Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PTK

MODEL PENELITIAN ADDIE DAN ISMAN

Oleh:

SHARMILA
NIM. 1910247940

DOSEN PENGAMPU : - Dr. Azhar., S.Pd., MT


- Dr. Azizahwati., S.Si., MT

PROGRAM STUDI PASCASARJANA PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, salawat serta salam disampaikan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, sehingga makalah ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
tugas matakuliah Penelitian Pengembangan dan PTK dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
terutama kepada :

1. Bapak Dr. Azhar, S.Pd., MT dan Ibu Dr. Azizahwati, S.Si., M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Penelitian Pengembangan dan PTK.
2. Kedua orangtua dan saudara-saudara yang telah memotivasi dan memberikan
dukungan kepada penulis.
3. Rekan-rekan seperjuangan yang selalu dan saling memberikan semangat kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kuok, 18 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................1
1.3 TUJUAN..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

2.1 PENGERTIAN MODEL ADDIE........................................................3


2.2 TAHAN-TAHAP MODEL ADDIE....................................................4
2.3 PENGERTIAN MODEL ISMAN.......................................................1
2.4 TAHAP-TAHAP MODEL ISMAN………………………………...

BAB III PENUTUP..............................................................................................16

3.1 KESIMPULAN....................................................................................16
3.2. SARAN...............................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan pendidikan sangat memerlukan penelitian dan
pengembangan. Produk-produk yang dijual di masyarakat baik dalam bentuk
barang atau jasa, dapat dikembangkan dengan menggunakan penelitian
pengembangan. Metode penelitian pengembangan atau dalam bahasa
Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan
produk tersebut.
Penelitian pengembangan berfungsi untuk memvalidasi dan
mengembangkan produk. Memvalidasi produk, berarti produk itu telah ada,
dan peneliti hanya menguji efektivitas atau validitas produk tersebut.
Mengembangkan produk dalam arti luas dapat berupa memperbarui produk
yang telah ada (sehingga menjadi lebih praktis, efektif, dan efisien) atau
menciptakan produk baru (yang sebelumnya belum pernah ada)
Pada awalnya, penelitian R&D diterapkan pada dunia industri, dan
merupakan ujung tombak dari suatu industri dalam menghasilkan poduk baru
yang dibutuhkan oleh pasar. Hampir 4% biaya digunakan untuk penelitian ini,
bahkan untuk bidang-bidang tertentu seperti komputer dan farmasi alokasi
biayanya dapat melebihi 4% (Borg and Gall, 1989). Sedangkan dalam bidang
sosial dan pendidikan, peranan R&D masih sangat kecil yakni kurang dari 1%
dari biaya pendidikan secara keseluruhan. Hal ini dianggap sebagai salah satu
alasan utama mengapa kemajuan dalam bidang pendidikan agak tertinggal
jika dibandingkan dengan bidang lain.
Dalam melakukan suatu penelitian pengembangan diperlukan model-
model pengembangan. Makalah ini membahas dua model penelitian
pengembangan yaitu model penelitian pengembangan ADDIE dan ISMAN.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan model penelitian pengembangan ADDIE
?
1.2.2 Bagaimana tahap-tahap model penelitian pengembangan ADDIE ?

1
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan model penelitian pengembangan
ISMAN?
1.2.4 Bagaimana tahap-tahap model penelitian pengembangan ISMAN ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan model penelitian
pengembangan ADDIE .
1.3.2 Mengetahui Bagaimana tahap-tahap model penelitian pengembangan
ADDIE.
1.3.3 Mengetahui apa yang dimaksud dengan model penelitian
pengembangan ISMAN.
1.3.4 Mengetahui bagaimana tahap-tahap model penelitian pengembangan
ISMAN.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Model Penelitian Pengembangan ADDIE

