Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


FILSAFAT DAN SEJARAH PEMIKIRAN MIPA

DISUSUN OLEH:

NAMA : ALDINA AL RASYID


NPM : 20207270146
KELAS : MIPA 1B, NON REGULER A
NO. ABSEN : 4
HARI/TANGGAL : SABTU, 31 OKTOBER 2020
DOSEN PENGAMPU : Dra. SUMARYATI T, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2020
1. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum
tahu. Coba anda jelaskan dengan contoh yang berkaitan dengan bidang MIPA sesuai
dengan pernyataan di atas.
Jawab:
Manusia adalah makhluk yang berbeda dari makhluk lainnya, perbedaan yang
menonjol antara manusia dengan makhluk lainnya terdapat pada akal. Manusia diberi akal
agar menjadi khalifah dimuka bumi ini, memimpin dan mengatur semua yang ada dibumi
bahkan dunia ini. Karena manusia diberi akal, maka manusia sering pula disebut sebagai
makhluk yang berpikir (thing). Dengan kemampuan berpikir membuat manusia menjadi
tidak mudah puas, sehingga rasa ingin tahu terhadap suatu hal selalu ada.
Berdasarkan keingin tahuan tersebut, memunculkanlah penemuan-penemuan baru
diberbagai bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan inilah yang memudahkan kita
sebagai penerus dari pemikiran terdahulu untuk memecahkan masalah-masalah yang ada
dalam kehidupan. Contoh masalah yang berkaitan dengan bidang MIPA ialah misalkan kita
sudah mengetahui bahwa air yang berbentuk cairan jika dimasukkan ke dalam frezzer akan
membeku, tapi apakah semua yang cair bila dimasukkan ke dalam frezzer akan membeku?
Pada saat melakukkan percobaan tersebut kita tidak semata-mata hanya melakukkan
percobaan. Tetapi didasari dengan rasa ingin tahu, apa benar semua yang cair bila
dimasukkan ke dalam frezzer akan membeku?
2. Berilah contoh tentang teori kebenaran bila diterapkan dalam bidang MIPA.

Jawab:

Pandangan tentang suatu ‘kebenaran’ itu sangat tergantung dari sudut pandang
filosofis dan teoritis yang dijadikan pijakannya. Dalam menguji suatu kebenaran
diperlukan teori-teori ataupun metode-metode yang akan berfungsi sebagai penunjuk
jalan bagi jalannya pengujian tersebut. Berikut ini beberapa teori tentang kebenaran
dalam perspektif filsafat ilmu: a) Teori Korespondensi; b) Teori Koherensi atau
Konsistensi; c) Teori Pragmatis; d) Teori Performatif; e) Teori Konsensus; f) Teori
Kebenaran Sintaksis; g) Teori Kebenaran Semantis; h) Teori Kebenaran Non-Deskripsi; i)
Teori Kebenaran Logika; dan j) Agama sebagai Teori Kebenaran.
Adapun contoh tentang teori kebenaran bila diterapkan dalam bidang MIPA adalah:

a. Apabila melakukkan penilitian maka hasil penelitian di bidang MIPA harus ada bukti
empiris dan hal lain yang mendukungnya.
b. Apabila melakukkan penelitian maka hasil penelitian di bidang MIPA harus dapat
mendatangkan manfaat atau kegunaan pada banyak orang.
c. Apabila melakukkan penelitian maka Hasil penelitian di bidang MIPA harus dinyatakan
dengan runtut, tidak bertentangan secara logika, dan tidak pula bertentangan dengan
penrnyataan – pernyataan sebelumnya (yang lainnya) yang sudah diakui
kebenarannya.
3. Dalam mengembangkan Asumsi maka harus diperhatikan beberapa hal, Jelaskan dengan
contoh.
Jawab:
Asumsi adalah suatu anggapan/ andaian dasar tentang realitas suatu objek yang
menjadi pusat penelaahan atau pondasi bagi penyusunan pengetahuan ilmiah yang
diperlukan dalam pengembangan ilmu. Tanpa asumsi anggapan orang atau pihak tentang
realitas bisa berbeda, tergantung dari sudut pandang dan kacamata apa. Dalam
mengembangkan asumsi ada 2 hal yang perlu diperhatikan:
a. Asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuwan. Asumsi
yang seperti ini harus operasional, dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis.
b. Asumsi harus disimpulkan dari ‘keadaan sebagaimana adanya’ bukan ‘bagaimana
keadaan yang seharusnya’.

