnya proses peniruanmelalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-anak
meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan contoh perilaku
di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak di dalam kelas sewaktu guru
mengajar,semestinya guru akan memarahi dan memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak
dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam
situasi tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila
seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang anak-anak melihat temannya
melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh
karena itu, peniruan berlaku apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.
Perkembangan kognitif anak-anak menurut pandangan pemikir islam yang terkenal pada
abad ke-14 yaitu Ibnu Khaldun perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang
mudah kepada perkara yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan anak-anak
hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh difahami melalui
pancaindera. Menrut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah diajar atau dibentuk dengan lemah
5
lembut dan bukannya dengan kekerasan. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa anak-anak
tidak boleh dibebankan dengan perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini akan
menyebabkan anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran yang disampaikan.

2.1.4 Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)

Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari
tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu :
perhatian / atensi, mengingat / retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.
1) Perhatian (’Attention’)
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek
memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya,
seorang pemain musik yang tidak percaya diri mungkin meniru tingkah laku pemain music
terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri. Bandura & Walters(1963) dalam buku
mereka “Sosial Learning & Personality Development”menekankan bahwa hanya dengan
memperhatikan orang lain pembelajaran dapat dipelajari.
2) Mengingat (’Retention’)
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini
membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini. Kemampuan
untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar.
3) Reproduksi gerak (’Reproduction’)
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga
dapatmenunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah
laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model
dan menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang
diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan
dan keterampilan.
4) Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak
individu untuk terus melakukan sesuatu.
Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.

6
2.1.5 Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura

1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan


2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain
3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai
model
4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang
positif
5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau
timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif

2.1.6 Eksperimen Albert Bandura

Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak
– anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan bahwa proses
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan
pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar
terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar
akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk,
menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orng dewasa malahan lebih agresif
Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan
patung besar Bobo
Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A
Rumusan :
Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari
penguatan.
Hasil Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa. Kelompok
B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif

7
2.1.7 . Jenis – jenis Peniruan (modelling)

Jenis – jenis Peniruan (modeling):


1. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social Albert
Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana
seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu
ketrampilan itu dilakukan.
Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh :
Meniru gaya penyanyi yang disukai.
2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung.
Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru
mengajarkan rekannya.
3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu
peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan
cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.
4. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip –
prinsip sebagai berikut :
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan
sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses
mengingat akan lebih baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata – kata,
tanda atau gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai contoh : Belajar gerakan tari dari
pelatih memerlukan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan seterusnya
ditiru oleh para pelajar pada masa yang sama, kemudian proses meniru akan efisien jika
gerakan tari tadi juga didukung dengan penayangan video, gambar, atau kaedah yang
ditulis dalam buku panduan.
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.

8
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai
serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Teori belajar social dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori belajar
behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah
laku. Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai contoh : Penerapan teori belajar social dalam
iklan sabun ditelevisi. Iklan selalu menampilkan bintang – bintang yang popular dan
disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun supaya
mempunyai kulit seperti para “bintang “.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan
karakteristik modelnya. Ciri – cirri model seperti usia, status social, seks, keramahan, dan
kemampuan, penting dalam menentukan tingkat imitasi. Anak – anak lebih senang
meniru model seusianya daripada model dewasa. Anak – anak juga cenderung meniru
model yang sama prestasinya dalam jangkauannya. Anak – anak yang sangat dependen
cenderung imitasi model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh
interaksi antara ciri model dengan observernya.

2.1.8 Kelemahan Teori Albert Bandura

Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori
behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan
tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam
mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya
melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan
teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan
yang tidak diterima dalam masyarakat.

2.1.9 Kelebihan Teori Albert Bandura

Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu
menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system
kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata
reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat
interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.

9
Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan
merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan
pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian
ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan
kognitif.