Saat ini model pengembangan yang dapat digunakan dalam penelitian


dan pengembangan cukup beragam. Salah satu model pengembangan yang
dapat digunakan dalam penelitian pengembangan adalah model ADDIE
(Analyze, Design, Development, Implementation, Evaluation). ADDIE
merupakan salah satu model desain pembelajaran sistematik. Romiszowski
(1996) mengemukakan bahwa pada tingkat desain materi pembelajaran dan
pengembangan, sistematik sebagai aspek proses pendekatan sistem telah
diwujudkan dalam banyak aspek metodologi untuk desain dan pengembangan
teks, materi audio visual dan materi pembelajaran berbasis computer.
Model apapun yang dipilih untuk mengembangkan suatu produk
sudah tentu disertai dengan dasar pertimbangan pemilihan model. Hal ini
disebabkan setiap model memiliki karakteristik tertentu. Dalam karakteristik
masing-masing model pengembangan akan tersirat kekuatan dan kelemahan
model-model pengembangan. Demikian pula model didasari beberapa
pertimbangan.
Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini
dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada landasan teoritis desain
pembelajaran. Model ini disusun secara terprogram dengan urutan urutan
kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yang
berkaitan dengan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik pembelajaran. Model ini memiliki lima langkah atau tahapan
yang mudah dipahami dan diimplementasikan untuk mengembangkan produk
pengembangan seperti buku ajar modul pembelajaran video pembelajaran
multimedia dan lain sebagainya. Model memberi peluang untuk melakukan
evaluasi terhadap aktivitas pengembangan pada setiap tahap. Hal ini
berdampak positif terhadap kualitas produk pengembangan. Dampak positif
yang ditimbulkan dengan adanya evaluasi pada setiap tahapan adalah
meminimalisir tingkat kesalahan atau kekurangan produk pada tahap akhir

3
model ini. Dengan demikian tahap kelima model ini yakni tahap evaluasi
merupakan tahap evaluasi terhadap kesatuan atau atau keseluruhan produk
pengembangan rupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

2.2 Tahap-Tahap Penelitian Pengembangan Model ADDIE

Model ADDIE terdiri atas lima langkah, yaitu: (1) analisis (analyze),
(2) perancangan (design), (3) pengembangan (development), (4) implementasi
(implementation) dan (5) evaluasi (evaluasi). Analisis perencanaan desain
pengembangan implementasi dan evaluasi model dapat dilihat pada gambar 1

ANALYZE

IMPLEMENT EVALUATE DESIGN

DEVELOP

Gambar 1. Tahapan ADDIE Model

Tahap I Analisis (Analyze)

Tahap analisis meliputi kegiatan sebagai berikut: (a) melakukan


analisis kompetensi yang dituntut kepada peserta didik; (b) melakukan
analisis karakteristik peserta didik tentang kapasitas belajarnya, pengetahuan,
keterampilan, sikap, yang telah dimiliki peserta didik serta aspek lain yang
terkait; (c) melakukan analisis materi sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Tahap analisis menyangkut tiga pertanyaan yang harus dijawab secara tuntas.
Pertama, kompetensi apa saja yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah
menggunakan produk pengembangan ? pertanyaan ini berkaitan dengan
segala kapabilitas belajar yang ingin dicapai oleh peserta didik setelah
memanfaatkan produk pengembangan dalam pembelajaran, baik itu
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Kedua, bagaimana karakteristik

4
peserta didik yang akan menggunakan produk pengembangan ini ? Hal ini
berkenaan dengan keadaan peserta didik yang akan menjadi sasaran pengguna
produk pengembangan . Keadaan peserta didik yang dimaksud antara lain:
pengetahuan awal yang dimiliki, minat dan bakat secara umum, gaya belajar,
kemampuan berbahasa dan lain sebagainya. Ketiga, sesuai dengan
kompetensi yang dituntut dan karakteristik peserta didik, materi apa saja
yang perlu dikembangkan ? Pertanyaan ketiga berkenaan dengan analisis
materi berupa materi-materi pokok, sub-subbagian bagian dari materi pokok,
anak bagian dan seterusnya.

Tahap II Perancangan (Design)

Tahap perancangan dilakukan dengan kerangka acuan sebagai berikut:


(a) untuk siapa pembelajaran dirancang ? (b) Kemampuan apa yang anda
inginkan dipelajari ? (c) Bagaimana materi pelajaran atau keterampilan dapat
dipelajari dengan baik ? (d) Bagaimana anda menentukan tingkat penguasaan
pelajaran yang sudah dicapai ?. Pertanyaan tersebut mengacu pada empat
unsur penting dalam perancangan pembelajaran, yaitu peserta didik, tujuan,
metode, dan evaluasi. Berdasarkan pertanyaan tersebut, maka dalam
merancang pembelajaran difokuskan pada tiga kegiatan, yaitu pemilihan
materi sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tuntutan kompetensi,
strategi pembelajaran yang diterapkan dan bentuk serta metode asesmen dan
evaluasi yang digunakan.