Dalam mendapatkan pengetahuan seorang ilmuwan harus dapat melakukan berbagai


macam asumsi mengenai objek-objek empiris. Asumsi ini akan menjadi penunjuk arah
baginya dalam kegiatan penelaahan. Semakin banyak asumsi akan semakin sempit ruang
gerak penelitiannya.Jika si peneliti mendapatkan asumsi yang benar maka asumsi tersebut
akan menjembatani tujuan penelitiannya sampai kepada penarikan kesimpulan dari hasil
pengujian hipotesis. Bahkan asumsi tersebut berguna sebagai jembatan untuk melompat
dari suatu bagian jalur penalaran yang sedikit atau hampa fakta dan data sekalipun.
4. Metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif
dalam membangun tubuh pengetahuannya. Jelaskan maksud kalimat tersebut diatas.
Jawab:
Proses awal untuk melakukkan metode ilmiah ialah dengan mencari masalah yang
terjadi di sekitar lingkungan kita. Yaitu dengan cara memperhatikan dan
mengkonseptualisasi masalah yang muncul, baik yang sumbernya dari masalah sendiri atau
pengalaman empiris seseorang yang ingin ditemukan jawabannya melalui Langkah-langkah
ilmiah.

Berfikir deduktif, adalah proses berfikir yang berangkat dari sebuah teori – teori
umum, yang kemudian di buktikan dengan pencarian fakta. Sedangkan, berfikir Induktif,
adalah kebalikan dari cara berfikir deduktif. Bermula dari contoh-contoh kongkrit dan
fakta-fakta diuraikan terlebih dahulu, baru kemudian dirumuskan menjadi suatu
kesimpulan atau jeneralisasi. Pada yang menghasilkan pengetahuan dan teori.

Kedua penalaran tersebut seolah-olah merupakan cara berpikir yang berbeda dan
terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat dari teori atau berangkat dari fakta
empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Kalau kita berbicara teori sebenarnya
kita sedang mengandaikan fakta dan kalau berbicara fakta maka kita sedang mengandaikan
teori.
Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran
tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan
dalam suatu ujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada
hukum-hukum logika. Upaya menemukan kebenaran dengan cara memadukan penalaran
deduktif dengan penalaran induktif tersebut melahirkan penalaran yang disebut dengan
reflective thinking atau berpikir refleksi.
5. Matematika merupakan bahasa artifisial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan
bahasa verbal yang bersifat alamiah. Berikan contoh konkrit dari pernyataan tersebut.
Jawab:
Matematika adalah Bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial”
yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu matematika
hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika mempunyai kelebihan
lain dibandingkan dengan Bahasa verbal. Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan
pernyataan yang bersifat kualitatif.untuk mengatasai masalah ini matematika
mengembangkan konsep pengukuran. Matematika mengembangkan Bahasa numerik yang
memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif.

Dengan bahasa verbal kita akan kesulitan untuk menjelaskan peningkatan volume
sebuah tabung yang panjang diameternya diperpanjang 3 kali dari panjang jari - jari awal.
Namun dalam bahasa artifisial matematika itu akan sangat mudah. contoh matematika
sebagai Bahasa artifisial sebagai berikut:

Dalam materi himpunan banyak sekali makna dari symbol-simbol yang terkandung
di dalamnya. Misalnya ∈(elemen), symbol tersebut sering dikatakan sebagai elemen atau
anggota. Lalu symbol R (Real), yang bermakna bilangan asli. Dapat dituliskan sebagai
contoh seperti ini.

A={x∨x <10 , x ∈ R }

Bila diartikan ke dalam Bahasa verbal berarti “x anggota dari himpunan A, dimana x kurang
dari 10 dan x anggota bilangan asli”

Anda mungkin juga menyukai