2.2 Teori Vygostsky (Konstruktivis Sosial dan Kultur)

Pendidikan pada zaman ini memegang peran yang sentral dalam hidup manusia. Karena
dengan pendidikan, dalam hal ini pendidikan formal, mampu membantu seseorang untuk dengan
mudah memperoleh pengetahuan yang logis dan sistematis. Dengan melihat betapa penting dan
sentralnya pendidikan dalam rangka mendidik anak-anak bangsa, maka perlulah untuk
menyambut dengan penuh penghargaan bagi mereka yang telah memfokuskan perhatian di
dalamnya. Perlu juga untuk mengusahakan metode pendidikan yang sesuai dan efektif bagi
pengembangan kognitif anak.Psikologi pendidikan adalah sebuah cabang dalam psikologi secara
umum. Psikologi pendidikan memberikan landasan bahwa kata pendidikan/education atau
menurut bahasa Latin, educere mempunyai makna membantu untuk mengembangkan,
memajukan, dan atau menumbuhkan. Dalam mata kuliah psikolog pendidikan, dijabarkan dasar
mengenai makalah yang berjudul Teori Pendidikan:
Teori Perkembangan Sosial Kognitif Vygotsky (1896-1934) ini. Masalah utama yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah melihat atau melakukan sebuah kajian tentang Teori
Perkembangan Sosial Kognitif Vygotsky dilihat dengan kacamata psikologi pendidikan.
Sehingga nantinya akan ditemukan korelasi antara keduanya. Tujuannya adalah untuk mencoba
bercermin dan memberikan masukan secara tepat dalam menangani pendidikan anak.Terdapat
beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan perkembangan kognitif. Satu antara teori
tersebut adalah teori konstruksi pemikiran sosial. Konteks sosial juga merupakan satu di antara
sudut pandang dari perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial
dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran
anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan
bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya
diantaranya Lev Vygotsky, Albert Bandura, dan Michael Tomasello. Teori perkembangan
kognitif Vygotsky kerap dijadikan salah satu bahasan kajian. Alasannya, ia memiliki penilaian
tersendiri yang membedakannya dengan para tokoh yang lain.
Vygotsky sangat dikenal sebagai seorang ahli psikologi pendidikan yang
memperkenalkan teori sosiobudaya. Teori yang dinyatakan oleh Vygotskyini merupakan teori
gabungan antarakognitif dengan sosial. Teorinya ini juga menyatakan bahwa perkembangan
kanak-kanak bergantung kepada interaksi kanak-kanak dengan orang ada di sekitarnya yang
menjadi alat penyampaian sesuatu budaya yang membantu mereka membina pandangan tentang

10
sekelilingnya.Dalam kajian ini, terdiri dari beberapa pokok bagian pembahasan. Pertama, akan
dilihat secara menyeluruh tentang teori perkembangan sosial kognitif Vygotsky. Secara definitif,
teori Vygotsky merupakan bagian atau cabang dari teori besar konstruktivisme. Pembahasan
teori Vygotsky lebih berpusat pada argumen bahwa relasi sosial dengan masyarakat dan
budayalah yang membentuk pengetahuan seorang.
Kedua, melakukan analisis teori perkembangan sosial kognitif Vygotsky dalam psikologi
pendidikan pendidikan. Apakah teori Vygotsky mempunyai kesamaan atau sejalan dengan teori
yang terdapat dalam psikologi pendidikan? Akhirnya dalam kesimpulan nanti dapat diperoleh
sebuah teori Vygotsky ternyata sejalan dengan psikologi pendidikan. Artinya dalam teori
Vygotsky terdapat beberapa hal yang menjadi unsur dalam teori psikologi pendidikan. Misalnya
bahwa seorang guru bukanlah seorang yang mahatahu, melainkan dari dialog dan interaksi
keduanya lah yang lebih penting untuk terjadi.