Tahap III Pengembangan (Development)

Tahap ketiga adalah kegiatan pengembangan yang pada intinya adalah


kegiatan menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik, sehingga
kegiatan ini menghasilkan prototype produk pengembangan. Segala hal yang
telah dilakukan pada tahap perancangan, yakni pembelajaran yakni pemilihan
materi sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tuntutan kompetensi,
strategi pembelajaran yang diterapkan dan bentuk serta metode asesmen dan
evaluasi yang digunakan diwujudkan dalam bentuk prototype. Kegiatan
tahap pengembangan antara lain: pencarian dan pengumpulan segala sumber
atau referensi yang dibutuhkan untuk pengembangan materi, pembuatan

5
bagan dan tabel-tabel pendukung, pembuatan gambar-gambar ilustrasi,
pengetikan, pengaturan layout, penyusunan instrumen evaluasi dan lain-lain

Tahap IV Implementasi (Implementation)

Kegiatan tahap keempat adalah implementasi hasil pengembangan


diterapkan dalam pembelajaran untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
kualitas pembelajaran yang meliputi keefektifan, kemenarikan, dan efisiensi
pembelajaran. Prototype produk pengembangan perlu diuji cobakan secara
riil di lapangan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat keefektifan,
kemenarikan dan efisiensi pembelajaran. Keefektifan berkenaan dengan
sejauh mana produk pengembangan dapat mencapai tujuan atau kompetensi
yang diharapkan kemenarikan berkenaan dengan sejauh mana produk
pengembangan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
menantang dan memotivasi belajar peserta didik. Efisiensi berkaitan dengan
penggunaan segala sumber seperti dana, waktu dan tenaga untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.

Tahap V Evaluasi (Evaluation)

Tahap terakhir adalah melakukan evaluasi yang meliputi evaluasi


formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk
mengumpulkan data pada setiap tahapan yang digunakan untuk
penyempurnaan dan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik dan kualitas
pembelajaran secara luas.

ASPEK BENTUK EVALUASI


PEMBEDA FORMATIF SUMATIF
Komponen Bagian Keseluruhan
Intrumen Buatan sendiri Standar
Pelaksana Intern Ekstern
Fungsi Perbaikan Efektivitas
Sifat Kontinu Satu tahapan

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa ada dua bentuk


evaluasi yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Perbedaan kedua evaluasi ini

6
dapat dilihat dari beberapa aspek atau tinjauan, antara lain komponen,
instrument, pelaksana, fungsi dan sifat evaluasi.

Titinjau dari aspek komponen, evaluasi formatif diarahkan pada


evaluasi terhadap bagian-bagian tertentu dari objek evaluasi, sedangkan
evaluasi sumatif mencakup keseluruhan objek evaluasi. Instrumen yang
digunakan dalam evaluasi formatif adalah instrument yang dibuat sendiri oleh
pengembang atau evaluator, sedangkan instrumen yang digunakan pada
evaluasi sumatif adalah instrumen yang telah standar. Pelaksanaan evaluasi
formatif adalah bersifat intern, dan latar penelitian pengembangan adalah tim
pengembangan itu sendiri. Pelaksanaan evaluasi sumatif adalah bersifat
ekstern, dalam arti pelaksanaannya adalah orang-orang yang ada diluar tim
pengembang. Evaluasi formatif berfungsi untuk memperbaiki atau
menyempurnakan satu kegiatan/program, sedangkan evaluasi sumatif
berfungsi untuk mengetahui tingkat keefektifan suatu kegiatan/program
produk di akhir program. Dilihat dari sifatnya evaluasi formatif bersifat
kontinyu sedangkan evaluasi sumatif bersifat satu tahap. Dalam penelitian
pengembangan umumnya hanya dilakukan evaluasi formatif, karena jenis
komposisi ini berhubungan dengan tahapan penelitian pengembangan untuk
memperbaiki produk pengembangan yang dihasilkan.

2.3 Model Penelitian Pengembangan ISMAN

a. Gambaran Singkat Model Isman


Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja
yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian
atau penjelasan berikut saran. Uraian atau penjelasan menunjukkan
bahwa suatu model desain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu
pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori belajar, pembelajaran,
psikologi, sistem, dan sebagainya (Prawiradilaga, 2008). Desain
pembelajaran terdiri atas kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan
untuk suatu proses belajar. Model Isman adalah model desain
pembelajaran tentang bagaimana merencanakan, mengembangkan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan mengorganisasi kegiatan belajar secara

