DISUSUN OLEH:
Jawab:
Pandangan tentang suatu ‘kebenaran’ itu sangat tergantung dari sudut pandang
filosofis dan teoritis yang dijadikan pijakannya. Dalam menguji suatu kebenaran
diperlukan teori-teori ataupun metode-metode yang akan berfungsi sebagai penunjuk
jalan bagi jalannya pengujian tersebut. Berikut ini beberapa teori tentang kebenaran
dalam perspektif filsafat ilmu: a) Teori Korespondensi; b) Teori Koherensi atau
Konsistensi; c) Teori Pragmatis; d) Teori Performatif; e) Teori Konsensus; f) Teori
Kebenaran Sintaksis; g) Teori Kebenaran Semantis; h) Teori Kebenaran Non-Deskripsi; i)
Teori Kebenaran Logika; dan j) Agama sebagai Teori Kebenaran.
Adapun contoh tentang teori kebenaran bila diterapkan dalam bidang MIPA adalah:
a. Apabila melakukkan penilitian maka hasil penelitian di bidang MIPA harus ada bukti
empiris dan hal lain yang mendukungnya.
b. Apabila melakukkan penelitian maka hasil penelitian di bidang MIPA harus dapat
mendatangkan manfaat atau kegunaan pada banyak orang.
c. Apabila melakukkan penelitian maka Hasil penelitian di bidang MIPA harus dinyatakan
dengan runtut, tidak bertentangan secara logika, dan tidak pula bertentangan dengan
penrnyataan – pernyataan sebelumnya (yang lainnya) yang sudah diakui
kebenarannya.
3. Dalam mengembangkan Asumsi maka harus diperhatikan beberapa hal, Jelaskan dengan
contoh.
Jawab:
Asumsi adalah suatu anggapan/ andaian dasar tentang realitas suatu objek yang
menjadi pusat penelaahan atau pondasi bagi penyusunan pengetahuan ilmiah yang
diperlukan dalam pengembangan ilmu. Tanpa asumsi anggapan orang atau pihak tentang
realitas bisa berbeda, tergantung dari sudut pandang dan kacamata apa. Dalam
mengembangkan asumsi ada 2 hal yang perlu diperhatikan:
a. Asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuwan. Asumsi
yang seperti ini harus operasional, dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis.
b. Asumsi harus disimpulkan dari ‘keadaan sebagaimana adanya’ bukan ‘bagaimana
keadaan yang seharusnya’.
Berfikir deduktif, adalah proses berfikir yang berangkat dari sebuah teori – teori
umum, yang kemudian di buktikan dengan pencarian fakta. Sedangkan, berfikir Induktif,
adalah kebalikan dari cara berfikir deduktif. Bermula dari contoh-contoh kongkrit dan
fakta-fakta diuraikan terlebih dahulu, baru kemudian dirumuskan menjadi suatu
kesimpulan atau jeneralisasi. Pada yang menghasilkan pengetahuan dan teori.
Kedua penalaran tersebut seolah-olah merupakan cara berpikir yang berbeda dan
terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat dari teori atau berangkat dari fakta
empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Kalau kita berbicara teori sebenarnya
kita sedang mengandaikan fakta dan kalau berbicara fakta maka kita sedang mengandaikan
teori.
Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran
tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan
dalam suatu ujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada
hukum-hukum logika. Upaya menemukan kebenaran dengan cara memadukan penalaran
deduktif dengan penalaran induktif tersebut melahirkan penalaran yang disebut dengan
reflective thinking atau berpikir refleksi.
5. Matematika merupakan bahasa artifisial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan
bahasa verbal yang bersifat alamiah. Berikan contoh konkrit dari pernyataan tersebut.
Jawab:
Matematika adalah Bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial”
yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu matematika
hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika mempunyai kelebihan
lain dibandingkan dengan Bahasa verbal. Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan
pernyataan yang bersifat kualitatif.untuk mengatasai masalah ini matematika
mengembangkan konsep pengukuran. Matematika mengembangkan Bahasa numerik yang
memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif.
Dengan bahasa verbal kita akan kesulitan untuk menjelaskan peningkatan volume
sebuah tabung yang panjang diameternya diperpanjang 3 kali dari panjang jari - jari awal.
Namun dalam bahasa artifisial matematika itu akan sangat mudah. contoh matematika
sebagai Bahasa artifisial sebagai berikut:
Dalam materi himpunan banyak sekali makna dari symbol-simbol yang terkandung
di dalamnya. Misalnya ∈(elemen), symbol tersebut sering dikatakan sebagai elemen atau
anggota. Lalu symbol R (Real), yang bermakna bilangan asli. Dapat dituliskan sebagai
contoh seperti ini.
A={x∨x <10 , x ∈ R }
Bila diartikan ke dalam Bahasa verbal berarti “x anggota dari himpunan A, dimana x kurang
dari 10 dan x anggota bilangan asli”