1.3.1 Latar Belakang Teori Lev Vygotsky (1896-1934)

Nama lengkapnya adalah Lev Semyonovich Vygotsky. Ia dilahirkan di salah satu kota
Tsarist, Russia, tepatnya pada pada 17 November 1896, dan  berkuturunan Yahudi. Ia tertarik
pada psikologi saat berusia 28 tahun. Sebelumnya, ia lebih menyukai dunia sastra. Awalnya, ia
menjadi guru sastra di sebuah sekolah, namum pihak sekolah juga memintanya untuk
mengajarkan psikologi. Padahal, ia sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan formal di
fakultas psikologi sebelumnya. Namun, inilah skenario yang membuatnya menjadi tertarik untuk
menekuni psikologi, hingga akhirnya ia melanjutkan kuliah di program studi psikologi Moscow
Institute of Psychology pada tahun 1925. Judul disertasinya mengenai ”Psychology of Art”.
Lev Vygotsky adalah seorang psikolog yang berasal dari Rusia dan hidup pada masa
revolusi Rusia. Vygotsky dalam menelurkan pemikiran-pemikirannya di dunia psikologi kerap
menghadapi rintangan oleh pemerintah Rusia saat itu. Perkembangan pemikirannya meluas
setelah ia wafat pada tahun 1934, dikarenakan menderita penyakit TBC. Vygotsky pun sering
dihubungkan dengan psikolog Swiss bernama Piaget. Lahir pada masa yang sama dengan Piaget,
seorang psikolog yang juga mempunyai keyakinan bahwa keaktifan anak yang membangun
pengetahuan mereka. Vygotsky meninggal dalam usia yang cukup muda, yaitu ketika masih
berusia tigapuluh tujuh tahun.
Vygotsky merupakan satu di antara tokoh konstruktivis. Konstruktivisme adalah argumen
bahwa pengetahuan merupakan konstruksi dari seseorang yang mengenal sesuatu. Seseorang
yang belajar dipahami sebagai seseorang yang membentuk pengertian/pengetahuan secara aktif
dan terus-menerusSumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya
pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek
“internal” dan “eksternal” dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial
pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-
masing individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat
siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam

11
“zone of proximal development” mereka. Zone of proximal development adalah jarak antara
tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah
secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam
kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang
lebih mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah memberikan kepada
seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian
mengurangi bantuan tersebut serta memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih
tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang
diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah ke
dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya. Pertama,
menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling
memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of
proximal development mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran
menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial
sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran
kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa
dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah
Vygotsky banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam
memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental
yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian.
Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berpikir
dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat
kebudayaan” tempat individu hidup dan  alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan
pada anak-anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua  selama pengalaman
pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin
mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap
anak dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya.
Vygotsky menekankan baik level konteks sosial yang bersifat institusional maupun level
konteks sosial yang bersifat interpersonal. Pada level institusional, sejarah kebudayaan
menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas kognitif melalui institusi
seperti sekolah, penemuan seperti komputer dan mengenal huruf. Interaksi institusional memberi
kepada anak suatu norma-norma perilaku dan sosial yang luas untuk membimbing hidupnya.
Level interpersonal memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada keberfungsian mental
anak. Menurut Vygotsky, keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang
melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat, keterampilan-keterampilan dan
hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung dengan
manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di
dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang.

12
Aliran psikologi yang dipegang oleh Vygotsky lebih mengacu pada kontruktivisme karena ia
lebih menekankan pada hakikat pembelajaran sosiokultural.  Dalam analisisnya, perkembangan
kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh
lingkungan sosial secara aktif. Oleh karenanya, konsep teori perkembangan kognitif Vygotsky
berkutat pada tiga hal:
A. Hukum Genetik tentang Perkembangan (Genetic Law of Development)
B. Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan, yaitu
tataran sosial lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada dirinya.
C. Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development)
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui
pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika
berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran
operasional formal tanpa bantuan orang lain. Vygotsky membedakan antara actual
development dan potential development pada anak. Actual development ditentukan apakah
seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan
potensial development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu,
memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual
development dan potensial development, di mana antara apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan
arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.Maksud dari ZPD adalah
menitikberatkan pada interaksi sosial dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa
mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan
lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang
lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih
kompleks. Melalui perubahan yang berturut-turut dalam berbicara dan bersikap, siswa
mendiskusikan pengertian barunya dengan temannya kemudian mencocokkan dan mendalami
kemudian menggunakannya. Sebuah konsekuensi pada proses ini adalah bahwa siswa belajar
untuk pengaturan sendiri (self-regulation). 
A. Mediasi
Mediator yang diperankan lewat tanda maupun lambang adalah kunci utama memahami proses-
proses sosial dan psikologis. Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan kognitif
Vygotsky akan ditemukan dua jenis mediasi, yaitu metakognitif dan mediasi kognitif. Media
metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan self
regulation (pengaturan diri) yang mencakup self planning, self monitoring, self
checking, dan self evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi.
Sedangkan media kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah
yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu. Sehingga media ini dapat berhubungan dengan
konsep spontan (yang mungkin salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).