7
efektif sehingga menjamin kinerja yang kompeten dari peserta didik.
Tujuan utama dari model Isman adalah mengorganisir kegiatan belajar
jangka panjang dan aktivitas full learning. Model ini masuk dalam
kategori model desain pembelajaran berorientasi kelas (untuk skala
mikro).
b. Landasan Teori Model Isman
Landasan teori model Isman berasal dari aliran behaviorisme,
kognitivisme, dan pandangan konstruktivisme. Behaviorisme sebagai
teori belajar menjadi pijakan untuk menciptakan hubungan antara
stimulus & respon, faktor penguatan, dan merancang kondisi lingkungan.
Teori ini digunakan untuk memotivasi siswa supaya mau belajar.
Behavioris memandang desain pembelajaran memiliki lima langkah yaitu
analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Dalam
langkah-langkah analisis, desainer pembelajaran mengidentifikasi
informasi inputan seperti tujuan pembelajaran, sasaran, karakteristik
guru, karakteristik siswa, bahan, dan lainnya. Pada langkah desain,
desainer pembelajaran merancang kegiatan belajar mengajar. Pada
langkah pengembangan, desainer pembelajaran mengembangkan bahan
pembelajaran dan metode pembelajaran. Pada langkah pelaksanaan, guru
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pada langkah terakhir, perancang
pembelajaran memeriksa output pembelajaran. Model Isman
menggunakan keempat langkah tersebut untuk merancang kegiatan
pembelajaran.
Teori kognitivisme berorientasi pada motivasi, proses belajar
intelektual, pengalaman, dan isi. Model Isman menggunakan teori ini
yang melandasi bagaimana pebelajar/peserta didik menyimpan informasi
ke dalam memori jangka panjang. Pandangan aliran kognitivisme
terhadap desain pembelajaran adalah membangun pengetahuan baru
dengan pengalaman mereka sendiri. Peserta didik harus belajar
bagaimana berpikir dan bagaimana cara belajar memecahkan masalah
belajar mereka. Peran guru adalah merancang pengalaman yang berarti
dalam lingkungan belajar. Rancangan pembelajaran memberikan

8
pengalaman bermakna dan harus memotivasi peserta didik untuk
membangun pengetahuan baru di memori jangka panjang mereka. Peran
peserta didik adalah bergabung dalam diskusi dan kegiatan kolaborasi.
Teori kognitif menjadi landasan model Isman karena model desain
pembelajaran ini lebih menekankan siswa membangun pengetahuan baru,
memberikan pengalaman belajar bermakna, memotivasi, dan
pengorganisasian.
Konstruktivisme cenderung menekankan kemampuan pribadi.
Menurut McGriff (2001), proses pembelajaran harus memperhatikan
pengalaman dan konteks yang membuat peserta didik mau dan
memungkinkan untuk belajar. Ini adalah salah satu hal bahwa model
Isman menggunakan teori ini dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik
menjadi subjek aktif, mencerminkan pemikiran mereka sendiri dan
menjadi pebelajar yang otonom. Selama kegiatan pembelajaran, peserta
didik mencoba untuk mendapatkan suatu pengalaman mereka sendiri.
Pengalaman pribadi mereka memotivasi untuk terlibat dalam proses
tersebut secara aktif. Dengan bantuan pengalaman, mereka mencari
makna sendiri dengan informasi yang dipelajari sehingga memungkinkan
lebih mudah untuk diingat.
Pandangan konstruktivis terhadap desain pembelajaran adalah
belajar dengan melakukan. Dengan kata lain, pembelajaran aktif adalah
jantungnya konstruktivis dari proses desain pembelajaran. Konstruktivis
menekankan proses aktif selama kegiatan pembelajaran. Peserta didik
harus aktif dan menggunakan aktivitas kognitif untuk membangun
pengetahuan baru. Selama kegiatan kognitif, lingkungan belajar
memainkan peran kunci untuk membantu membangun pengetahuan baru.
Lingkungan belajar harus mencerminkan aktivitas kehidupan nyata.
Dalam lingkungan ini, apa yang dipelajari dan bagaimana ia harus belajar
dirancang bersama-sama karena bagaimana ia belajar tergantung pada
apa yang dipelajari.
Model desain pembelajaran Isman didasarkan pada pembelajaran
aktif. Selama kegiatan pembelajaran, peserta didik aktif dan

9
menggunakan kegiatan belajar kognitif untuk membangun pengetahuan
baru. Untuk membangun pengetahuan baru, material teknologi
pendidikan digunakan. Bahan-bahan ini terkait dengan tujuan
pembelajaran.
c. Tahapan-tahapan Model Isman
Model Isman memiliki lima langkah sistematis yaitu: input, proses,
output, umpan balik, dan belajar. Kelima langkah sistematis ini secara
bertahap tersaji pada gambar 1.

