Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 2

Muhammad Soetrisman

031351269

Hukum Adat

Pada masyarakat hukum adat Batak dikenal dengan adanya perkawinan jujur yang merupakan
konsekuensi dari bentuk kekerabatan Patrilineal. Perkawinan jujur merupakan perkawinan
dengan pemberian atau pembayaran sesuatu (dalam bentuk uang maupun barang) dari pihak
keluarga pengantin laki-laki kepada pihak keluarga perempuan yang disebut 'jujur'. Hal ini
sebagai pertanda atau lambang diputuskannya hubungan kekeluargaan pihak perempuan dengan
orang tuanya, saudara-saudaranya dan bahkan dengan persekutuan atau masyarakat hukumnya.

Pertanyaan :

1. Apakah pembayaran uang jujur merupakan syarat utama yang harus dilakukan untuk
melaksanakan perkawinan pada masyarakat hukum adat Batak? Jika tidak terpenuhinya
pembayaran uang jujur, apa konsekuensinya?Jelaskan!

Jawab :

Masyarakat Batak Toba bersistem kekerabatan patrilineal (menarik garis keturunan laki-
laki/bapak) dengan sistem perkawinannya, yaitu“perkawinan jujur”. Diterimanya barang
atau uang jujur tersebut, maka  perempuan mengikatkan diri pada pihak laki-laki sebagai
suaminya, baik pribadi maupun harta benda yang dibawa akan tunduk pada hukum adat
suaminya. Kedudukan anak laki-laki dalam masyarakat Batak Toba sebagai penerus
keturunan orang tuanya/bapaknya dan sebagai ahli waris. Oleh sebab itu anak perenpuan
bukan sebagai penerus keturunan, dan bukan sebagai ahli waris dari
orangtuanya/bapaknya. Berdasarkan perkembangan zaman, maka anak perempuan
mendapatkan harta waris dari orangtuanya/bapaknya melalui hibah dan melalui
yurisprudensi dan putusan hakim.  Ada dua rumusankan permasalahan yaitu (1)
perkembangan perkawinaan jujur yang berada di dalam wilayah hukum adatnya dan di
luar hukum adatnya (orang Batak Toba yang merantau) terkait dengan hukum waris adat
Batak Toba. (2) Akibat Hukum dari perkembangan perkawinan jujur dalam hukum waris
adat Batak Toba. Ada dua pembahasan, yaitu pertama, perkawinan jujur pada masyarakat
Batak Toba mutlak harus dilaksanakan oleh orang Batak Toba yang ada di wilayah
hukum adatnya sendiri maupun orang Batak Toba yang ada di luar wilayahnya, karena
perkawinan jujur merupakan kewajiban adat pada masyarakat Batak Toba. Apabila  uang
jujur tersebut belum  dilaksanakan atau masih belum dibayar (hutang) maka akibat
hukumnya, yaitu (1) orang Batak Toba tersebut dianggap masih mempunyai hutang adat
kepada pihak kerabat perempuan, (2) orang Batak Toba tersebut ketika mengawinkan
anak-anaknya tidak boleh dilaksanakan secara hukum adat, (3) karena uang jujur belum
lunas, maka anak perempuan tidak berhak mendapat harta pauseang dari orang tuanya
(bapaknyanya), dan kedudukan suami harus mengabdi kepada orang tua perempuan
(isterinya) sampai uang jujur tersebut lunas terbayar ( perkawinn jujur mengabdi). Namun
perkawinan jujur pada masyarakat Batak Toba mengalami perkembangan baik di wilayah
hukum adatnya maupun yang ada di luar wilayah hukum adatnya. . Kedua, hukum waris
adat Batak Toba sangat dipengaruhi oleh sistem kekerabatan  patrilineal (garis keturunan
laki-laki atau bapak),oleh sebab itu anak laki-laki mempunyai kedudukan yang sangat
tinggi dibanding kedudukan anak perempuan. Anak laki-laki sebagai penerus keturunan,
penerus marga dan sebagai ahli waris dari orang tuanya (bapaknya).Sedangkan anak
perempuan bukan sebagai penerus keturunan dan bukan sebagai ahli waris dari orang
tuanya (bapaknya). Berdasarkan perkembangan zaman anak perempuan mendapatkan
harta warisan melalui yurisprudensi atau putusan hakim.

2. Sebutkan bentuk  perkawinan adat yang  Anda ketahui ? Jelaskan dan berikan contoh !

Jawab :

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan
YME. Di dalam hukum perkawinan adat dikenal adanya beberapa sistem perkawinan yaitu.

1. Perkawinan monogami adalah perkawinan antara seorang pria dan seorang wanita.
Bentuk perkawinan ini paling ideal dan sesuai dengan ajaran agama serta Undang-
Undang perkawinan.
2. Perkawinan poligami adalah perkawinan antara seorang pria dengan lebih dari satu
wanita ataupun perkawinan antara seorang wanita dengan lebih dari satu pria. Berkaitan
dengan poligami ini kita mengenal juga perkawinan poliandri yaitu perkawinan antara
seorang wanita dengan lebih dari satu pria.
3. Perkawinan eksogami adalah perkawinan antara pria dan wanita yang berlainan suku dan
ras.
4. Perkawinan endogamy adalah perkawinan antara pria dan wanita yang berasal dari suku
dan ras yang sama.
5. Perkawinan homogami adalah perkawinan antara pria dan wanita dari lapisan sosial yang
sama. Contohnya, pada zaman dulu anak bangsawan cenderung kawin dengan anak orang
bangsawan juga.
6. Perkawinan heterogami adalah perkawinan antara pria dan wanita dari lapisan sosial yang
berlainan.
7. Perkawinan cross cousin adalah perkawinan antara saudara sepupu, yakni anak saudara
laki-laki ibu (anak paman) atau anak dari saudara perempuan ayah. 
8. Perkawinan parallel cousin adalah perkawinan antara anak-anak dari ayah mereka
bersaudara atau ibu mereka bersaudara.
9. Perkawinan Eleutherogami adalah seseorang bebas untuk memilih jodohnya dalam
perkawinan, baik itu dari klen sendiri maupun dari klen lainnya.

Bentuk-bentuk perkawinan
a. Bentuk perkawinan menurut susunan kekerabatan

1. Perkawinan pada susunan kekerabatan patrilineal, si wanita berpindah ke dalam


kekerabatan suaminya dan melepaskan diri dari kerabat asal. 
2. Perkawinan pada susunan kekerabatan matrilineal, meskipun telah terjadi perkawinan,
namun suami istri masing-masing tetap berada pada kelompok kerabatnya sendiri,
sedangkan anak-anak masuk ke kelompok kekerabatan ibunya. 
3. Perkawinan pada susunan kekerabatan parental, setelah perkawinan suami istri masuk ke
dalam kerabat suami dan kerabat istri. Anak-anak juga masuk dalam kerabat bapaknya
dan kerabat ibunya.

Anda mungkin juga menyukai