13
B. Inti Teori Vygotsky
Vygotsky lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam pengembangan intelektual atau
kognitif anak. Vygotsky memandang bahwa kognitif anak berkembang melalui interaksi sosial.
Anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu.
Secara singkat, teori perkembangan sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan
budaya mendahului. Maksudnya dari relasi dengan budaya membuat seorang anak mengalami
kesadaran dan perkembangan kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan perhatiannya pada
hubungan dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan.
Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya seorang anak.
Pengetahuan tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan
ilmiah. Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kurang teridentifikasi secara jelas, tidak
logis, dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan yang diperoleh dari
pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis, dan sistematis. Kemudian proses belajar adalah
sebuah perkembangan dari pengertian spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
Pengetahuan ilmiah terbentuk dari sebuah proses relasi anak dengan lingkungan
sekitarnya. Hal ini bergantung pada seberapa besar kemampuan anak dalam menangkap model
yang lebih ilmiah. Dalam proses ini bahasa memegang peranan yang sangat penting. Bahasa
sebagai alat berkomunikasi yang membantu anak dalam menyampaikan pemikirannya dengan
orang lain. Dengan demikian diperlukan sebuah penyatuan antara pemikiran dan bahasa.
Seorang anak dalam masa pembelajarannya, idealnya harus mampu memvisulisasikan apa yang
menjadi pemikirannya dalam bahasa. Ketika hal tersebut telah mampu terwujud itu berarti ia
juga telah mampu menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk
berbicara-sendiri. Menurut Vygotsky seorang anak yang mampu melakukan pembicaraan pribadi
lebih berpeluang untuk lebih baik dalam hubungan sosial. Karena pembicaraan pribadi adalah
sebuah langkah awal bagi seorang anak untuk lebih mampu berkomunikasi secara sosial. Bahasa
adalah sebuah bentuk awal yang berbasis sosial. Pandangan Vygotsky ini berkonfrontasi dengan
Piaget yang lebih menekankan pada percakapan anak yang bersifat egosentris.
Unsur yang perlu untuk dibahas lebih lanjut adalah mengenai kebudayaan dan masyarakat.
Seperti sudah dikatakan pada awal penjelasan tadi, dalam teori Vygotsky, kebudayaan adalah
penentu utama perkembangan individu. Kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa bentuk, seperti
bahasa, agama, mata pencaharian, dan lainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam teori Vygotsky terdapat tiga klaim besar.
Pertama, bahwa kemampuan kognitif seorang anak dapat diketahui hanya jika dianalisis dan
ditafsirkan. Kedua, kemampuan kognitif diperoleh dengan bantuan kata, bahasa, dan bentuk
percakapan, sebuah bentuk alat dalam psikologi yang membantu seseorang untuk
mentransformasi kegiatan mental. Vygotsky berargumen bahwa sejak kecil seorang anak mulai
menggunakan bahasa untuk merencanakan setiap aktivitasnya dan mengatasi masalahnya.
Ketiga, kemampuan kognitif berasal dari hubungan-hubungan sosial ditempelkan pada latar
belakang sosiokultural.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Teori Belajar Sosial , Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang ahli psikologi
pendidikan dari Stanford University,USA. Teori pembelajaran ini dikembangkan untuk
menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam lingkungan sekitarnya
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku lingkungan dan kejadian – kejadian
internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan
yang saling berpengaruh.
Pada intinya dapat disimpulkan bahwa dalam teori Vygotsky mengandung banyak unsur
psikologi pendidikan, khususnya pokok bahasan pendidikan dan budaya. Jika dalam teori
Vygotsky anak perlu berinteraksi dengan budaya. Maka dalam filsafat pendidikan pun dapat kita
temukan bahwa bahasa, sebagai hasil budaya juga menjadi sangat sentral bagi berkembangnya
kognitif. Bahasa menjadi alat transfer ilmu. Beberapa konsep dalam psikologi pendidikan juga
selaras dengan teori pengembangan kognitif Vygotsky. Psikologi pendidikan telah memberikan
landasan filosofis bagi teori-teori pengembangan intelektual.

15
DAFTAR PUSTAKA

Gredler, M. 2009. Learning and Instruction, Theory into Practice. Upper Saddle River, N J:
Merrill.
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana.Slavin, R.E.
2011. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. PT Macanan Jaya Cemerlang.
Syah, M. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press.
http://netsains.com/2009/02/pembelajaran-lanjutan-dengan-teori-konstruktivis/
http://psycholocious.blogspot.com/2013/02/teori-belajar-sosial-albert-bandura.html
http://www.learning-theories.com/vygotskys-social-learning-theory.html
http://www.scribd.com/doc/35776081/teori-vygotsky

16

Anda mungkin juga menyukai