1. Identifikasi 2. Identifikasi Isi 3. Identifikasi

Kebutuhan Tujuan dan Sasaran

INPUT

5. Identifikasi 4. Identifikasi Metode


Media Pembelajaran
Pembelajaran

6. Pengujian 7. Desain Ulang 8. Kegiatan


PROSES Prototipe Pembelajaran

9. Penilaian 10. Revisi


OUTPUT Pembelajaran

11. Kembali ke
UMPAN BALIK Tahap Terkait

12. Belajar Jangka


BELAJAR Panjang

Gambar 1. Model Isman

10
Berdasarkan gambar model desain pembelajaran Isman di atas,
model tersebut mencerminkan adanya suatu urutan yang harus lewati
tahap demi tahap. Lebih detail berikut dijelaskan aktivitas yang
dilakukan pada setiap tahap.
1. Tahap Input
Langkah pertama dalam model Isman adalah mengidentifikasi faktor
input. Input atau masukan adalah dasar dari kegiatan belajar dan
pembelajaran. Pada langkah input terdapat lima komponen di dalamnya
seperti tersaji pada gambar 2.

3. Identifikasi Tujuan
1. Identifikasi 2. Identifikasi Isi dan Sasaran
Kebutuhan
INPUT

5. Identifikasi Media 4. Identifikasi Metode


Pembelajaran Pembelajaran

Gambar 2. Tahap Input dari Model Isman

Berdasarkan gambar di atas, tahap input memiliki lima langkah-langkah


kecil di dalamnya yang dapat dijelaskan berikut ini.
a) Mengidentifikasi Kebutuhan
Ini merupakan faktor penting dalam proses desain pembelajaran. Desainer
pembelajaran menggunakan metode survei, observasi, dan wawancara
untuk menentukan apa yang akan siswa pelajari. Identifikasi kebutuhan
juga dapat berasal dari penilaian kebutuhan berkenaan dengan kurikulum
tertentu.
b) Mengidentifikasi isi
Isi berasal dari kebutuhan siswa. Tujuan utama dari langkah ini adalah
untuk memperjelas apa yang akan diajarkan.
c) Mengidentifikasi Tujuan dan Sasaran
Identifikasi tujuan dan sasaran merupakan tahap penting dalam model
desain pembelajaran. Hal utama identifikasi tujuan dan sasaran adalah
untuk menentukan apa yang siswa akan dapat dilakukan setelah proses

11
pembelajaran. Hasil belajar biasanya diklarifikasi sebagai tujuan perilaku,
tujuan pembelajaran, atau tujuan kinerja. Ada lima kategori hasil belajar
yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
keterampilan motorik, dan sikap. Tujuan dan sasaran biasanya
mengandung keterampilan, pengetahuan, dan sikap. Keterampilan bisa
menjadi keterampilan psikomotor dan keterampilan intelektual. Ketika
siswa belajar keterampilan psikomotor, mereka mengembangkan tindakan
otot. Ketika siswa belajar keterampilan intelektual, mereka
mengembangkan aktivitas kognitif seperti diskriminasi, pelaksanaan, dan
pemecahan masalah. Tujuan dan sasaran berasal dari penilaian kebutuhan
dan isi.
d) Mengidentifikasi Metode Pembelajaran
Setelah identifikasi kebutuhan, isi, dan tujuan, selanjutnya adalah
menetapkan metode pembelajaran. Metode pembelajaran harus berkaitan
dengan isi dan tujuan karena tujuan pembelajaran akan tercapai dengan
metode yang tepat.
e) Mengidentifikasi Media Pembelajaran
Tahap terakhir adalah mengidentifikasi media pembelajaran. Ini adalah
cara pengiriman pesan dalam proses desain pembelajaran. Ada dua
kelompok media pembelajaran yaitu media pembelajaran tradisional dan
media pembelajaran modern. Media pembelajaran tradisional meliputi
buku-buku, jurnal, grafik, model, gambar, poster, kartun, koran, diorama,
perjalanan, papan tulis dan lainnya. Media pembelajaran modern termasuk
multimedia, film, radio, telepon, televisi, komputer, proyeksi data,
internet, dan lain-lain. Media pembelajaran biasanya digunakan untuk
meningkatkan proses terjadinya belajar. Tujuan utama media adalah untuk
menerapkan aktivitas komunikasi dan aktivitas pembelajaran.
Mengidentifikasi media pembelajaran didasarkan pada kajian kebutuhan,
isi, tujuan, dan metode pengajaran. Media pembelajaran harus memotivasi
peserta didik untuk belajar dan membantu membangun pengetahuan baru
dalam memori jangka panjang.

12
2. Tahap Proses
Aktivitas proses dalam desain pembelajaran seperti tersaji pada gambar 3.

6. Pengujian 7. Desain Ulang 8. Kegiatan


PROSES Prototipe Pembelajaran

Gambar 3. Tahap Proses dari Model Isman


Tahap proses memiliki tiga langkah yaitu menguji prototipe,
merancang ulang pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Langkah
pertama adalah menguji prototipe. Pada langkah ini, guru siap untuk
mencoba pembelajaran yang direncanakan dengan peserta didik. Tujuan
utama dari tahap pertama adalah untuk mengetahui tahapan yang bekerja
dan yang tahap tidak bekerja. Dengan kata lain, masalah dalam desain
pembelajaran diidentifikasi selama pengujian prototipe.
Langkah kedua adalah mendesain ulang pembelajaran. Setelah
masalah diidentifikasi, desainer pembelajaran mereorganisasi kegiatan
pembelajaran. Untuk mengatur kembali kegiatan pembelajaran, pra-
pengujian memainkan peran penting untuk merancang pembelajaran yang
efektif. Jika pembelajaran dirancang dengan baik, maka tujuan
pembelajaran akan tercapai dengan baik.
Langkah ketiga adalah kegiatan pembelajaran. Guru mulai
membelajarkan isi dan menerapkan metode pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran dengan bantuan media pembelajaran.
3. Tahap Output
Tahap ketiga dari model Isman adalah output atau keluaran. Aktivitas pada
tahap ini disajikan seperti gambar 4.

9. Penilaian 10. Revisi pembelajaran


OUTPUT

13
Gambar 4. Tahap Output dari Model Isman
Tahap output berisi dua langkah yaitu kegiatan penilaian dan revisi
pembelajaran. Pada langkah penilaian, guru menilai kegiatan pembelajaran
dalam model desain pembelajaran. Desainer pembelajaran menggunakan
metode evaluasi formatif dan sumatif untuk memeriksa tujuan dan sasaran.
Proses ini menuntut guru untuk mengimplementasikan alat penilaian untuk
menentukan apakah peserta didik menunjukkan keterampilan,
pengetahuan, dan sikap yang dijelaskan guru dalam tujuan pembelajaran
atau tidak. Untuk menentukan aktivitas belajar peserta didik, pengukuran
pembelajaran dan proses evaluasi harus dilaksanakan oleh guru. Proses ini
memberikan hasil tentang apa yang peserta didik pelajari dari kegiatan
pembelajaran. Guru harus menganalisis hasil dan membuat keputusan
tentang efektivitas pembelajaran. Langkah revisi dilakukan, setelah
desainer pembelajaran mengevaluasi semua kegiatan pembelajaran.
Apabila desainer pembelajaran menemukan adanya masalah, kemudian
desainer pembelajaran merevisi bagian yang mengalami masalah tersebut.
4. Tahap Umpan Balik
Pada tahap umpan balik adalah kembali ke tahap atau langkah terkait.

11. Kembali ke
UMPAN BALIK
tahap terkait

Gambar 5. Tahap Umpan Balik dari Model Isman


Proses umpan balik melibatkan data revisi pembelajaran yang
dikumpulkan selama tahap implementasi. Jika selama tahap implementasi,
guru menemukan bahwa siswa tidak belajar sesuai apa yang direncanakan
atau apa yang ingin mereka pelajari atau mereka tidak menikmati proses
belajar, guru kembali ke langkah terkait dan mencoba untuk merevisi
beberapa aspek dari pembelajaran mereka sehingga lebih memungkinkan
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya, jika ada masalah pada
tahap input, desainer pembelajaran akan kembali ke tahap input. Kemudian,

14
desainer pembelajaran akan membuat perubahan dan memulai proses dari
tahap input. Proses ini akan dilakukan sampai semua tujuan pembelajaran
dipelajari atau tercapai oleh peserta didik. Selama siklus ini, perancang
pembelajaran dapat kembali ke langkah manapun terkait masalah yang
terjadi.
5. Tahap Belajar
Tahap belajar merupakan tahap terakhir dari model Isman. Tahap ini bisa
dicapai apabila tahap-tahap sebelum tidak mengalami kendala sehingga
tercipta modus full learning. Tahap belajar disajikan seperti gambar di bawah.

Gambar 6. Tahap Belajar dari Model Isman


Tahap belajar memiliki satu bagian yaitu "belajar jangka panjang".
Proses belajar melibatkan belajar penuh (full learning). Sebagai poin terakhir,
Isman (2005a) menyatakan belajar jangka panjang terjadi ketika sesuatu
dipraktekkan. Jika ada sesuatu yang dipraktekkan, maka itu berarti memiliki
makna bagi peserta didik. Jika peserta didik tidak mempraktekkan
pengetahuan atau jika pengetahuan yang dimiliki peserta didik tidak
bermakna bagi peserta didik sendiri, itu artinya guru harus pergi ke awal
model, dan melakukan hal yang sama dari awal sampai akhir. Dalam proses
ini, guru harus memastikan bahwa peserta didik mereka belajar sesuai
rencana pembelajaran. Jika selama tahap ini, guru menemukan bahwa peserta
didik mereka mencapai tujuan mereka dalam kegiatan pembelajaran, guru
dapat melanjutkan ke kegiatan pembelajaran baru.

d. Kesesuaian Model Isman untuk Mengembangkan Pembelajaran di Kelas


Model Isman
Cenderung lebih cocok untuk mendesain pengelolaan kelas. Kunci
keberhasilan pembelajaran di dalam kelas adalah merancang pembelajaran
dengan baik untuk peserta didik. Ditinjau dari sisi peserta didik, model ini

15
merancang satu periode belajar tertentu. Model ini memandu guru bagaimana
mengelola, menciptakan interaksi belajar mengajar, memotivasi peserta didik
dengan tepat, mendorong kreativitas peserta didik, membangun kerja sama
antara peserta didik dengan guru, peserta didik lainnya, maupun pihak-pihak
lainnya yang terlibat dalam model ini. Ditinjau dari komponen-komponen
model, model isman relatif lebih banyak memiliki komponen dari pada
Model-model yang berorientasi produk seperti model Hannafin dan Peck
yang terdiri dari tiga fase yaitu fase analisis kebutuhan, fase desain, dan fase
pengembangan dan implementasi. Komponen model Isman lebih lengkap
mulai dari identifikasi faktor input, proses, output, feedback, dan aktivitas
belajar dalam jangka panjang. Perbaikan dalam model ini juga dimasukkan
guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Model ini juga
dapat diterapkan sendiri oleh guru tanpa tim khusus. Peran guru dalam model
ini adalah menyampaikan materi dan mengelola kegiatan kelas.
Pengelolaan kela dapat dilakukan seperti pengelompokan peserta didik
menjadi belajar mandiri maupun belajar tim dengan berpedoman pada teori
belajar konstruktivistik individu dan sosial. Hasil penelitian menujukan
bahwa model Isman efektif untuk meningkatkan pembelajaran di kelas.
Penelitian ini dilakukan oleh Isman (2005b) pada mahasiswa pascasarjana.
Berdasarkan uji t, ada perbedaan yang signifikan antara prestasi kelompok
eksperimen dan prestasi kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
model Isman efektif untuk meningkatkan prestasi mahasiswa. Jadi, dapat
dikatakan bahwa model ini dapat diterapkan untuk merancang pembelajaran
di kelas.
e. Komentar
Model desain pembelajaran Isman memiliki tahap-tahap yang lengkap dan
detail. Implementasi dapat optimal dengan dipahaminya tiap tahap dan
diimplementasikan dengan baik. Model ini dapat memudahkan guru untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif. Model Isman memenuhi esensi dari
sebuah model desain pembelajaran yaitu adanya tujuan, peserta didik, metode,
dan evaluasi. Keempat komponen itu telah dilandasi oleh teori belajar dan
pembelajaran yaitu teori belajar behavioristik, kognitif, dan konstruktivistik.

16
Model Isman juga menerapkan prinsip komunikasi. Hal ini ditandai dengan
adanya penentuan media pembelajaran dan penentuan metode pembelajaran.
Media pembelajaran membantu proses komunikasi antara guru dan siswa.
Sedangkan metode pembelajaran memudahkan terjadinya interaksi guru
dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan sumber belajar
terkait.
Dari beberapa sisi kelebihan model Isman, berdasarkan analisis tahap-
tahapan model tersebut dan penelusuran di internet tentang penelitian yang
menggunakan model Isman dapat dirumuskan beberapa kelemahannya.
Pertama, pada tahap input, langkah identifikasi kontent dilakukan sebelum
identifikasi tujuan. Berdasarkan kecenderungan perencanaan model desain
pembelajaran yang berorientasi konstruktivistik bahwa tujuan pembelajaran
mesti identifikasi terlebih dahulu. Pada tujuan pembelajaran dirumuskan apa
yang hendak dicapai oleh peserta didik. Tujuan pembelajaran dapat dicapai
dengan melakukan langkah berikutnya yaitu identifikasi kontent. Kedua,
melatih peserta didik untuk merefleksi diri dan menumbuhkan belajar jangka
panjang (long term learning) apabila dikaitkan dengan konteks pembelajaran di
Indonesia cukup sulit dicapai.
Model ini menekankan apabila peserta didik belum mengalami full
learning, maka pembelajaran diulang hingga peserta didik benar-benar merasa
belajar itu bermakna dan memberikan dampak terhadap keberlanjutan proses
belajar peserta didik itu sendiri. Proses pengulangan ini membutuhkan waktu
yang cukup lama, karena mencari letak kesalahan pada setiap tahapnya dan
melakukan pembelajaran ulang. Sedangkan konteks pendidikan di Indonesia
sudah ditentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai
atau dituntaskan dalam kurun waktu tertentu. Ketiga, model Isman relatif baru,
maka tidak semua pengajar mengenal model ini sehingga belum banyak yang
tahu mengenai efektivitas penerapan model Isman. Ini sebagai akibat belum
banyak penelitian terkait model ini yang mengindikasikan keefektifannya.
Keempat, model Isman juga tidak menjelaskan secara detail karakteristik tipe
isi dan kegiatan pembelajaran yang cocok diterapkan dengan model Isman.

17
BAB III
PENUTUP
12. Belajar Jangka
BELAJAR Panjang
3.1 Kesimpulan

Model ADDIE terdiri atas lima langkah, yaitu: (1) analisis (analyze), (2)
perancangan (design), (3) pengembangan (development), (4) implementasi
(implementation), dan (5) evaluasi (evaluation). Tahapan pada model ADDIE
mudah dipahami dan diimplementasikan untuk mengembangkan produk
pengembangan seperti buku ajar, modul pembelajaran, video pembelajaran,
multimedia dan lain sebagainya. Model ADDIE memberi peluang untuk
melakukan evaluasi terhadap aktivitas pengembangan pada setiap tahap.
Dampak positif yang ditimbulkan dengan adanya evaluasi pada setiap
tahapan adalah meminimalisir tingkat kesalahan atau kekurangan produk
pada tahap akhir model ini.
Model isman memiliki lima langkah sistematis yaitu: input, proses,
output, umpan balik dan belajar. Langkah pertama dalam model Isman adalah
mengidentifikasi factor input. Input atau masukan adalah dasar dari kegiatan
belajar dan pembelajaran. Tahap proses memiliki tiga langkah yaitu menguji
prototype, merancang ulang pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Tahap
output berisi dua langkah yaitu kegiatan penilaian dan revisi pembelajaran.
Pada tahap umpan balik adalah kembali ke tahap atau langkah terkait. Tahap
belajar merupakan tahap terakhir dari model Isman. Tahap ini bisa dicapai
apabila tahap-tahap sebelumya tidak mengalami kendala, sehingga tercipta
modul full learning
3.2 Saran
Demikianlah yang dapat saya sampaikan mengenai model penelitian
pengembangan ADDIE dan ISMAN yang menjadi bahasan dalam makalah
ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang saya peroleh
hubungannya dengan makalah ini. Saya juga sangat mengharapkan saran

18
dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian
penutup dari saya sebagai penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dick, W. & Carey, L. 1996.The systematic design of instruction. Fourth edition.


Harper Collins College Publishers: New York USA.
Gustafson, K. L.1996. International Encyclopedia of Educational Technology.
Edited by Plomp, T. & Ely, A.P. Pergamon, USA.
Isman, A. 2005a. A new model for the world of instructional design: a new. The
turkish online journal of educational technology, 4 (3), 33-39.
Isman, A. 2005b. The implementation results of new instructional design model:
ISMAN model. The turkish online journal of educational technology, 4
(4).
Isman, A. 2011. Instructional design in education: New model. The turkish online
journal of educational technology, 10 (1), 136-142.
Made, I Tegeh dkk. 2014. Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta : Graha
Ilmu
McGriff, J.S. 2001. ISD knowledge base/constructivism. Tersedia pada http://
www.personel.psu.edu. (diakses tanggal 20 Oktober 2020).
Mustaji. 2012. Desain pembelajaran dengan model R2D2. Tersedia pada
http://pasca.tp.ac.id (diakses tanggal 20 Oktober 2020).
Prawiradilaga, D. S. 2008. Prinsip desain pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Reiser, R. A. & Dick, W. 1996. Instructional planning: A guide for
teachers. Allyn and Bacon: Boston USA.
Supriatna, D & Mulyadi, M. 2009. Konsep dasar desain pembelajaran: Bahan
ajar untuk Diklat E-Training PPPPTK TK dan PLB. Pusat pengembangan
dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan taman kanak-kanak
dan pendidikan luar biasa.
Uwes, A. C. 2009. Taxonomy of ID models. Tersedia pada http://www.
teknologipendidikan.net (diakses tanggal 20 Oktober 2020).

20
21

Anda mungkin juga menyukai